Edarkan Obat Keras di Toko Kosmetik Tangerang, Pria Asal Aceh Ditangkap
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com —
Seorang pria asal Aceh Utara berinisial AM (28) ditangkap polisi karena kedapatan mengedarkan obat keras daftar G di sebuah toko kosmetik di Jalan Jembatan Baru, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Kapolsek Neglasari AKP Imron Mas’adi menjelaskan, penangkapan itu berawal dari laporan masyarakat yang mencurigai aktivitas di toko kosmetik tersebut. Menindaklanjuti laporan itu, polisi segera mendatangi lokasi dan mengamankan AM pada Rabu (10/9/2025).
“Saat dilakukan penggeledahan, ditemukan ratusan butir obat keras yang disimpan di dalam etalase toko. Pelaku beserta barang bukti langsung diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Imron dalam keterangannya, Kamis (11/9/2025).
Dari lokasi kejadian, polisi menyita sejumlah barang bukti, antara lain 106 butir pil tramadol, 114 butir pil berwarna kuning berlogo MF, 40 butir pil trihexyphenidyl, Uang tunai Rp 173.000 yang diduga hasil penjualan obat keras.
Saat ini, penyidik masih memeriksa AM untuk menelusuri asal obat-obatan tersebut. Polisi juga melakukan pengembangan kasus guna mengungkap jaringan pemasok obat ilegal yang diduga terlibat.
“Kami tengah melakukan pengembangan kasus guna menelusuri jaringan pemasok obat-obatan ilegal itu,” kata Imron.
Atas perbuatannya, AM dijerat dengan Pasal 435 subsider Pasal 436 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Ia terancam hukuman hingga 12 tahun penjara.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Imron
-
/data/photo/2021/10/04/615a495cb0d41.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Edarkan Obat Keras di Toko Kosmetik Tangerang, Pria Asal Aceh Ditangkap Megapolitan 11 September 2025
-

Kecelakaan Beruntun di Sampang, Tiga Anggota Polri Terluka
Sampang (beritajatim.com) – Kecelakaan beruntun terjadi di Jalan Raya Dharma Camplong, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, tepatnya di depan warung Nasi Kobel. Insiden tersebut melibatkan tiga kendaraan, yakni mobil Toyota Fortuner warna hitam bernomor polisi N 1925 WV, mobil Honda Jazz warna silver dengan nomor polisi D 1483 UF, serta sepeda motor Suzuki RC dengan nomor polisi M 4455 AG.
Tak hanya kendaraan, sebuah warung es jeruk peras milik warga yang berada di pinggir jalan juga ikut menjadi korban tabrakan beruntun tersebut.
Menurut keterangan Kasi Humas Polres Sampang, Iptu Eko Puji Waluyo, kecelakaan bermula saat mobil Toyota Fortuner yang dikemudikan Slamet Imron (34), warga Desa Susukan Rejo, Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan, melaju dari arah timur dengan kecepatan tinggi.
Diduga karena mengantuk, pengemudi kehilangan kendali dan mengambil jalur terlalu ke kanan hingga melewati marka jalan. Fortuner kemudian menyerempet sepeda motor Suzuki RC yang datang dari arah berlawanan.
Setelah itu, mobil tersebut langsung menghantam Honda Jazz yang dikemudikan anggota polisi bernama Husein (30). Benturan keras membuat Honda Jazz berputar arah hingga menabrak warung es jeruk peras milik Adi Arfani Wijaya (32), warga setempat.
“Tidak ada korban jiwa dalam laka tersebut, namun beberapa orang yang terlibat antara lain 3 anggota polri harus dilarikan ke puskesmas terdekat dan RSUD Sampang guna mendapatkan perawatan lebih lanjut karena mengalami luka ringan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Iptu Eko Puji menyampaikan bahwa dugaan sementara kecelakaan disebabkan oleh kelalaian pengemudi Fortuner yang mengantuk dalam perjalanan pulang dari Sumenep menuju Pasuruan.
“Jadi kami pihak kepolisian mengimbau kepada seluruh pengguna jalan untuk selalu berhati-hati dan memastikan kondisi tubuh prima sebelum berkendara, terutama dalam perjalanan jauh,” tandasnya. [sar/suf]
-

Ketika Selawat Menjadi Jembatan Toleransi di Kampung Moderasi Jombang
Jombang (beritajatim.com) – Angin malam Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, membawa gema shalawat yang mengalun pelan. Di Dusun Ngepeh, ratusan warga duduk bersila, menyatu dalam lantunan doa. Di antara mereka tak hanya wajah-wajah muslim, tetapi juga umat Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Malam itu, perbedaan hanyalah warna, bukan sekat.
