Waspada Bencana di Jateng Selatan, Hujan Lebat Berisiko Turun 3 Hari ke Depan
Tim Redaksi
CILACAP, KOMPAS.com
– Masyarakat di Jawa Tengah bagian selatan diimbau untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap memperkirakan bahwa dalam beberapa hari ke depan, wilayah ini masih berpotensi mengalami hujan lebat.
“Potensi hujan sedang hingga lebat diprakirakan masih akan terjadi hingga tiga hari ke depan,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, kepada wartawan pada Rabu (10/9/2025).
Teguh menjelaskan bahwa potensi hujan ini dipicu oleh beberapa dinamika atmosfer.
“Pantauan kami menunjukkan indeks Dipole Mode (DMI) negatif tercatat hingga minus 1,27, sehingga meningkatkan curah hujan di Indonesia bagian barat,” ujarnya.
Selain itu, terdapat gelombang Rossby ekuatorial yang melewati Pulau Jawa, serta tekanan rendah di Samudera Hindia barat daya Sumatera.
Data yang diperoleh pada Senin (8/9/2025) menunjukkan bahwa wilayah Cilacap sempat diguyur hujan dengan intensitas sedang sebesar 23 milimeter setelah sebelumnya mengalami cuaca relatif cerah hingga berawan.
Pada Selasa (9/9/2025), curah hujan di wilayah perkotaan Cilacap tercatat 10 milimeter (kategori ringan), Sidareja sebesar 64 milimeter (kategori lebat), Dayeuhluhur 85 milimeter (kategori lebat), Cimanggu 135 milimeter (kategori sangat lebat), dan Maos 35 milimeter (kategori sedang).
Dalam tiga hari ke depan, Teguh memprediksi arah angin akan bertiup dari timur hingga selatan dengan kecepatan 5-40 kilometer per jam.
Suhu udara diperkirakan berkisar antara 24-32 derajat Celsius, dengan kelembapan udara mencapai 63-96 persen.
Masyarakat diharapkan tetap waspada dan mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem ini.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Hindia
-
/data/photo/2025/07/25/6883051090a39.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Waspada Bencana di Jateng Selatan, Hujan Lebat Berisiko Turun 3 Hari ke Depan Regional 10 September 2025
-

Pemprov DKI tetapkan 9 objek cagar budaya pada 2025
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah menetapkan sebanyak sembilan objek yang tersebar di wilayah ibu kota sebagai cagar budaya sepanjang 2025.
Kepala Bidang Pelindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Linda Enriany saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan objek yang ditetapkan sebagai cagar budaya itu terdiri dari bangunan, struktur, dan benda.
Sejauh ini, Pemprov DKI telah menetapkan tujuh bangunan cagar budaya, satu struktur cagar budaya dan satu benda cagar budaya di lokasi yang berbeda-beda di Jakarta.
Tujuh bangunan cagar budaya itu, antara lain Gereja Katolik Santa Theresia, gedung Kantor Pusat Konservasi Cagar Budaya, Sekolah Dasar Negeri Gunung 05 Pagi, dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jakarta.
Kemudian, ada pula Gedung Nusantara, Pantjoran Tea House, dan Menara Air Balai Yasa Manggarai.
Sementara itu, satu objek yang ditetapkan sebagai struktur cagar budaya, yakni Makam Mohammad Husni Thamrin. Sedangkan satu objek lainnya yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya, yaitu Patung Chairil Anwar di Perguruan Taman Siswa Cabang Jakarta.
Menara Air Balai Yasa Manggarai yang berlokasi di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, merupakan cagar budaya yang baru ditetapkan oleh Pemprov DKI pada Mei 2025.
Menurut Linda, penetapan menara milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) tersebut sebagai bangunan cagar budaya dilakukan mengingat usianya yang sudah mencapai lebih dari 50 tahun.
Menara tersebut didirikan pada 1920-an dengan model bangunan yang dipengaruhi gaya arsitektur nieuwe kunt atau arsitektur Hindia Baru pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
“Menara Air Balai Yasa Manggarai memiliki bentuk yang unik, struktur bak airnya ditumpu oleh tembok bata dan hanya satu-satunya di Jakarta,” ujar Linda.
