Tag: Ibrahim Assuaibi

  • Harga Emas Bakal Tembus USD 4.271, Begini Prediksi Logam Mulia di Pasar Domestik

    Harga Emas Bakal Tembus USD 4.271, Begini Prediksi Logam Mulia di Pasar Domestik

    Liputan6.com, Jakarta – Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas dunia berpotensi menguat pada awal pekan, khususnya hari ini Senin, 8 Desember 2025. Ia menuturkan, pada Sabtu pagi harga emas dunia ditutup di level USD 4.196, setelah sempat menyentuh USD 4.372 menjelang pukul 01.00 dini hari. Pergerakan signifikan juga sempat terjadi ketika harga emas menyentuh USD 4.259 sebelum kembali terkoreksi.

    Menurut Ibrahim, jika tekanan jual kembali muncul, emas berpotensi turun ke USD 4.126, sementara untuk logam mulia diproyeksikan di kisaran Rp 2.370.000 per gram. 

    “Kalau saya lihat bahwa kalau seandainya nanti harga emas dunia mengalami penurunan itu di USD 4.126, logam mulianya itu adalah Rp 2.370.000,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (8/12/2025).

    Ia menyebutkan, level support kedua berada di USD 4.050, yang dapat menyeret harga logam mulia ke Rp 2.280.000 apabila terjadi koreksi lebih dalam dalam sepekan.

    “Kemudian di support kedua itu USD 4.050 dalan satu minggu ya, kemungkinan besar dalam satu minggu kalau seandainya turun logam mulia itu di Rp 2.280.000. Itu kalau seandainya turun,” ujarnya.

    Namun, Ia menegaskan, peluang penguatan justru lebih terbuka. Resisten pertama di USD 4.271 berpeluang tercapai pada hari Senin. Jika level ini ditembus, harga logam mulia dapat bergerak ke sekitar Rp 2.430.000. 

    “Tetapi kalau mengalami kenaikan ya kemungkinan besar resisten pertama di USD 4.271 kemudian itu kemungkinan terjadi di hari Senin.Diperkirakan. Kemudian harga logam mulia itu di Rp 2.430.000,” ujarnya.

    Adapun ia memproyeksikan hingga Jumat atau Sabtu mendatang, potensi resisten kedua di USD 4.328 dapat membawa kembali harga logam mulia ke kisaran Rp 2.500.000.

    “Sampai di hari Jumat atau Sabtu pagi harga emas dunia kemungkinan resisten kedua itu di USD 4.328, Ya itu kalau logam mulianya itu dari Rp 2.500.000. Kemungkinan besar akan kembali ke Rp 2.500.000,” ujarnya.

  • Prospek Harga Emas Sita Perhatian

    Prospek Harga Emas Sita Perhatian

    Liputan6.com, Jakarta – Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyampaikan pergerakan harga emas dunia pada akhir pekan lalu mengalami fluktuatif setelah sempat menguat cukup tinggi. Ia menyebut harga emas dunia pada Sabtu pagi ditutup di level USD 4.196, setelah menyentuh level tertinggi di USD 4.259 sebelum mengalami koreksi. Salah satu sentimen yang bayangi harga emas yakni kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

    “Kemarin di hari Sabtu, Sabtu pagi harga emas dunia ditutup di USD 4.196. Walaupun sempat mengalami penguatan kemudian terkoreksi. Di penguatan cukup tinggi sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan itu adalah di level USD 4.259,” ujar Ibrahim dalam keterangan resmi, Minggu, 7 Desember 2025.

    Ia menjelaskan, jika harga emas dunia mengalami penurunan, level support pertama berada di kisaran USD 4.126 dengan harga logam mulia sekitar Rp 2.370.000. Sementara support kedua berada di USD 4.050 yang berpotensi membawa harga logam mulia ke sekitar Rp 2.280.000 dalam rentang satu pekan. 