KH Nur Hadi atau yang akrab disapa Mbah Bolong, berdiri di depan hadirin. Suaranya lirih namun tegas, penuh kebapakan. “Bangsa Indonesia perlu bersyukur dengan kemerdekaan yang sudah diraih. Caranya dengan saling menghormati dan menghargai, meski berbeda agama yang dipeluk,” ucapnya, Selasa malam (2/9/2025).
Dusun kecil ini bukan sembarang dusun. Sejak 2024, Kementerian Agama telah menobatkannya sebagai Kampung Moderasi. Alasannya jelas: di satu hamparan tanah berdiri dua gereja, satu masjid, dan satu pura. Namun tak pernah sekalipun riak permusuhan muncul di antara warganya. Kerukunan di Ngepeh seolah diwariskan turun-temurun.
Acara Ngepeh Bershalawat malam itu adalah buktinya. Semua warga saling bergandeng tangan, ikut terlibat. Air mineral dan nasi kotak tak hanya datang dari tangan umat Islam, tapi juga dari keluarga non-muslim. “Ada yang menyumbang dari yang non-Islam,” tutur David Syaifullah, Modin berambut gondrong.
Sejak dua tahun lalu, shalawat di Ngepeh bukan hanya milik muslim, tapi juga ruang perjumpaan lintas iman. Semua tokoh agama diundang, tanpa terkecuali. “Kerukunan di Ngepeh tidak hanya jadi contoh di Jombang, tapi juga nasional bahkan internasional,” ucap Ali Imron, perangkat desa, yang disambut tepuk tangan gemuruh.
Di sudut acara, Wijiono, seorang umat Hindu, tampak larut dalam suasana. Ia duduk berbaur, meneguk air mineral yang sama, menyantap hidangan yang sama. “Terima kasih, kami merasa terhormat dan semoga kerukunan umat beragama di Ngepeh terus dijaga,” katanya tulus.
Malam itu, shalawat menjadi jembatan. Tidak ada kursi terpisah, tidak ada prasangka. Semua hanyut dalam suasana khidmat.
Warga lintas iman menghadiri Ngepeh Bersholawat
Mbah Bolong menutup dengan pesan penuh makna: “Jangan sampai perbedaan kita menjadi bermusuhan. Mensyukuri nikmat kemerdekaan harus diisi dengan pembangunan, bukan pertikaian.”
Dan shalawat pun terus menggema, seakan menguatkan ikrar tak tertulis: di Ngepeh, kerukunan bukan hanya wacana, melainkan napas kehidupan sehari-hari. [suf]
-
/data/photo/2025/08/31/68b419b4166e2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Dzuriyyah Bani Kholil di Bangkalan Serukan Deklarasi Damai, Minta Semua Pihak Tahan Diri Surabaya 31 Agustus 2025
Dzuriyyah Bani Kholil di Bangkalan Serukan Deklarasi Damai, Minta Semua Pihak Tahan Diri
Tim Redaksi
BANGKALAN, KOMPAS.com
– Memanasnya aksi demonstrasi di berbagai daerah menjadi sorotan sejumlah pihak, salah satunya adalah Dzurriyah Bani Kholil di Kabupaten Bangkalan, yang mengimbau seluruh pihak untuk menahan diri agar tidak memperkeruh kondisi tersebut.
Seruan damai itu disampaikan oleh para ulama sepuh di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, sore ini.
Perwakilan Bani Kholil, KH Imam Buchori Cholil menyampaikan duka cita atas meninggalnya Affan Kurniawan serta para korban dalam aksi demonstrasi tersebut.
“Kami mengucapkan belasungkawa dan duka cita yang mendalam atas meninggalnya ananda Affan Kurniawan dan semua korban yang meninggal dalam aksi yang terjadi di berbagai daerah,” ucapnya, Minggu (31/8/2025).
Selain itu, pihaknya meminta agar seluruh pihak dapat menahan diri agar tidak semakin memperburuk kondisi.
“Kami memohon semua pihak untuk bisa menahan diri, agar ketenangan dan kondusivitas di masyarakat menjadi hal yang utama,” ucapnya.
Salah satu ulama sepuh di Kabupaten Bangkalan itu juga mengimbau agar masyarakat membaca doa dan amalan di lingkungan masing-masing.
“Hal itu bertujuan untuk keselamatan bangsa dan negara Republik Indonesia,” ucapnya.
