Tag: Ian Antono

  • Daftar 10 Lagu Wajib Nasional Buat Upacara dan Lomba 17 Agustus dan Liriknya

    Daftar 10 Lagu Wajib Nasional Buat Upacara dan Lomba 17 Agustus dan Liriknya

    Bisnis.com, JAKARTA – Hari kemerdekaan 17 Agustus menjadi momen yang tepat untuk mengingat kembali lagu wajib nasional, berikut karya-karya musisi lintas generasi yang sempat menjadi ikon musik bertema nasionalisme.

    Menyambut HUT ke-80 RI, lagu-lagu mereka biasanya terus diputar sebagai lagu wajib acara terkait perayaan hari kemerdekaan, maupun sesederhana musik latar ketika Lomba 17 Agustus-an.

    Berikut merupakan 10 Lagu Wajib Nasional yang wajib dikenal, beserta pengarang dan lirik lengkapnya, juga beberapa lagu populer bertema kebanggsaan yang mampu membangkitkan jiwa patriotisme:

    1. Indonesia Raya (versi tiga stanza)

    Sebagai lagu kebangsaan yang diputar setiap upacara bendera, semua warga Indonesia sudah pasti hafal stanza pertama lagu Indonesia Raya di luar kepala. 

    Namun, untuk menghayati lebih dalam karya Wage Rudolf Supratman yang diperkenalkan sejak Sumpah Pemuda ini, tak ada salahnya mulai memutar lagu lengkap alias versi tiga stanza pada momen menyambut hari kemerdekaan.

    Stanza I

    Indonesia tanah airku,

    Tanah tumpah darahku,

    Di sanalah aku berdiri,

    Jadi pandu ibuku.

    Indonesia kebangsaanku,

    Bangsa dan tanah airku,

    Marilah kita berseru,

    Indonesia bersatu.

    Hiduplah tanahku,

    Hiduplah negeriku,

    Bangsaku, Rakyatku, semuanya,

    Bangunlah jiwanya,

    Bangunlah badannya,

    Untuk Indonesia Raya.

     

    Refrein

    Indonesia Raya,

    Merdeka, merdeka,

    Tanahku, negeriku yang kucinta!

    Indonesia Raya,

    Merdeka, merdeka,

    Hiduplah Indonesia Raya.

     

    Stanza II

    Indonesia, tanah yang mulia,

    Tanah kita yang kaya,

    Di sanalah aku berdiri,

    Untuk s’lama-lamanya.

    Indonesia, tanah pusaka,

    Pusaka kita semuanya,

    Marilah kita mendoa,

    Indonesia bahagia.

    Suburlah tanahnya,

    Suburlah jiwanya,

    Bangsanya,

    Rakyatnya, semuanya,

    Sadarlah hatinya,

    Sadarlah budinya,

    Untuk Indonesia Raya.

     

    Kembali ke Refrain

     

    Stanza III

    Indonesia, tanah yang suci,

    Tanah kita yang sakti,

    Di sanalah aku berdiri,

    N’jaga ibu sejati.

    Indonesia, tanah berseri,

    Tanah yang aku sayangi,

    Marilah kita berjanji,

    Indonesia abadi.

    Selamatlah rakyatnya,

    Selamatlah putranya,

    Pulaunya, lautnya, semuanya,

    Majulah negerinya,

    Majulah pandunya,

    Untuk Indonesia Raya.

     

    Kembali ke Refrein

    2. Hari Merdeka

    Sesuai judulnya, lagu Hari Merdeka yang dibuat Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Saim bin Ahmad al-Mutahar (Husein Mutahar) ini wajib diputar selama 17 Agustus-an.

    Sekadar info, Pria yang juga penggagas awal ide pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) ini menciptakan Hari Merdeka pada 1946 berdasarkan tantangan Bung Karno pada suatu pagi, untuk membuat lagu yang mampu memompa semangat nasionalisme.

    Tujuh belas Agustus tahun empat lima

    Itulah hari kemerdekaan kita

    Hari merdeka nusa dan bangsa

    Hari lahirnya bangsa Indonesia

    Merdeka

    Sekali merdeka tetap merdeka

    Selama hayat masih dikandung badan

    Kita tetap setia tetap sedia

    Mempertahankan Indonesia

    Kita tetap setia tetap sedia

    Membela negara kita

    3. Indonesia Tetap Merdeka

    Lagu yang singkat-padat, namun sarat unsur patriotisme yang wajib diperkenalkan sejak dini, salah satunya Indonesia Tetap Merdeka karya Cornel Simanjuntak. 

