Tag: Hindia

  • Gempa Megathrust Sudah Terjadi di RI, Begini Penjelasan BMKG

    Gempa Megathrust Sudah Terjadi di RI, Begini Penjelasan BMKG

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada Agustus tahun lalu, gempa berkekuatan M 5,6 mengguncang Gunungkidul. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengaitkannya dengan fenomena Megathrust.

    “Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi batuan di bidang kontak antarlempeng (megathrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust),” jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan resmi, kala itu.

    Deformasi sendiri diartikan sebagai terjadinya perubahan dalam istilah geologi. Mengutip situs opengeology, saat batuan diberi tekanan, tegangan akan elastis, daktail atau getas.

    Daryono juga mengonfirmasi gempa tersebut termasuk gempa Megathrust, namun masuk kategori dengan dampak kecil. Sebab, Lempeng Bumi di zona Megathrust Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa bergerak mengakibatkan gempa.

    Dari analisa BMKG,episenter gempa terletak pada koordinat 8,85° LS ; 110,17° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 107 km arah Barat DayaGunungkidul pada kedalaman 42 km. Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Bukan hanya Yogyakarta, gempa juga dirasakan hingga Madiun dan Cilacap.

    RI Dikepung Zona Megathrust

    Sebagai informasi, wilayah Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempa dan tsunami.

    BMKG mengatakan beberapa saat lalu bahwa Indonesia mempunyai dua segmen Megathrust yang waktu pergerakannya hanya tinggal menunggu waktu, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.

    Kedua zona tersebut sudah lama tidak mengalami gempa selama berabad-abad dan punya frekuensi berbeda dibanding gempa lain yang biasanya punya siklus sendiri, misalnya, ratusan tahun. Salah satu bukti pergerakan itu adalah gempa M5,2 yang mengguncang Nias Barat pada Mei 2025.

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan gempa tersebut terkait dengan Megathrust Mentawai-Siberut. Lebih tepatnya, dia menyebut gempa disebabkan aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia dan punya mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

    “Murni gempa berpusat di zona Megathrust Mentawai Siberut,” kata Daryono beberapa waktu yang lalu.

    Ancaman Gempa Megathrust di RI

    Selain wilayah yang sudah disebutkan, secara terpisah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga mewanti-wanti terhadap wilayah selatan Jawa Barat hingga Selat Sunda. Sebab daerah itu juga merupakan zona Megathrust dan jika bergerak maka akan menimbulkan gempa besar hingga M8,7.

    Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan, pelepasan energi ini tidak hanya memicu guncangan kuat, melainkan juga menggerakkan kolom air laut dan membentuk tsunami besar.

    Mengacu pada hitungannya, jika Megathrust di wilayah Pangandaran pecah, maka gelombang tsunami setinggi 20 meter bisa terjadi dan menjalar ke berbagai wilayah, termasuk Banten, Lampung, bahkan sampai ke Jakarta.

    “Semua pesisir Banten akan terdampak, hanya saja tinggi tsunaminya berbeda-beda,” kata Rahma.

    Di kawasan pesisir Banten, tsunami diprediksi bisa mencapai ketinggian antara 4 meter hingga 8 meter. Sementara di pesisir Lampung, kata dia, seluruh wilayah yang menghadap Selat Sunda disebut akan terkena dampaknya.

    Untuk kawasan Jakarta, bencana tsunami diperkirakan mencapai pesisir utara dengan ketinggian sekitar 1 hingga 1,8 meter. Namun, waktu kedatangannya lebih lambat dibanding daerah lain. Tsunami diperkirakan baru tiba di Jakarta setelah 2,5 jam sejak gempa terjadi.

    Masyarakat Tetap Tenang dan Wajib Waspada

    Belum ada yang dapat memastikan kapan bencana alam tersebut terjadi. BMKG hanya meminta masyarakat bersiap menghadapi efek dari Megathrust.

    “Sebetulnya isu Megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Kepala BMKG Dwikorita, beberapa saat lalu.