Pihaknya juga meminta pemerintah untuk mengakomodasi aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat, sehingga kondisi masyarakat tidak semakin memanas dan bisa kembali kondusif.
“Kepada pemerintah, khususnya Bapak Presiden, supaya bisa mengakomodasi aspirasi masyarakat secara komprehensif dan menyeluruh, di antaranya
reshuffle
kabinet dan penegakan hukum tanpa pandang bulu,” tutur dia.
Seruan damai ini dihadiri oleh KH Imam Buchori Cholil, KH M Syafik Rofi’i, KH Imron Abd Fattah, KH Abd Kadir Rofi’i, KH Shofwan Tajul, KH Muadz Makki, dan KH Hasan Iraqi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Mahasiswa Salat Gaib untuk Keselamatan Bangsa di Pamekasan
Pamekasan (beritajatim.com) – Ratusan mahasiswa baru (MABA) Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat Pamekasan, menggelar salat gaib dan doa bersama untuk keselamatan dan kedamaian bangsa, Minggu (31/8/2025).
Salat gaib dan doa bersama tersebut dipimpin Wakil Rektor III IAI Al-Khairat Pamekasan, Muzammil Imron, diikuti jajaran rektorat dan civitas akademika, perwakilan TNI-Polri, serta ratusan maba peserta Program Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Tahun Akademik 2025-2026.
“Salat gaib ini dalam rangka mendoakan almarhum Affan Kurniawan (driver ojek online yang meninggal dunia dalam demonstrasi di Jakarta). Sebab dalam pandangan Islam, mencari nafkah untuk keluarga memiliki kedudukan mulia, bahkan bisa dikatagorikan sebagai jihad. Insya’ Allah ia syahid fi sabilillah,” kata Muzammil Imron.
Selain itu pihaknya juga sangat berharap semua korban jiwa di berbagai daerah, mendapatkan tempat terbaik. “Semoga almarhumin, khusunya Affan Kurniawan mendapat tempat terbaik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan,” harapnya.
Tidak hanya itu, momen tersebut juga dilanjutkan dengan doa dan pembacaan kalimat tauhid bersama untuk keselamatan dan kedamaian bangsa, seiring dengan maraknya aksi unjuk rasa yang terjadi di berbagai daerah di tanah air.
“Kami menilai sebab kejadian yang menimpa Affan Kurniawan ojol bukan hanya menjadi duka untuk kalangan driver ojol, tetapi juga duka bagi bangsa Indonesia. Sehingga kita sangat berharap kondisi ini bisa segera berakhir dan semakin membaik,” harapnya.
Lebih lanjut disampaikan jika doa bersama tersebut dilakukan sebagai bentuk ikhtiar dengan harapan kemaslahatan bagi seluruh elemen bangsa. “Artinya doa bersama ini bukan sekedar ritual, tetapi ikhtiar batin untuk meredam gelombang keresahan yang tengah melanda negeri,” pungkasnya.
Program PBAK 2025 IAI Al-Khairat Pamekasan, diikuti sebanyak 320 mahasiswa, meliputi sebanyak 155 mahasiswa putra dan sebanyak 165 lainnya mahasiswa putri. Jumlah tersebut tersebar di tiga fakultas berbeda, yakni Ekonomi dan Bisnis Islam, Tarbiyah dan Ushuluddin. [pin/but]
-
/data/photo/2025/08/26/68adb26565f3a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik Megapolitan 26 Agustus 2025
Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di bawah riuh kendaraan yang melintas di jalan layang dan tol Grogol, Jakarta Barat, sejumlah warga hidup tanpa tempat tinggal layak.
Mereka memilih menetap di kolong
flyover
, menjadikannya “rumah” sekaligus pangkalan kerja.
Rukiman (48), perantau asal Jepara, Jawa Tengah, sudah sekitar delapan bulan terakhir menetap di kolong
flyover
Grogol.
Pria yang sehari-hari mencari nafkah sebagai tukang gali itu menuturkan, lokasi tersebut sudah lama dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pekerja serabutan.
“Kalau dari dulu, dari jaman dulu kan orang di Jakarta sudah tau, kalau cari tukang gali, ya tukang gali Grogol. Ya kita-kita ini, yang di kolong sini,” ujar Rukiman kepada
Kompas.com
, Selasa (26/8/2025).
Namun, kondisi ekonomi yang kian sulit membuatnya tak lagi bergantung pada satu jenis pekerjaan.
“Sekarang ya kan cari duit susah
to
, kerja ya apa saja, serabutan saja. Enggak mesti galian atau proyek. Yang penting bisa dapat (uang),” katanya.
