Tag: Ibrahim Assuaibi

  • Rupiah Kembali Melemah Pagi Ini

    Rupiah Kembali Melemah Pagi Ini

    Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, meski pada sore kemarin mata uang Garuda tersebut sempat digdaya dan menguat.
     
    Mengutip data Bloomberg, Selasa, 17 Desember 2024, rupiah hingga pukul 10.18 WIB berada di level Rp16.035 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 34 poin atau setara 0,21 persen dari Rp16.001 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
     
    Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.034 per USD, juga melemah sebanyak 40 poin atau setara 0,25 persen dari Rp15.994 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
    Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
     
    “Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.050 per USD hingga Rp16.090 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
     

     

    Rupiah ditolong surplus neraca perdagangan

    Menurut Ibrahim, rupiah pada perdagangan kemarin tertolong data neraca perdagangan yang kembali mencatatkan surplus. Padahal sebelumnya, mata uang Garuda tersebut ambruk dan terjerembab cukup dalam.
     
    Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, surplus neraca perdagangan mencapai USD4,42 miliar pada November lalu. Ini adalah surplus ke-55 bulan beruntun. Surplus pada November ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya USD2,48 miliar.
     
    Surplus ini dipicu oleh nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Ekspor RI mencapai USD24,01 miliar pada November 2024, sementara impor tercatat USD19,59 miliar. Adapun, impor RI mengalami penurunan hingga 10,71 persen (mtm) pada November 2024. 
     
    Selain itu, pemerintah resmi memberlakukan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025. Namun, sejumlah barang dan jasa tetap dibebaskan dari PPN, sementara beberapa barang lain mendapatkan fasilitas diskon tarif.
     
    Konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama ekonomi Indonesia, dengan kontribusi mencapai 50 persen. Untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah memberikan stimulus, termasuk pembebasan PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pembelian rumah dan kendaraan bermotor.
     
    Kemudian, pemerintah akan tetap memberikan bantuan pangan berupa 10 kilogram beras per bulan kepada masyarakat kurang mampu di desil I dan II. Rumah tangga dengan daya listrik di bawah 2.200 VA juga akan menerima diskon tagihan listrik sebesar 50 persen selama dua bulan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Rupiah Layu ke Rp16.100 Sore Ini

    Rupiah Layu ke Rp16.100 Sore Ini

    Jakarta, CNN Indonesia

    Nilai tukar rupiah bertengger di Rp16.100 per dolar AS pada Selasa (16/12) sore. Mata uang Garuda melemah 99 poin atau minus 0,12 persen dari perdagangan sebelumnya.

    Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp16.050 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

    Mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak bervariasi. Tercatat, won Korea Selatan melemah 0,08 persen, peso Filipina melemah 0,37 persen, ringgit Malaysia minus 0,17 persen, baht Thailand minus 0,41 persen, dan dolar Singapura minus 0,01 persen.

    Sedangkan yuan China plus 0,01 persen dan dolar Hong Kong 0,02 persen.

    Sementara, mata uang di negara maju terpantau kompak melemah. Dolar Australia minus 0,35 persen, euro Eropa minus 0,14 persen, dolar Kanada melemah 0,29 persen, dan franc Swiss melemah 0,31 persen.

    Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan rupiah terpantau bergerak melemah terhadap dolar AS di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas karena kekhawatiran akan ekonomi China yang lesu.

    “Investor juga mengantisipasi kemungkinan The Fed akan bernada hawakish pada pertemuan FOMC besok,” katanya kepada CNNIndonesia.com.

    Ibrahim Assuaibi Direktur PT Laba Forexindo Berjangka memproyeksikan tekanan rupiah berlanjut pada Rabu (18/12) besok.

    “Untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.080- Rp16.170,” katanya.

    (fby/agt)

  • Rupiah Waspada Walau Kondisi Membaik

    Rupiah Waspada Walau Kondisi Membaik

    Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Senin naik tipis menjadi Rp16.002 menjelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada 17-18 Desember 2024.
     
    Pada akhir perdagangan Senin, rupiah meningkat tujuh poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.002 per USD dari sebelumnya sebesar Rp16.009 per USD.
     
    Sedangkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin merosot ke level Rp16.019 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.987 per USD.
    “Bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir pertemuan pada Rabu, sehingga suku bunga akan turun total 100 basis poin pada 2024,” kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, dilansir Antara, Senin, 16 Desember 2024.
     
