Tag: Hasyim Asy’ari

  • Pencarian Penumpang Kapal Lompat ke Laut di Sumenep Terhambat Cuaca

    Pencarian Penumpang Kapal Lompat ke Laut di Sumenep Terhambat Cuaca

    Sumenep (beritajatim.com) – Pencarian terhadap Rahmat (49), warga Kecamatan Kangayan, Kabupaten Sumenep, Madura yang melompat ke laut dari Kapal Sabuk Nusantara 91, hingga saat ini belum membuahkan hasil.

    “Pencarian terhambat cuaca, yakni gelombang tinggi dan hujan. Karena itu, kami tidak bisa melakukan pencarian terlalu ke tengah,” kata Koordinator Basarnas Sumenep Imam Nahrawi, Rabu (18/06/2025).

    Memurutnya, Basarnas telah melakukan pemetaan arah di perairan tempat kejadian. Korban kemungkinan terbawa arus ke arah tenggara. “Karena itu, petugas mulai memfokuskan pencarian ke wilayah tenggara. Tapi belum membuahkan hasil. Pencarian masih akan kami lakukan,” ungkapnya.

    Sementara Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Raas, Wahid Hasyim Asyari mengaku telah berkoordinasi dengan nelayan di Pulau Raas agar membantu proses pencairan Rahmat.

    “Penyisiran di pinggir pantai juga sudah dilakukan. Tapi belum ada tanda-tanda keberadaan korban. Biasanya kalau terbawa arus besar bisa sampai ke tepi pantai,” ujarnya.

    Rahmat berangkat dari Pelabuhan Kalianget pada Minggu (15/06/2025) sekitar pukul 08.00 WIB. Kapal berlayar menuju Pelabuhan Batu Guluk, Pulau Kangean.

    Setiba di Perairan Raas, pria yang sehari-harinya bekerja sebagai petani ini tiba-tiba melompat ke laut di sekitar perairan selatan Desa Ketupat, Pulau Raas.

    Saat ABK mendapat laporan bahwa ada penumpang yang melompat ke laut dari dek 4 sisi kanan kapal, nahkoda pun memutuskan untuk balik arah melakukan pencarian di Perairan Raas. Namun setelah melakukan pencarian berjam-jam, penumpang yang melompat ke laut itu belum ditemukan. Kapal kemudian melanjutkan perjalanan ke Kangean. (tem/ted)

  • Diduga Korban Tawuran, Remaja Tergeletak dengan Luka Bacok Leher di Tangerang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        13 Juni 2025

    Diduga Korban Tawuran, Remaja Tergeletak dengan Luka Bacok Leher di Tangerang Megapolitan 13 Juni 2025

    Diduga Korban Tawuran, Remaja Tergeletak dengan Luka Bacok Leher di Tangerang
    Tim Redaksi
    TANGERANG, KOMPAS.com
     – Seorang remaja laki-laki ditemukan tergeletak dengan luka bacok di leher di depan Gang Jambu, Jalan KH Hasyim Asy’ari, Buaran Indah, Kota Tangerang, Kamis (13/6/2025) malam.
    Seorang pedagang setempat, Iwan (29), mengatakan, remaja itu ditemukan sekitar pukul 20.00 WIB dalam kondisi terluka parah namun masih bernapas.
    Remaja tersebut diduga
    korban tawuran
    di sekitar Tol Buaran Indah, Kota Tangerang.
    “Dia (korban) datang sama temannya naik motor, bonceng tiga, yang di tengah korban minta tolong. Saya kira itu mabuk atau ayan gitu kan ya. Terus ditolongin, mau digotong, ternyata bagian lehernya itu luka bacok,” ujar Iwan saat ditemui di lokasi, Kamis.
    Iwan dan temannya sesama pedagang seketika panik mengetahui darah di leher korban mengalir tak kunjung berhenti.
    Kemudian, ia memanggil Ketua RT setempat dan menghubungi polisi serta ambulans. Sekitar 30 menit kemudian, ambulans tiba di lokasi dan langsung membawa korban ke rumah sakit.
    Sedangkan, dua teman korban yang berada di lokasi juga ikut dibawa mobil ambulans sebagai saksi.
    “Ambulans duluan yang datang, baru sekitar 15 menit kemudian polisi datang ke lokasi. Temannya dibawa juga sama ambulans buat jadi saksi di rumah sakit,” kata Iwan.
    Saksi lain, Candra (34), juru parkir yang tidak jauh dari lokasi kejadian, mengaku sempat melihat rombongan remaja dengan tujuh sepeda motor melintas di Jalan Hasyim Asy’ari, tak lama sebelum korban ditemukan.
    Para remaja yang saat itu berboncengan tiga terlibat adu mulut hingga kemudian ditemukan korban di depan Gang Jambu.
    “Naik motor, boceng bertiga semua. Ada sekitar tujuh motor, cowok semua, masih bocah. Saya lihatnya cekcok mulut aja,” kata Candra.
    Hingga berita ini ditayangkan, belum ada tanggapan resmi dari polisi terkait peristiwa itu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ditpamobvit PMJ Gelar Patroli, Pastikan Keamanan Masjid-masjid saat Idul Adha

