Tag: Ibrahim Assuaibi

  • Harga Emas Tahun Ini Bakal Tak Seindah 2024

    Harga Emas Tahun Ini Bakal Tak Seindah 2024

    Jakarta

    Analis komoditas keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan harga emas dalam perdagangan minggu depan masih dalam tekanan yang cukup signifikan. Bahkan ia memprediksi harga emas dunia pada 2025 tak seindah pada 2024.

    Ibrahim menyebut harga emas kemungkinan besar akan diperdagangkan pada level support di $ 2.560 per troy ounce, sementara potensi penguatan akan terbatas di level $ 2.667 per troy ounce.

    Ia mengatakan, salah satu penyebab terkoreksinya harga emas dunia adalah rilis data Amerika terus membaik yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Tiongkok pasca Trump akan dilantik pada 20 Januari 2025 terus mengalami penguatan.

    “Kemudian Bank Sentral Amerika akan menurunkan suku bunga juga tidak terlalu banyak, tidak sesuai dengan ekspektasi sebelumnya di 4 kali penurunan suku bunga dan kemungkinan hanya 2 kali penurunan suku bunga itu pun juga kalau melihat kondisi inflasi terus mengalami penurunan,” kata Ibrahim, Minggu (5/1/2025).

    Ibrahim juga menyebutkan, kebijakan Trump untuk melakukan perang dagang terhadap negara-negara yang memiliki surplus perdagangan besar dengan Amerika Serikat, termasuk China, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko.

    Selain itu, Trump juga diperkirakan akan menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan internasional. Kebijakan ini diproyeksikan akan memperkuat indeks dolar AS.

    “Artinya apa? bahwa kebijakan-kebijakan Trump ini yang kemungkinan akan membuat indeks dolar terus mengalami penguatan dan obligasi pemerintah Amerika tenor 10 tahun kemungkinan akan terus melejit,” katanya.

    “Ini yang membuat harga emas dunia kemungkinan akan tidak seindah dan saya perkirakan harga emas dunia tahun 2025 tidak seindah harga emas di tahun 2024,” tambahnya.

    Tonton juga Video: Analisa Harga Emas

    (rrd/rrd)

  • Rupiah Masih Tak Sanggup Lawan Kedigdayaan Dolar AS

    Rupiah Masih Tak Sanggup Lawan Kedigdayaan Dolar AS

    Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Meskipun, pelemahan yang dialami mata uang Garuda tersebut lebih kecil ketimbang perdagangan pagi.
     
    Mengutip data Bloomberg, Kamis, 2 Januari 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.198 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah sebanyak 66 poin atau setara 0,41 persen dari posisi Rp16.132 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
     
    “Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 66 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 110 poin di level Rp16.198 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.132 per USD,” kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
    Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.190 per USD. Rupiah turun sebanyak 100 poin atau setara 0,62 persen dari Rp16.090 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
     
    Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.236 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 79 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.157 per USD.
     

     

    PMI manufaktur RI kembali ekspansif

    Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali ekspansif usai berada di zona kontraksi selama lima bulan beruntun. Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, PMI manufaktur Indonesia menguat ke level 51,2 pada Desember 2024 dari sebelumnya terkontraksi di 49,6 pada November 2024. Indeks kinerja manufaktur ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2024.
     
    Kenaikan PMI tersebut didorong oleh kenaikan volume produksi dan permintaan baru secara bersamaan. Secara keseluruhan, produksi naik pada tingkat sedang. Namun, pada laju lebih cepat dibandingkan November 2024.
     
    Permintaan pasar secara umum dilaporkan menguat, baik di dalam maupun luar negeri. Volume penjualan ekspor baru naik, meski marginal, untuk pertama kali hanya dalam waktu kurang dari satu tahun.
     
    Perekonomian manufaktur Indonesia berakhir pada 2024 dengan catatan positif. Ekspansi untuk pertama kali sejak pertengahan tahun menunjukkan penjualan dan output naik. Terlebih lagi, besar harapan tren positif ini akan berlanjut.
     
    Banyak perusahaan optimistis produksi naik pada tahun ini, karena kondisi makro ekonomi stabil dan daya beli klien membaik sehingga lapangan kerja dan aktivitas pembelian naik.
     
    Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi mencapai 0,44 persen (month to month/mtm) dan 1,57 persen (year on year/yoy) pada Desember 2024. Inflasi tahunan (yoy) yang tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.
     