Lebih lanjut, dia memaparkan menara tersebut menyimpan sejarah tersendiri, yaitu sebagai bagian dari perkembangan infrastruktur transportasi kereta api modern di Indonesia. Menara itu juga mewakili pembelajaran teknologi modern terkait infrastruktur dan air.
Seperti diketahui, Pemprov DKI konsisten melakukan penetapan warisan budaya kebendaan menjadi cagar budaya sejak terbentuknya Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) pada 2014. Penetapan tersebut dilakukan sebagai bagian dari komitmen Pemprov DKI dalam melestarikan warisan sejarah dan budaya Jakarta.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Diplomasi Indonesia dalam pusaran geopolitik Indo-Pasifik
Dalam dunia multipolar, Indonesia bukan sekadar bagian dari percakapan global, melainkan penentu arah percakapan itu sendiri
Jakarta (ANTARA) – Isu yang berkembang di kalangan masyarakat berkembang dengan sangat dinamis dalam beberapa waktu terakhir.
Namun ingatan publik mengenai kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam peringatan 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia pada 3 September 2025 di China terus membekas.
Ada makna yang mendalam yang menarik untuk dikupas kembali, bahwa kehadiran Presiden Prabowo ke China saat itu bukan sekadar undangan diplomatik, melainkan pesan geopolitik yang tajam.
Ketika Beijing menggelar parade militer terbesar dalam sejarahnya, Indonesia tampil di panggung global dengan makna yang jauh melampaui seremoni peringatan.
Posisi berdiri Presiden Prabowo sejajar dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bukan hanya soal protokoler. Tetapi ini seperti simbol pergeseran peran Indonesia sebagai penyeimbang di tengah peta kekuatan dunia yang sedang berubah.
Tiongkok memanfaatkan momentum ini untuk menunjukkan kapabilitas militernya. Pameran tank generasi keempat, jet tempur siluman, sistem tanpa awak, dan rudal hipersonik anti-kapal menjadi bukti kesiapan Tentara Pembebasan Rakyat dalam menghadapi tantangan global.
Namun, di balik kekuatan senjata, pesan strategis Beijing jauh lebih dalam bahwa Tiongkok menegaskan posisinya sebagai poros utama dalam tatanan dunia multipolar.
Indonesia, melalui kehadiran Presiden Prabowo, memberi sinyal bahwa Jakarta tidak sekadar menjadi penonton, melainkan pemain kunci yang siap menentukan arah kebijakan kawasan Indo-Pasifik.
Indonesia berada di pusat perhatian karena memiliki posisi unik. Secara geografis, Indonesia adalah gerbang strategis di jalur perdagangan global, penghubung Samudra Hindia dan Pasifik, sekaligus salah satu kunci keamanan maritim di kawasan.
Dengan populasi 270 juta jiwa dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memegang peran penting dalam menentukan keseimbangan kekuatan di Indo-Pasifik.
Kehadiran Indonesia di Beijing menegaskan posisinya sebagai bridge builder alias negara yang menjaga komunikasi dengan semua pihak, tanpa berpihak secara eksklusif pada salah satu blok kekuatan.
Situasi geopolitik saat ini sedang bergerak cepat. Persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok semakin intens, bukan hanya dalam perdagangan dan teknologi, tetapi juga keamanan regional, khususnya di Laut Cina Selatan.
Dalam konteks ini, Indonesia menjaga perannya sebagai negara nonblok dengan politik luar negeri bebas aktif.
Diplomasi Jakarta memastikan kemitraan strategis dengan Tiongkok dapat terus berkembang, terutama dalam perdagangan, investasi, transisi energi, dan ekonomi digital, tanpa mengorbankan hubungan erat dengan Amerika Serikat, Jepang, dan mitra Barat lainnya.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Daftar Band Mengundurkan Diri dari Pestapora, Ada Hindia hingga Sukatani, Silampukau Bahkan Bikin Konser Mendadak di Pos Bloc
FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Puluhan band dan musisi mengundurkan diri dari Pesta Pora. Gara-Gara kegiatan tersebut disponsori PT Freeport Indonesia.
