Tag: Heri Akhmadi

  • Kasus WNI di Jepang Jadi Sorotan, Ada yang Ditangkap karena Merampok

    Kasus WNI di Jepang Jadi Sorotan, Ada yang Ditangkap karena Merampok

    Jakarta

    Tiga Warga Negara Indonesia (WNI) di Jepang diduga melakukan perampokan dan ditangkap aparat setempat, akhir Juni kemarin. Peristiwa ini menambah panjang daftar kasus kejahatan yang melibatkan WNI di Jepang. Apa akar penyebabnya?

    Insiden perampokan terjadi pada Januari 2025 di Hokota, Prefektur Ibaraki. Polisi baru meringkus ketiga tersangka lima bulan setelahnya. Motif para pelaku sampai saat ini masih didalami. Korban merupakan warga lokal Hokota.

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rolliansyah Sumirat, mengungkapkan pihaknya sudah memberi pendampingan hukum kepada ketiganya. Ketiga WNI ini, tambah Rolliansyah, tinggal di Jepang melebihi batas waktuoverstayer.

    “Ketiga WNI telah didampingi pengacara dan KBRI Tokyo terus berkoordinasi dengan Kepolisian Mito, Kashima, dan Namegata di Prefektur Ibaraki, tempat ketiga WNI tersebut ditahan, untuk dapat menjenguk, memeriksa kondisi mereka,” jelas Rolliansyah, Jum’at (4/7).

    “Dan tentunya melakukan wawancara untuk mengetahui motif dan detail informasi lainnya.”

    Ini kali kedua dalam waktu yang berjarak tidak terlalu lama berita warga Indonesia “bertingkah” di Jepang muncul ke permukaan. Publik lebih dulu dibikin ramai dengan video yang memuat pemasangan bendera perguruan silat di salah satu jembatan di Jepang.

    Tahun lalu, beredar informasi di media sosial sekelompok WNI membentuk semacam ‘geng TKI’ di Jepang. Namun, Kemlu Indonesia menyatakan belum ada temuan yang membuktikan kabar tersebut.

    “Pemerintah harus sering melakukan komunikasi, sosialisasi, atau diskusi kepada orang-orang yang dianggap ketua komunitas di Jepang,” ujar salah-seorang WNI yang tinggal di Prefektur Mie, Jum’at (4/7).

    Peneliti kependudukan dari Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN), yang telah lama mengkaji isu serta fenomena pekerja migran Indonesia di Jepang, menuturkan pembacaan konteks atas kejadian-kejadian itu tidak dapat dipisahkan dari hubungan antara dua negara ini dalam sektor ketenagakerjaan.

    “Di Jepang ini karena diaspora kita sebagian besar adalah kenshusei [pemagang] dengan beragam latar dan karakter orangnya,” paparnya.

    “Karena sebenarnya faktor pendorongnya itu Jepang yang membutuhkan [tenaga kerja]. Bukan kita.”

    Dari kasus spanduk sampai perampokan

    Kabar mengenai ulah warga Indonesia di Jepang tidak keluar sekali saja.

    Sebelum peristiwa kriminal akhir Juni lalu, video berisikan bendera perkumpulan pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) lebih dulu viral. Dalam video itu, beberapa orang terlihat sedang memasang bendera PSHT di salah satu jembatan.

    Aksi PSHT seketika memantik reaksi dari publik. Tidak sedikit yang menyebutnya “merugikan nama baik Indonesia,” di samping “mengganggu ketertiban masyarakat Jepang.”

    PSHT mengklarifikasi kejadian ini dan menyatakan video diambil sudah lama, sekitar 2022. Meski begitu, PSHT, ujar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, mengaku akan “melakukan perbaikan dan berkomitmen penuh untuk menaati seluruh ketentuan hukum dan norma yang berlaku di Jepang.”

    PSHT, di saat yang sama, meminta seluruh anggotanya di Jepang agar tidak memakai atribut komunitas di luar acara internal.

    Pada Januari 2025, aparat penegak hukum di Isesaki, Prefektur Gunma, Jepang, melaporkan kepada KBRI Tokyo bahwa mereka telah meringkus 11 WNI atas kasus perampokan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya, November 2024. Satu WNI menjadi korban, meninggal setelah ditusuk.

    Para tersangka, mengutip keterangan Kementerian Luar Negeri, ditetapkan melanggar hukum untuk dua perkara: kadaluwarsa izin tinggal (overstayer) serta pembunuhan.

    Selain di Isesaki, November 2024, tindak pidana juga dilakukan WNI di Kakegawa, Prefektur Shizuoka. WNI berusia 24 tahun merampok kediaman pasangan suami-istri lanjut usia (lansia).

    Tidak hanya merampok, tersangka WNI ini menusuk keduanya sampai terluka parah.

    Juli pada tahun yang sama, kepolisian Fukuoka menangkap seorang WNI yang merampok dan menganiaya perempuan lokal.

    WNI tersebut, berdasarkan keterangan Kemlu RI, memukul korban dari belakang dan mengambil dompetnya. Dia ditangkap tidak lama selepas korban memberikan ciri-ciri pelaku yang mirip dengannya. Kala diperiksa, dompet korban ditemukan pula di tempat sang WNI.

    Kemlu, pada April 2023, mengabarkan tiga WNI ditangkap karena dugaan pembunuhan, menyusul hilangnya WNI berumur 20 tahun selama 24 bulan.

    Jasad korban ditemukan polisi di area pegunungan di Kota Ono, Prefektur Fukushima, di dalam sebuah koper. Polisi menyebut jenazah ini adalah WNI yang dulunya hilang. Tiga WNI lantas ditangkap dengan pasal pembunuhan serta pembuangan mayat.

    Berbagai masalah yang timbul tak lepas dari faktor keberadaan WNI di Jepang yang jumlahnya cukup besar. Selama beberapa tahun belakangan, kepergian WNI ke Jepang, di luar urusan rekreasi, tercatat begitu masif.

    Mengapa banyak WNI bekerja ke Jepang?

    Jepang konsisten menempati kursi paling atas negara dengan populasi berusia tua terbesar di dunia. Pada 2020, angka kelompok usia tua di Jepang menyentuh 28,2% dari total penduduk. Per 2024, merujuk data nasional yang dirilis pemerintah Jepang, persentasenya meningkat menjadi 29,3%.

    Jumlah populasi kelompok tua, dengan kata lain, mencapai sepertiga dari keseluruhan penduduk, atau sekitar 36 juta orang di Jepang berumur lebih dari 65 tahun.

    Jika disederhanakan lagi, satu dari 10 orang di Jepang berumur 80 tahun atau di atasnya.

    Populasi yang tua berdampak pada sektor ketenagakerjaan, dan berpeluang mengikis upaya pemerintah Jepang menggenjot perekonomian. Maka dari itu, Jepang membuka pintu masuk bagi para pekerja dari negara lain.