    Dengan hanya mencatat inflasi 1,57 persen, inflasi 2024 akan menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia. Sebagai catatan, inflasi terendah yang pernah dicatat BPS sebelumnya adalah pada 2020 yakni 1,68 persen.
     
    “Rendahnya inflasi 2024 disebabkan sejumlah faktor mulai dari melemahnya daya beli serta melandainya harga bahan pangan pokok setelah terbang pada 2022 dan 2023,” terang Ibrahim.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Baru Dibuka, Rupiah Awal Tahun Jeblok ke Level Segini

    Baru Dibuka, Rupiah Awal Tahun Jeblok ke Level Segini

    Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan awal tahun ini mengalami pelemahan cukup signifikan.
     
    Mengutip data Bloomberg, Kamis, 2 Januari 2025, rupiah hingga pukul 09.30 WIB berada di level Rp16.256 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 124 poin atau setara 0,77 persen dari Rp16.132 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
     
    Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.257 per USD, juga jeblok sebanyak 167 poin atau setara 1,04 persen dari Rp16.090 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
    Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan menguat.
     
    “Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.070 per USD hingga Rp16.150 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
     

     

    Jumlah kelas menengah merosot

    Sementara itu, jumlah kelas menengah di Indonesia tercatat terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta jiwa pada 2024 atau setara dengan 17,13 persen proporsi masyarakat di Tanah Air.
     
    Jumlah itu menurun dibandingkan 2019 yang mencapai 57,33 juta jiwa atau setara 21,45 persen dari total penduduk. Artinya terjadi penurunan sebanyak 9,48 juta jiwa.
     
    Bersamaan dengan itu, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20 persen dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22 persen dari total penduduk.
     
    Adapun penyebab turunnya kelas menengah di Indonesia, mulai dari dampak pandemi covid-19 yang menyebabkan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan sehingga terus menguras tabungan mereka, inflasi yang tinggi dan menurunnya pendapatan masyarakat Indonesia yang menyebabkan daya beli di masyarakat Indonesia mengalami penurunan.
     
    Selain itu, program makanan bergizi gratis (MBG) yang digagas pemerintah Presiden Prabowo Subianto menyimpan potensi kebocoran anggaran hingga Rp8,5 triliun per tahun. Kebocoran terjadi karena model distribusi sentralistik berbasis vendor besar dan dapur umum yang diusulkan pemerintah menjadi salah satu celah besar yang rentan terhadap inefisiensi dan korupsi.  
     
    “Selain potensi kerugian finansial, skema sentralistik ini dinilai memiliki kelemahan sistemik yang memperbesar risiko korupsi. Minimnya transparansi dalam pengelolaan anggaran dan pengawasan yang tidak memadai menjadi faktor utama yang membuat model ini rawan terhadap penyalahgunaan dana,” tutur Ibrahim.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Emas Perhiasan Jadi Komponen Inti Terbesar Penyumbang Inflasi 2024

    Emas Perhiasan Jadi Komponen Inti Terbesar Penyumbang Inflasi 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, komponen inti menjadi penyumbang utama inflasi 2024 adalah komoditas emas perhiasan karena memegang peranan dominan.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan, emas perhiasan secara konsisten menjadi penyumbang terbesar inflasi. Hal ini terlihat dari frekuensi kemunculan komoditas tersebut sebagai kontributor inflasi bulanan dengan andil minimal 0,01%.

    “Inflasi 2024 didominasi oleh komponen inti, dengan kontribusi terbesar disumbangkan oleh komoditas emas perhiasan,” ujar Pudji dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/1/2025).

    Menurut Pudji, emas perhiasan tercatat menyumbang inflasi sebanyak 11 kali secara bulanan sepanjang 2024. Meskipun frekuensi ini sama dengan sigaret kretek mesin (SKM), persentase kontribusinya berbeda signifikan, yaitu 0,35% untuk emas perhiasan dan 0,13% untuk SKM.

    “Komoditas emas perhiasan dan sigaret kretek mesin menjadi kontributor inflasi bulanan yang konsisten selama 2024,” tambah Pudji.

    Lebih lanjut, Pudji mengungkapkan bahwa harga emas perhiasan di Indonesia dipengaruhi oleh rata-rata harga emas di pasar internasional. Selama 2024, harga emas internasional mengalami kenaikan rata-rata sebesar 22,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

    “Kenaikan ini tercermin pada inflasi emas perhiasan yang konsisten sejak awal 2024,” tegas Pudji.

