Tag: Ibrahim Assuaibi

  • Prediksi Harga Emas 31 Mei 2025, Naik atau Turun? – Page 3

    Prediksi Harga Emas 31 Mei 2025, Naik atau Turun? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga emas dunia diperdagangkan di level USD 3.291 pada Jumat (30/5/2025) waktu setempat. Pengamat pasar, Ibrahim Assuaibi memperkirakan bahwa, jika emas dunia mengalami penurunan akan menembus level USD 3.276.

    “Tetapi ada kemungkinan besar harga emas dunia ini dalam perdagangan di minggu depan ini akan sedikit mengalami penguatan ke USD 3.348. Kalau seandainya itu tembus, maka akan menuju di level USD 3.380,” ungkap Ibrahim kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (30/5/2025).

    Ibrahim melihat, fluktuasi emas dunia tidak akan terlalu falam pekan depan.

    Dia menjelaskan, salah satu faktor yang menyebabkan harga emas dunia berfluktuasi adalah keputusan pengadilan federal AS untuk menghentikan biaya impor yang dilakukan oleh pemerintahan Trump.

    “Artinya apa? Bahwa pada saat Trump menerapkan biaya impor terhadap negara-negara banyak pengusaha-pengusaha di Amerika yang melakukan mengadukan ke pengadilan federal dan pengadilan federal menyetujui,” Ibrahim menyoroti.

    Tetapi Ibrahim juga mencatat bahwa hasil dari pengadilan federal direspon oleh pemerintahan Trump dengan mengajukan banding di mahkamah agung, yang kemungkinan besar akan dimenangkan oleh Presiden AS.

    “(Fenomena) ini yang cukup menarik. Kalau seandainya perang dagang ini usai, kemungkinan besar harga emas dunia pasti akan turun. Tetapi saya lihat bahwa banding pemerintah Trump terhadap mahkamah agung di Amerika kemungkinan akan dimenangkan dan ini akan kembali membuat harga emas dunia ini akan terus mengalami penguatan,” bebernya.

    Selain itu, Tiongkok juga akan merilis sejumlah data ekonomi pekan depan, terutama data manufaktur yang kemungkinan besar menunjukkan kinerja positif.

  • Dolar AS Ditutup Menguat Rabu Ini, Rupiah Diprediksi Perkasa Jumat – Page 3

    Dolar AS Ditutup Menguat Rabu Ini, Rupiah Diprediksi Perkasa Jumat – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali merosot pada hari ini. Penguatan dolar ini terjadi di tengah kesehatan fiskal AS. Pada Rabu (28/5/2025), rupiah ditutup melemah 9 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 35 poin di level Rp 16.296 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.286.

    “Sedangkan untuk perdagangan Jumat, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 16.240 – Rp 16.300,” ungkap pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (28/5/2025).

    Penguatan USD terjadi di tengah ketidakpastian atas perdagangan AS dan kesehatan fiskal, dengan fokus pada lebih banyak kesepakatan perdagangan AS dan kemajuan RUU pemotongan pajak yang memecah belah yang didukung oleh Trump.

    Akhir pekan lalu, Trump mengatakan akan menunda rencana untuk mengenakan tarif perdagangan 50% terhadap Uni Eropa hingga awal 9 Juli 2025.

    Juli juga merupakan saat tarif timbal balik Trump terhadap sejumlah ekonomi utama akan mulai berlaku, meskipun perubahan haluannya baru-baru ini pada tarif UE memicu harapan bahwa presiden AS tidak akan memenuhi ancaman tarif lainnya.

    “Data kepercayaan konsumen AS yang kuat juga meningkatkan risiko dan meredam kekhawatiran atas ekonomi AS. Fokus sekarang adalah pada isyarat lebih lanjut mengenai ekonomi AS dalam beberapa hari mendatang – dari sejumlah pembicara Federal Reserve, serta risalah rapat terakhir Fed, yang akan dirilis pada hari Rabu,” papar Ibrahim.

  • Harga Emas Diprediksi Bakal Melejit Lagi, Siap-Siap – Page 3

    Harga Emas Diprediksi Bakal Melejit Lagi, Siap-Siap – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga emas dunia kembali menguat di level USD 3,360 pada Selasa pagi (6/5/2025). Pengamat pasar dan mata uang, Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas dunia akan mencapai kisaran USD 3,410, dan akan melejit ke USD 3,500.

    “Faktor pendukung antara lain, serangan Houthi yang menghantam bandara Ben Gurion akhir pekan lalu dan Israel melancarkan serangan darat di perluas di Jalur Gaza utk menguasai sepenuhnya wilayah tersebut,” papar Ibrahim di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

    Faktor pendorong harga emas dunia lainnya, adalah isu wilayah Greenland yang kembali memanas serelah Presiden AS Donald Trump mengatakan akan mempertimbangkan tindakan militer utk menguasai wilayah, serta ketegangan di Eropa terkait konflik Rusia-Ukraina.