Rukiman mengaku sudah hampir satu bulan tak mendapat pesanan proyek.
“Sudah lama banget nggak ada orderan, sudah jarang yang dateng ke sini. Hampir satu bulan kayaknya,” sambungnya.
Di perantauan, Rukiman tinggal bersama beberapa rekannya yang ia sebut sebagai dulur.
Mereka juga sama-sama datang dari Jepara dan tak punya tempat tinggal tetap.
“Ada dulur. Dulu kan ya ngikut dulur-dulur dari Jepara pada merantau ke sini (Jakarta). Sekarang di sini ya ada dulur juga,” tuturnya.
Rukiman tidur beralaskan kardus dan karung yang digelar di atas
paving block
.
Di samping tempat tidurnya, tampak ketel listrik, galon, tumpukan kardus berisi barang, hingga jam dinding sederhana.
Pemandangan serupa juga terlihat dari rekan-rekannya, ada yang beristirahat di atas tikar dan kardus, dengan tas ransel dijadikan bantal.
Pantauan
Kompas
.com menunjukkan, ada beberapa orang lain yang tinggal di sepanjang kolong
flyover
, dari lampu merah Grogol hingga Stasiun Grogol.
Lokasi ini juga dikenal sebagai titik macet dengan riuh klakson kendaraan pada jam sibuk.
Suwandi (46), tukang gali asal Kudus, menegaskan bahwa keberadaan mereka di kolong
flyover
bukan sekadar mencari tempat tinggal, melainkan pangkalan kerja.
“Pangkalan (bukan tempat tinggal). Ya tidur di sini tiap hari, buat nunggu orderan,” ucapnya sambil bersandar di tiang penyangga tol.
Ia mengakui, keberadaan mereka kerap dipersoalkan petugas Satpol PP.
“Dari jaman dulu juga kan orang udah pada tau kita (tinggal di kolong
flyover
). Cuma cari tempat buat tidur aja,” lanjutnya.
Saat ditanya soal rencana pemerintah menata ulang kolong
flyover
menjadi ruang publik, Rukiman hanya bisa pasrah.
“Ya, gimana, enggak mungkin melawan juga. Kan ini tanah negara, saya terserah gubernurnya saja. Saya cuma mau cari uang,” katanya.
Ia menegaskan tak pernah melawan ketika diminta pindah.
“Selama ini juga tertib, saya enggak pernah berani melawan. Karena semenang-menangnya kalau melawan negara, tetap pasti akan kalah,” ujarnya.
Suwandi pun mengaku hanya bisa mengikuti arahan pemerintah.
“Enggak tau. Harus ngapain juga saya enggak tau, Mas. Saya cuma bisa ngikut aja,” ucapnya.
Meski begitu, ia masih menyimpan harapan agar pemerintah suatu saat memperhatikan nasib mereka.
“Ya, mau aja sih. Tapi, saya enggak tau. Enggak mau apa-apa lagi, cuma mau cari kerjaan saja,” katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Barat menyampaikan rencana menata dua kolong flyover di Grogol dan Rawa Buaya menjadi ruang publik.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Jakarta Barat, Imron Sjahrin, menjelaskan rencana tersebut menindaklanjuti instruksi Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo usai meninjau
Skatepark
di kolong
flyover
Slipi pada 14 Agustus 2025.
“Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong
flyover
Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron, Jumat (22/8/2025).
Pramono disebut menginginkan ruang di bawah flyover Jakarta Barat ditata serupa, baik menggunakan anggaran APBD maupun dana
Corporate Social Responsibility
(CSR).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/26/68ada55c5a3ea.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Penampakan Kolong Flyover Grogol yang Bakal Jadi Ruang Publik: Dihuni Sejumlah Orang Megapolitan 26 Agustus 2025
Penampakan Kolong Flyover Grogol yang Bakal Jadi Ruang Publik: Dihuni Sejumlah Orang
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana menata kolong jalan layang (
flyover
) Grogol, Jakarta Barat, sebagai ruang publik.
Berdasarkan pantauan
Kompas.com
, Selasa (26/8/2025), kolong
flyover
tersebut berada di persimpangan Jalan Dr. Makaliwe dan Jalan Raya Kyai Tapa, tepat di seberang Halte Grogol dan Universitas Trisakti.
Area yang tertutup dua jalan layang umum dan dua jalur tol itu terbagi menjadi dua bagian: satu sisi dimanfaatkan warga dan pedagang, sementara sisi lainnya digunakan sebagai lokasi parkir kendaraan milik Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta.
Bagian yang ditempati pedagang memiliki luas sekitar 30×40 meter dengan empat tiang besar penyangga tol di bagian tengah.