    Di sisi lain, jika harga menguat, resistance pertama diperkirakan berada di USD 4.271 dengan harga logam mulia sekitar Rp 2.430.000, sedangkan resistance kedua berada di USD 4.328 dengan potensi harga logam mulia kembali ke Rp 2.500.000.

    Di sisi lain, jika harga menguat, resistance pertama diperkirakan berada di USD 4.271 dengan harga logam mulia sekitar Rp 2.430.000, sedangkan resistance kedua berada di USD 4.328 dengan potensi harga logam mulia kembali ke Rp 2.500.000.

    Artikel Harga Emas Dunia Bergerak Fluktuatif, The Fed dan Geopolitik Global Membayangi menyita perhatian pembaca di Kanal Bisnis Liputan6.com pada akhir pekan ini. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Senin, (8/12/2025).

  • Prediksi Harga Emas Antam Senin 8 Desember 2025, Naik Lagi?

    Prediksi Harga Emas Antam Senin 8 Desember 2025, Naik Lagi?

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas batangan Antam berfluktuasi selama perdagangan sepekan periode 1-6 Desember 2025. Pada pekan ini, harga emas Antam turun Rp 11.000 dari Rp 2,415 juta per gram pada Senin (1/12/2025) menjadi Rp 2,404 juta per gram.

    Pergerakan harga logam mulia atau Emas Antam sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga emas dunia. Pengamat pasar emas, Ibrahim Assuaibi menyampaikan, apabila harga emas dunia mengalami penurunan pada Senin (8/12/2025) ke level US$ 4.126 per troi ons, logam mulia akan bergerak ke kisaran Rp 2,370 juta per gram.

    “Dalam satu minggu, kalau seandainya turun, logam mulia itu di Rp 2,280 juta per gram,” kata Ibrahim Assuaibi, Minggu (7/12/2025).

    Sebaliknya, apabila harga emas dunia mengalami kenaikan hingga US$ 4.271 per troi ons pada Senin, emas Antam akan bergerak ke level Rp 2,430 juta per gram. 

    “Sampai dengan akhir pekan, logam mulia kemungkinan besar akan kembali ke Rp 2,5 juta,” kata Ibrahim.

  • Rupiah Stabil terhadap Dolar AS Hari Ini 5 Desember 2025

    Rupiah Stabil terhadap Dolar AS Hari Ini 5 Desember 2025

    Sebelumnya, pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menproyeksikan rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp 16.690 pada perdagangan Jumat, (5/12/2025).

    “Sedangkan untuk perdagangan, 5 Desember 2025 mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp 16.650- Rp 16.690,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Jumat, 5 Desember 2025.

    Sebelumnya, pada perdagangan Kamis, 4 Desember 2025, mata uang rupiah ditutup melemah di level Rp 16.653. Menurut dia, rupiah semakin melemah jika dibandingkan pada perdagangan Rabu, 3 Desember 2025 yang berada di level Rp 16.628.

    “Pada perdagangan sore ini (Kamis, 4 Desember 2025) mata uang rupiah ditutup melemah 25 poin sebelumnya sempat melemah 30 point dilevel Rp 16.653 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.628,” ujar dia.

    Ibrahim pun membeberkan sejumlah faktor yang mempengaruhi pelemahan rupiah, di antaranya data AS mendukung spekulasi pelonggaran The Fed. Penurunan ini terjadi meskipun pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin hampir 90% pada pertemuan The Fed 9-10 Desember, menurut perangkat CME FedWatch.

     

     

     

     

  • Rupiah Ditutup Perkasa Hari Ini Selasa 2 Desember 2025, Bertengger di Posisi Ini

    Rupiah Ditutup Perkasa Hari Ini Selasa 2 Desember 2025, Bertengger di Posisi Ini

    Liputan6.com, Jakarta Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi, mencatat mata uang rupiah ditutup menguat di level Rp 16.624 pada perdagangan sore ini, Selasa (2/12/2025).