    “Kemudian (faktor pendorong lainnya) dalam pertemuan minggu ini The Fed kemungkinan akan menahan suku bunga acuan yang membuat Trump Kembali marah dan mengancam agar FOMC menekan Powel utk menurunkan suku bunga,” imbuh Ibrahim.

    Harga Emas Sempat Merosot

    Diwartakan sebelumnya, harga emas dunia sempat mengalami tekanan dalam perdagangan pekan lalu dengan mencatat penurunan untuk pekan kedua berturut-turut.

    Sementara pelaku pasar Wall Street mempertahankan pandangan bearish terhadap harga emas, para investor ritel (Main Street) mulai menunjukkan optimisme baru menjelang keputusan penting dari Federal Reserve (The Fed).

    Dikutip dari Kitco.com, perdagangan emas sempat dibuka pada harga USD3.326,84 per ons pada Minggu malam (4/5), namun dengan cepat merosot ke USD3.271,25, titik terendah yang bertahan selama tiga hari.

     

  • Rupiah Diprediksi Menguat ke Rp16.700 per Dolar AS

    Rupiah Diprediksi Menguat ke Rp16.700 per Dolar AS

    JAKARTA – Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 30 April diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

    Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Selasa, 29 April, Kurs rupiah spot di tutup naik 0,56 persen ke level Rp16.761 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,44 persen ke level harga Rp16.787 per dolar AS.

    Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan Amerika Serikat (AS) akan melunakkan dampak tarif otomotifnya dengan mengurangi beberapa bea yang dikenakan pada suku cadang asing di mobil yang diproduksi di dalam negeri.

    “Penyesuaian tersebut berarti produsen mobil yang membayar tarif otomotif Trump akan dibebaskan dari bea tambahan, seperti pada baja dan aluminium,” ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 30 April.

    Selain itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa semua aspek pemerintahan AS sedang berhubungan dengan China dan terserah kepada China untuk meredakan situasi. Hal ini terjadi setelah Beijing sebelumnya membantah adanya pembicaraan.

    Sementara itu, para pembuat kebijakan China berjanji untuk mendukung bisnis dan pekerja yang terkena tarif tinggi AS dan menyerukan persiapan untuk skenario terburuk.

    “Namun, mereka tidak mengumumkan tindakan tambahan apa pun di luar apa yang diungkapkan dalam pertemuan kebijakan tahunan mereka pada bulan Maret. Data aktivitas manufaktur resmi China dan Caixin akan dirilis pada hari Rabu, memberikan gambaran pertama tentang bagaimana tindakan tarif berdampak pada sektor manufaktur,” jelasnya.

    Sementara dari dalam negeri, Ibrahim menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diperkirakan mengalami perlambatan, seiring belum optimalnya realisasi belanja negara yang seharusnya menjadi stimulus utama bagi perekonomian.

    Adapun hingga Maret 2025, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp620,3 triliun, hanya tumbuh 1,37 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Perlambatan ini terutama disebabkan oleh turunnya belanja pemerintah pusat sebesar 3,37 persen (yoy) menjadi Rp413,2 triliun. Kontraksi tersebut dipicu oleh penurunan belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar 11,75 persen (yoy) menjadi Rp217,1 triliun.

    Menurut Ibrahim rendahnya realisasi belanja negara memberi tekanan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025.

    Ibrahim menyampaikan belanja pemerintah, khususnya belanja K/L, selama ini berperan penting sebagai penggerak utama aktivitas ekonomi melalui proyek pembangunan serta pengadaan barang dan jasa.

    “Lambatnya realisasi belanja di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), serta kenaikan harga bahan pokok akibat tekanan pasar domestik dan global,” tuturnya.

    Selain itu, ia menyampaikan bahwa belanja pemerintah sangat krusial untuk menjaga daya beli masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan sektor riil.

    Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 diperkirakan hanya akan berada di kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal IV-2024 yang mencapai 5,02 persen. Sebelumnya, proyeksi awal pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,0 persen.

    Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu, 30 April 2025 dalam rentang harga Rp16.700 – Rp16.770 per dolar AS.

  • Harga Emas Mulai Menurun, Sudah Waktunya Beli atau Belum? Ini Pandangan Pengamat – Halaman all

    Harga Emas Mulai Menurun, Sudah Waktunya Beli atau Belum? Ini Pandangan Pengamat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Harga emas saat ini mulai mengalami penurunan, seiring ketegangan perdagangan global akibat perang tarif impor mulai mereda.