Adapun area parkir kendaraan Unit Peralatan dan Perbekalan (Alkal) Dinas SDA DKI Jakarta berada di seberang jalan putar balik dari Jalan Dr. Makaliwe menuju Jalan Satria.
Tiang penyangga tol sebelumnya sudah dicat dengan motif abstrak warna-warni untuk mempercantik area dan mengurangi kesan kumuh.
Ketika
Kompas.com
di lokasi, terdapat sejumlah pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman menggelar lapak di kolong
flyover
.
Beberapa motor milik pengemudi ojek
online
yang sedang beristirahat juga terlihat diparkir di trotoar. Selain itu, terdapat tempat tidur sederhana milik warga yang tidak memiliki tempat tinggal.
Mereka menggunakan kardus, kain, serta tas sebagai alas dan bantal untuk beristirahat.
Rukiman (46), seorang pria tua asal Jepara, Jawa Tengah, adalah salah satu orang yang tinggal di kolong
Flyover
Grogol.
Ia mengaku sudah sekitar delapan bulan tinggal di kolong
flyover
tersebut sambil bekerja serabutan di Jakarta.
Meski dihuni sejumlah warga, kondisi kolong
flyover
terlihat cukup bersih dan terawat meski ada sejumlah karung dan kardus yang digunakan oleh warga yang tinggal di sana.
Beberapa tanaman hijau juga tumbuh di sisi yang berdempetan dengan jalan raya, membuat area ini tidak tampak terlalu kumuh.
Saat ditanya perihal rencana Pemprov DKI Jakarta untuk menata ulang kolong
flyover
, pedagang maupun warga mengaku belum mengetahui hal tersebut.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Barat berencana menata dua kolong
flyover
yang berlokasi di Grogol dan Rawa Buaya untuk dijadikan sebagai ruang publik.
“Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong
Flyover
Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron dilansir dari
Antara
, Jumat (22/8/2025).
Pramono menginginkan kolong
flyover
yang cukup luas di wilayah Jakarta Barat untuk ditata menjadi ruang publik.
“Pak Gubernur menginginkan kolong flyover yang memang medianya agak luas untuk dilakukan penataan supaya lebih baik, lebih tertata, lebih indah, apalagi kalau bisa dimanfaatkan untuk aktivitas masyarakat,” kata Imron.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Dua kolong flyover di Jakbar akan ditata jadi ruang publik
Ilustrasi – Petugas melakukan penataan kolong flyover Grogol, Jakarta Barat, Rabu (6/12/2023). ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi.
Dua kolong flyover di Jakbar akan ditata jadi ruang publik
Dalam Negeri
Editor: Novelia Tri Ananda
Jumat, 22 Agustus 2025 – 13:35 WIBElshinta.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat (Jakbar) berencana menata kolong jalan layang (flyover) Rawa Buaya dan Grogol untuk kemudian dijadikan sebagai ruang publik. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jakbar Imron Sjahrin mengatakan rencana penataan tersebut merupakan tindak lanjut atas arahan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo saat meninjau Skatepark di kolong flyover Slipi pada 14 Agustus 2025.
“Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong flyover Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Gubernur, kata Imron, menghendaki kolong flyover yang cukup luas di wilayah Jakarta untuk ditata menjadi ruang publik.
“Pak Gubernur menginginkan kolong flyover yang memang medianya agak luas untuk dilakukan penataan supaya lebih baik, lebih tertata, lebih indah, apalagi kalau bisa dimanfaatkan untuk aktivitas masyarakat,” tutur Imron.
Meskipun belum dirinci, anggaran penataan itu menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Rensposibility (CSR).
“Seluruh wali kota diarahkan untuk mencari lagi lokasi-lokasi di wilayahnya masing-masing. Tergantung nanti apakah anggarannya pakai APBD, apakah nanti memang menggunakan dana CSR di masing-masing wilayah,” imbuh Imron.
Selain pembiayaan, rincian penataan, seperti konsep, dana serta waktu eksekusi juga belum dapat dibeberkan oleh Pemkot Jakbar lantaran masih dalam tahap perencanaan.
Sumber : Antara
-

Dua kolong flyover di Jakbar akan ditata jadi ruang publik
Ilustrasi – Petugas melakukan penataan kolong flyover Grogol, Jakarta Barat, Rabu (6/12/2023). ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi.