    Punya latar belakang guru dengan bakat seni, Cornel Simanjuntak membuat beberapa lagu bertema heroik dan patriotik selepas dikirim ke Yogyakarta, karena pahanya tertembak dalam peperangan melawan penjajah di Jakarta dan Karawang.

    Sorak-sorak bergembira

    Bergembira semua

    Sudah bebas negeri kita

    Indonesia merdeka

    Indonesia merdeka

    Republik Indonesia

    Itu lah hak milik kita

    Untuk slama-lamanya

     

    4. Bangun Pemudi Pemuda

    Karya musisi Alfred Simanjuntak atau akrab disapa Pak Siman ini kerap diputar pada perayaan menyambut hari kemerdekaan maupun Sumpah Pemuda. 

    Pak Siman memiliki latar belakang sebagai pengajar dan wartawan, juga pembuat lagu anak-anak dan rohani. Cikal-bakal lagu Bangun Pemudi Pemuda pun awalnya merupakan mars Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang juga diciptakannya. 

    Bangun pemudi pemuda Indonesia

    Tangan bajumu singsingkan untuk negara

    Masa yang akan datang kewajibanmu lah

    Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

    Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

    Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas

    Tak usah banyak bicara trus kerja keras

    Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih

    Bertingkah laku halus hai putra negri

    Bertingkah laku halus hai putra negri

     

    5. Garuda Pancasila

    Lagu yang ditulis oleh Sudharnoto pada 1956 ini awalnya bernama Mars Pancasila. Lantas, bersama Pamu Rahardjo sebagai penggubah, sehingga hari ini dikenal dengan Garuda Pancasila. 

    Sudharnoto berkarier sebagai musisi dan penyiar radio, kendati sempat mengenyam kuliah bidang kedokteran. Dia juga pernah menjadi anggota pimpinan pusat dari Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). 

    Garuda Pancasila

    Akulah pendukungmu

    Patriot proklamasi

    Sedia berkorban untukmu

    Pancasila dasar negara

    Rakyat adil makmur sentosa

    Pribadi bangsaku

    Ayo maju, maju

    Ayo maju, maju

    Ayo maju, maju!

     

    6. Berkibarlah Benderaku

    Tokoh pencipta lagu anak legendaris, Saridjah Niung atau dikenal sebagai Ibu Soed menciptakan Berkibarlah Benderaku pada 1947. 

    Inspirasinya datang setelah melihat kegigihan seorang pimpinan kantor RRI bernama Jusuf Ronodipuro yang pada Agresi Militer Belanda I menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api dari pasukan Belanda.

    Ibu Soed menjadi guru musik dan pengarang lagu sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Dia terkenal karena jiwa patriotismenya yang tinggi, terutama dalam hal memberikan semangat dan keceriaan bagi anak-anak di era itu. Tak heran, lagu-lagunya melegenda buat lanskap pendidikan anak usia dini sampai hari ini.

    Sekadar info, sebagai pemain biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

    Berkibarlah benderaku

    Lambang suci gagah perwira

    Di seluruh pantai Indonesia

    Kau tetap pujaan bangsa

    Siapa berani menurunkan engkau

    Serentak rakyatmu membela

    Sang merah putih yang perwira

    Berkibarlah selama-lamanya

    Kami rakyat Indonesia

    Bersedia setiap masa

    Mencurahkan segenap tenaga

    Supaya kau tetap cemerlang

    Tak goyang jiwaku menahan rintangan

    Tak gentar rakyatmu berkorban

    Sang merah putih yang perwira

    Berkibarkah selama-lamanya

     

    7. Bagimu Negeri

    Lagu besutan tokoh musik keroncong Kusbini ini ternyata tercipta atas permintaan Bung Karno pada 1942 untuk memperbanyak lagu bertema perjuangan, dalam rangka mengimbangi banyaknya lagu-lagu propaganda Jepang kala itu.

    Selain menjadi legenda keroncong, Kusbini juga penulis buku tentang musik dan tercatat sebagai tokoh pendiri Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta SMINDO 1954 yang kemudian menjadi AMI dan ISI Yogyakarta.

    Padamu negeri kami berjanji

    Padamu negeri kami berbakti

    Padamu negeri kami mengabdi

    Bagimu negeri jiwa raga kami

     

    8. Satu Nusa Satu Bangsa

    Karya dari pengajar musik dan filolog Batak, Liberty Manik ini terinspirasi dari semangat Sumpah Pemuda dengan merujuk pada tiga inti dari Sumpah Pemuda, yaitu satu nusa (satu Tanah Air), satu bangsa, dan satu bahasa. 