    Sementara itu, prediksi harga emas ke depan menunjukkan tren penurunan. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan, harga emas akan bergerak dalam rentang US$ 2.583-2.656 pada pekan ini. Penurunan harga emas disebabkan oleh penguatan dolar AS dan lonjakan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun.

    “Penyebab utamanya adalah data tenaga kerja dan inflasi AS yang solid, ditambah prospek pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada Januari 2025, yang memperkuat penguatan dolar,” jelas Ibrahim, Minggu (29/12/2024).

    Ibrahim juga mencatat penurunan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada 2025. “Dari rencana empat kali pemangkasan, kemungkinan hanya menjadi dua kali, atau bahkan bisa jadi The Fed kembali menaikkan suku bunga,” tambahnya.

    Dengan dinamika ini, emas perhiasan tetap menjadi sorotan utama dalam konteks inflasi domestik, sementara tren global menunjukkan tantangan yang signifikan terhadap harga komoditas emas.

  • Deretan Investasi yang Berisiko ‘Buntung’ pada 2025

    Deretan Investasi yang Berisiko ‘Buntung’ pada 2025

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Memilih instrumen investasi yang tepat adalah kunci untuk memaksimalkan keuntungan. Namun, tak semua investasi selalu membawa keberuntungan.

    Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan, beberapa instrumen investasi diprediksi akan menghadapi tekanan yang membuatnya kurang menarik di 2025.

    Berikut adalah sejumlah instrumen investasi yang diprediksi menghadapi tekanan dan kurang menguntungkan di tahun 2025:

    1. Saham Berisiko Tinggi

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi usai pelantikan Presiden Terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari 2025, kemungkinan akan terjadi stagnasi dalam sektor politik dan ekonomi. Situasi ini dapat memicu banyak saham anjlok dari level tertingginya.

    “Istilahnya, kalau kita mau menghindari risiko, jauhi saham-saham berisiko tinggi, seperti saham batubara. Ini berisiko karena pada 2025, saat perang dagang usai, banyak saham-saham di sektor ini akan berguguran,” ujar Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Jumat (27/12).

    Ia menjelaskan batubara mencapai masa kejayaan selama pandemi covid tetapi pada 2025, sektor ini diprediksi menghadapi tekanan besar, terutama pada batubara berkalori tinggi.

    Selain itu, kondisi perang dagang yang usai kemungkinan besar akan membuat dolar AS menguat. Dampaknya, mata uang lainnya melemah, sehingga harga batubara ikut tertekan.

    Senada, Analis Pasar Uang Doo Financial Futures Lukman Leong juga menyarankan untuk menghindari saham-saham energi, termasuk batubara, di tahun mendatang.

    “Permintaan minyak mentah dunia diperkirakan turun seiring dengan peralihan ke energi terbarukan dan elektrifikasi kendaraan,” jelas Lukman.

    Ia memperkirakan harga batubara akan berada di kisaran US$100, sedangkan minyak mentah sekitar US$60.

    2. Kripto

    Aset kripto menjadi salah satu instrumen investasi dengan risiko tertinggi. Sebagai mata uang digital yang nilainya tidak diatur oleh pemerintah atau bank sentral, tetapi oleh teknologi blockchain, kripto memiliki volatilitas tinggi.

    Menurut Ibrahim, masa keemasan kripto telah terjadi pada 2024. Namun, ia mengingatkan bahwa Bank Sentral AS (The Fed) tetap menolak kripto sebagai alat pembayaran resmi.

    “Pada 2025, masa kejayaan kripto kemungkinan besar akan berakhir, dan harganya diperkirakan akan kembali mengalami penurunan,” jelasnya.

    3. Saham Farmasi

    Ibrahim juga mencatat bahwa sektor farmasi menghadapi tantangan berat. Pada 2024, sejumlah perusahaan farmasi mengalami penurunan kinerja, terutama karena persaingan ketat dengan farmasi luar negeri. Hal ini menyebabkan banyak saham farmasi anjlok.

    “Meskipun ada investor yang masih suka mengoleksi saham farmasi, sektor ini tetap berisiko. Dalam kondisi global yang tak menentu, situasi ini dapat semakin memburuk. Kita perlu mengingat kembali, saat Trump menjabat, banyak saham berguguran akibat perang dagang yang terus berkecamuk,” tuturnya.