Mereka yang mundur di antaranya Hindia dan .Feast. Sikap itu diunggah di Instagram Baskara @wordfangs.
“Tentang Pestapora, jelas kami patah hati dan marah,” kata Baskara dikutip Sabtu (6/9/2025).
Ia mengatakan pihaknya baru mengetahui keterlibatan perusahaan tambang emas itu kemarin, Jumat (5/9/2025).
“Kami baru mengetahui keterlibatan sponsor PT Freeport Indonesia di malam hari penghujung selesainya acara hari pertama, pun begitu dengan banyak penampil lainnya,” ujarnya.
“Hanya hitungan jam setelah kita bisa punya harapan sedikit di tengah situasi yang memanas, kita kembali dibuat kecewa,” tambahnya.
“Kami, Feast dan Hindia, memutuskan untuk mundur dari Pestapora 2025,” tambahnya.
Baskara pun meminta maaf kepada fans yang menunggu penampilan mereka. Juga yang merasa terjebak.
“Mohon maaf untuk seluruh kawan-kawan yang menunggu penampilan kami-dan juga mungkin sama-sama merasa terjebak-tapi ini yang bisa kami lakukan untuk menjaga hal-hal yang kami bicarakan dan selalu percayai,” terangnya.
Selain .Feast dan Hindia, ada juga Sukatani yang mengundurkan diri. Sikapnya juga diunggah di akun Instagram resmi mereka.
Lalu ada Silampukau. Mereka tidak hanya mengundurkan diri, tapi tampil secara mendadak di Pos Bloc.
“Malam ini, untuk sekadar penghiburan dan kenang-kenangan, Silampukau dan Pos Bloc bekerja sama menginisiasi sebuah konser kecil,” tulis Silampukau.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5339613/original/058337300_1757069379-IMG_20250905_162353.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Duduk Persoalan Belasan Musisi Batal Tampil di Pestapora, Penyelenggara Buka Suara – Page 3
Liputan6.com, Jakarta Belasan musisi yang sebelumnya menjadi line up di festival Pestapora, membatalkan penampilan. Mereka protes terkait kerja sama antara penyelenggara dengan PT Freeport Indonesia.
Merespons gelombang protes dari musisi-musisi tersebut, penyelenggara Pestapora akhirnya mengumumkan pemutusan kerja sama dengan PT Freeport Indonesia.
“Per hari ini, Sabtu tanggal 6 September 2025, Pestapora telah memutus kerja sama dengan PT Freeport Indonesia,” demikian pernyataan yang disampaikan di akun Instagram penyelenggara pada Sabtu (06/09/2025), hari kedua pelaksanaan festival.
“Pestapora memastikan untuk penyelenggaraan di hari kedua, 6 September 2025, dan hari ketiga, 7 September 2025, kami sudah tidak terikat dan terafiliasi dengan PT. Freeport Indonesia.”
Pengumuman itu disampaikan setelah belasan musisi menyatakan membatalkan pertunjukan mereka pada hari pertama festival, sebagai bentuk penolakan terhadap keterlibatan perusahaan tambang tersebut dalam penyelenggaraan festival.
Meskipun penyelenggara telah mengumumkan pemutusan kerja sama dengan Freeport, musisi seperti Feast dan Hindia tetap memilih membatalkan partisipasi mereka di Pestapora 2025.
Di platform Instagram, keduanya pada Sabtu mengaku baru mengetahui keterlibatan Freeport dalam pelaksanaan Pestapora pada Jumat malam, seusai pertunjukan pada hari pertama festival.
“Jelas kami patah hati dan marah,” kata Feast dan Hindia.
“Kami, Feast dan Hindia, memutuskan untuk mundur dari Pestapora 2025. Mohon maaf untuk seluruh kawan-kawan yang menunggu penampilan kami dan juga mungkin sama-sama merasa terjebak, tapi ini yang bisa kami lakukan untuk menjaga hal-hal yang kami bicarakan dan selalu percayai,” kata mereka.
Feast dan Hindia berharap selanjutnya festival musik bisa menjadi ruang yang aman untuk menyampaikan aspirasi dan berekspresi.