    “Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 38 point sebelumnya sempat menguat 55 point dilevel Rp 16.624 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.663,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025).

    Adapun Ibrahim membeberkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penguatan rupiah, diantaranya faktor eksternal, ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan melanjutkan siklus pelonggarannya telah meningkat dengan CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember adalah sebesar 87,4%.

    Penasihat Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, kemungkinan akan ditunjuk sebagai Ketua Fed berikutnya, menggantikan Jerome Powell. Namun, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia tidak akan memberi tahu siapa pun siapa yang akan ditunjuk, tetapi ia sudah menentukan pilihannya.

    Sementara berdasarkan data, Institute for Supply Management (ISM) mengungkapkan bahwa aktivitas manufaktur pada bulan November mengalami kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut.

    “Data lebih lanjut, yang diungkapkan oleh ISM, menunjukkan bahwa harga input meningkat dan pasar tenaga kerja masih berada dalam kondisi rendahnya tingkat pemecatan dan perekrutan,” ujarnya.

    Selain itu, Rusia-Ukraina kembali memanas, setelah Ukraina meningkatnya frekuensi serangan pesawat nirawak terhadap infrastruktur Rusia. Serangan baru-baru ini sempat mengganggu pemuatan di terminal Laut Hitam Konsorsium Pipa Kaspia, jalur utama untuk minyak mentah Kazakhstan dan Rusia.

    Pada saat yang sama, ketegangan antara Washington dan Caracas semakin dalam setelah para pejabat AS mengisyaratkan mereka mungkin akan memperketat pembatasan terhadap Venezuela, termasuk menutup wilayah udara mereka. Langkah ini menyusul meningkatnya tekanan AS terhadap Venezuela, dengan Trump menuduh negara itu membiarkan pengiriman narkoba mengalir dari wilayahnya.

     

     

     

  • Harga Emas Diramal Menguat Bulan Desember, Ini Pemicunya

    Harga Emas Diramal Menguat Bulan Desember, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Harga emas dunia kemungkinan akan menguat di bulan Desember 2025 ini. Fluktuasi harga emas akan terjadi didorong oleh berbagai faktor.

    Menurut Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi kemungkinan harga emas akan menguat karena banyak sentimen pendukungnya dari luar negeri. Khususnya, dari Amerika Serikat.

    Diperkirakan emas berpotensi naik ke level US$ 4.263 per troy ons atau sekitar Rp 2,44 juta per gram untuk harga domestik. Secara mingguan emas bisa menguat lagi sampai US$ 4.328 per troy ons atau sekitar Rp 2,58 juta per gram.

    “Tapi kalau seandainya naik di hari Senin, kemungkinan besar di US$ 4.263 per troy ons. Kemudian logam mulianya di Rp 2,44 juta, itu di resis yang pertama,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya kepada awak media, Minggu (30/11/2025).

    Menurutnya, ada optimisme di pasar setelah pemerintahan federal Amerika Serikat (AS) kembali aktif setelah mengalami shutdown. Sebab, data perekonomian AS akan kembali diumumkan untuk bulan September dan Oktober setelah keduanya tidak bisa diumumkan karena shutdown terjadi.

    Buktinya adalah data ekonomi September macam inflasi dan tenaga kerja yang menunjukkan angka positif saat diumumkan usai pemerintahan federal shutdown. Data ekonomi itu bisa saja mendorong Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk melakukan penurunan suku bunga yang pada akhirnya menguatkan harga emas.

    “Kemungkinan besar harga emas dunia maupun logam mulia ini akan mengalami kenaikan dalam awal-awal bulan Desember terutama adalah di minggu pertama. Yang pertama adalah kita tahu bahwa pasca pemerintahan federal Amerika libur panjang 43 hari ya banyak sekali data yang tidak dirilis,” jaga Ibrahim.