    (del/sfr)

  • Nasib Rupiah Jelang Pergantian Tahun, Masih Aman? – Page 3

    Nasib Rupiah Jelang Pergantian Tahun, Masih Aman? – Page 3

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah jelang Tahun Baru 2025. Koreksi rupiah hingga 54 poin ini berpotensi timbulkan kekhawatiran.

    Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, berbagai faktor eksternal dan internal menjadi penyebab utama melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

    Secara eksternal, salah satu faktor utama adalah kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Ibrahim menuturkan, pada 2025, The Fed berpeluang tidak akan menurunkan suku bunga sebanyak yang diperkirakan sebelumnya. 

    “Salah satunya adalah the fed yang kemungkinan besar Tahun 2025 tidak akan menurunkan suku bunga lebih banyak lagi,” ujar Ibrahim dalam keterangan yang diterima, Jumat (27/12/2024).

    Dia menuturkan, jika kebijakan Presiden Donald Trump pada masa mendatang bertentangan dengan kondisi pasar, bahkan ada potensi The Fed menaikkan suku bunga. Hal ini mendorong penguatan dolar AS, yang secara langsung melemahkan nilai tukar rupiah.

    “Bahkan kalau kebijakan-kebijakan Trump nanti berlawanan dengan pasar, kemungkinan besar Bank Sentral Amerika tidak menurunkan suku bunga, bahkan bisa saja menaikkan suku bunga, itu yang pertama,” ujar dia.

     

  • Menguat Banyak Pagi Ini, Rupiah Siap Gilas Dolar AS

    Menguat Banyak Pagi Ini, Rupiah Siap Gilas Dolar AS

    Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan cukup signifikan, menjelang penutupan perdagangan tahun ini.
     
    Mengutip data Bloomberg, Senin, 30 Desember 2024, rupiah hingga pukul 09.44 WIB berada di level Rp16.150 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 85 poin atau setara 0,53 persen dari Rp16.235 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
     
    Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.144 per USD, juga menguat sebanyak 85 poin atau setara 0,52 persen dari Rp16.229 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
    Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
     
    “Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.220 per USD hingga Rp16.300 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
     

     

    Kekhawatiran ambruknya daya beli

    Berbagai lapisan masyarakat, mulai dari ekonom hingga pelaku usaha menjerit daya beli masyarakat Indonesia anjlok pada tahun ini. Kondisi ini dikhawatirkan membuat aktivitas ekonomi melambat.
     
    Dari sisi level konsumsi rumah tangga, selama tiga kuartal tahun ini terus tumbuh di bawah lima persen. Per kuartal III-2024 saja, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,91 persen (yoy). Membuat laju pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 hanya 4,95 persen.
     
    “Meski begitu, pemerintah masih bersikeras menganggap daya beli masyarakat Indonesia tetap terjaga. Terjaganya daya beli dilihat dari sudut pandang indeks keyakinan konsumen per November yang masih naik ke level 125,9, hingga indeks penjualan riil yang juga masih tumbuh meski hanya 1,7 persen,” terang Ibrahim.
     
    Sebaliknya para ekonom memandang daya beli masyarakat sudah nampak jelas tengah jatuh. Untuk melihat data daya beli masyarakat  melambat, bisa merujuk pada realisasi kondisi ekonomi pada kuartal III-2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
     
    Kuartal III-2024 bisa menjadi acuan dalam melihat daya beli sesungguhnya masyarakat, karena tidak ada faktor musiman yang menolong angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
     
    “Sehingga, pertumbuhan ekonomi dan konsumsi dari yang sebelumnya di atas lima persen menjadi di bawah lima persen. Itu sebenarnya tanda yang clear ada potensi pelemahan daya beli,” ucap Ibrahim menegaskan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Pilihan Investasi Pendulang Cuan di 2025

    Pilihan Investasi Pendulang Cuan di 2025

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Investasi hingga kini masih menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan keuangan. Namun, tren investasi selalu berubah tiap tahunnya karena bersifat fluktuatif.

    Nah berkaitan dengan itu, 2025 diprediksi menjadi tahun penuh peluang bagi para investor, baik pemula maupun berpengalaman. Dengan pertumbuhan ekonomi global yang mulai stabil dan teknologi semakin mendominasi berbagai sektor, banyak instrumen investasi yang berpotensi memberikan keuntungan signifikan.

    Hanya saja, memilih instrumen yang tepat memerlukan strategi yang matang dan pemahaman tentang tren pasar yang akan datang.