    BMKG sendiri sudah melakukan langkah mitigasi dengan menempatkan sensor peringatan, edukasi ke masyarakat, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemerintah daerah, hingga melakukan simulasi terhadap warga yang berada di zona buta atau blind zone.

    Secara terminologi, blind zone adalah wilayah di sekitar titik gempa bumi yang tidak sempat menerima peringatan dini. Ini disebabkan karena gelombang gempa sudah lebih dulu sampai alias bergerak sangat cepat sebelum sistem mengirimkan peringatan.

    “Kalau terlalu dekat dengan pusat gempa, waktu itu tidak cukup untuk menghindari guncangan,” ujar BMKG.

    Atas dasar ini, BMKG meminta masyarakat jangan menunggu peringatan. Jika terasa guncangan kuat, maka lakukan DROP-COVER-HOLD ON untuk melindungi diri.

    Sesuai namanya, DROP berarti merunduk supaya tidak jatuh akibat goyangan kuat. Lalu, COVER berarti melindungi kepala dan leher sembari mencari perlindungan di bawah meja atau benda kokoh agar terhindari dari benda jatuh. Sementara HOLD ON berarti memegang erat penyangga atau meja tempat berlindung agar tetap aman.

    “Dengan menerapkan langkah ini, kita bisa melindungi diri dari bahaya paling umum saat gempa, yaitu tertimpa, terjatuh, atau terbentur benda. Keselamatan bisa kita upayakan. Jadi, biasakan diri untuk selalu ingat Drop, Cover, and Hold setiap kali terjadi gempa,” tulis BMKG.

    Meski blind zone tak dapat dihindari, BMKG sudah berupaya semaksimal mungkin membangun sistem peringatan dini gempa bumi, lewat INA-EEWS. Sistem ini mengintegrasikan 222 sensor sehingga bisa memberikan informasi potensi gempa 20 detik sebelum guncangan tiba.

    Dengan demikian, masyarakat bisa menerapkan langkah pertama penyelamatan diri. BMKG sendiri sudah menguji coba sistem ini di 4 provinsi pada 14 Agustus 2025 lalu dan diharapkan bisa memberikan respon baik dan akurat mengenai tingkat guncangan.

    Demikian penjelasan terkait gempa Megathrust yang sudah terjadi di Indonesia dan peringatan terhadap gempa Megathrust dahsyat yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Semoga informasi ini bermanfaat!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Komplotan Maling M-Banking Ditangkap, Umurnya Masih 20 Tahunan

    Komplotan Maling M-Banking Ditangkap, Umurnya Masih 20 Tahunan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kepolisian Prancis berhasil membongkar komplotan maling siber berusia muda yang kerap membobol m-banking lewat forum gelap BreachForums. Empat orang ditangkap, seluruhnya berusia sekitar 20 tahun.

    Penangkapan dilakukan oleh Brigade Kejahatan Dunia Maya (BL2C) di wilayah Hauts-de-Seine, Seine-Maritime, hingga Pulau Reunion di Samudera Hindia.

    “Para tersangka ini beroperasi dengan identitas alias, di antaranya Hollow, Noct, Depressed, dan ShinyHunters,” kata juru bicara kepolisian, dikutip dari The Register, Minggu (14/9/2025).

    BreachForums dikenal sebagai salah satu marketplace gelap terbesar di dunia, tempat jual-beli data curian dan perekrutan kelompok kriminal. Forum ini bahkan menjual tool peretasan yang digunakan untuk membobol rekening m-banking hingga menimbulkan kerugian finansial besar.

    Badan investigasi AS (FBI) menyebut ShinyHunters, salah satu pelaku utama, pernah mengelola forum tersebut sebelum ditutup pada Mei 2024.

    “Meski tampak seperti individu, ShinyHunters sejatinya adalah kelompok mafia siber yang terorganisir,” ujar analis keamanan siber, dikutip dari sumber yang sama.