Dua kolong flyover di Jakbar akan ditata jadi ruang publik
Dalam Negeri
Editor: Novelia Tri Ananda
Jumat, 22 Agustus 2025 – 13:35 WIBElshinta.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat (Jakbar) berencana menata kolong jalan layang (flyover) Rawa Buaya dan Grogol untuk kemudian dijadikan sebagai ruang publik. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jakbar Imron Sjahrin mengatakan rencana penataan tersebut merupakan tindak lanjut atas arahan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo saat meninjau Skatepark di kolong flyover Slipi pada 14 Agustus 2025.
“Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong flyover Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Gubernur, kata Imron, menghendaki kolong flyover yang cukup luas di wilayah Jakarta untuk ditata menjadi ruang publik.
“Pak Gubernur menginginkan kolong flyover yang memang medianya agak luas untuk dilakukan penataan supaya lebih baik, lebih tertata, lebih indah, apalagi kalau bisa dimanfaatkan untuk aktivitas masyarakat,” tutur Imron.
Meskipun belum dirinci, anggaran penataan itu menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Rensposibility (CSR).
“Seluruh wali kota diarahkan untuk mencari lagi lokasi-lokasi di wilayahnya masing-masing. Tergantung nanti apakah anggarannya pakai APBD, apakah nanti memang menggunakan dana CSR di masing-masing wilayah,” imbuh Imron.
Selain pembiayaan, rincian penataan, seperti konsep, dana serta waktu eksekusi juga belum dapat dibeberkan oleh Pemkot Jakbar lantaran masih dalam tahap perencanaan.
Sumber : Antara
-

Rp 100.000 Dikali 120 juta Orang?
GELORA.CO – Ustaz Dasad Latif mengaku kecewa dengan kebijakan pemblokiran rekening pasif oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Dirinya menduga adanya motif ekonomi dibalik kebijakan tersebut.
Hal tersebut disampaikan Ustaz Dasad Latif dalam sebuah wawancara yang diunggah akun instagram @terkinidotid pada Jumat (8/8/2025).
Dalam video tersebut, dirinya mengaku masih merasakan kekecewaan atas pemblokiran rekening bank pribadinya.
Menurutnya, gerakan menabung yang digaungkan pemerintah itu justru dibalas dengan pemblokiran.
“Saya kecewa sebab ajakan menabung justru dibalas dengan blokir. Sehingga ada sangka-sangka, bahwa ini ada transaksi ekonomi dalam blokir itu,” ungkap Ustaz Dasad Latif.
“Misalnya Ketika pengaktifan kan harus bayar lagi Rp 100.000. Nah itu kalau misalnya diblokir 120 juta orang, kali itu Rp 100.000, berapa?” tanyanya.
Tak hanya berbayar, proses pembukaan pemblokiran pun dinilainya sangat menyulitkan masyarakat.
Pasalnya, rekening yang telah diblokir baru bisa kembali terbuka dan digunakan setelah 7 hari kerja.
“Padahal, Bapak Presiden sudah bilang. ‘komplain hari ini, hari ini buka’. Saya disuruh menunggu tujuh hari,” imbuhnya.
Terlepas dari dugaan adanya motif ekonomi dan proses yang berbelit, dampak negatif dari kebijakan ini ditegaskannya adalah tercorengnya citra baik.
Sebab menurutnya, seseorang yang rekeningnya diblokir oleh bank adalah orang yang tersangkut dengan hukum.
Rekening yang diblokir adalah rekening yang dicurigai adanya transaksi dari hasil kejahatan.
“Kemudian, yang paling penting bukan sekedar blokir, adalah citra nama baik. Setahu saya, orang yang diblokir keuangannya itu dicurigai ada tindak pidana, ada transaksi kejahatan,” ungkap Ustaz Dasad Latif.
“Nah masa kau anggap saya ini ada transaksi kejahatan!?” tegasnya.
Dirinya mengaku heran dengan keputusan pemblokiran.
Sebab, uang dalam rekeningnya itu hanya sebesar Rp 300 juta lebih.
Uang yang ditabung pun sengaja ditabung untuk modal pembangunan masjid.
“Andai saja duit saya di situ tiba-tiba ada misalnya satu triliun (rupiah), nah itu pasti ada mencurigakan ini uangnya, ‘kok tiba-tiba ada uangnya satu triliun?’. (tabungan sebesar) Rp 300 juta lebih. Jadi tidak masuk akal!?” tegasnya.
Pernyataan Ustaz Dasad Latif pun ditanggapi ramai masyarakat.
Pro dan kontra dituliskan dalam kolom komentar.
Ustaz Dasad Latif Tak Bisa Lanjutkan Bangun Masjid
Diberitakan sebelumnya, Kebijakan pemblokiran rekening pasif oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menuai kritik dari Ustaz Dasad Latif.