    Satu nusa

    Satu bangsa

    Satu bahasa kita

    Tanah air

    Pasti jaya

    Untuk Selama-lamanya

    Indonesia pusaka

    Indonesia tercinta

    Nusa bangsa

    Dan Bahasa

    Kita bela bersama

     

    9. Indonesia Pusaka

    Karya komponis paling berpengaruh di Indonesia, Ismail Marzuki ini menjadi satu dari sekian banyak lagu populer bertema kebangsaan yang dirinya ciptakan, seperti Halo Halo Bandung, Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, dan Gugur Bunga

    Berisi ungkapan rasa cinta dan syukur terhadap Tanah Air, lagu Indonesia Pusaka menjadi salah satu lagu wajib nasional yang kerap mengaduk emosi dan membawa perasaan haru. 

    Indonesia tanah air beta

    Pusaka abadi nan jaya

    Indonesia sejak dulu kala

    Slalu dipuja-puja bangsa

    Disana tempat lahir beta

    Dibuai dibesarkan bunda

    Tempat berlindung di hari tua

    Sampai akhir menutup mata

    Indonesia tanah air beta

    Pusaka abadi nan jaya

    Indonesia sejak dulu kala

    Slalu dipuja-puja bangsa

    Disana tempat lahir beta

    Dibuai dibesarkan bunda

    Tempat berlindung di hari tua

    Sampai akhir menutup

    Mata

     

    10. Dari Sabang Sampai Merauke

    Berisi ungkapan aar rakyat Indonesia mencintai semua wilayah kepulauan yang ada di Tanah Air, membawa karya besutan RWY. Larassumbogo atau R. Suharjo ini wajib diajarkan kepada anak-anak sejak dini.

    Dari Sabang sampai Merauke

    Berjajar pulau pulau

    Sambung menyambung menjadi satu

    Itulah Indonesia

    Indonesia Tanah Airku

    Aku berjanji padamu

    Menjunjung Tanah Airku

    Tanah Airku Indonesia

    Lagu bertema kebangsaan populer lainnya:

    Tanah Airku – Ibu Soed

    Bendera Merah Putih – Ibu Soed

    Maju Tak Gentar- Cornel Simanjuntak

    Mengheningkan Cipta – Truno Prawit

    Syukur – H. Mutahar

    Hymne Guru – Sartono

    Halo-Halo Bandung – Ismail Marzuki

    Gugur Bunga – Ismail Marzuki

    Rayuan Pulau Kelapa – Ismail Marzuki

    Ibu Kita Kartini – W.R. Supratman

    Kebyar & Kebyar – Gombloh

    Garuda di Dadaku – NTRL

    Bendera – Eross Candra, dibawakan oleh Cokelat

    Dari Mata Sang Garuda – Pee Wee Gaskins

    Dimana Merdeka – Kelompok Penerbang Roket

    Rumah Kita – Ian Antono, God Bless

    Meraih Bintang – Pay, dibawakan Via Vallen

  • Review Film Perayaan Mati Rasa: Surat Cinta untuk yang Kehilangan Sosok Terkasih

    Review Film Perayaan Mati Rasa: Surat Cinta untuk yang Kehilangan Sosok Terkasih

    Jakarta, Beritasatu.com – Film drama Indonesia Perayaan Mati Rasa (2025) mengisahkan perjalanan seorang pria yang mencoba mengubur seluruh perasaannya setelah kehilangan ayahnya, hingga ia merasa mati rasa. Disutradarai oleh mantan bintang cilik Umay Shahab, film ini berfokus pada karakter Ian Antono (Iqbaal Ramadhan), seorang pria muda yang bercita-cita menjadi rockstar bersama band yang tidak terlalu terkenal, Midnight Serenade.

    Ian merasa minder dibandingkan dengan adiknya, Uta Antono (Umay Shahab), seorang podcaster terkenal yang ceria. Ia merasa orang tuanya—kapten kapal Satya Antono (Dwi Sasono) dan ibu yang sakit, Dini Antono (Unique Priscilla)—lebih menyayangi Uta yang lebih sukses. Selain itu, Ian juga bergumul dengan hubungan yang tegang dengan sang ayah.

    Konflik utama dalam film ini muncul ketika Satya meninggal mendadak saat bertugas. Berita duka ini datang di saat ibu mereka sedang dirawat di rumah sakit. Tidak hanya harus menghadapi kehilangan, kedua bersaudara ini harus menyembunyikan kenyataan tentang kematian ayah mereka demi menjaga kesehatan ibu mereka yang lemah.