    Komplotan ini diduga terlibat dalam serangan terhadap perusahaan ritel Boulanger, lembaga pemerintah France Travail, hingga federasi sepak bola Prancis. Nama ShinyHunters juga dikaitkan dengan serangan ke Ticketmaster, Snowflake, dan AT&T.

    Kasus ini menambah panjang daftar penangkapan pelaku BreachForums. Sebelumnya, IntelBroker hingga Conor Brian Fitzpatrick alias Pompompurin, yang merupakan mantan admin forum, juga ditangkap dan dijatuhi hukuman panjang di AS.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Musim Hujan Datang Lebih Cepat, BMKG Paparkan Ancaman dan Peluang

    Musim Hujan Datang Lebih Cepat, BMKG Paparkan Ancaman dan Peluang

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 di Indonesia akan datang lebih awal dari kondisi normal. Ada ancaman dan peluang yang dihadapi.

    Berdasarkan pemantauan iklim terkini, sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan sejak Agustus 2025. Secara bertahap akan meluas ke sebagian besar wilayah pada periode September hingga November 2025.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa dibandingkan dengan rata-rata klimatologis 1991–2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia. 

    “Musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026, dengan puncak hujan yang bervariasi, sebagian besar terjadi pada November–Desember 2025 di Sumatera dan Kalimantan, serta Januari–Februari 2026 di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua,” katanya melalui keterangan pers, Sabtu (13/9/2025)

    Dari 699 zona musim (ZOM) di Indonesia, 79 di antaranya (11,3%) diprediksi akan memasuki musim hujan pada September 2025.

    Kawasan itu meliputi sebagian besar Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat bagian utara, Jambi bagian barat, Bengkulu bagian utara, Bangka Belitung bagian selatan, Sumatera Selatan, sebagian kecil Jawa, Kalimantan Selatan, dan sebagian Papua Selatan.

    Sebanyak 149 ZOM (21,3%) lainnya diprediksikan memasuki musim hujan pada Oktober 2025 yang meliputi sebagian Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, Sulawesi bagian selatan, dan Papua bagian tengah. 

    Sementara itu, 105 ZOM (15%) akan mulai mengalami musim hujan pada November 2025 yang meliputi sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah dan tenggara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.

    “Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal,” ujarnya.

    Oleh karena itu, lanjut Dwikorita, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. 

    Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.

    Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menerangkan bahwa faktor global dan regional turut memengaruhi dinamika musim hujan tahun ini. 

    Pada Agustus 2025, fenomena El Niño–Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral (indeks –0,34), sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik. 

    Di sisi lain, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks –1,2), yang menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia khususnya bagian barat.

    Selain itu, kata dia, suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia lebih hangat (+0,42) dari rata-rata klimatologis, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. 

    ENSO netral diprediksikan bertahan hingga akhir 2025, sementara IOD negatif diperkirakan berlangsung hingga November 2025.

    “Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan,” terangnya.

    Oleh karena itu, BMKG mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan informasi cuaca dan iklim yang sudah disediakan sebagai dasar dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

    Di saat yang sama, BMKG menekankan pentingnya langkah antisipasi di berbagai sektor dalam menghadapi musim hujan ini. 

    Untuk sektor pertanian, penyesuaian jadwal tanam, penggunaan varietas tahan genangan, serta perbaikan irigasi dan drainase menjadi kunci agar produksi tidak terganggu. 

    Di sektor perkebunan, kelembaban tinggi perlu diantisipasi melalui pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan drainase yang baik, serta penyesuaian pemupukan.

  • Musim Hujan Datang Lebih Cepat, BMKG Paparkan Ancaman dan Peluang

    Musim Hujan Datang Lebih Cepat, BMKG Paparkan Ancaman dan Peluang

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 di Indonesia akan datang lebih awal dari kondisi normal. Ada ancaman dan peluang yang dihadapi.

    Berdasarkan pemantauan iklim terkini, sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan sejak Agustus 2025. Secara bertahap akan meluas ke sebagian besar wilayah pada periode September hingga November 2025.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa dibandingkan dengan rata-rata klimatologis 1991–2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia. 