    Pada Selasa (29/4/2025) pagi, harga emas spot turun 0,4 persen ke level US$ 3.329,12 per ons troi. 

    Sementara, harga emas berjangka AS turun 0,2% menjadi US$ 3.342,40 per ons troi.

    “Lingkungan risiko jelas membaik baru-baru ini, dengan pelaku pasar didukung oleh optimisme bahwa ketegangan perdagangan terburuk mungkin sudah berlalu di tengah retorika yang menggembirakan seputar kesepakatan perdagangan,” kata ahli strategi pasar IG Yeap Jun Rong dikutip dari Kontan.

    Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent mengatakan, pada hari Senin beberapa mitra dagang utama telah membuat proposal “sangat bagus” untuk menghindari tarif AS, dengan India kemungkinan akan menjadi yang pertama menyelesaikan kesepakatan.

    Langkah-langkah terbaru China untuk membebaskan barang-barang AS tertentu dari tarif pembalasannya menunjukkan keinginan untuk meredakan ketegangan perdagangan, Bessent menambahkan.

    Waktunya Beli

    Sebelumnya, pengamat komoditas Ibrahim Assuaibi menyebut, koreksi harga emas terjadi seiring kondisi pasar yang mulai kondusif. Alhasil, investor-investor besar mulai berani mengalihkan sebagian aset safe haven-nya ke bentuk lain.

    Kendati begitu, penurunan harga emas ini tidak akan bertahan lama. Katanya, salah satunya itu karena kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang berkaitan dengan Amerika Serikat masih memanas. 

    Presiden AS Donald Trump mengeluarkan teguran kepada Ukraina untuk mengembalikan wilayah-wilayah seperti Crimea, Donetsk, dan Luhansk kepada Rusia. Namun Ukraina tak mengabulkannya, mengingat wilayah tersebut menyumbang hampir 20% anggaran negara.

    “Ini yang kemungkinan besar akan membuat lonjakan harga emas kembali,” kata Ibrahim.

    Prediksinya, emas hanya akan mencapai level terendah US$ 3.200 dalam waktu dekat. Setelahnya, harganya akan kembali naik.

    Menurutnya, investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk mulai membeli emas.

    “Ini kesempatan,” tegasnya. Apalagi jika menimbang potensi stok emas logam mulia yang mulai terbatas seiring permintaan yang meningkat dari masyarakat. 

    Lebih lanjut, katanya kesempatan ini hanya sesaat. Pasalnya, negosiasi AS dan China belum menunjukkan sinyal positif.

    “Kemungkinan di hari Senin atau nanti malam, pasar Amerika akan kembali lagi mengalami penguatan,” kata Ibrahim.

    Harga Logam Mulia

    Harga emas Antam per gram pada Selasa ini dibanderol sebesar Rp 2.043.000, mengalami penurunan sebesar Rp 5 ribu dari Rp 2.048.000 pada hari sebelumnya.

    Sementara itu, emas dari UBS terpantau mengalami penurunan lebih dalam. Hari ini, per gramnya dibanderol Rp 1.983.000 setelah turun Rp 8 ribu dari Rp 1.991.000.

    Serupa dengan UBS, emas batang dari Galeri24 pada hari ini juga mengalami penurunan sebesar Rp 8 ribu. Harga per gramnya dibanderol Rp 1.955.000 setelah turun dari Rp 1.963.000.

    Dalam menjual emas batangan, Antam dan Galeri24 menawarkan variasi kuantitas 0,5 gram hingga 1.000 gram atau 1 kilogram.

    Berbeda dengan Antam dan Galeri24, UBS menawarkan variasi emas batangan dari 0,5 gram hingga 500 gram.

    Berikut daftar lengkapnya harga emas dari tiga produk berbeda dikutip dari situs resmi Pegadaian:

    Galeri24

    0,5 gram: Rp 1.026.000
    1 gram: Rp 1.955.000
    2 gram: Rp 3.852.000
    5 gram: Rp 9.560.000
    10 gram: Rp 19.069.000
    25 gram: Rp 47.554.000
    50 gram: Rp 95.032.000
    100 gram: Rp 189.970.000
    250 gram: Rp 474.689.000
    500 gram: Rp 948.909.000
    1.000 gram: Rp 1.897.817.000

    Antam

    0,5 gram: Rp 1.074.000
    1 gram: Rp 2.043.000
    2 gram: Rp 4.023.000
    3 gram: Rp 6.008.000
    5 gram: Rp 9.978.000
    10 gram: Rp 19.897.000
    25 gram: Rp 49.612.000
    50 gram: Rp 99.142.000
    100 gram: Rp 198.201.000
    250 gram: Rp 495.227.000
    500 gram: Rp 990.234.000
    1000 gram: Rp 1.980.426.000