    Ibrahim menuturkan prospek suku bunga bank sentral AS akan diawasi dengan ketat, terutama mengingat data terbaru yang menunjukkan inflasi meningkat pada November 2024, sementara pasar tenaga kerja tetap kuat.
     
    The Fed diperkirakan akan memberi sinyal lebih hati-hati atas pelonggaran di masa mendatang, yang dapat membuat suku bunga tetap tinggi dalam jangka panjang.
     
     

    BoJ diprediksi pertahankan suku bunga

    Di Asia, Bank of Japan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga saat ini pekan ini, karena para pejabat mencari lebih banyak waktu untuk mengevaluasi risiko global dan prospek pertumbuhan upah pada 2024. Hal ini berbeda dengan ekspektasi sebelumnya tentang kenaikan suku bunga.
     
    Kementerian Keuangan Korea Selatan berjanji pada Minggu untuk terus menerapkan langkah-langkah stabilisasi pasar dengan cepat sebagaimana diperlukan untuk mendukung ekonomi setelah pemakzulan.
     
    Sedangkan produksi industri Tiongkok tumbuh seperti yang diharapkan pada November karena langkah-langkah stimulus terbaru dari Beijing mendukung aktivitas bisnis, data menunjukkan pada Senin. Namun, penjualan ritel tidak mencapai perkiraan, mencerminkan pelemahan yang sedang berlangsung dalam belanja konsumen meskipun ada dukungan kebijakan.
     
    Sementara dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan Indonesia masih berlanjut pada November 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan surplus neraca perdagangan mencapai USD4,42 miliar pada November lalu. Ini adalah surplus ke-55 bulan beruntun.
     
    Namun, surplus pada November ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya USD2,48 miliar. Surplus ini dipicu oleh nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Ekspor RI mencapai USD24,01 miliar pada November 2024, sementara impor tercatat USD19,59 miliar. Adapun, impor RI mengalami penurunan hingga 10,71 persen month to month (mtm) pada November 2024.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)

  • Tembus Rp16 Ribu, Rupiah Langsung Tertekan di Pembukaan Awal Pekan

    Tembus Rp16 Ribu, Rupiah Langsung Tertekan di Pembukaan Awal Pekan

    Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan di awal pekan ini mengalami pelemahan.
     
    Mengutip data Bloomberg, Senin, 16 Desember 2024, rupiah hingga pukul 09.47 WIB berada di level Rp16.030 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 22 poin atau setara 0,13 persen dari Rp16.008 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
     
    Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.024 per USD, melemah sebanyak 35 poin atau setara 0,22 persen dari Rp15.989 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
    Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
     
    “Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.070 per USD hingga Rp16.090 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
     

     

    Dampak kenaikan PPN

    Ibrahim membeberkan dampak kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang diproyeksikan mulai berlaku pada 2025. Kebijakan tersebut berpotensi menambah penerimaan negara hingga Rp75 triliun, efeknya terhadap ekonomi makro tidak dapat diabaikan.  
     
    “Risiko terhadap inflasi dan daya beli masyarakat harus diwaspadai. Sebagai contoh, pada 2022 ketika PPN naik menjadi 11 persen, inflasi meningkat hingga 0,95 persen dalam satu bulan. Dampak serupa bisa terjadi, bahkan lebih besar,” tutur dia.
     
    Para ekonom memperingatkan potensi efek crowding out pada konsumsi dan investasi. Daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, kemungkinan besar akan tertekan dan ini bisa berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga yang merupakan motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
     
    Selain itu, pentingnya alokasi yang tepat untuk pendapatan tambahan dari kenaikan PPN. “Pendapatan tersebut harus diarahkan untuk mendukung program-program pro-rakyat, seperti subsidi kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur dasar,” tegas Ibrahim mengingatkan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Nilai Tukar Rupiah Jeblok Tembus Rp 16 Ribu Gara-gara Ini

    Nilai Tukar Rupiah Jeblok Tembus Rp 16 Ribu Gara-gara Ini

    GELORA.CO – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup jemblok hingga tembus Rp 16.000 pada perdagangan Jumat sore (13/12/2024). Hal itu karena pasar dilanda keraguan besar soal rencana jangka panjang suku bunga The Fed.