    Penurunan suku bunga juga nampak makin nyata karena Presiden Donald Trump akan mencalonkan Kevin Hassett yang saat ini menjadi Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS untuk menjadi Gubernur The Fed yang baru menggantikan Jerome Powell yang akan selesai masa tugasnya Mei 2026. Mengingat Hassett adalah tangan kanan Trump kemungkinan penurunan suku bunga akan dilakukan.

    “Kemungkinan besar dia akan diterima karena di Kongres mayoritas itu adalah pendukung Trump dari Partai Republik. Nah sehingga apa, sehingga di tahun 2026 kemungkinan besar penurunan suku bunga itu akan lebih banyak lagi,” ujar Ibrahim.

    “Trump sendiri dari awal dia menginginkan bahwa Bank Sentral Amerika itu harus menurunkan suku bunga ya kembali ke sebelumnya di 0 sampai 0,25%. Nah ini yang membuat dolar kembali lagi mengalami pelemahan dan ini yang membuat harga emas dunia kembali mengalami penguatan,” lanjutnya menjelaskan.

    Dari dalam negeri, kenaikan harga emas didorong oleh masalah permintaan dan penawaran, stok emas disebut Ibrahim mengkhawatirkan di dalam negeri setelah masalah yang terjadi pada PT Freeport yang masih sulit melakukan produksi setelah sederet kejadian di tambangnya dan juga smelternya.

    “Terkait masalah supply dan demand permintaan logam mulai dan emas di Indonesia cukup tinggi, karena Freeport baru bisa produksi bulan April, kemungkinan Mei itu baru menghasilkan logam mulia,” papar Ibhrahim.

    Freeport awalnya mengasumsikan dapat memproduksi emas 50 ton, kini cuma bisa memproduksi 25 ton saja. Artinya ada penurunan pasokan emas di dalam negeri yang memicu naiknya harga emas.

    “Dengan adanya permasalahan teknis di lapangan, ini yang membuat harga emas ini walaupun turun akan terbatas, tapi naik akan tinggi karena supply demand tidak seimbang,” pungkas Ibrahim.

    (kil/kil)

  • Kurs Dolar Melemah, Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat 28 Poin

    Kurs Dolar Melemah, Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat 28 Poin

    Liputan6.com, Jakarta – Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi, mencatat kurs dolar kembali terpuruk pada hari ini. Mata uang rupiah ditutup menguat di level Rp 16.636 pada perdagangan Kamis (27/11/2025). 

    “Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 28 poin sebelumnya sempat menguat 30 poin di level Rp 16.636 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.664,” kata Ibrahim dalam keterangannya.

    Adapun faktor penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh suksesi Ketua Fed Menjadi Fokus Bloomberg melaporkan minggu ini bahwa Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, dipandang sebagai kandidat terdepan untuk menjadi Ketua Fed berikutnya, menggantikan Powell setelah masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.

    Hassett dipandang sebagai sekutu dekat Presiden Donald Trump, dan secara luas diperkirakan akan melaksanakan tuntutan presiden untuk menurunkan suku bunga secara drastis, bahkan lebih dari Powell.

    Faktor lainnya, Trump telah menyerukan penurunan suku bunga yang jauh lebih besar untuk mendorong perekonomian AS, meskipun The Fed sebagian besar menolak seruannya untuk berhati-hati atas inflasi yang stagnan.

    “Namun, beberapa pejabat The Fed mengatakan dalam seminggu terakhir bahwa pemotongan suku bunga untuk mendukung pasar tenaga kerja lebih diutamakan daripada inflasi yang stagnan, dan bahwa tekanan harga juga kemungkinan akan mereda dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya.

     

  • Rupiah menguat, keyakinan pasar menguat The Fed pangkas suku bunga

    Rupiah menguat, keyakinan pasar menguat The Fed pangkas suku bunga

    Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Selasa sore menguat sebesar 42 poin atau 0,25 persen menjadi Rp16.657 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.699 per dolar AS.

    Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai penguatan kurs rupiah dipengaruhi keyakinan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan di bulan Desember 2025.