    UBS

    0,5 gram: Rp 1.072.000
    1 gram: Rp 1.983.000
    2 gram: Rp 3.934.000
    5 gram: Rp 9.721.000
    10 gram: Rp 19.338.000
    25 gram: Rp 48.249.000
    50 gram: Rp 96.298.000
    100 gram: Rp 192.520.000
    250 gram: Rp 481.158.000
    500 gram: Rp 961.183.000

  • BI Tahan Suku Bunga, Rupiah terhadap USD Ditutup Melemah Hari Ini – Page 3

    BI Tahan Suku Bunga, Rupiah terhadap USD Ditutup Melemah Hari Ini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan pada Rabu, 23 April 2025. Pelemahan rupiah terjadi menyusul keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap di level 5,75 persen.

    Pada Rabu (23/4/2025), rupiah ditutup melemah 12 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 25 poin di level Rp 16.871,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.859,5.

    “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.860 – Rp 16.940,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keteragannya di Jakarta, Rabu (23/4/2025).

    Seperti diketahui, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan April 2025 pada Selasa (22/4) dan Rabu (23/4) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap di level 5,75 persen.

    Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5 persen. Adapun suku bunga lending facility yang diputuskan untuk tetap berada pada level 6,5 persen. Penahanan suku bunga BI disebabkan ketidakpastian ekonomi global yang dipicu tensi perang dagang.

    Agresifnya eskalasi tit-for-tat, atau strategi saling membalas, antara Amerika Serikat dan China dalam penentuan tarif impor antara kedua negara, semakin memperburuk ketidakpastian global.

    “Selain itu, kekhawatiran terkait tingkat inflasi dalam negeri karena walaupun data terkini menunjukkan bahwa inflasi masih berada di bawah rentang target BI, tekanan deflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir cenderung bersifat temporer usai berakhirnya program subsidi tarif diskon listrik,” Ibrahim menyoroti.

    Inflasi Indonesia juga diprediksi akan meningkat secara perlahan seiring dengan berakhirnya diskon tarif angkutan udara untuk periode libur Idul Fitri.

    Peningkatan permintaan agregat dan mobilitas masyarakat menyusul berbagai hari raya keagamaan dan periode cuti bersama di bulan-bulan mendatang turut berpotensi memberikan tekanan inflasi.

     

  • Harga Emas Terus Pecah Rekor, Apakah Akan Turun Lagi?

    Harga Emas Terus Pecah Rekor, Apakah Akan Turun Lagi?

    Jakarta

    Harga emas keluaran Logam Mulia Antam terus mengalami penguatan hingga terus memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Bahkan untuk harga emas Antam ukuran 1 gram di Pegadaian sudah tembus Rp 2.037.000 pada Kamis (17/4) kemarin. Lantas apakah harga emas akan turun?

    Pengamat pasar modal sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kenaikan harga emas ini dipicu oleh aksi beli para investor dan pelaku pasar karena kondisi ketidakpastian ekonomi global, geopolitik yang memanas, perang dagang, penurunan suku bunga akibat inflasi rendah.

    “Pembelian terhadap logam mulia Itu mengindikasikan bahwa ada ketakutan bagi masyarakat seandainya terjadi perang dagang yang terus berlarut-larut, kemudian geopolitik yang terus memanas, ini yang membuat harga emas akan tinggi,” katanya kepada detikcom, Senin kemarin.

    Atas dasar ini, dalam jangka menengah harga emas diprediksi akan terus naik. Bahkan diprediksi bisa mencapai Rp 2,3-2,4 juta per gram. Artinya untuk saat ini belum ada tanda apakah harga emas akan turun.

    “Spekulasinya ada kemungkinan besar harga logam mulia itu akan naik hingga Rp 2,3-2,4 juta per gram, kalau berani spekulasi ya, tapi kalau misalnya dia nggak berani spekulasi, sudah jual saja,” jelas Ibrahim lagi.

    Di luar itu, melansir dari CBC News, Joe Cavatoni selaku ahli strategi pasar senior di World Gold Council mengatakan terdapat tiga skenario harga emas dalam jangka waktu menengah. Yakni harga emas akan tetap naik, harga emas akan fluktuatif dan tidak dapat diprediksi, serta skenario ketiga harga emas bisa ambruk sangat dalam.

    Ia menyebut di antara ketiga skenario ini, peluang harga emas untuk terus meningkat merupakan yang terbesar. Karena saat ini pasar global masih mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perang dagang yang berlarut-larut.

    “Jika keputusan untuk melanjutkan tarif, akan terus terjadi ketidakpastian seputar prospek ekonomi, yang cenderung mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas,” kata Cavatoni.