Melalui unggahan video di akun Instagramnya, @dasadlatif1212 pada Kamis (7/8/2025), ia mengaku mengalami langsung dampak dari kebijakan tersebut saat hendak mencairkan dana untuk pembangunan masjid.
Dalam pernyataannya, Ustaz Dasad menceritakan rekening miliknya yang disimpan di salah satu bank milik pemerintah tidak dapat diakses karena telah diblokir.
Alasannya, rekening tersebut dianggap tidak aktif selama tiga bulan terakhir atau tergolong dormant.
“Saya hari ini berencana membayar besi semen untuk pembangunan masjid saya. Jadi saya datanglah mengambil uang yang saya tampung di bank pemerintah. Setelah saya tiba, ternyata rekening saya diblokir karena tidak aktif selama tiga bulan,” ujarnya dalam video pada Kamis (7/8/2025).
Kebijakan ini, menurut Ustaz Dasad Latif, bertolak belakang dengan kampanye nasional yang selama ini mendorong masyarakat untuk giat menabung.
Ia menilai, fungsi menabung seharusnya adalah menyimpan dana, bukan mengharuskan nasabah untuk terus melakukan transaksi berkala.
“Setahu saya selalu diiklankan oleh negara, ayo menabung. Menabunglah saya, tapi kenapa malah diblokir? Namanya menabung, disimpan uangnya. Kalau tidak disimpan, itu bukan menabung,” kata dia.
Ustaz Dasad Latif menegaskan dirinya memahami niat pemerintah untuk mencegah penyalahgunaan rekening oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Namun, menurut dia, pendekatan yang digunakan dalam implementasi kebijakan tersebut justru kini menimbulkan keresahan di masyarakat.
“Saya berharap pemerintah membuat keputusan yang betul-betul elegan, tidak meresahkan masyarakat, dan tidak menyusahkan rakyat kecil,” tuturnya.
Ia pun mengajak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali cara penyampaian dan pelaksanaan kebijakan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat luas.
“Saya tidak ahli perbankan, tidak ahli ekonomi, tapi falsafah dari semua pada negara adalah supaya bisa melayani masyarakat,” ucapnya.
Di akhir video, Ustaz Dasad Latif menekankan kritik yang disampaikannya bukan untuk menentang kebijakan, melainkan sebagai bentuk aspirasi warga negara kepada pemerintah.
Ia berharap apa yang dialaminya tidak terjadi pada masyarakat lain yang mungkin lebih rentan secara ekonomi.
“Saya menabung ini untuk aman dan membantu negara, tapi ternyata saya diblokir. Mudah-mudahan hanya saya yang mengalami, bukan masyarakat kecil lainnya,” ujarnya.
Ia mengajak agar kritik ini tidak dianggap sebagai serangan, melainkan sebagai masukan untuk memperbaiki sistem pengelolaan keuangan negara.
“Saya yakin, kalau niatnya baik, pasti Allah tunjukkan jalan yang baik,” ujarnya diakhir video.
Melengkapi postingannya, Ustaz Dasad Latif menegaskan agar pemerintah dapat melahirkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat.
Kebijakan yang berorisntasi kepada hal baik, bukan justru mempersulit masyarakat.
“Ke-BIJAK-an yg elegan harus berorientasi kemaslahan dan tidak menimbulkan masalah baru,” tulis Ustaz Dasad Latif.
“Ini wujud aspirasi saya dalam mencintai negara ini, di negara ini saya hidup, beribadah dan mencari nafka, maka wajib bagiku memberikan masukan konstruktif demi indonesia Raya,” tambahnya.
Pernyataan Ustaz Dasad Latif seketika ramai diserbu masyarakat.
Beragam masukan hingga kritik dituliskan masyaraklat terkait kebijakan PPATK dalam kolom komentar postingannya.
@phelereagel_al: Beleng-beleng memang @ppatk_indonesia
@raden_boby_ibrahim: @ppatk_indonesia noh dengerin,,kalian nyusahin emng
@sam.devidcris: @ppatk_indonesia agak laen ini emang
@antok_nur: Ya allah
@soi_fah: @hotmanparisofficial
@theshe_sahota: menyesal aku pilih @prabowo 2x sy kira rakyat makmur sm beliau tpi ternyata malah menyusahkan rakyat, bagus golput aja lagi
@fakhru_ans_official: HARUS VIRAL INI, PENTING SEKALI.
@indraapriana81: Yg ngambil kebijakan emang paling bijak sepertinya tadz..