    Perayaan Mati Rasa, yang berdurasi dua jam, memiliki alur cerita yang teratur dan mengalir dengan baik. Film ini tidak langsung mengungkapkan kematian Satya, tetapi memberi ruang bagi penonton untuk menyelami dinamika keluarga Antonos. Kecepatan alur ini membantu penonton memahami karakter Ian dan keputusan-keputusan yang ia ambil sepanjang cerita.

    Umay Shahab menggunakan simbolisme laut dalam film ini untuk menggambarkan perkembangan karakter Ian. Laut memiliki tempat khusus di hati Ian, dan salah satu kenangan masa kecil yang paling berkesan adalah saat ayahnya membawa ia dan adiknya ke laut. Bahkan, Ian menulis lagu berjudul “Laut” untuk menggambarkan jarak yang semakin besar antara dirinya dan sang ayah.

    Cerita ini dibagi dalam bab-bab yang dinamai dengan lapisan-lapisan laut, menggambarkan perjalanan Ian melalui tahap-tahap berduka. Semakin mendekati pantai, semakin Ian menerima kenyataan tentang kematian ayahnya dan mengatasi rasa bersalahnya.

    Film ini juga mengangkat pertanyaan tentang kapan waktu yang “tepat” untuk memberi tahu seseorang tentang kematian. Karena kondisi kesehatan ibunya yang rapuh, kedua bersaudara ini berusaha untuk meyakinkan ibu mereka dengan berpura-pura ayah mereka masih hidup di laut. Mereka bahkan menggunakan pengubah suara untuk meniru suara ayah mereka dan menenangkan ibu mereka.

    Perayaan Mati Rasa (2025). – (Sinemaku Pictures/-)

    Namun, Uta benar. Mereka tidak bisa terus berpura-pura. Pada akhirnya, ibu mereka mengetahui kenyataan yang sebenarnya, dan adegan Dini memberi tahu anak-anaknya bahwa ia berhak tahu kebenaran untuk bisa mendoakan suaminya, sangat menyentuh hati penonton.

    Selain itu, Perayaan Mati Rasa secara mengejutkan juga menyentil kapitalisme. Band Midnight Serenade tiba-tiba naik daun setelah kematian Satya menjadi berita besar nasional. Lagu Laut yang ditulis Ian dengan mengenang ayahnya pun menjadi viral. Namun, meski band ini berusaha keras untuk diperhatikan, mereka gagal bergabung dengan label besar. Label musik hanya melihat mereka sebagai sumber uang, mengurangi kebebasan kreatif band ini dan memaksa mereka menulis lagu sedih untuk mengikuti tren berduka nasional.

    Film ini juga memberikan kritik tajam terhadap media yang seringkali tidak sensitif dalam meliput kematian seseorang, seperti yang terlihat ketika wartawan mengejar mobil Ian untuk meminta komentar meski ia jelas-jelas tidak dalam keadaan siap.

    Perayaan Mati Rasa tidak hanya berhasil dalam pengembangan cerita, tetapi juga dalam aspek akting. Adegan Ian menangis saat menonton video-video lama ayahnya menjadi salah satu yang paling mengharukan dalam film ini. Iqbaal Ramadhan berhasil menghidupkan emosi melalui tangisan yang sangat nyata.

    Film ini juga dipenuhi dengan elemen musik yang kuat, mengingat latar belakang para pemainnya. Dul Jaelani, anak dari musisi-politikus Ahmad Dhani, berperan sebagai gitaris Midnight Serenade, Saka. Drummer band ini, Randy Danishta, juga merupakan keyboardis band pop-rock Nidji. Umay Shahab, yang juga dikenal sebagai penyanyi cilik, turut menyumbangkan lagu-lagu yang bisa menambah koleksi playlist penonton, mulai dari Laut hingga Sampai Jumpa. Bahkan, Umay berkolaborasi dengan Natania Karin untuk lagu utama Perayaan Mati Rasa.

    Perayaan Mati Rasa menjadi sebuah “surat cinta” yang indah untuk mereka yang telah kehilangan sosok ayah atau orang terkasih. Film ini membawa penonton melalui proses berduka, mengingatkan kita bahwa menerima kenyataan atas kematian orang yang kita cintai bisa memakan waktu, tetapi akhirnya kita akan berdamai dengan rasa kehilangan itu.