    Indonesia termasuk yang menonjol.

    “Karena biar bagaimanapun, di sana itu, walaupun negara maju, mereka masih membutuhkan tenaga kerja yang sifatnya manual skill, terutama di sektor pertanian dan perikanan,” papar Kepala Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nawawi Asmat, ketika diwawancarai BBC News Indonesia, Rabu (2/7).

    “Sehingga butuh banyak pekerja dari luar, terutama Indonesia.”

    Pada 2019, pemerintah Indonesia dan Jepang sepakat bekerja sama di sektor ketenagakerjaan di bawah bendera Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Fokus kerja sama ini yaitu pengiriman tenaga kerja di bidang tertentu (specified skilled worker).

    Cakupannya merentang dari perawat, careworker, atau bidang-bidang lain yang memerlukan tenaga manusia pertanian, perkapalan, hingga jasa. WNI yang mendaftar program ini akan diberi visa tokutei ginou.

    Salah satu turunan dari kemitraan tersebut diwujudkan dengan kerja sama Kementerian Ketenagakerjaan dan otoritas Prefektur Miyagi pada 2023 kemarin. Kedua pihak saling setuju mengirim serta menempatkan tenaga kerja Indonesia ke Jepang.

    Kesepakatan ketenagakerjaan antara Indonesia dan Jepang punya durasi empat tahun masa berlaku, serta dapat diperpanjang dengan waktu yang sama setelah berakhir.

    Di luar itu, pemerintah Jepang turut mengadakan kegiatan pemagangan (kenshusei) dengan jangka waktu tiga hingga lima tahun. Targetnya: lulusan SMA atau SMK. Bidang yang dibuka mencakup kerja pelat untuk konstruksi bangunan, operator mesin press logam, sampai pemasangan atap genteng.

    Program pemagangan ini dibagi ke dalam beberapa fase, mulai dari pelatihan, evaluasi kompetensi, serta penempatan di industri.

    Dua saluran tersebut berkontribusi dalam lonjakan WNI yang berupaya mengais rezeki di Jepang. Sampai Juni 2024, tercatat sebanyak lebih dari 87 ribu orang mengikuti program magang dan 44 ribu lainnya berstatus pekerja berketerampilan khusus.

    Untuk poin yang disebut terakhir, sebaran pekerja Indonesia dapat dijumpai di 16 bidang kerja, dari caregiver, manufaktur, kelistrikan, elektronik, perikanan, sampai industri produk makanan dan minuman. Indonesia merupakan satu dari sekian negara utama pengirim tenaga kerja berjenis ini, di luar China, Filipina, Myanmar, serta Vietnam.

    Peluang angka partisipasi itu bakal bertambah sangat mungkin terealisasi mengingat pemerintah Indonesia dan Jepang sudah menyetujui penempatan pekerja berkemampuan khusus dengan skema private-to-private (swasta).

    Pejabat di Japan International Cooperation Agency (JICA), lembaga kerja sama internasional Jepang, Shishido Kenichi, menyatakan kebutuhan untuk pekerja migran masih sama dengan kondisi nasional di Jepang, ketika usia demografis penduduk yang menua serta tingginya permintaan tenaga kerja berkeahlian khusus.

    Banyak perusahaan di Jepang, lanjut Kenichi, yang “antusias” untuk merekrut pekerja migran, tidak terkecuali dari Indonesia, tapi terkendala kekosongan penghubung yang bisa menyalurkan permintaan mereka.

    Nawawi mengatakan pemicu tingginya angka pekerja migran Indonesia ialah kebutuhan Jepang dalam memenuhi sumber daya manusia.

    “Jepang itu sekarang the most aging country. Di sana ada masalah tentang mendapatkan tenaga kerja muda, apalagi yang [bisa] manual skill,” jelasnya.

    Keadaan ini, pada titik tertentu, membuat situasi “diaspora” Indonesia di Jepang berbeda dengan kawasan lainnya.

    “Kalau di negara lain, biasanya diaspora kita dibentuk oleh mereka-mereka yang profesional begitu, ya. Taruhlah, misalnya, di Eropa itu kebanyakan [dari] mereka adalah profesional,” tandas Nawawi.

    Sementara di Jepang, diaspora Indonesia mayoritas tersusun oleh para pemagang dan pekerja berkemampuan khusus di area tertentu.

    “Taruhlah kasus yang kemarin itu, yang sempat heboh. Itu kebanyakan dari mereka adalah para kenshusei [pemagang]. Mereka yang kerja di Jepang atas nama visa magang,” tutur Nawawi.

    Pada awal September 2024, video anak-anak muda Indonesia berkumpul dan nongkrong di salah satu ruas jalanan di Osaka viral, menjadi bahan perbincangan di internet. Mereka, rata-rata, memakai atribut serba hitam.

    Tidak sekadar itu, dalam video yang lain terlihat juga dua pemuda berboncengan menaiki sepeda serta mengibarkan bendera.

    Sejumlah warga Jepang mengeluarkan keresahannya, menyamakan aktivitas anak-anak muda Indonesia tersebut tak ubahnya seperti aksi kelompok geng.

    Pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka membantah bahwa orang Indonesia membentuk geng di sana. KJRI Osaka menegaskan gerombolan pemuda yang jadi sumber percakapan diklaim sedang berlibur.

    “Pantauan KJRI tidak ada geng kriminal seperti di media sosial. Kami tidak mengetahui adanya geng yang dibuat WNI. Komunitas WNI tersebar di berbagai kota, dan sejauh ini kegiatan mereka positif,” sebut Konsul KJRI Osaka, R. A. Fathonah.

    Dia menambahkan belum ada laporan dari pihak berwenang perihal video anak-anak muda Indonesia yang viral itu.

    Nawawi menilai pemerintah, dalam konteks menentukan langkah preventif, semestinya turut memberikan edukasi kepada calon pekerja maupun pemagang tidak cuma dari sisi teknis keberangkatan atau persiapan saja.

    Mempelajari budaya setempat, atau dalam hal ini Jepang, imbuh Nawawi, sama pentingnya agar hal-hal yang dipandang bertentangan dapat dihindari.

    Dalam perkara bergerombol dan unjuk identitas kelompok, sebagai contoh, menurut Nawawi, tidak sesuai dengan “nilai-nilai” maupun “kebiasaan” yang diyakini serta dipijak masyarakat Jepang.

    “Jadi, yang diajarin itu cuma prosedur-prosedur, misalnya, kalau kamu [calon pekerja atau pemagang] ada masalah dengan perusahaan kamu lapornya ke mana, begitu. Apa yang harus dilaporkan dan bagaimana prosedurnya. Itu formal,” terangnya.

    “Tapi, yang informal ini yang enggak pernah diajarin. Tentang perbedaan culture kita [Indonesia] dengan masyarakat [Jepang] itu enggak ada.”