    Namun terkait apakah harga emas akan turun, menurut Cavatoni kemungkinan ini ada. Dikatakan kondisi ini bisa terjadi jika banyak investor dengan sangat terpaksa harus menjual kepemilikan emas mereka dalam jumlah yang cukup besar untuk mengimbangi kerugian lainnya.

    “Dalam aksi jual pasar yang tajam, emas sebenarnya dapat turun bersamaan dengan saham karena investor membutuhkan likuiditas untuk menutupi kerugian atau memenuhi margin call, dan likuiditas emas yang tak tertandingi serta kurangnya korelasi dengan saham menjadikannya salah satu aset yang paling mudah dijual saat terjadi penurunan,” terangnya.

    Jika kondisi ekonomi membaik dan investor mulai lebih berani dengan instrument yang berisiko cukup tinggi, hal ini juga dapat menurunkan minat terhadap emas dan secara langsung akan menurunkan harga logam mulia tersebut.

    “Jika kondisi keuangan global stabil dan inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda, kita mungkin melihat harga emas stabil atau sedikit turun, karena investor lebih menyukai risiko daripada aset yang aman,” kata Cavatoni.

    Artinya saat ditanya apakah harga emas akan turun, kemungkinan itu ada. Walaupun saat ini banyak pakar masih memprediksi harga emas masih akan terus meningkat.

    (igo/fdl)

  • Harga Emas Bakal Terus Melonjak hingga Cetak Rekor, Antam Sudah Banderol Hampir Rp2 Juta per Gram – Halaman all

    Harga Emas Bakal Terus Melonjak hingga Cetak Rekor, Antam Sudah Banderol Hampir Rp2 Juta per Gram – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Harga emas diprediksi masih akan terus melonjak hingga mencatatkan rekor tertingginya.

    Harga emas global tercatat kembali sentuh rekor tertinggi terbaru di level US$ 3.343 per ons troi. Harga emas telah melambung 26,7 persen sejak awal tahun 2025. 

    Kenaikan tersebut, mendorong harga emas batangan Antam ikut terdongkrak, menembus rekor baru di kisaran Rp 1.975.000 per gram pada Kamis (17/4/2025), setelah mengalami kenaikan Rp 32.000 dari perdagangan sebelumnya. 

    Guru Besar Keuangan & Pasar Modal UI sekaligus pengamat pasar, Budi Frensidy menilai, lonjakan kenaikan harga emas saat ini belum menunjukkan tanda-tanda melambat dan masih memiliki potensi untuk terus berlanjut dalam waktu dekat. 

    Menurutnya, selama arus dana dalam jumlah besar terus mengalir ke instrumen emas sebagai aset lindung nilai, tekanan beli akan tetap kuat dan menopang penguatan harga.

    “Selama masih ada yang terus membeli dalam jumlah besar—yaitu miliaran dolar AS—harga emas masih mungkin akan naik,” terang Budi dikutip dari Kontan, Kamis (17/4/2025).

    Menurutnya, ada tiga alasan utama yang mendorong investor memburu emas. 

    Pertama, banyak yang terdorong ikut membeli karena melihat harga terus naik. “Motifnya bisa karena ikut-ikutan, tidak ingin ketinggalan momentum,” ujarnya.

    Kedua, banyak investor kini kebingungan menempatkan dana di tengah ketidakpastian global. 

    Instrumen seperti saham dan kripto dianggap kurang menarik, sehingga emas menjadi alternatif yang lebih aman.

    Ketiga, masih banyak investor yang belum memahami alternatif investasi lain yang cukup likuid. Alhasil, emas menjadi pilihan yang dianggap paling aman dan mudah dicairkan.

    Menariknya, lonjakan harga emas belakangan ini tidak hanya didorong investor ritel, tapi juga oleh investor besar. 

    Menurut Budi Frensidy, banyak dana yang masuk ke pasar emas berasal dari hasil penjualan US Treasury yaitu surat utang yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat. 

    Biasanya, obligasi ini dianggap sebagai salah satu aset paling aman di dunia. Namun belakangan, minat terhadap aset-aset safe haven seperti dolar AS dan obligasi pemerintah AS mulai menurun. 

    Budi menilai, hal ini dipengaruhi kebijakan Presiden AS yang sulit diprediksi dan menimbulkan ketidakpastian, sehingga mendorong investor besar beralih ke emas sebagai tempat berlindung yang lebih stabil.

    “Obligasi dan dolar AS mulai dihindari karena gaya Presiden AS, sehingga gold menjadi semakin menarik sebagai safe haven,” tuturnya.

    Melihat kondisi tersebut, Budi Frensidy menyimpulkan investor masih berada dalam fase flight to safety, yaitu situasi ketika mereka mencari tempat yang lebih aman untuk menyimpan uang. 