    “Musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026, dengan puncak hujan yang bervariasi, sebagian besar terjadi pada November–Desember 2025 di Sumatera dan Kalimantan, serta Januari–Februari 2026 di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua,” katanya melalui keterangan pers, Sabtu (13/9/2025)

    Dari 699 zona musim (ZOM) di Indonesia, 79 di antaranya (11,3%) diprediksi akan memasuki musim hujan pada September 2025.

    Kawasan itu meliputi sebagian besar Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat bagian utara, Jambi bagian barat, Bengkulu bagian utara, Bangka Belitung bagian selatan, Sumatera Selatan, sebagian kecil Jawa, Kalimantan Selatan, dan sebagian Papua Selatan.

    Sebanyak 149 ZOM (21,3%) lainnya diprediksikan memasuki musim hujan pada Oktober 2025 yang meliputi sebagian Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, Sulawesi bagian selatan, dan Papua bagian tengah. 

    Sementara itu, 105 ZOM (15%) akan mulai mengalami musim hujan pada November 2025 yang meliputi sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah dan tenggara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.

    “Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal,” ujarnya.

    Oleh karena itu, lanjut Dwikorita, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. 

    Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.

    Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menerangkan bahwa faktor global dan regional turut memengaruhi dinamika musim hujan tahun ini. 

    Pada Agustus 2025, fenomena El Niño–Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral (indeks –0,34), sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik. 

    Di sisi lain, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks –1,2), yang menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia khususnya bagian barat.

    Selain itu, kata dia, suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia lebih hangat (+0,42) dari rata-rata klimatologis, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. 

    ENSO netral diprediksikan bertahan hingga akhir 2025, sementara IOD negatif diperkirakan berlangsung hingga November 2025.

    “Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan,” terangnya.

    Oleh karena itu, BMKG mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan informasi cuaca dan iklim yang sudah disediakan sebagai dasar dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

    Di saat yang sama, BMKG menekankan pentingnya langkah antisipasi di berbagai sektor dalam menghadapi musim hujan ini. 

    Untuk sektor pertanian, penyesuaian jadwal tanam, penggunaan varietas tahan genangan, serta perbaikan irigasi dan drainase menjadi kunci agar produksi tidak terganggu. 

    Di sektor perkebunan, kelembaban tinggi perlu diantisipasi melalui pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan drainase yang baik, serta penyesuaian pemupukan.

  • Waspada Hujan Sangat Lebat di Daerah Ini

    Waspada Hujan Sangat Lebat di Daerah Ini

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan prediksi cuaca yang terjadi Minggu (13/9) besok. Hampir seluruh wilayah Indonesia diperkirakan bakal mengalami hujan lebat hingga sangat lebat.

    Selain itu, waspada juga terhadap gelombang tinggi di wilayah Samudra Hindia Barat Aceh dan banjir rob di pesisir Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Tengah dan Maluku.

  • Peringatan BMKG, Awas Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam RI!

    Peringatan BMKG, Awas Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam RI!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan prediksi cuaca untuk sepekan ke depan. Hampir seluruh wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami hujan lebat dan angin kencang.

    “Berdasarkan dinamika atmosfer di kondisi sepekan ke depan. Selama sepekan ke depan, cuaca Indonesia diperkirakan bervariasi dengan potensi hujan lebat disertai angin kencang di banyak wilayah,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Jumat (12/9).

    Dia mengatakan hampir di seluruh wilayah akan mengalami hujan lebat dan angin kencang, mulai dari Sumatera, Jawa, Indonesia bagian tengah hingga timur.

    Pertumbuhan awan hujan terjadi dengan diperkuat oleh aktivitas masuknya pergerakan awan hujan dari barat Indonesia di sepanjang katulistiwa dari Samudera Hindia.

    Gelombang Kelvin dan Rosby juga menyebabkan caca sepekan. Selain itu gelombang atmosfer frekuensi rendah disebut aktif di berbagai wilayah.