    Budaya masyarakat Jepang terbangun lewat, satu di antaranya, ketertiban di bermacam aspek kehidupan. Contoh yang paling sederhana: membuang sampah pada tempatnya atau tidak memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan yang tidak sesuai.

    Sayangnya, Nawawi menuturkan, “budaya” Indonesia, seperti membentuk gerombolan atau menggunakan fasilitas publik bukan untuk peruntukannya, dibawadan dipertahankanpara peserta pemagang atau pekerja ketika sudah di Jepang.

    Di tengah itu, terdapat ketiadaan pembekalan ihwal budaya yang diterapkan oleh masyarakat Jepang sehari-hari.

    Nawawi pernah mengalami sendiri kejadian yang kurang lebih serupa dengan apa yang muncul pada beberapa waktu terakhir. Tatkala sedang berada di kereta, orang-orang Jepang terbiasa diamtidak berisik. Akan tetapi, masyarakat Indonesia sebaliknya: berbincang satu sama lain.

    “Akhirnya, ada orang Jepang yang kesal dan dia bangun [dari tidurnya] untuk bilang jangan mengganggu. Intinya, orang Jepang ini butuh waktu untuk istirahat di kereta,” ceritanya.

    Masyarakat Jepang cenderung memikirkan apakah ketika melakukan sesuatu akan merugikan orang lain atau tidak. Sedangkan orang-orang Indonesia lebih ke meluapkan ekspresi.

    “Nah, ini yang sering jadi masalah ketika pekerja Indonesia di sana,” tegas Nawawi yang menempuh studi perburuhan di Universitas Mei, Jepang, pada 2008 sampai 2011.

    Peran pemerintah, dalam urusan pekerja migran, juga dapat dimaksimalkan lewat keberadaan KBRI maupun KJRI di kota-kota di Jepang. Kedua kantor pemerintah itu, sebagai contoh, dapat melaksanakan sosialisasi di acara-acara yang mereka adakan.

    Pesan yang disebarkan kurang lebih memuat ajakan bahwa masyarakat Indonesia harus menyesuaikan diri dengan budaya serta nilai yang diberlakukan warga Jepang. Langkah ini, Nawawi berpandangan, merupakan bentuk antisipasi sekaligus kontrol terhadap gerak-gerik komunitas Indonesia.

    “Secara garis besar adalah mengedepankan upaya-upaya untuk memberi penyadaran kepada diaspora kita bahwa mereka hidup di tempat dengan prinsip di mana langit dijunjung, maka di situ harus mengikuti aturan yang ada,” tambahnya.

    “Ini yang jarang disampaikan sehingga sering kali, makanya, ada kasus-kasus yang seperti ini karena memang kurang [edukasi atau sosialisasi dari pemerintah].”

    Aksi-aksi yang terlihat sepele, jika terus-menerus dibiarkan, tidak menutup peluang lahirnya tindakan yang serius, seperti aksi kejahatan.

    Di Jepang, kasus-kasus kejahatan yang menjadikan orang Indonesia sebagai tersangka tidak cuma muncul dalam satu waktu.

    Pemerintah mengaku tengah mengusahakan peningkatan pendidikan kedisiplinan serta kesadaran hukum bagi para pekerja WNI di Jepang.

    “Mungkin [mereka] menganggapnya sama dengan di Indonesia, menghindari penegakan hukum karena di Indonesia dianggapnya mudah saja. Di sini tidak mudah, seperti naik kereta tidak bayar,” ucap Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, September 2023.

    “Merampok itu kebodohan yang luar biasa. Memang menyedihkan, tapi harus diatasi.”

    Pemerintah menegaskan pendidikan hukum difungsikan agar mampu mencegah tindakan kriminal sekaligus melindungi pekerja WNI. Pasalnya, aparat Jepang dianggap tidak menyediakan celah sedikitpun bagi para pelaku kejahatan untuk menghindar.

    Cara yang bakal diambil pemerintah yaitu dengan memaksimalkan peran Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang memfasilitasi pengiriman pekerja WNI ke Jepang.

    “Yang sedang coba kita lakukan bersama adalah memperbaiki proses pendidikannya,” imbuh Heri.

    Bagaimana komunitas Indonesia terbentuk?

    Dari yang semula tidak memiliki bayangan untuk tinggal di Jepang, kini Thony Tasiron sudah 18 tahun menetap di negara itu.

    Pada 2007, Thony pertama kali menginjakkan kaki di Jepang, tidak lama usai menamatkan pendidikan di bangku Sekolah Teknik Menengah (STM) di Majalengka, Jawa Barat. Karena belum mempunyai rencana pasti setelah lulus, Thony memilih untuk pergi bersama teman satu angkatannya ke Jepang.

    Setibanya di sana, Thony mulai belajar bahasa Jepang, lalu melanjutkan kuliah selama dua tahun. Dari situ, dia memperoleh pekerjaan, bermukim, bahkan membangun keluarganya sendiri.

    “Rasanya [tinggal di Jepang] aman dan nyaman,” ujarnya kepada BBC News Indonesia, Jum’at (4/7).

    “Akhirnya malah keterusan,” imbuhnya.

    Kini, Thony tinggal di Prefektur Mie, satu kawasan di pesisir timur Jepang dan berdekatan dengan Nagoya. Sehari-hari, Thony bekerja di industri perkapalan.

    Di Jepang, Thony bertemu dan berkenalan dengan Komarudin, pekerja WNI asal Fakfak, Papua Barat, yang sudah lebih dulu tinggal di Jepang sejak 1998.

    Komarudin, sama halnya Thony, adalah lulusan STM. Dia, awalnya, ke Jepang dengan mendaftar sebuah program magang. Kurang lebih tiga tahun dia habiskan untuk menuntaskan pelatihan sampai akhirnya dia meraih pekerjaan tetap.

    Komarudin mengungkapkan jejaring orang Indonesia di Jepang cukup kuat. Di Prefektur Mie saja, Komarudin memberi contoh, rutin diadakan kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan warga Indonesia.

    Aktivitas yang dimaksud Komarudin yakni badminton.

    “Kalau untuk tadi saya bilang, badminton di Prefektur Mie itu diadakan setiap dua minggu sekali. Kalau pengajianuntuk muslimdalam sebulan sekali itu ada,” sebut Komarudin.

    “Jadi, kalau dibilang kuat, alhamdulillah kuat.”

    Ruang-ruang seperti itu, Komarudin mengakui, membantu memperkenalkan antarwarga Indonesia di Jepang, yang kemudian berkontribusi terhadap lahirnya komunitas yang berisikan sesama perantau.

    Pola pembentukan komunitas Indonesia di Jepang, menurut Kepala Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nawawi Asmat, bersandar kepada beberapa saluran.