    Mata uang rupiah ditutup melemah 64 point (0,4%) berada di level Rp 16.008 per dolar AS. Nilai tukar rupiah sempat ditutup melemah 25 poin (0,1%) di level Rp 15.944 pada Kamis (12/12/2024). Sedangkan indeks dolar terlihat naik 0,06 poin menjadi 107,06.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pada perdagangan menjelang akhir pekan ini, mata uang rupiah sempat jatuh ke titik terendah karena melemah 70 point, sebelum akhirnya ditutup di level Rp.16.008. “Sedangkan untuk Senin depan (16/12/2024), mata uang rupiah fluktuatif. Namun, ditutup melemah direntang Rp. 15.090 – Rp.16.070,” ungkap Ibrahim, Jumat (13/12/2024).

    Ibrahim menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi karena bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Namun, disisi lain, pasar menjadi semakin tidak yakin atas rencana jangka panjangnya untuk suku bunga. “Hal itu karena data minggu ini menunjukkan inflasi AS tetap tinggi,” tambah Ibrahim.

    Menurut Ibrahim, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga dengan kecepatan yang lebih lambat pada 2025 setelah memangkas suku bunga sebesar 75 bps sejauh ini pada 2024. Kebijakan ekspansif dan inflasi di bawah Presiden terpilih ASDonald Trump juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka panjang. Selain Fed, keputusan suku bunga di Jepang dan Inggris juga akan menjadi fokus minggu depan.

    Selain itu, lanjutnya, Investor kecewa dengan serangkaian langkah stimulus agresif setelah pembaruan dari Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) China, pertemuan dua hari yang berakhir pada Kamis (12/12/2024). Sebuah pernyataan media pemerintah menunjukkan bahwa China telah berjanji untuk meningkatkan defisit anggarannya, meningkatkan penerbitan utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah ketegangan perdagangan yang diantisipasi dengan AS.

    Namun, pasar melihat kebijakan tersebut tidak mungkin memberikan momentum ekonomi langsung yang dibutuhkan untuk melawan tekanan deflasi China. Di CEWC, Beijing menetapkan target untuk pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran, penerbitan utang, dan variabel lain untuk tahun mendatang. “Target tersebut disetujui pada pertemuan tersebut, tetapi tidak akan dirilis secara resmi hingga pertemuan parlemen tahunan pada Maret,” tambahnya.

    Sementara dari dalam negeri, Ibrahim menyebut, dampak kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang diproyeksikan mulai berlaku pada 2025. Kebijakan tersebut berpotensi menambah penerimaan negara hingga Rp 75 triliun, efeknya terhadap ekonomi makro tidak dapat diabaikan.

    “Resiko terhadap inflasi dan daya beli masyarakat harus diwaspadai. Sebagai contoh, pada 2022 ketika PPN naik menjadi 11%, inflasi meningkat hingga 0,95%dalam satu bulan. Dampak serupa bisa terjadi, bahkan lebih besar,” ucapnya.

    Ibrahim menyebutkan, para ekonom memperingatkan potensi efek crowding out pada konsumsi dan investasi. Daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, kemungkinan besar akan tertekan dan ini bisa berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga yang merupakan motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pentingnya alokasi yang tepat untuk pendapatan tambahan dari kenaikan PPN.

    “Pendapatan tersebut harus diarahkan untuk mendukung program-program pro-rakyat, seperti subsidi kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur dasar,” tutupnya.

  • Rupiah Ambles Usai Presiden Suriah Bashar al-Assad Lengser – Page 3

    Rupiah Ambles Usai Presiden Suriah Bashar al-Assad Lengser – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Rupiah mengalami pelemahan di pekan kedua bulan Desember pada Senin, 9 Desember 2024. Rupiah ditutup melemah 21 point terhadap Dolar AS (USD), setelag sebelumnya sempat melemah 35 point di evel Rp.15.866 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15,845.

    Sedangkan untuk besok, kurs Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp. 15.850 – Rp.15.920,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Senin (9/12/2024).

    Rupiah melemah setelah ketegangan geopolitik meningkat di Timur Tengah, di mana pasukan pemberontak mengambil alih ibu kota Suriah, Damaskus, dan melengserkan Presiden Bashar al-Assad, yang melarikan diri ke Rusia.

    Kondisi tersebut diperburuk oleh ketidakpastian yang meningkat atas suku bunga Federal Resrve, membuat para pedagang lebih memilih dolar dan obligasi pemerintah. “Pasar menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi setelah perubahan rezim setelah perang saudara yang berkepanjangan,” ungkap Ibrahim. Di Korea Selatan, pasar juga masih memantau perkembangan terkait keputusan jaksa penuntut terhadap Presiden Yoon Suk Yeol. Ia dalam penyelidikan kriminal atas upaya yang gagal untuk memberlakukan darurat militer pekan lalu.