    Dwikorita juga menjelaskan terdapat pergerakan bibit siklon tropis 93S di Samudera Hindia bagian barat Bengkulu. Ini memicu konverfensi dan konfluensi angin membuat pertemuan angin.

    Di Kalimantan Utara juga terjadi pola siklonik, yang membentuk area konvergensi atau pertemuan angin untuk meningkatkan peluang hujan di sejumlah daerah.

    Berikut daftar daerah berdasarkan potensi hujan lebat dan angin kencang sepanjang sepekan ke depan:

    13-14 September

    Hujan Lebat: Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

    Angin Kencang: Aceh, Banten, Kalimantan Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

    15-18 September

    Hujan Lebat: Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

    Angin Kencang: Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

    Dalam kesempatan yang sama, dia juga mengingatkan untuk waspada dampak hujan lebat dan angin kencang, seperti banjir, genangan air, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, serta gangguan transportasi.

    “Termasuk risiko gelombang tinggi di perairan dan banjir pesisir atau rob, terutama di wilayah pantai utara Jawa serta pesisir selatan di wilayah Indonesia,” dia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peringatan BMKG, Awas Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam RI!

    Peringatan BMKG, Awas Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam RI!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan prediksi cuaca untuk sepekan ke depan. Hampir seluruh wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami hujan lebat dan angin kencang.

    “Berdasarkan dinamika atmosfer di kondisi sepekan ke depan. Selama sepekan ke depan, cuaca Indonesia diperkirakan bervariasi dengan potensi hujan lebat disertai angin kencang di banyak wilayah,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Jumat (12/9).

    Dia mengatakan hampir di seluruh wilayah akan mengalami hujan lebat dan angin kencang, mulai dari Sumatera, Jawa, Indonesia bagian tengah hingga timur.

    Pertumbuhan awan hujan terjadi dengan diperkuat oleh aktivitas masuknya pergerakan awan hujan dari barat Indonesia di sepanjang katulistiwa dari Samudera Hindia.

    Gelombang Kelvin dan Rosby juga menyebabkan caca sepekan. Selain itu gelombang atmosfer frekuensi rendah disebut aktif di berbagai wilayah.

    Dwikorita juga menjelaskan terdapat pergerakan bibit siklon tropis 93S di Samudera Hindia bagian barat Bengkulu. Ini memicu konverfensi dan konfluensi angin membuat pertemuan angin.

    Di Kalimantan Utara juga terjadi pola siklonik, yang membentuk area konvergensi atau pertemuan angin untuk meningkatkan peluang hujan di sejumlah daerah.

    Berikut daftar daerah berdasarkan potensi hujan lebat dan angin kencang sepanjang sepekan ke depan:

    13-14 September

    Hujan Lebat: Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

    Angin Kencang: Aceh, Banten, Kalimantan Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

    15-18 September

    Hujan Lebat: Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

    Angin Kencang: Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

    Dalam kesempatan yang sama, dia juga mengingatkan untuk waspada dampak hujan lebat dan angin kencang, seperti banjir, genangan air, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, serta gangguan transportasi.

    “Termasuk risiko gelombang tinggi di perairan dan banjir pesisir atau rob, terutama di wilayah pantai utara Jawa serta pesisir selatan di wilayah Indonesia,” dia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah Paling Terdampak

    BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah Paling Terdampak

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti potensi cuaca ekstrem hujan lebat disertai angin kencang di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dinamika atmosfer yang saat ini cukup kompleks berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, mulai dari banjir, longsor, hingga gelombang tinggi.

    “Potensi hujan lebat hingga sangat lebat dengan angin kencang perlu diantisipasi masyarakat maupun pemerintah daerah. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko banjir, longsor, maupun gelombang tinggi,” ujar Dwikorita dalam keterangan resminya, Jumat (12/9/2025).

    Faktor Pemicu Cuaca Ekstrem

    BMKG menjelaskan, sejumlah faktor atmosfer memicu kondisi ini, antara lain Dipole Mode Index (DMI) negatif, anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR), aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta gelombang atmosfer frekuensi rendah.