Selain Hindia dan Feast, musisi seperti Bilal Indrajaya, Petra Sihombing, Sukatani, Leipzig, dan Rebellion Rose juga membatalkan pertunjukan mereka di ajang Pestapora 2025.
-

Cuma Modal Ayam RI, Peneliti Belanda Raih Nobel Kedokteran
Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia pernah menjadi salah satu pusat penelitian dunia. Dari tanah jajahan yang kala itu bernama Hindia Belanda, lahir temuan besar yang mengubah wajah ilmu kedokteran internasional.
Sebab memberi titik terang atas penyakit yang semula dianggap misterius. Salah satu tokoh sentral dalam kisah itu adalah seorang dokter yang bekerja di Batavia, yakni Christiaan Eijkman.
Sejak 1629, dunia kedokteran percaya penyakit yang menyerang saraf dan darah atau dikenal sebagai beri-beri, disebabkan oleh infeksi bakteri. Keyakinan ini bertahan selama ratusan tahun. Dengan dasar itu, para peneliti mencoba menemukan obat yang dianggap bisa membasmi bakteri penyebab penyakit tersebut.
Namun, dua abad kemudian, seluruh asumsi itu harus dikoreksi. Di Batavia, pada 1889, Eijkman yang saat itu bertugas di laboratorium rumah sakit militer Weltevreden (kini RSPAD Gatot Subroto), menemukan fakta mengejutkan.
Dia melakukan serangkaian eksperimen sederhana terhadap ayam yang menunjukkan gejala beri-beri. Sejarawan Universitas Sydney, Hans Pols, dalam bukunya Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia (2019), menuliskan bagaimana percobaan itu dilakukan.
Awalnya, ayam-ayam tersebut diberi makan beras putih halus. Tak lama kemudian, hewan-hewan itu mengalami gejala mirip beri-beri, yakni lemah, gemetar, dan sulit bergerak. Setelah pakan diganti dengan beras kasar, gejala itu hilang dengan sendirinya.
Dari sini, Eijkman berkesimpulan ada zat tertentu dalam beras kasar yang mampu melawan beri-beri. Dengan kata lain, penyakit itu tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri, melainkan berakar pada kekurangan zat gizi dalam makanan. Kesimpulan ini mengguncang dunia medis yang selama berabad-abad percaya teori lama.
Sayangnya, penelitian Eijkman tidak bisa dia lanjutkan lebih jauh. Pada 1896, dia terpaksa kembali ke Belanda. Meski demikian, hasil risetnya tetap dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi, sehingga menarik perhatian ilmuwan lain di seluruh dunia.
Publikasi itu kemudian menjadi pijakan penting bagi penelitian lanjutan mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan. Beruntung, setelah Eijkman, muncul ilmuwan lain yang melanjutkan temuan tersebut. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Frederick Gowland Hopkins, seorang ilmuwan Inggris.
Hopkins menegaskan manusia dan hewan membutuhkan zat tryptophan atau asam amino yang terdapat dalam protein. Zat ini tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus diperoleh dari bahan makanan.
Dalam konteks penelitian Eijkman, tryptophan inilah yang terkandung dalam pakan beras kasar dan menyelamatkan ayam dari beri-beri. Dari penelitian lanjutan yang dilakukan Hopkins serta sejumlah ilmuwan lain, zat itu kemudian diidentifikasi lebih luas sebagai vitamin.
Temuan ini menandai revolusi baru dalam ilmu kesehatan. Untuk pertama kalinya, penyakit seperti beri-beri dipahami bukan karena serangan bakteri, tetapi murni akibat kekurangan vitamin. Dengan pemahaman itu, dunia medis menemukan cara baru untuk mengatasi penyakit kekurangan gizi yang selama ini menghantui banyak masyarakat di Asia, termasuk di Hindia Belanda.
Atas jasa besar itu, pada 1929, Christiaan Eijkman dan Frederick Gowland Hopkins dianugerahi Nobel bidang Kedokteran. Komite Nobel menilai riset-riset keduanya yang dilakukan di Hindia Belanda telah menjadi dasar penting dalam penemuan vitamin.
Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.
(mfa)
[Gambas:Video CNBC]
-

Orang Belanda Menang Nobel Berkat Ayam Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia pernah menjadi salah satu pusat penelitian dunia. Dari tanah jajahan yang kala itu bernama Hindia Belanda, lahir temuan besar yang mengubah wajah ilmu kedokteran internasional.
Sebab memberi titik terang atas penyakit yang semula dianggap misterius. Salah satu tokoh sentral dalam kisah itu adalah seorang dokter yang bekerja di Batavia, yakni Christiaan Eijkman.
Sejak 1629, dunia kedokteran percaya penyakit yang menyerang saraf dan darah atau dikenal sebagai beri-beri, disebabkan oleh infeksi bakteri. Keyakinan ini bertahan selama ratusan tahun. Dengan dasar itu, para peneliti mencoba menemukan obat yang dianggap bisa membasmi bakteri penyebab penyakit tersebut.
Namun, dua abad kemudian, seluruh asumsi itu harus dikoreksi. Di Batavia, pada 1889, Eijkman yang saat itu bertugas di laboratorium rumah sakit militer Weltevreden (kini RSPAD Gatot Subroto), menemukan fakta mengejutkan.
Dia melakukan serangkaian eksperimen sederhana terhadap ayam yang menunjukkan gejala beri-beri. Sejarawan Universitas Sydney, Hans Pols, dalam bukunya Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia (2019), menuliskan bagaimana percobaan itu dilakukan.
Awalnya, ayam-ayam tersebut diberi makan beras putih halus. Tak lama kemudian, hewan-hewan itu mengalami gejala mirip beri-beri, yakni lemah, gemetar, dan sulit bergerak. Setelah pakan diganti dengan beras kasar, gejala itu hilang dengan sendirinya.
Dari sini, Eijkman berkesimpulan ada zat tertentu dalam beras kasar yang mampu melawan beri-beri. Dengan kata lain, penyakit itu tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri, melainkan berakar pada kekurangan zat gizi dalam makanan. Kesimpulan ini mengguncang dunia medis yang selama berabad-abad percaya teori lama.
Sayangnya, penelitian Eijkman tidak bisa dia lanjutkan lebih jauh. Pada 1896, dia terpaksa kembali ke Belanda. Meski demikian, hasil risetnya tetap dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi, sehingga menarik perhatian ilmuwan lain di seluruh dunia.
Publikasi itu kemudian menjadi pijakan penting bagi penelitian lanjutan mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan. Beruntung, setelah Eijkman, muncul ilmuwan lain yang melanjutkan temuan tersebut. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Frederick Gowland Hopkins, seorang ilmuwan Inggris.
Hopkins menegaskan manusia dan hewan membutuhkan zat tryptophan atau asam amino yang terdapat dalam protein. Zat ini tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus diperoleh dari bahan makanan.
Dalam konteks penelitian Eijkman, tryptophan inilah yang terkandung dalam pakan beras kasar dan menyelamatkan ayam dari beri-beri. Dari penelitian lanjutan yang dilakukan Hopkins serta sejumlah ilmuwan lain, zat itu kemudian diidentifikasi lebih luas sebagai vitamin.
Temuan ini menandai revolusi baru dalam ilmu kesehatan. Untuk pertama kalinya, penyakit seperti beri-beri dipahami bukan karena serangan bakteri, tetapi murni akibat kekurangan vitamin. Dengan pemahaman itu, dunia medis menemukan cara baru untuk mengatasi penyakit kekurangan gizi yang selama ini menghantui banyak masyarakat di Asia, termasuk di Hindia Belanda.
Atas jasa besar itu, pada 1929, Christiaan Eijkman dan Frederick Gowland Hopkins dianugerahi Nobel bidang Kedokteran. Komite Nobel menilai riset-riset keduanya yang dilakukan di Hindia Belanda telah menjadi dasar penting dalam penemuan vitamin.
Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.