    Saat ini, emas dianggap sebagai satu-satunya aset yang cukup aman di tengah kondisi pasar yang lesu dan penuh ketidakpastian.

    Imbas Perang Dagang

    Perang dagang antara Amerika Serikat dan China semakin ‘memanas’, mengakibatkan melambungnya harga emas dunia.

    “Harga emas dunia pagi ini menembus rekor tertinggi baru, yakni 3.343 dollar AS per ons troy,” ujar analis emas Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis (17/4/2025).

    Harga emas terus naik seiring investor mencari aset aman di tengah gejolak ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

    Presiden AS Donald Trump kembali menaikkan tarif impor AS terhadap Tiongkok menjadi 245 persen dari sebelumnya 145 persen.

    “Memanasnya perang dagang, di mana AS menerapkan kembali tarif tambahan sebesar 245 persen ke Tiongkok yang mengakibatkan harga emas dunia,” tambah Ibrahim.

    Berikut harga emas batangan Antam hari ini belum termasuk pajak:

    0,5 gram: Rp 1.037.500
    1 gram: Rp 1.975.000
    5 gram: Rp 9.650.000
    10 gram: Rp 19.245.000
    25 gram: Rp 47.987.000
    50 gram: Rp 95.895.000
    100 gram: Rp 191.712.000
    500 gram: Rp 957.820.000
    1.000 gram: Rp 1.915.600.000

  • Apakah Harga Emas Akan Turun?

    Apakah Harga Emas Akan Turun?

    Jakarta

    Harga emas keluaran Logam Mulia Antam sudah mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Bahkan untuk harga emas Antam ukuran 1 gram di Pegadaian sudah tembus Rp 2.004.000. Lantas apakah harga emas akan turun?

    Pengamat pasar modal sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kenaikan harga emas ini dipicu oleh aksi beli para investor dan pelaku pasar karena kondisi ketidakpastian ekonomi global, geopolitik yang memanas, perang dagang, penurunan suku bunga akibat inflasi rendah.

    “Pembelian terhadap logam mulia Itu mengindikasikan bahwa ada ketakutan bagi masyarakat seandainya terjadi perang dagang yang terus berlarut-larut, kemudian geopolitik yang terus memanas, ini yang membuat harga emas akan tinggi,” katanya kepada detikcom, Senin (14/4) kemarin.

    Atas dasar ini, dalam jangka menengah harga emas diprediksi akan terus naik. Bahkan diprediksi bisa mencapai Rp 2,3-2,4 juta per gram. Artinya untuk saat ini belum ada tanda apakah harga emas akan turun.

    “Spekulasinya ada kemungkinan besar harga logam mulia itu akan naik hingga Rp 2,3-2,4 juta per gram, kalau berani spekulasi ya, tapi kalau misalnya dia nggak berani spekulasi, sudah jual saja,” jelas Ibrahim lagi.

    Di luar itu, melansir dari CBC News, Kamis (17/4/2025), Joe Cavatoni selaku ahli strategi pasar senior di World Gold Council mengatakan terdapat tiga skenario harga emas dalam jangka waktu menengah. Yakni harga emas akan tetap naik, harga emas akan fluktuatif dan tidak dapat diprediksi, serta skenario ketiga harga emas bisa ambruk sangat dalam.

    Ia menyebut di antara ketiga skenario ini, peluang harga emas untuk terus meningkat merupakan yang terbesar. Karena saat ini pasar global masih mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perang dagang yang berlarut-larut.

    “Jika keputusan untuk melanjutkan tarif, akan terus terjadi ketidakpastian seputar prospek ekonomi, yang cenderung mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas,” kata Cavatoni.

    Namun terkait apakah harga emas akan turun, menurut Cavatoni kemungkinan ini ada. Dikatakan kondisi ini bisa terjadi jika banyak investor dengan sangat terpaksa harus menjual kepemilikan emas mereka dalam jumlah yang cukup besar untuk mengimbangi kerugian lainnya.

    “Dalam aksi jual pasar yang tajam, emas sebenarnya dapat turun bersamaan dengan saham karena investor membutuhkan likuiditas untuk menutupi kerugian atau memenuhi margin call, dan likuiditas emas yang tak tertandingi serta kurangnya korelasi dengan saham menjadikannya salah satu aset yang paling mudah dijual saat terjadi penurunan,” terangnya.

    Jika kondisi ekonomi membaik dan investor mulai lebih berani dengan instrument yang berisiko cukup tinggi, hal ini juga dapat menurunkan minat terhadap emas dan secara langsung akan menurunkan harga logam mulia tersebut.

    “Jika kondisi keuangan global stabil dan inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda, kita mungkin melihat harga emas stabil atau sedikit turun, karena investor lebih menyukai risiko daripada aset yang aman,” kata Cavatoni.