    Pertama, paguyuban berbasis daerah. Di Jepang, paguyuban Bugis dan Jawa mendominasi. Setiap paguyuban, hampir pasti, terpecah menjadi unit-unit kecil berdasarkan daerah.

    Di dalam paguyuban Jawa, misalnya, terdapat kelompok-kelompok pecahan berisikan orang-orang khusus dari Boyolali atau Kendalkeduanya Jawa Tengah.

    Peran paguyuban, ketika membahas mengenai pekerja WNI di Jepang, begitu signifikan, kata Nawawi. Paguyuban menjadi tujuan pertama saat para pekerja atau pemagang WNI datang ke Jepang.

    “Biasanya kalau mereka butuh kebutuhan-kebutuhan dasar yang [sifatnya] emergency, mereka bisa dapatkan dari senior-senior mereka. Misalnya kalau mereka butuh piring, selimut, atau apa pun itu daripada membeli, sementara mereka dapatkan lewat paguyuban,” Nawawi memaparkan.

    Pendek kata, paguyuban membantu para pekerja baru untuk beradaptasi dengan segala hal di Jepang agar “mereka mampu bertahan,” tambah Nawawi.

    Simpul kedua adalah berdasarkan wilayah dengan skala lebih meluas, dalam artian: Indonesia bagian barat, tengah, atau timur.

    Sementara yang ketiga, komunitas Indonesia di Jepang dipupuk melalui organisasi keagamaan, lebih tepatnya masjid. Biasanya, kalau di suatu daerah ada masjid besar yang konsisten membuat berbagai acara, maka “simpul-simpul masyarakat dengan sendirinya berdiri,” tutur Nawawi.

    “Karena, biar bagaimanapun, bagi orang Indonesia masjid itu salah satu simbol lembaga sosial yang mereka cari ketika di luar negeri,” ucap Nawawi.

    Keempat, dan ini berkembang dalam beberapa waktu belakangan, adalah melalui paguyuban yang sifatnya berpedoman pada kegiatan tertentu, seperti sepak bola, silat, atau bulutangkis.

    Meski demikian, Nawawi menggarisbawahi, saluran utama dan terbesar komunitas Indonesia di Jepang berasal dari latar belakang kewilayahan.

    Dari sisi internal para pekerjanya, kepergian dan kedatangan ke Jepang setidaknya didorong dua hal.

    “Jadi, ada yang datang ke sana memang untuk akumulasi modal. Mereka biasanya itu sangat disiplin. Ketika dapat uang, mereka berupaya saving. Sehingga pulang nanti, katakanlah setelah empat tahun, dia punya modal,” Nawawi menerangkan.

    Lalu yang berikutnya yakni para pekerja yang pergi ke Jepang ditujukan untuk tinggal di sana selamanya. Setelah target ekonomi terpenuhi, mereka mulai mencari jodoh dan menikah dengan warga setempat.

    Sepengamatan Nawawi, yang meriset mengenai pekerja migran Indonesia di Jepang, orang-orang Indonesia adalah salah satu yang favorit.

    Dengan menikahi orang Jepang, otomatis peluang untuk mendapatkan status permanent resident bakal minim kendala. Dilihat dari tipologinya, Nawawi menambahkan, “trennya adalah laki-laki Indonesia menikah dengan perempuan Jepang.”

    “Jadi mixed marriage di Jepang itu Indonesia cukup dinikmati. Saya sendiri sering dan pernah diminta mencarikan jodoh orang Indonesia,” kenang Nawawi, disusul tawa.

    Fenomena ini “dirayakan” di media sosial seperti TikTok, berdasarkan observasi BBC News Indonesia. Di TikTok, beberapa akun milik WNI yang BBC News Indonesia temukan memperlihatkan kehidupan membina rumah tangga bersama warga Jepang.

    Hal itu berlaku dua arah. Ada yang WNI-nya berasal dari pihak laki-laki, begitu pula sebaliknya: WNI-nya perempuan.

    Konten-konten mereka menunjukkan bagaimana pernikahan dua warga negara berlangsung, termasuk ketika pasangan dari Jepang diajak mudik ke Indonesia.

    Sebagian besar konten-konten seperti ini panen likes dan views. Reaksi akun lain di kolom komentar menggambarkan keingintahuan tentang keberhasilan pernikahan beda negara.

    Thony menjelaskan keadaan di Jepang, sekarang, berbeda jauh dengan saat dia dulu tiba di sana untuk kali pertama. Indikatornya adalah jumlah WNI yang pergi ke Jepang, waktu itu, tidak kelewat banyak.

    Dengan pengambil kebijakan kian giat mengajak pekerja dari negara lain untuk masuk dan bekerja, orang-orang mulai berbondong-bondong pergi ke Jepang.

    Konsekuensinya, ke-Indonesia-an di Jepang semakin beragam, luwes, dan juga, pada momen yang sama, kompleks.

    “Mereka akhirnya bikin bendera sendiri, kumpul di taman dengan membawa bendera,” ujar Thony. “Sementara dari warga negara Jepang sendiri enggak ada kayak begitu.”

    Menurut Thony, berkumpul dan menyelenggarakan kegiatan dengan sesama warga Indonesia bukan suatu masalah, selama tetap memperhatikan “rambu-rambu” sosial.

    “Kita hidup di negara orang. Istilahnya, numpang di negara orang. Minimal kita harus hati-hati dengan peraturan yang ada,” tandasnya.

    Bagi Komarudin, pemerintah sebaiknya menggandeng para ketua komunitas Indonesia di Jepang yang jumlahnya bisa dikata tidak sedikit. Dengan begitu, pemerintah dapat melakukan “pembimbingan.”

    “Menurut saya pemerintah harus mengajak berdiskusi para pentolan komunitas ini bahwa kita tinggal di sini itu sebisa mungkin berlaku baik. Mungkin itu bentuk campur tangan yang dapat dilakukan pemerintah,” tegasnya.

    Jarak Indonesia dan Jepang terpisah lebih dari 4 ribu kilometer. Kiwari, agaknya, bentang yang memisahkan Indonesia dan Jepang seperti tidak terlampau jauh dengan lahirnya berbagai situasi yang begitu khas nuansa Indonesia-nya.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Astra Rayakan National Day Indonesia di World Expo 2025 Osaka

    Astra Rayakan National Day Indonesia di World Expo 2025 Osaka

    Osaka – Dalam momen bersejarah World Expo 2025 Osaka, Astra kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dan promosi budaya Indonesia melalui kontribusi serta partisipasi aktif Astra dalam Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka.
     
    Mereka menggunakan tema ‘Thriving in Harmony: Nature, Culture, Future’ yang merepresentasikan komitmen Indonesia dalam mewujudkan visi sebagai bangsa bersatu, berdaulat, maju, dan berkelanjutan.
     