    Selain itu, keberadaan bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia barat Bengkulu serta pola siklonik di Kalimantan Utara memperbesar potensi terbentuknya hujan lebat.

    BMKG memprakirakan pada periode 12 hingga 14 September, hujan lebat berpotensi terjadi di Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Tengah, dan Papua Selatan.

    Sementara angin kencang berpeluang terjadi di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

    Adapun pada 15 hingga 18 September, hujan deras diprediksi melanda Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Potensi angin kencang masih mengintai Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

    Banjir Besar di Bali Jadi ‘Warning’

    Cuaca ekstrem sebelumnya sudah memicu banjir dan longsor di Bali pada 9 hingga 10 September 2025. BNPB mencatat bencana terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir.

    Denpasar menjadi wilayah terparah dengan 81 titik genangan, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, serta Karangasem, Jembrana, dan Klungkung masing-masing 4 titik.

    BMKG melaporkan curah hujan harian ekstrem menjadi pemicu utama. Di Jembrana, intensitas hujan mencapai 385,5 mm per hari, disusul Tampak Siring 373,8 mm, Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm. Padahal, secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah masuk kategori ekstrem.

    Menurut Dwikorita, fenomena itu diperparah kondisi atmosfer yang labil serta faktor lingkungan, mulai dari sistem drainase yang tidak memadai hingga alih fungsi lahan yang mengurangi daya serap tanah.

    Dwikorita menegaskan, peringatan dini sudah dikeluarkan BMKG sejak 5 September melalui prospek cuaca sepekan, peringatan tiga harian, hingga pembaruan jam-jaman lewat sistem nowcasting. Pada periode 9-10 September saja, BMKG menerbitkan 11 kali pembaruan peringatan dini untuk Bali.

    Ia mengimbau masyarakat rutin memantau informasi resmi BMKG melalui aplikasi, media sosial, dan siaran televisi. Selain itu, langkah mitigasi seperti menjaga kebersihan drainase serta tidak membuang sampah sembarangan sangat diperlukan untuk mengurangi dampak genangan.

    “Dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, kita bisa meminimalkan risiko bencana akibat cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung beberapa hari ke depan,” kata Dwikorita.

    (naf/naf)

  • Gubernur dan Anggota Dewan di Jawa Ramai Kumpul Kebo, Ini Namanya

    Gubernur dan Anggota Dewan di Jawa Ramai Kumpul Kebo, Ini Namanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam konstruksi sosial di Indonesia, institusi pernikahan dibutuhkan bagi pasangan pria dan perempuan untuk dapat hidup bersama. 

    Namun, pada kenyataannya, beberapa orang tak mengamini norma tersebut. Tak sedikit yang memilih tinggal bersama pasangan tanpa menikah atau diistilahkan ‘kumpul kebo’.

    Praktik kumpul kebo bahkan sudah berlangsung sejak zaman kolonial, terutama di kalangan pejabat Belanda yang tinggal di Hindia Belanda.

    Pada masa itu, banyak pejabat tinggi dan warga Belanda yang menjalani hidup bersama perempuan lokal tanpa ikatan pernikahan resmi.

    Hal ini terjadi karena membawa istri dari Eropa ke Hindia Belanda memerlukan biaya yang besar dan mengandung risiko yang tinggi. Sebagai gantinya mereka membangun hubungan rumah tanggal dengan perempuan lokal, yang sebagian besar berasal dari kalangan budak.

    Gubernur Jenderal VOC Gustaaf Willem Baron van Imhoff (1743-1750), salah satunya. Dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta (2016) diceritakan, van Imhoff yang tercatat punya istri pernah menerima budak cantik dari Ratu Bone sebagai hadiah.

    Budak itu dibaptis dengan nama Helena Pieters untuk tinggal di rumah bersama sebagai “teman hidup.” Dari hubungan itu, mereka kemudian memiliki anak-anak.

    Contoh lain adalah Gubernur Jenderal VOC Reinier de Klerk (1777-1780). Saat tiba di Jawa, de Klerk hidup bersama budak perempuan. Dari hubungan ini keduanya punya banyak anak yang kemudian dikirim ke Belanda.