    Yoon Suk Yeol selamat dari pemungutan suara pemakzulan selama akhir pekan. Namun pemimpin partainya sendiri mengatakan presiden akan dikesampingkan dan dipaksa untuk mengundurkan diri. “Pasar sebagian besar mempertahankan taruhan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu depan,” papar Ibrahim.

    “Namun prospek jangka panjang bank sentral terhadap suku bunga berubah tidak pasti, dengan inflasi yang tinggi dan ketahanan ekonomi yang kemungkinan akan memicu pelonggaran yang lebih lambat pada tahun 2025,” bebernya.

     

  • Rupiah menanjak di tengah pasar tunggu rilis data NFP AS

    Rupiah menanjak di tengah pasar tunggu rilis data NFP AS

    Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis menanjak di tengah pasar tunggu rilis data ketenagakerjaan Non-Farm Payroll Amerika Serikat (AS).

    Pada akhir perdagangan Kamis, rupiah naik 75 poin atau 0,47 persen menjadi Rp15.862 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.937 per dolar AS.

    “Fokus minggu ini adalah pada data payroll nonpertanian utama di AS untuk kejelasan lebih lanjut tentang prospek suku bunga Fed,” kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis.

    Selain itu, investor tetap waspada karena Asia menghadapi risiko geopolitik yang meningkat, termasuk momok tarif perdagangan AS di bawah pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan datang.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis menguat ke level Rp15.892 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.957 per dolar AS.

    Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2024

  • Rupiah turun di tengah pasar nantikan isyarat lebih lanjut tentang FFR

    Rupiah turun di tengah pasar nantikan isyarat lebih lanjut tentang FFR

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah turun di tengah pasar nantikan isyarat lebih lanjut tentang FFR
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 03 Desember 2024 – 17:35 WIB

    Elshinta.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa ditutup turun di tengah pasar menantikan isyarat lebih lanjut tentang pemotongan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate (FFR).

    Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah melemah 40 poin atau 0,25 persen menjadi Rp15.946 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.906 per dolar AS.

    “Sejumlah pejabat Fed akan berpidato dalam beberapa hari mendatang, terutama Ketua Jerome Powell pada hari Rabu. Pidatonya disampaikan hanya beberapa minggu sebelum pertemuan terakhir Fed untuk tahun ini, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin,” kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (3/12). 

    Ibrahim menuturkan ketidakpastian tumbuh atas prospek jangka panjang untuk suku bunga, terutama mengingat tanda-tanda inflasi yang kuat dan ketahanan di pasar tenaga kerja. Data penggajian nonpertanian untuk November akan dirilis Jumat ini dan secara luas diharapkan menjadi faktor dalam prospek bank sentral AS atau The Fed terhadap suku bunga.

    Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, yang pandangannya sering menjadi penentu kebijakan moneter AS, mengatakan bahwa ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga lagi bulan ini, tetapi Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa Fed masih perlu mempertimbangkan data pekerjaan yang akan datang.

    Investor bersiap untuk pembacaan yang berpotensi kuat, karena dampak gangguan terkait badai baru-baru ini mereda. Prospek jangka panjang untuk suku bunga juga dibayangi oleh ketidakpastian atas pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump. Trump secara luas diperkirakan akan memberlakukan kebijakan ekspansif dan proteksionis, yang dapat mendukung suku bunga dan inflasi.

    Pembacaan aktivitas bisnis yang positif dari Tiongkok, yang menunjukkan langkah-langkah stimulus terbaru dari Beijing membuahkan hasil. Namun, para pedagang menunggu lebih banyak isyarat tentang Tiongkok dari dua pertemuan politik utama pada Desember.

    Memburuknya hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok juga diperkirakan berpotensi merusak ekonomi Tiongkok, sehingga mengurangi minatnya terhadap komoditas.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa tergelincir ke level Rp15.950 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.905 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Menguat Lagi, Rupiah Pagi Ini Masih Berani Bekap Dolar AS

    Menguat Lagi, Rupiah Pagi Ini Masih Berani Bekap Dolar AS

    Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami kenaikan.
     
    Mengutip data Bloomberg, Jumat, 29 November 2024, rupiah hingga pukul 09.33 WIB berada di level Rp15.849 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 22 poin atau setara 0,14 persen dari Rp15.871 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
     
    Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.844 per USD, naik 20 poin atau setara 0,13 persen dari Rp15.864 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
    Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.
     