    Dalam hal ini, Astra juga turut berpartisipasi aktif pada berbagai program yang dihadirkan dalam Paviliun Indonesia selama World Expo 2025 berlangsung. Adapun program yang dihadirkan di Paviliun Indonesia yaitu National Day Indonesia, Business Forum, 1-on-1 Meeting, Rolling Exhibition serta Cultural Performance.

    Hadir dalam penyelenggaraan National Day Indonesia di Paviliun Indonesia pada Selasa (27/5) yaitu Menteri Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan RI Pratikno dan Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI/Wakil Kepala Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard. 
     

     
    Ada juga Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Selvie Ananda, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Direktur Astra Gita Tiffani Boer serta Chief of Corporate Affairs Astra Boy Kelana Soebroto.
     
    Menteri Koordinator Bidang Pembangungan Manusia dan Kebudayaan RI Pratikno menyatakan bahwa expo ini tidak hanya menjadi tonggak sejarah, tapi juga menjadi momentum untuk mempercepat transisi hijau, mendorong ekonomi kreatif, dan berinvestasi pada masa depan seperti yang kita cita-citakan bersama. 
     
    “Dalam semangat harmoni ini, Indonesia melihat World Expo 2025 Osaka sebagai wahana untuk mendorong kerja sama internasional, berlandaskan pada prinsip People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership. Kami membuka ruang kolaborasi di bidang energi bersih, infrastruktur berkelanjutan, transformasi digital, dan pariwisata yang semuanya menjadi pilar penting dalam transformasi ekonomi hijau Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Pratikno.
     
    Senada dengan Pratikno, Chief of Corporate Affairs Astra Boy Kelana Soebroto mengungkapkan bahwa ini merupakan suatu kebanggaan bagi mereka dapat mendukung dan menjadi bagian dari Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka. 
     

     
    “Dukungan serta partisipasi aktif Astra dalam Paviliun Indonesia diharapkan dapat menjadi momentum strategis untuk memperlihatkan kekayaan budaya dan inovasi bangsa Indonesia kepada dunia, sekaligus menjadi wadah interaksi dan komunikasi bagi perwakilan Indonesia dan pengunjung Paviliun Indonesia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman internasional terhadap budaya, tradisi, dan nilai-nilai khas Indonesia,”ujar Boy Kelana Soebroto.
     
    Partisipasi aktif Astra dalam rangkaian kegiatan World Expo 2025 Osaka di Paviliun Indonesia salah satunya dilaksanakan melalui Yayasan Astra yang berfokus pada pembinaan UMKM yaitu Yayasan Dharma Bhakti Astra serta Yayasan Astra yang berfokus pada pendidikan yaitu Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim. Kedua Yayasan tersebut merupakan dua dari sembilan Yayasan di bawah naungan Astra.
     
    Produk Desa Sejahtera Astra serta produk UMKM Yayasan Astra-Yayasan Dharma Bhakti Astra, berupa kerajinan anyaman tas, kayu, kulit, kendang djembe, kain tenun, batik eco-print dan kopi turut dipamerkan. Sementara Yayasan Astra-Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim menampilkan pertunjukan kreasi nusantara oleh guru dan siswa binaan berupa kolaborasi musik tradisional, komunitas pembatik cilik serta tari kreasi.
     
    Partisipasi Astra di World Expo 2025 Osaka merupakan kelanjutan dari komitmen jangka panjang mendukung keikutsertaan Indonesia di World Expo, dimulai sejak Expo 2010 di Shanghai, dilanjutkan Expo 2015 di Milan, dan Expo 2020 di Dubai. Semangat ini sejalan dengan cita-cita Astra untuk Sejahtera Bersama Bangsa dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (UDA)

  • Astra Berpartisipasi Aktif dalam Paviliun Indonesia dan Perayaan National Day Indonesia di World Expo 2025 Osaka

    Astra Berpartisipasi Aktif dalam Paviliun Indonesia dan Perayaan National Day Indonesia di World Expo 2025 Osaka

    Osaka, Jepang, Beritasatu.com – Dalam momen bersejarah World Expo 2025 Osaka, Astra kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dan promosi budaya Indonesia melalui kontribusi serta partisipasi aktif Astra dalam Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka dengan tema “Thriving in Harmony: Nature, Culture, Future” yang merepresentasikan komitmen Indonesia dalam mewujudkan visi sebagai bangsa bersatu, berdaulat, maju, dan berkelanjutan.

    Dalam hal ini, Astra juga turut berpartisipasi aktif pada berbagai program yang dihadirkan dalam Paviliun Indonesia selama World Expo 2025 berlangsung. Adapun program yang dihadirkan di Paviliun Indonesia yaitu National Day Indonesia, Business Forum, 1-on-1 Meeting, Rolling Exhibition serta Cultural Performance.

    Hadir dalam penyelenggaraan National Day Indonesia di Paviliun Indonesia pada Selasa (27/5/2025) yaitu Menteri Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan RI Pratikno, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI/Wakil Kepala Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard, Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Selvie Ananda, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Direktur Astra Gita Tiffani Boer serta Chief of Corporate Affairs Astra Boy Kelana Soebroto.

    “Expo ini tidak hanya menjadi tonggak sejarah, tapi juga menjadi momentum untuk mempercepat transisi hijau, mendorong ekonomi kreatif, dan berinvestasi pada masa depan. seperti yang kita cita-citakan bersama. Dalam semangat harmoni ini, Indonesia melihat World Expo 2025 Osaka sebagai wahana untuk mendorong kerja sama internasional, berlandaskan pada prinsip People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership. Kami membuka ruang kolaborasi di bidang energi bersih, infrastruktur berkelanjutan, transformasi digital, dan pariwisata yang semuanya menjadi pilar penting dalam transformasi ekonomi hijau Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangungan Manusia dan Kebudayaan RI Pratikno.

    “Merupakan suatu kebanggaan bagi kami dapat mendukung dan menjadi bagian dari Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka. Dukungan serta partisipasi aktif Astra dalam Paviliun Indonesia diharapkan dapat menjadi momentum strategis untuk memperlihatkan kekayaan budaya dan inovasi bangsa Indonesia kepada dunia, sekaligus menjadi wadah interaksi dan komunikasi bagi perwakilan Indonesia dan pengunjung Paviliun Indonesia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman internasional terhadap budaya, tradisi, dan nilai- nilai khas Indonesia,” tutur Chief of Corporate Affairs Astra Boy Kelana Soebroto.

    Partisipasi aktif Astra dalam rangkaian kegiatan World Expo 2025 Osaka di Paviliun Indonesia salah satunya dilaksanakan melalui Yayasan Astra yang berfokus pada pembinaan UMKM yaitu Yayasan Dharma Bhakti Astra serta Yayasan Astra yang berfokus pada pendidikan yaitu Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim. Kedua Yayasan tersebut merupakan dua dari sembilan Yayasan di bawah naungan Astra.