(mfa)
[Gambas:Video CNBC]
-
/data/photo/2023/04/30/644db4006f574.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sejarah Gedung Grahadi Surabaya: Dari Rumah Kebun Belanda ke Rumah Dinas Gubernur Jatim Surabaya 30 Agustus 2025
Sejarah Gedung Grahadi Surabaya: Dari Rumah Kebun Belanda ke Rumah Dinas Gubernur Jatim
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Di jantung Kota Surabaya, berdiri sebuah bangunan megah yang sarat dengan sejarah, Gedung Negara Grahadi.
Bangunan ini ada pada tahun 1795 pada masa Residen Dirk Van Hogendorps (1794–1798).
Gedung ini awalnya menghadap ke arah utara, tepat ke Kalimas.
Sebab, dari terasnya, para penghuni bisa menikmati sore sambil menyesap teh, sembari menyaksikan perahu-perahu melintas di sungai yang kala itu menjadi jalur transportasi utama.
Namun, pada tahun 1802, gedung ini diubah menghadap ke selatan seperti bentuk yang kita lihat sekarang.
Meski usianya sudah ratusan tahun, fungsinya masih terjaga sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur sekaligus tempat menerima tamu negara, pelantikan pejabat, hingga upacara peringatan hari nasional.
Setiap tanggal 17 Agustus, Gedung Grahadi juga menjadi saksi upacara penaikan bendera merah putih.
Tradisi ini menghadirkan kelompok masyarakat, pelajar, hingga mahasiswa dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Apalagi sejak 1991, Pemprov Jawa Timur pun membuka gedung ini untuk wisata publik, sehingga masyarakat bisa lebih dekat dengan jejak sejarah kotanya.
Dari rumah kebun, pesta, hingga simbol kenegaraan
Pada awal keberadaannya, Gedung Grahadi berada di pinggiran kota dan difungsikan sebagai rumah kebun pejabat Belanda.
Tidak jarang, gedung ini menjadi tempat pertemuan atau pesta.
Seiring berkembangnya Kota Surabaya, kini justru berada di tengah kota, berhadapan langsung dengan dinamika modern, tanpa kehilangan wibawanya sebagai simbol pemerintahan Jawa Timur.
Bahkan, di areanya terdapat rumah dinas gubernur yang berada di sisi timur bangunan.
Hingga kini, kompleks ini tetap menjadi pusat aktivitas penting, baik dalam lingkup pemerintahan maupun kenegaraan.
Jejak Panjang dari Kolonial hingga Kemerdekaan
Menurut catatan
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
, Gedung Grahadi sempat dihuni sejumlah pejabat kolonial.
Setelah Dirk Van Hogendorps, bangunan ini ditempati Fredrik Jacob Rothenbuhler (1799–1809).
Pada masa Herman William Deandels tahun 1810, gedung direnovasi bergaya empire style atau Dutch Colonial Villa.
Desainnya merupakan hasil perpaduan arsitektur neo klasik Prancis dengan sentuhan khas Hindia Belanda.
Pada tahun 1870, gedung ini menjadi rumah Residen Surabaya, lalu saat pendudukan Jepang, difungsikan sebagai kediaman Gubernur Jepang (Syuuchockan Kakka).
Pasca Proklamasi Kemerdekaan, gedung ini resmi digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur, fungsi yang bertahan hingga kini.
Tetap tegak sebagai saksi perjuangan
Bukan hanya Grahadi, di seberangnya juga berdiri Kantor Gubernur Jawa Timur yang kaya makna sejarah.
Dibangun tahun 1929 dan selesai 1931 oleh arsitek Belanda Ir. W Lemci, gedung ini menjadi lokasi perundingan antara Presiden Soekarno dan Jenderal Hawtorn pada Oktober 1945.
Dari sinilah pula Gubernur Soerjo menolak ultimatum menyerah kepada Sekutu pada 9 November 1945, sehari sebelum pertempuran besar 10 November meletus.
Kini, Gedung Negara Grahadi bukan hanya sekadar bangunan kolonial, tetapi juga simbol perjalanan panjang Jawa Timur, dari masa penjajahan, perjuangan, hingga kemerdekaan.
Sumber: wikipedia dan cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2021/05/24/60aad27225722.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4236989/original/095475400_1669200210-20221123-Cuaca-Ekstrem-Jakarta-Faizal-2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)