    “Hal tersebut terlihat dari komentar dovish para pejabat Federal Reserve yang meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan Desember,” ucapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

    Gubernur The Fed Christopher Waller menyampaikan dukungan terhadap penurunan suku bunga, sebagaimana pandangan Presiden Fed New York John Williams dengan alasan bahwa tenaga kerja AS sedang melemah.

    Pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga hampir 80 persen, dengan pemotongan seperempat poin.

    Saat ini, pelaku pasar disebut bersiap untuk data ekonomi AS terbaru untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter.

    “Indeks Harga Produsen (IHP) AS diperkirakan akan menunjukkan peningkatan sebesar 0,3 persen MoM (month to month) pada bulan September, sementara Penjualan Ritel diproyeksikan akan menunjukkan peningkatan sebesar 0,4 persen MoM selama periode yang sama,” ungkap Ibrahim.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat di level Rp16.667 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.709 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Rupiah menguat seiring kenaikan ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed

    Rupiah menguat seiring kenaikan ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed

    Penguatan kurs rupiah dipengaruhi kenaikan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

    Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Senin sore menguat sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.699 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.716 per dolar AS.

    Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai penguatan kurs rupiah dipengaruhi kenaikan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

    “Probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (Fed) pada bulan Desember melonjak menjadi sekitar 69 persen dari sekitar 44 persen seminggu sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin.

    Menurut Ibrahim, pidato dari para pejabat The Fed dan data ekonomi AS yang telah dirilis mengisyaratkan bahwa perekonomian tetap solid, dengan pasar tenaga yang tangguh tetapi harga-harga tetap tinggi.

    Peningkatan harapan pemotongan suku bunga The Fed mendapatkan pengaruh dari komentar Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams yang menyampaikan penyesuaian kebijakan mungkin dilakukan dalam waktu dekat.

    Namun, sejumlah pejabat The Fed telah memperingatkan inflasi masih terlalu tinggi dan pasar tenaga kerja terlalu ketat untuk pemangkasan suku bunga pada tahap ini, sehingga hasilnya masih belum pasti.

    Para investor saat ini disebut akan mengambil lebih banyak isyarat dari sinyal ekonomi yang beragam dan penundaan rilis data inflasi utama. Data inflasi Producer Price Index (PPI) AS dan penjualan ritel akan dirilis pada hari Selasa (25/11).

    “PPI utama diperkirakan akan menunjukkan peningkatan sebesar 0,3 persen MoM (month to month) pada bulan September, sementara penjualan ritel diproyeksikan menunjukkan peningkatan sebesar 0,4 persen MoM,” kata dia pula.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat di level Rp16.709 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.719 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kurs Dolar AS Hari Ini 21 November 2025, Rupiah Akhirnya Perkasa

    Kurs Dolar AS Hari Ini 21 November 2025, Rupiah Akhirnya Perkasa

    Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar atau kurs rupiah pada pembukaan perdagangan hari in Jumat 21 November 2025, bergerak menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi 16.731 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.736 per dolar AS.

    Penutupan Perdagangan Kemarin

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs dolar) menutup perdagangan Kamis (21/11/2025) dengan penguatan tipis sebesar 28 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp 16.736 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah berada di level Rp16.764 per dolar AS.

    Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia tercatat di posisi Rp 16.742 per dolar AS, melemah dibandingkan sehari sebelumnya yang berada di level Rp 16.732 per dolar AS.

    Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai pergerakan kurs dolar dan rupiah hari ini banyak dipengaruhi meningkatnya sikap skeptis para pejabat Federal Reserve (The Fed) terhadap peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2025 mendatang.

    “Para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja. Para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut,” ujar Ibrahim dikutip dari Antara. 

    Dalam notulen FOMC Oktober, sebagian besar peserta rapat menilai penurunan suku bunga lanjutan masih mungkin dilakukan seiring waktu. Namun ada juga anggota yang menilai pemangkasan pada Desember belum tepat dilakukan.