    Produk Desa Sejahtera Astra serta produk UMKM Yayasan Astra-Yayasan Dharma Bhakti Astra, berupa kerajinan anyaman tas, kayu, kulit, kendang djembe, kain tenun, batik eco-print dan kopi turut dipamerkan. Sementara Yayasan Astra-Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim menampilkan pertunjukan kreasi nusantara oleh guru dan siswa binaan berupa kolaborasi musik tradisional, komunitas pembatik cilik serta tari kreasi.

    Partisipasi Astra di World Expo 2025 Osaka merupakan kelanjutan dari komitmen jangka panjang mendukung keikutsertaan Indonesia di World Expo, dimulai sejak Expo 2010 di Shanghai, dilanjutkan Expo 2015 di Milan, dan Expo 2020 di Dubai.

    Semangat ini sejalan dengan cita-cita Astra untuk Sejahtera Bersama Bangsa dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.

  • Puan Resmikan Patung Soekarno di KBRI Tokyo Jepang
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 Mei 2025

    Puan Resmikan Patung Soekarno di KBRI Tokyo Jepang Nasional 28 Mei 2025

    Puan Resmikan Patung Soekarno di KBRI Tokyo Jepang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua DPR RI
    Puan Maharani
    meresmikan patung Presiden pertama RI, Soekarno, di Kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Jepang.
    Peresmian patung ini ditandai oleh pemotongan pita secara bersamaan oleh Puan, Ketua Parlemen Jepang Nukaga Fukushiro, dan Dubes RI untuk Jepang Heri Akhmadi, di
    KBRI Tokyo
    , pada Rabu (28/5/2025) pagi.
    “Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, patung Ir. Soekarno di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang, saya resmikan,” kata Puan, dalam keterangannya, Rabu.
    Patung Bung Karno ini adalah karya Kiyomiya Purwanto Mahisa Ayu Ramadhana.
    Puan pun merasa tersanjung bisa meresmikan secara langsung patung Bung Karno yang diletakkan di Kantor KBRI Tokyo.
    “Pertama-tama saya sampaikan apresiasi kepada saudari Kiyomiya Purwanto Mahisa Ayu Ramadhana, yang telah melahirkan karya seni patung Ir. Soekarno,” ujar Puan.
    Puan berpandangan, peletakan
    patung Soekarno
    ini bukan hanya sekadar karya seni di kantor KBRI, tetapi juga simbol dari gagasan Bung Karno di negara sahabat, khususnya simbol tentang pentingnya membangun kekeluargaan bangsa-bangsa sebagai jalan menuju perdamaian dan kemajuan.
    “Bagi Bung Karno, membangun kekeluargaan bangsa-bangsa seperti antara Indonesia dan Jepang adalah membangun hubungan antar-budaya, antar-manusia, dan antar-kemajuan yang menjadi tugas kita semua,” tutur Puan.
    Dia mengatakan, semangat Bung Karno adalah semangat kemerdekaan, martabat, dan kerja sama yang setara.
    Oleh karenanya, semangat itu pula yang harus terus dirawat dalam hubungan Indonesia dan Jepang ke depan.
    “Saya yakin, patung ini akan menjadi pengingat bahwa dari masa lalu kita belajar, di masa kini kita membangun, dan untuk masa depan kita bermitra,” imbuh cucu Bung Karno tersebut.
    Puan juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mewujudkan patung Soekarno ini.
    Ia berharap, patung Soekarno yang berada di KBRI Tokyo tersebut menjadi simbol semangat dan persahabatan pemuda Indonesia-Jepang.
    “Saya berharap, patung ini tidak hanya menjadi penanda sejarah, tetapi juga penyemangat bagi generasi muda kedua negara untuk terus menjalin persahabatan dan kolaborasi,” sebut Puan.
    Dubes RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, menilai, kehadiran patung ini adalah bentuk penghormatan atas sejarah kedua negara dan jembatan persahabatan antar kedua negara.
    Patung yang didirikan di halaman KBRI Tokyo itu dipandang sebagai penanda hubungan sejarah yang erat antara Indonesia dan Jepang.
    “Sebagaimana kita tahu, Ir. Sukarno pernah memiliki hubungan erat dengan masyarakat Jepang, baik secara historis maupun kultural. Sehingga kehadiran patung ini adalah bentuk penghormatan atas sejarah tersebut dan jembatan persahabatan antarkedua negara,” terang Heri.
    Diketahui, sebelum peresmian patung, Puan lebih dulu melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Parlemen Jepang, Nukaga Fukushiro.
    Puan juga didampingi Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi, beserta jajaran KBRI Tokyo selama kunjungan kerjanya di Jepang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dubes RI Ajak Warga Kunjungi Paviliun Indonesia di World Expo Osaka

    Dubes RI Ajak Warga Kunjungi Paviliun Indonesia di World Expo Osaka

    Osaka, CNBC Indonesia-Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi mengajak pengunjung World Expo 2025 Osaka datang ke Paviliun Indonesia yang dibuka selama enam bulan ke depan.

    “Ini spesial karena kami membuka ruang tempat orang-orang dari semua lapisan masyarakat dapat bertemu, terhubung, dan berbagi cerita,” kata Heri saat pembukaan paviliun Indonesia di Osaka, Minggu (13/4/2025)

    Heri menuturkan, pertemuan kini menjadi penting di tengah perubahan dunia yang serba cepat. Lewat pertemuan, sesama manusia bisa lebih memahami satu sama lain. Penting untuk diingatkan jika ada mimpi warganya di balik setiap negara.

    “Itulah mengapa kami memilih tema Alam, Budaya, Masa Depan,” ujarnya.

    Foto: Indonesia Pavilion di Expo 2025 Osaka. (Dok. Indonesia Pavilion)
    Indonesia Pavilion di Expo 2025 Osaka. (Dok. Indonesia Pavilion)

    Indonesia, lanjut Heri bukan hanya satu cerita melainkan kisah dari ribuan pulau, ratusan bahasa dan jalinan budaya. Masyarakat dunia bisa memahami cerita tersebut di World Expo 2025 Osaka.

    “Dan tempat mana yang lebih baik untuk berbagi cerita itu selain di Jepang? Indonesia dan Jepang telah lama bersahabat. Dari perdagangan dan teknologi hingga makanan dan budaya populer-kami telah belajar banyak dari satu sama lain,” terang Heri.

    “Bahkan, terkadang saya merasa Jepang dan Indonesia seperti dua sahabat lama yang tidak selalu berbicara dalam bahasa yang sama, tetapi selalu saling memahami,” paparnya.