    Berikut daftar pilihan investasi yang diperkirakan akan menjadi pilihan terbaik di 2025:

    1. Obligasi

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat obligasi merupakan salah satu jenis investasi yang menguntungkan pada 2025.

    Menurutnya, 2025 adalah tahun di mana pemerintah sedang mencari dana segar. Hal ini menandakan pemerintah tengah mempersiapkan obligasi yang akan dilelangkan oleh Bank Indonesia (BI).

    Selain itu, kata Ibrahim, obligasi menjadi salah satu instrumen investasi yang aman 100 persen. Sebab, menurutnya, berinvestasi di obligasi tidak akan pernah rugi.

    Di sisi lain, Presiden Terpilih AS Donald Trump disebut bakal berfokus terhadap perang dagang yang membuat dolar AS menguat, sehingga BI kemungkinan besar menaikkan kebutuhan.

    “Ini yang orang menganggap bahwa obligasi ini cukup realistis, cukup bagus,” ujar dia kepada CNNIndonesia.com, Jumat (27/12).

    2. Deposito

    Ibrahim melihat deposito menjadi salah satu instrumen investasi yang aman yang bisa menjadi pilihan pada 2025. Menurutnya, bahkan dengan melambatnya pertumbuhan kelas menengah ke bawah, masih banyak orang yang mengalihkan dana ke deposito.

    “Deposito walaupun suku bunganya antar bank ini berubah-ubah, tapi sudah cukup bagus,” jelasnya.

    Namun dalam berinvestasi di deposito, Ibrahim meminta para investor untuk mencari bank grade 3 seperti Hibank dan Seabank karena memiliki suku bunga deposito yang lebih besar dibandingkan bank-bank grade 1 atau 2.

    “Karena saya sendiri selalu mendapatkan satu informasi dari beberapa bank grade 3, itu cukup menjanjikan dan saya sendiri pun juga melakukan deposito itu di grade 3, dan itu pun juga cukup aman,” tutur Ibrahim.

    3. Logam mulia

    Salah satu jenis atau instrumen investasi yang bisa menguntungkan pada 2025 adalah logam mulia atau emas. Ibrahim melihat kenaikan nilai aset emas akan tetap stabil meski diprediksi akan berfluktuasi karena adanya perang dagang.

    Kestabilan nilai ini cukup menarik minat masyarakat untuk berinvestasi emas. Menurut Ibrahim, hal itu bisa dilihat dari kebanyakan orang yang melakukan pembelian emas adalah yang tinggal di wilayah perkotaan kecil hingga pedesaan.

    “Yang mereka memang condong bahwa tahunya, ‘saya punya duit, ya saya harus beli perhiasan’. Sehingga setiap tahun ini pun juga mengalami kenaikan, menjadi fluktuasi walaupun fluktuasinya tidak terlalu besar,” ujar dia.

    Analis pasar uang Doo Financial Futures Lukman Leong juga melihat emas menjadi salah satu aset yang masih bagus pada 2025.

    “Emas diperkirakan masih akan mencapai US$3.000 atau lebih,” kata Lukman.

    4. Dolar AS

    Ibrahim melihat dolar AS menjadi salah satu instrumen investasi yang menguntungkan pada 2025. Hal ini dikarenakan dolar kemungkinan besar masih akan terus mengalami penguatan. Ia memperkirakan dolar AS bisa menyentuh level 114 pada tahun depan.

    “Mungkin pada saat terjadi koreksi, itu bisa untuk dikoleksi untuk dolar, karena apa? Karena kemungkinan besar masih akan cukup menarik, walaupun selisihnya tidak terlalu besar,” kata dia.

    Sementara Lukman pun menilai dolar AS bisa menjadi salah satu instrumen investasi yang menguntungkan pada 2025. Ia memperkirakan dolar AS akan kembali menguat pada tahun depan.

    “Mata uang utama dunia seperti euro, poundsterling, dolar Australia juga akan melemah cukup besar tahun depan. Euro diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS,” tuturnya.

    (agt/agt)

  • Nasib Rupiah Jelang Pergantian Tahun, Masih Aman? – Page 3

    Lesu pada Jumat 27 Desember 2024, Rupiah Diramal Dekati 16.300 per USD – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Kurs Rupiah kembali mengalami pelemahan menjelang akhir pekan pada Jumat, 27 Desember 2024. Rupiah ditutup melemah 45 point terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 80 point di level 16.235 per USD dari penutupan sebelumnya di level 16.190 per USD.