    Artinya saat ditanya apakah harga emas akan turun, kemungkinan itu ada. Walaupun saat ini banyak pakar masih memprediksi harga emas masih akan terus meningkat.

    (igo/fdl)

  • Logam Mulia, Mental Biasa

    Logam Mulia, Mental Biasa

    Jakarta

    Pagi-pagi Mila dan suami sudah antre di butik Logam Mulia (LM) Antam Pulogadung. Sudah dua hari berturut-turut mereka mencoba beli emas di beberapa lokasi butik, tapi stok selalu habis. Di hari ketiga, akhirnya mereka mendapat giliran setelah antre di nomor 200. Padahal, mereka sudah datang dari jam 8 pagi, sebelum toko buka.

    Mila bilang dirinya sangat getol ingin beli emas lantaran harga logam mulia itu diperkirakan akan segera naik, bahkan bisa menyentuh Rp 2 jutaan per gram. Untuk itu dirinya berusaha untuk membeli emas sebelum harga semakin mahal.

    “Dengar-dengar sih memang akan naik lagi. Bisa sampai Rp 2 jutaan ya. Ini saja harganya sudah lumayan sampai Rp 1,8 jutaan. Padahal kemarin pas pertama mau beli masih Rp 1,7 jutaan lah,” katanya belum lama ini.

    Hari ini 17 April 2025, harga emas batangan di butik Antam sudah tembus Rp 1.975.000 per gram. Harga di Pegadaian bahkan sudah jebol Rp 2 juta per gram. Kenaikan harga yang signifikan ini tak cuma menggembirakan bagi yang sudah lama investasi emas, tapi juga menciptakan fenomena baru di kalangan masyarakat: euforia investasi yang berbasis pada rasa takut ketinggalan tren (FOMO). Kisah Mila dan suami hanya contoh kecil apa yang terjadi di masyarakat.

    Kalau dipikir-pikir, pernahkah Anda merasa terlewatkan ketika melihat orang-orang membeli emas, dan hati kecil bertanya, “Apakah saya juga harus beli sekarang?” maka hati-hati jadi bagian yang disebut FOMO. Sebenarnya, tak ada yang salah dengan menjadi FOMO. Wajar dan manusiawi. Cuma, bakal lebih baik kalau punya perencanaan finansial yang matang dan rasional.

    Sayangnya, fenomena orang berbondong-bondong beli emas saat harga sedang merangkak naik malah mencerminkan FOMO tanpa pertimbangan matang, cuma takut ketinggalan tren. Padahal, investasi seharusnya didasarkan pada perencanaan dan pemahaman, bukan sekadar mengikuti arus.

    Tingginya harga emas Antam membawa banyak orang yang sebelumnya tidak tertarik dengan investasi ini untuk mulai bertindak. Namun, apakah membeli emas pada titik harga tertinggi ini adalah keputusan yang bijak, atau kah justru merupakan bentuk kepanikan yang mengarah pada keputusan finansial yang tergesa-gesa?

    Keinginan untuk punya aset yang dianggap aman di tengah ketidakpastian ekonomi jadi makin kuat. Namun perlu dipahami, keinginan membeli emas yang bukan karena pemahaman dan tujuan investasi yang jelas bisa saja membuat perencanaan keuangan berantakan, apalagi jika itu didorong faktor sosial dan ketakutan ketinggalan kesempatan.

    Fenomena ini bisa kita lihat dari data penjualan emas Antam yang mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Dalam laporannya, Antam mencatat penjualan emas tertinggi dalam sejarah perusahaan dengan volume mencapai 43.776 kg (1.407.431 troy oz) di 2024. Angka itu meningkat 68% dibandingkan 2023.

    Pada dasarnya, fenomena FOMO menunjukkan bagaimana masyarakat kita masih mengandalkan emosi dan keinginan untuk mengikuti arus, ketimbang melakukan analisis rasional terhadap kebutuhan dan kemampuan finansial pribadi. Apa yang terjadi adalah fenomena yang lebih besar dari sekadar kenaikan harga emas itu sendiri. Mungkin ini adalah cerminan dari mentalitas masyarakat yang cenderung reaktif terhadap tren, dan bukan proaktif dalam perencanaan keuangan.

    Saat harga emas naik, banyak orang merasa mereka harus ikut membeli untuk “aman”, meskipun mereka tidak tahu pasti kapan harga akan turun atau berapa lama kenaikan ini akan bertahan. Sebagai contoh, menjelang Lebaran 2024, penjualan perhiasan emas meningkat drastis. Di Bandung, Toko Emas ABC bahkan mencatatkan peningkatan penjualan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

    Pembeli berbondong-bondong membeli perhiasan emas, bukan semata-mata karena kebutuhan, tetapi karena adanya dorongan sosial untuk memiliki “barang berharga” di tengah momentum perayaan Lebaran. Padahal, harga emas sudah berada pada level yang cukup tinggi. Namun, masyarakat lebih dipengaruhi oleh tradisi dan keinginan untuk “berjaga-jaga” jika harga emas semakin naik.