    Foto: Dalam rangka menyambut Pembukaan World Expo 2025 Osaka, Pemerintah Indonesia akan membuka Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka, dari 13 April – 13 Oktober 2025. (Istimewa)

    Heri mengutip film animasi berjudul The Boy and the Heron karya Hayao Miyazaki. Satu kalimat yang menurutnya sangat membekas adalah ‘Kami membawa suara-suara dari mereka yang datang sebelum kami’.

    “Itulah yang kami harapkan dari Paviliun ini, membawa suara rakyat kami, para leluhur kami, dan generasi muda kami agar dunia juga dapat mendengarnya,” ungkapnya.

    Foto: dok Expo 2025 Osaka
    Expo 2025 Osaka

    Heri berharap para pengunjung dapat merasakan irama Indonesia saat berjalan di paviliun. Arsitektur yang disajikan terhubung dengan alam. Indonesia akan terasa bukan sekadar tempat tapi perasaan.

    “Dan mungkin, mungkin saja, Paviliun ini dapat menginspirasi kisah-kisah baru. Kisah-kisah tentang persahabatan, kisah-kisah tentang kolaborasi, dan kisah-kisah tentang apa yang dapat dibangun bersama oleh Indonesia dan Jepang-untuk dunia yang lebih baik,” pungkasnya.

    (mij/mij)

  • KBRI Tokyo Dorong Penanganan Inklusif Anak Berkebutuhan Khusus

    KBRI Tokyo Dorong Penanganan Inklusif Anak Berkebutuhan Khusus

    Tokyo, Beritasatu.com – Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, membuka peluang kerja sama dengan Jepang dalam penanganan anak berkebutuhan khusus.

    “Saya berterima kasih atas kesempatan dan penerimaan dari KBRI Tokyo. Jujur, saya sedih dengan kondisi anak saya. Sejak dalam kandungan, kami tidak tahu penyebabnya. Saat lahir, detak jantungnya sempat berhenti,” ujar Kie Sugimura, ibunda dari Yuzuru Sugimura (6 tahun), seorang anak berkebutuhan khusus di Jepang.

    Ia melanjutkan, dokter bahkan memprediksi usianya tidak akan lebih dari setahun dan ia akan mengalami kesulitan bergerak. 

    “Namun, kini anak saya sudah bisa berjalan dengan tongkat. Sebagai orang tua, ini adalah keajaiban,” ujar Kie Sugimura

    Kie Sugimura hadir di KBRI Tokyo pada Rabu (19 /3/2025) bersama Shinsuke Nemoto, ayah dari Shunsuke Nemoto (4 tahun). Kehadiran mereka difasilitasi oleh Japan Barrier Free Project, organisasi nirlaba Jepang yang bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendorong partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam masyarakat.

    Menurut Kie Sugimura, Indonesia lebih terbuka terhadap anak berkebutuhan khusus dibandingkan Jepang. “Di Jepang, orang cenderung khawatir saat melihat perbedaan. Sementara di Indonesia, anak-anak berkebutuhan khusus dapat hidup berdampingan dengan nyaman,” ujarnya.

    Ia juga mengapresiasi sistem sekolah inklusif di Indonesia. “Konsep ini sangat bagus. Terima kasih kepada KBRI Tokyo dan Japan Barrier Free Project yang telah memfasilitasi pertukaran informasi. Kami ingin terus berbagi wawasan ini kepada masyarakat Jepang,” tambahnya.

    Shinsuke Nemoto juga berbagi pengalamannya sebagai orang tua anak berkebutuhan khusus. Setiap tahun, ulang tahun anaknya merupakan momen penuh makna. 

    “Saya tidak pernah membayangkan memiliki anak dengan kondisi ini, tetapi kami bersyukur mendapat banyak dukungan dari para ahli. Ini adalah takdir, dan saya ingin menjadikannya lebih bermakna. Jika ada yang membutuhkan informasi, saya siap berbagi,” ujarnya.

    Dubes Heri Akhmadi menegaskan kesiapan Indonesia untuk bekerja sama dengan Jepang dalam mendukung anak berkebutuhan khusus. 

    “Pemerintah Indonesia telah menginisiasi pendidikan inklusif, dengan anak-anak berkebutuhan khusus bersekolah bersama anak-anak lainnya. Saat ini, terdapat beberapa sekolah inklusif di Indonesia, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Mari kita bersama membangun dunia yang lebih inklusif agar setiap individu dapat berkembang tanpa hambatan,” ujarnya.

    Japan Barrier Free Project berfokus pada produksi dan promosi berbagai kegiatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kehidupan anak berkebutuhan khusus dan keluarga mereka.

    “Terima kasih kepada Dubes Heri yang telah menerima kami. KBRI Tokyo adalah kedutaan ke-53 yang kami kunjungi untuk berbagi informasi. Kami berharap dapat melihat langsung program inklusif di sekolah-sekolah Indonesia,” kata Presiden Japan Barrier Free Project Bengt Yamada terkait penanganan anak berkebutuhan khusus.

  • Dubes RI LBBP paparkan kebijakan Presiden RI

    Dubes RI LBBP paparkan kebijakan Presiden RI

    Sumber foto: KBRI Tokyo

    Indonesia Outlook at Keidanren: Dubes RI LBBP paparkan kebijakan Presiden RI
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 14 Februari 2025 – 13:27 WIB

    Elshinta.com – Dubes RI untuk Jepang dan Federasi Micronesia Heri Akhmadi, memberikan paparan terkait outlook kebijakan dan perkembangan perekonomian Indonesia di hadapan Federasi Bisnis Jepang (Keidanren) di Tokyo, Kamis (13/02).

    Kegiatan tahunan ini dihadiri 39 pimpinan perusahaan-perusahaan besar Jepang dalam berbagai sektor antara lain Takehiko Kakiuchi, Chairman of the Board Mitsubishi Corporation; dan Masumi Kakinoki, President and CEO Member of the Board Marubeni Corporation. Keduanya menduduki posisi Chair of Japan-Indonesia Economic Committee Keidanren. 

    Kegiatan ini bertujuan memberikan gambaran perkembangan ekonomi, politik dan kebijakan termutakhir di Indonesia kepada perusahaan-perusaahan Jepang yang memiliki investasi di Indonesia. 

    Dubes Heri Akhmadi memaparkan kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto serta keberhasilan dalam hubungan bilateral Indonesia seperti proyek MRT East West, investasi Nitori di Indonesia, pembangunan Cardiovascular Centre RS Harapan Kita dan Tokoshukai serta Samurai Bond senilai 200 Milyar Yen pada Mei 2024.  

    “Kebijakan ekonomi Indonesia dibangun berdasarkan program Asta Cita, sebuah kerangka kerja ambisius yang bertujuan menguatkan persatuan nasional, mempertahankan stabilitas politik, dan mengutamakan kedaulatan ekonomi,” demikian disampaikan Dubes Heri Akmadi, seperti dalam rilis yang diterima Redaksi Elshinta.com.