    “Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.810 per USD hingga Rp15.890 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
     

     

    Ekonomi RI diramal tumbuh 5,2%

    Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada 2025 dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan 5,1 persen pada 2024. Sedangkan pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada level 5,2 persen pada asumsi dasar makro dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 dan 2025.
     
    OECD menilai konsumsi akan tetap kuat dan investasi swasta kemungkinan akan meningkat. Defisit fiskal akan sedikit melebar karena belanja publik untuk Ibu Kota Nusantara, tetapi diproyeksikan akan tetap di bawah batas tiga persen. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga pada akhir 2024 dan 2025.
     
    Di sisi lain, OECD melaporkan setidaknya terdapat tiga hal yang bisa menyebabkan perubahan besar dalam proyeksi tersebut. Pertama, lonjakan baru dalam harga pangan dan energi. Hal ini berpotensi menyebabkan biaya hidup yang lebih tinggi dan beban fiskal subsidi. Sehingga, OECD menyarankan adanya reformasi dari subsidi agar lebih tepat sasaran (targeted).
     
    Kedua, perubahan minat investor untuk risiko di negara berkembang. Hal ini berpotensi menyebabkan peningkatan suku bunga dan menyebabkan arus keluar mata uang. Dengan demikian, OECD menyarankan untuk mempertahankan pemberian pinjaman yang hati-hati dengan rasio cakupan yang memadai; menjaga tingkat cadangan mata uang.
     
    Ketiga, bencana alam. OECD menilai Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam, seperti cuaca ekstrem, aktivitas vulkanik dan gempa, yang dapat menimbulkan biaya fiskal, ekonomi dan sosial yang besar.
     
    “Sehingga, OECD menyarankan untuk menggabungkan iklim ke dalam uji stres keuangan dan peraturan perencanaan lahan serta meningkatkan cakupan asuransi,” papar Ibrahim.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Pascalibur Pilkada Serentak, Rupiah Pagi Ini Sukses Bekuk Dolar AS

    Pascalibur Pilkada Serentak, Rupiah Pagi Ini Sukses Bekuk Dolar AS

    Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami kenaikan cukup banyak, setelah libur pencoblosan Pilkada yang digelar secara serentak kemarin.
     
    Mengutip data Bloomberg, Kamis, 28 November 2024, rupiah hingga pukul 09.27 WIB berada di level Rp15.856 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 78 poin atau setara 0,49 persen dari Rp15.934 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
     
    Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.854 per USD, naik 70 poin atau setara 0,43 persen dari Rp15.924 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
    Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
     
    “Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.920 per USD hingga Rp16.000 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
     

     

    Ramalan ekonomi hingga kenaikan PPN

    Ibrahim mengungkapkan, ambruknya kurs rupiah terhadap dolar lantaran para pelaku pasar yang mencerna prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana pada tahun ini tidak akan mencapai 5,1 persen secara tahunan (yoy).
     
    “Kemungkinan (pertumbuhan ekonomi Indonesia) hanya berada pada level 5,0 persen (yoy). Ini karena belanja di akhir tahun meningkat, tetapi belum tentu akan mendongkrak angka pertumbuhan ekonomi karena merupakan faktor musiman,” jelas Ibrahim.
     
    Pada kuartal IV-2024, PDB seharusnya akan flat atau ada soft acceleration karena belanja. Di kuartal III sebelumnya, belanja bansos meningkat tetapi efeknya belum terlihat ke konsumsi. Pilkada di kuartal keempat tahun ini akan membantu belanja.
     
    Sementara itu, di 2025 ada sejumlah faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, jika pemerintah menaikkan tarif Pajak Penambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen, pertumbuhan ekonomi secara tahunan bisa berada di angka 4,91 persen hingga 4,96 persen.
     
    “Angka itu jauh dari target tahun depan yang mencapai 5,2 persen,” tutur dia.
     
    Kemudian, kondisi global yang belum tentu pulih akan menjadi tantangan tersendiri. Salah satu yang perlu diwaspadai misalnya kebijakan tarif dari presiden terpilih AS Donald Trump bisa berdampak terhadap banjir barang dari Tiongkok ke Indonesia.
     
    “Akibatnya harga tertekan dan persaingan dengan produsen lokal, sehingga likuiditas menjadi tantangan tersendiri untuk pertumbuhan ekonomi,” terang Ibrahim.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)