    “Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang 16.220-16.300,” ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Jumat (27/12/2024).

    “Dolar AS tetap kuat, didorong oleh sikap agresif Federal Reserve terhadap suku bunga hingga tahun 2025 dan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi serta kinerja ekonomi yang kuat di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang,” lanjutnya.

    Di Asia, indeks harga konsumen di ibu kota Jepang, Tokyo tumbuh lebih dari yang diharapkan pada Desember 2024, karena meningkatnya tekanan harga, menurut data pemerintah negara itu.

    Perkembangan tersebut mendorong peluang kenaikan suku bunga jangka pendek oleh Bank of Japan (BoJ) tetap ada.

    Beberapa pembuat kebijakan Bank of Japan melihat kondisi yang selaras untuk kenaikan suku bunga jangka pendek, dengan satu memprediksi tindakan “dalam waktu dekat,” menurut ringkasan pendapat dari pertemuan bulan Desember. Sementara itu di Korea Selatan; pejabat Perdana Menteri Han Duck-soo, menghadapi pemungutan suara pemakzulan di tengah krisis politik yang dipicu oleh sidang pertama Mahkamah Konstitusi tentang darurat militer Presiden Yoon Suk Yeol.

    Ibrahim menyoroti, dorongan untuk memakzulkan Han telah memperdalam krisis, menempatkan demokrasi negara itu dalam ketidakpastian dan menimbulkan kekhawatiran dari para sekutu. Adapun di Tiongkok, pemerintah negara itu memutuskan untuk menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai 3 triliun yuan untuk memulihkan ekonomi.

    “Selain itu, Tiongkok mengizinkan pejabat lokal untuk memperluas investasi dengan obligasi pemerintah utama dan menyederhanakan persetujuan, mengizinkan proyek kecuali dibatasi oleh daftar yang diterbitkan kabinet, untuk memanfaatkan pendanaan publik dengan lebih baik bagi pertumbuhan ekonomi, sebuah dokumen pemerintah menunjukkan pada hari Rabu,” papar Ibrahim.

     

  • Sentimen The Fed hingga Geopolitik Bebani Rupiah Memasuki 2025 – Page 3

    Sentimen The Fed hingga Geopolitik Bebani Rupiah Memasuki 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah jelang Tahun Baru 2025. Koreksi rupiah hingga 54 poin ini berpotensi timbulkan kekhawatiran.

    Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, berbagai faktor eksternal dan internal menjadi penyebab utama melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

    Secara eksternal, salah satu faktor utama adalah kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Ibrahim menuturkan, pada 2025, The Fed berpeluang tidak akan menurunkan suku bunga sebanyak yang diperkirakan sebelumnya. 

    “Salah satunya adalah the fed yang kemungkinan besar Tahun 2025 tidak akan menurunkan suku bunga lebih banyak lagi,” ujar Ibrahim dalam keterangan yang diterima, Jumat (27/12/2024).

    Dia menuturkan, jika kebijakan Presiden Donald Trump pada masa mendatang bertentangan dengan kondisi pasar, bahkan ada potensi The Fed menaikkan suku bunga. Hal ini mendorong penguatan dolar AS, yang secara langsung melemahkan nilai tukar rupiah.

    “Bahkan kalau kebijakan-kebijakan Trump nanti berlawanan dengan pasar, kemungkinan besar Bank Sentral Amerika tidak menurunkan suku bunga, bahkan bisa saja menaikkan suku bunga, itu yang pertama,” ujar dia.

    Kedua, faktor geopolitik juga turut memperburuk situasi. Konflik yang masih berlangsung di Timur Tengah serta ketegangan antara Rusia dan Ukraina memanaskan situasi global, terutama di kawasan Eropa. Gejolak ini memperkuat posisi dolar AS sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian.

    Selain itu, kondisi ekonomi China yang masih bermasalah juga memberi dampak besar. Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, perlambatan di China mempengaruhi banyak negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Ibrahim menjelaskan bahwa masalah ekonomi di China menyebabkan guncangan di kawasan Asia, yang pada akhirnya memengaruhi ekonomi global.

    “Ini membuat kondisi perekonomian di kawasan Asia ya ini mengalami satu permasalahan dan ini berdampak terhadap ekonomi global karena kita melihat bahwa Tiongkok adalah salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia,” ujar dia.