@muh_ali_imron: Itu yģ buat kebijakan gila.. Semoga Ri1 dengar @prabowo .. biar g tambah gila kebijakan ini
@pita_keanu: Bapak presiden @prabowo,
@aidiuas_97: Lawan terus kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat, harus tuntas.
@ancha_andhi: Tandanya mereka malas berpikir akhirnya masyarakat jadi korban, bikin dulu kebijakan tanpa kajian mendalam padahal sudah digaji besar
@bang_syahrul_2: @ppatk_indonesia @ppid_ppatk dengar baik2 sai kdg
Prof UGM Sebut Kebijan Kurang Matang
Dikutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada, kebijakan pemblokiran rekening ‘menganggur’ oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menuai kontroversi di masyarakat.
Ratusan juta rekening yang tidak menunjukan aktivitas dalam tiga bulan terakhir dikategorikan sebagai dormant atau rekening pasif.
Dikatakan bahwa pemblokiran dilakukan untuk mencegah tindak pidana penyalahgunaan rekening pasif untuk praktik ilegal, seperti pencucian uang dan jual beli rekening.
Meski 122 juta rekening sudah dibuka, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo menyebut, kebijakan PPATK tersebut termasuk salah satu bentuk “brute-force” atau kebijakan yang sifatnya coba-coba dan kurang memertimbangkan banyak aspek.
Menurutnya, bukan pertama kali pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang kurang matang.
“Sudah sekian kali rakyat menyaksikan bahwa kebijakan yang diambil oleh rezim pemerintah sekarang ini kurang profesional yang jika dibiarkan berulang-kali terjadi akan berpotensi semakin menggerus legitimasi Presiden,” ucapnya, Rabu (6/8/2025).
Nilai kepemilikan rekening bank masyarakat Indonesia cukup fantastis.
Laporan PPATK menyebut total nilai rekening yang diblokir mencapai Rp 428,61 miliar.
Di antara jumlah tersebut tentunya ada berbagai alasan pembukaan rekening yang mengakibatkan rekening menjadi pasif atau tidak ada aktivitas dalam tiga bulan terakhir, seperti mendapatkan promo, pembukaan rekening untuk demonstrasi layanan bank, untuk penyaluran bantuan sosial, atau sebagian nasabah lupa bahwa pernah membuka rekening di bank tertentu.
Faktor-faktor tersebutlah yang luput dipertimbangkan pemerintah.
“Resiko penyalahgunaan rekening menganggur untuk hasil judi online atau pencucian uang memang ada. Tapi tindakan pemblokiran tanpa melihat alasan mengapa rekening itu menganggur juga bukan tindakan bijaksana,” tutur Wahyudi.
Ia menambahkan, pemerintah kurang bisa menerapkan prosedur RIA (Regulatory Impact Assessment) sehingga dampak negatif dari sebuah kebijakan tidak diantisipasi sejak dini.
Akibatnya, masyarakat kembali menjadi korban dari kebijakan pemerintah.
Jika memang ingin mendeteksi atau mencegah penyalahgunaan rekening untuk tindakan ilegal, PPATK bisa bekerja sama dengan instansi yang mengawasi aktivitas keuangan, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan.
Perlu ada pencatatan dan kategorisasi rekening berdasarkan riwayat rekening tersebut sejak pembukaan hingga beberapa bulan terakhir. Analisis tersebut akan memberikan gambaran apakah pemblokiran rekening memang diperlukan atau tidak.
“Teknologi untuk mengidentifikasi rekening-rekening itu semestinya sudah tersedia, dan informasi nasabah dari perbankan semestinya sudah sangat lengkap untuk melacak rekening menganggur tersebut,” ujar Wahyudi.
Meskipun kini sekian ratus juta rekening sudah kembali dipulihkan, namun tetap ada evaluasi yang perlu dilakukan.
Kebijakan seharusnya diimplementasikan secara terstruktur dan tidak terburu-buru. Pemilik nasabah juga memiliki hak keterbukaan informasi atas rekeningnya sendiri.
Wahyudi menyarankan agar pemerintah perlu memperbaiki sistem kebijakan yang akan dilakukan, tidak hanya pada kasus pemblokiran rekening saja.
Pertimbangan matang akan mengarahkan pada implementasi kebijakan yang baik dengan mitigasi resiko, sehingga tidak perlu melakukan “blanket-policy” atau kebijakan tidak transparan.
Tindakan tanpa pertimbangan justru akan menghasilkan inefisiensi dan penurunan kredibilitas dan visibilitas pemerintah di mata masyarakat