    Pada kesempatan yang sama Dubes Heri juga menjabarkan pembentukan BPI Danantara, harapan dukungan Jepang pada implementasi Program Makan Siang Bergizi Gratis, serta rencana pengadaan 10.000 kapal nelayan Indonesia. 

    Pada sesi tanya jawab dengan peserta, Dubes Heri memberikan penjelasan terkait kebijakan RI menjadi anggota BRICS.

    “Indonesia menjadi anggota BRICS agar dapat menjembatani hubungan antara Global South dan Developed North di tengah polarisasi politik dunia. Dalam konteks tersebut, saya meminta kembali kepada Jepang untuk mendukung upaya Indonesia mengurangi resiko konflik sebagaimana telah disampaikan Presiden RI kepada Perdana Menteri Jepang pada pertemuan di Istana Bogor,” tambah Dubes Heri yang didampingi Koordinator Fungsi Ekonomi KBRI Tokyo Sunan Jaya Rustam, Koordinator Fungsi Politik Ali Ali Andika Wardhana dan sejumlah Atase Teknis KBRI Tokyo.

    Indonesia Outlook at Keidanren ini diikuti dengan antusias oleh peserta dari perusahaan-perusahaan Jepang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkuat confidence pengusaha dan investor Jepang untuk berinvestasi di Indonesia kedepannya. 

    Sumber : Sumber Lain

  • Perdana Terima Pejabat di Istana Bogor, Prabowo Jamu Perdana Menteri Jepang

    Perdana Terima Pejabat di Istana Bogor, Prabowo Jamu Perdana Menteri Jepang

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto akan menerima Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor, pada Sabtu (11/1/2025) pagi.

    Menjadi tamu negara perdana yang diterima di Istana Bogor, sebelumnya Ishiba beserta Ibu Yoshiko Ishiba tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Jumat (10/1/2025) sekitar pukul 17.00 WIB.

    Kedatangan PM Ishiba ke Indonesia dalam rangka kunjungan resmi yang akan berlangsung selama dua hari, yaitu tanggal 10—11 Januari 2025. 

    PM Ishiba dan istri disambut langsung oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani, Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Masaki Yasushi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Pj. Gubernur Banten Ucok Abdulrauf Damenta, dan Pj. Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi.

    Tampak pula pasukan jajar kehormatan, korps musik (korsik), tarian tradisional Walijamaliha dari Provinsi Banten, dan dentuman meriam yang turut menyambut dan mengiringi PM Ishiba menuju kendaraan.

    Dari Bandara, PM Ishiba beserta delegasi kemudian melanjutkan perjalanan menuju hotel tempatnya bermalam selama di Jakarta.

    Hari ini, PM Ishiba diagendakan untuk melakukan kunjungan ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, untuk meletakan karangan bunga dan memberikan penghormatan kepada para pahlawan nasional.

    Selanjutnya, PM Ishiba akan berkunjung ke Istana Kepresidenan Bogor dalam rangka kunjungan resmi sekaligus menghadiri upacara kenegaraan dan melakukan pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto guna membahas sejumlah kerja sama antara kedua negara.

    PM Ishiba mengatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang dikunjungi dalam rangkaian lawatan pertamanya ke luar negeri.

    Hal tersebut dikarenakan Indonesia dinilai memiliki pasar ekonomi yang besar dan PM Ishiba ingin meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan kawasan Asia Tenggara. 

    Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Ibu Negara Yoshiko Ishiba tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Jumat (10/1/2025). / dok. SetpresPerbesar

  • Hari Ini, Presiden Prabowo Terima Kunjungan PM Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor

    Hari Ini, Presiden Prabowo Terima Kunjungan PM Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor

    loading…

    Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba dan Ibu Yoshiko Ishiba di Istana Bogor, Sabtu (11/1/2025). FOTO/DOK.SINDOnews

    JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba dan Ibu Yoshiko Ishiba di Istana Bogor, Sabtu (11/1/2025). PM Jepang telah tiba di Indonesia sejak Jumat (10/1/2025) sore.

    Dikutip dari Biro Sekretariat Presiden, sebelum mengunjungi Istana Bogor, PM Ishiba akan terlebih dahulu berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, untuk meletakkan karangan bunga dan memberikan penghormatan kepada para pahlawan nasional.

    Kemudian, PM Ishiba akan berkunjung ke Istana Kepresidenan Bogor dalam rangka kunjungan resmi sekaligus menghadiri upacara kenegaraan dan melakukan pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto guna membahas sejumlah kerja sama antara kedua negara.

    Sebagai informasi, Perdana Menteri Jepang tersebut telah tiba di Jakarta melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta sejak Jumat (10/1/2025) kemarin. PM Ishiba dan istri disambut langsung oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani, Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Masaki Yasushi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Pj Gubernur Banten Ucok Abdulrauf Damenta, dan Pj Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi.

    PM Ishiba mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara yang dikunjungi dalam rangkaian lawatan pertamanya ke luar negeri. Sebab, Indonesia dinilai memiliki pasar ekonomi yang besar dan PM Ishiba ingin meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan kawasan Asia Tenggara.

    (abd)

  • Agenda Presiden Prabowo Hari Ini, Terima PM Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor

    Agenda Presiden Prabowo Hari Ini, Terima PM Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (11/1/2025). Kunjungan resmi PM Ishiba berlangsung selama dua hari, yaitu pada 10-11 Januari 2025.

    PM Ishiba bersama istrinya Yoshiko Ishiba tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (10/1/2025) sekitar pukul 17.00 WIB. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani, Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Masaki Yasushi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Pj Gubernur Banten Ucok Abdulrauf Damenta, dan Pj Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi.

    Dalam penyambutan tersebut, turut hadir pasukan jajar kehormatan, korps musik (korsik), tarian tradisional Walijamaliha dari Provinsi Banten, serta dentuman meriam yang mengiringi PM Ishiba menuju kendaraannya. Setelah itu, PM Ishiba beserta delegasi melanjutkan perjalanan ke hotel tempat mereka bermalam di Jakarta.

    Pada Sabtu (11/1/2025), PM Ishiba diagendakan mengunjungi Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta. Di sana, ia akan meletakkan karangan bunga sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan nasional Indonesia.

    Setelahnya, PM Ishiba dijadwalkan bertolak ke Istana Kepresidenan Bogor untuk menghadiri upacara kenegaraan dan melakukan pertemuan resmi dengan Presiden Prabowo Subianto. Agenda utama pertemuan ini adalah membahas sejumlah kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang, termasuk di bidang ekonomi, perdagangan, dan hubungan bilateral.

    Dalam keterangan persnya, PM Ishiba menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara prioritas dalam rangkaian lawatan pertamanya ke luar negeri. Ia menilai Indonesia memiliki pasar ekonomi yang besar dan penting dalam upaya memperkuat hubungan dengan kawasan Asia Tenggara.