    Logam mulia memang dikenal sebagai investasi jangka panjang yang relatif stabil, tetapi pada titik tertentu, harga yang tinggi dapat membawa potensi kerugian jika kita tidak memahami waktu yang tepat untuk membeli atau menjualnya. Investasi emas tanpa pemahaman yang mendalam justru bisa menjadi jebakan finansial.

    Jika melihat tingkat literasi keuangan di Indonesia, angkanya memang masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) dari OJK, per 2024 indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan 75,02%. SNLIK tahun 2024 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia sebesar 39,11%. Indeks inklusi keuangan syariah juga hanya sebesar 12,88%.

    Mungkin diperlukan gambaran jika membeli emas dalam waktu yang tidak tepat dan perencanaan yang tidak jelas. Sebagai contoh, katakanlah Budi punya uang Rp 10 juta untuk beli emas Antam saat harganya sedang tinggi-tingginya: Rp 1.900.000 per gram.

    Lalu 1-2 bulan kemudian, Budi ada keperluan sangat mendadak dan butuh dana Rp 10 juta. Tanpa pikir panjang, Budi langsung menjual emas yang sebelumnya ia beli. Sayangnya, nilai emas yang dijual Budi ternyata di bawah Rp 10 juta, katakanlah 9 juta sekian karena harga buyback masih lebih rendah dari harga beli. Artinya, investasi Budi bukannya naik malah turun.

    Kesalahan Budi bukan karena membeli emas, tetapi karena membelinya tanpa rencana, tanpa pertimbangan waktu, dan tanpa tujuan keuangan yang jelas. Emas memang instrumen yang relatif aman dalam jangka panjang, tetapi bukan berarti bebas risiko jika dibeli secara impulsif.

    Karena itu, pada kenyataannya, banyak yang membeli emas hanya karena “semua orang” melakukannya, tanpa memahami mengapa mereka harus berinvestasi di sana dan bagaimana emas dapat berkontribusi pada tujuan keuangan mereka.

    Jika melihat lebih jauh, fenomena ini juga memperlihatkan ketidakpastian ekonomi yang melanda masyarakat. Apalagi dengan banyaknya informasi tentang perang tarif yang dipicu Amerika Serikat (AS) dan menimbulkan dampak psikologis yang negatif ke perekonomian dalam negeri. Mungkin banyak orang-orang yang merasa terancam kondisi finansialnya jika tak segera diamankan. Di sinilah emas, dengan citra sebagai pelindung nilai yang stabil, jadi solusi sementara yang tampaknya paling aman dan mudah dijangkau.

    Seperti halnya dengan instrumen investasi lainnya, harga emas pun memiliki siklusnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami kapan waktu yang tepat untuk membeli dan menjual. Hal ini seperti yang diungkapkan Pengamat pasar modal sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi. Ia berpendapat saat ini harga emas sudah terlalu mahal untuk dibeli. Terutama jika pembelian dimaksudkan untuk mengejar keuntungan dari perkiraan atau spekulasi kenaikan harga emas ke depan.

    “Kalau menurut saya sih ini sudah terlalu tinggi. Sudah terlalu mahal sebenarnya untuk melakukan pembelian,” kata Ibrahim.

    Meski begitu, ia tidak memungkiri jika saat ini masih banyak masyarakat khususnya para investor yang akan ‘memaksa’ beli emas meski harga sudah sangat tinggi. Sebab menurutnya di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, pilihan masyarakat untuk mengamankan aset mereka jadi sangat terbatas, yakni emas atau uang tunai khususnya dolar.

    Fenomena FOMO dalam investasi emas ini juga mengingatkan kita akan pentingnya pengelolaan emosi dalam berinvestasi. Emas memang bisa menjadi pilihan yang aman dalam masa ketidakpastian, tetapi hanya jika dibeli dengan tujuan yang jelas dan pemahaman yang baik tentang pasar.

    Seharusnya, ini jadi saat yang tepat bagi masyarakat untuk belajar lebih banyak tentang literasi keuangan dan memahami berbagai instrumen investasi yang ada. Tidak hanya emas, tetapi juga saham, obligasi, atau instrumen lainnya yang bisa memberikan keuntungan jangka panjang. Jangan biarkan ketakutan dan kecemasan jangka pendek mengendalikan keputusan finansial.

    (fdl/fdl)