    Tak cuma Gubernur Jenderal, kalangan elit lain juga melakukan hal serupa. Penasihat Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816) dan anggota Dewan Hindia, yakni Herman Warner Muntinghe, tercatat tinggal bersama tiga budak perempuan meski telah beristri perempuan Indo-Belanda.

    Raffles sendiri dikenal tak mempermasalahkan hubungan tak sah bawahannya dengan para budak. Atas dasar ini, di masa kekuasaannya, praktik kumpul kebo lazim dilakukan.

    Teman Raffles lain, yakni Alexander Hare, punya “teman hidup” perempuan dari berbagai wilayah. Dalam bukunya Raffles and the British Invasion of Java (2012), Tim Hannigan mencatat Hare memanfaatkan posisi dan kekuasaannya untuk mengeksploitasi perempuan lokal sebagai “teman hidup”.

    Sebenarnya, tindakan para elit hanyalah puncak gunung es. Di level bawah, para pegawai, prajurit, hingga pedagang Eropa juga kerap menjalani kehidupan serupa, yakni tinggal bersama perempuan lokal tanpa ikatan nikah.

    Masyarakat lantas menyebut praktik ini sebagai “kumpul Gerbouw”. Dalam bahasa Belanda, Gerbouw berarti “bangunan” atau “rumah”. Dengan demikian, sebutan itu dimaksudkan sebagai sindiran untuk mereka yang hidup berbagi atap.

    Catatan:

    Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cuaca Ekstrem Mengintai, BMKG Peringatkan Risiko Banjir dan Longsor di Sejumlah Daerah
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        12 September 2025

    Cuaca Ekstrem Mengintai, BMKG Peringatkan Risiko Banjir dan Longsor di Sejumlah Daerah Nasional 12 September 2025

    Cuaca Ekstrem Mengintai, BMKG Peringatkan Risiko Banjir dan Longsor di Sejumlah Daerah
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan risiko banjir dan tanah longsor di tengah potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia selama sepekan ke depan.
    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, dinamika atmosfer saat ini cukup kompleks dan dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi di berbagai daerah.
    “Dinamika atmosfer saat ini memicu potensi hujan lebat hingga sangat lebat, disertai angin kencang yang perlu diwaspadai masyarakat maupun pemerintah daerah. Cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan risiko banjir, longsor, maupun gelombang tinggi,” ujar Dwikorita, dalam keterangan pers, Jumat (12/9/2025).
    Dwikorita menuturkan, terdapat sejumlah faktor atmosfer yang memicu kondisi ini.
    Fase Dipole Mode Index (DMI) negatif (-1,27) dan anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) bernilai negatif yang mendukung pembentukan awan hujan.
    “Keadaan ini diperkuat oleh aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta gelombang atmosfer frekuensi rendah yang sedang aktif,” ucap dia.
    Tak hanya itu, bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia barat Bengkulu juga menciptakan konvergensi dan konfluensi angin, sementara pola siklonik di Kalimantan Utara turun memperbesar peluang hujan.
    Banjir dan longsor yang melanda Bali pada 9–10 September 2025 memperlihatkan dampak hidrometeorologi basah yang luar biasa.
    Laporan BNPB mencatat bencana terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir.
    Kota Denpasar menjadi wilayah dengan jumlah titik terbanyak, mencapai 81, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing 4 titik, serta Klungkung di Kecamatan Dawan.
    “Curah hujan harian ekstrem yang menjadi pemicu utama banjir besar tersebut. Di Jembrana, curah hujan tercatat mencapai 385,5 mm dalam satu hari, disusul Tampak Siring 373,8 mm,” tutur dia.
    Kemudian Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm.
    Bahkan, beberapa titik lain seperti Denpasar Barat, Petang, Kerambitan, dan Padangbai juga mencatat curah hujan di atas 200 mm per hari.
    Padahal, secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah dikategorikan ekstrem.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.