    Ditpamobvit PMJ Gelar Patroli, Pastikan Keamanan Masjid-masjid saat Idul Adha

    Jakarta

    Direktorat Pengamanan Objek Vital (Ditpamobvit) Polda Metro Jaya menggelar patroli dan asistensi ke sejumlah masjid besar di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Kegiatan dilakukan dalam rangka menciptakan rasa aman bagi masyarakat yang melaksanakan ibadah.

    Patroli dimulai sejak pukul 06.00 WIB, diawali dengan apel dan arahan dari pimpinan tim asistensi. Ada lima titik lokasi yang menjadi sasaran kegiatan, yaitu Masjid Istiqlal (Jakpus), Masjid At-Tin (Jaktim), Masjid KH Hasyim Asy’ari (Jakbar), Masjid Ramlie Mustofa (Jakut), dan Masjid Al-Azhar (Jaksel).

    “Kami melaksanakan asistensi dan patroli dialogis di sejumlah tempat ibadah untuk memastikan situasi kamtibmas tetap kondusif,” ujar AKBP Hennry P.H. Tambunan, salah satu perwira yang memimpin kegiatan.

    Dalam kegiatan tersebut, tim berkoordinasi dengan pihak keamanan masjid dan menyampaikan imbauan kepada jamaah agar tetap waspada terhadap potensi gangguan keamanan, termasuk pencurian kendaraan maupun tindak kejahatan lainnya.

    Sekitar pukul 09.00 WIB, personel melaksanakan patroli keliling area masjid, kemudian melakukan konsolidasi dan evaluasi di Mako Ditpamobvit pukul 10.30 WIB.

    Berdasarkan hasil pemantauan, seluruh lokasi terpantau aman dan kondusif. Tidak ditemukan adanya gangguan kamtibmas maupun kejadian menonjol.

    Adapun kegiatan tersebut menjadi bagian dari strategi preventif Polda Metro Jaya dalam menjaga stabilitas keamanan, khususnya menjelang akhir pekan yang identik dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di tempat ibadah.

    (fca/knv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Asap Iduladha di Pesantren Tebuireng Jombang, Hangatnya Tradisi Bakar Sate di Tengah Kebersamaan

    Asap Iduladha di Pesantren Tebuireng Jombang, Hangatnya Tradisi Bakar Sate di Tengah Kebersamaan

    Jombang (beritajatim.com) – Suasana halaman asrama Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, tampak berbeda setiap kali Hari Raya Iduladha tiba. Bukan karena gegap gempita takbir yang menggema, tapi karena semaraknya asap putih yang membumbung dari kerumunan ratusan santri yang sedang sibuk menghidupkan bara api.

    Di bawah naungan langit Jombang yang cerah, Jumat (6/6/2025), para santri itu bekerja dalam kelompok kecil berdasarkan kamar masing-masing. Ada yang menata arang dalam tungku sederhana, sebagian lain mempersiapkan potongan daging kurban—ditusuk satu per satu menjadi sate siap bakar.

    “Sudah dua tahun saya ikut tradisi ini,” kata Niam (14), santri kelas VIII MTs dengan wajah berseri-seri. Tangannya cekatan membolak-balik tusukan sate di atas bara, sambil sesekali mengipasi api dengan sepotong kardus.

    Tak jauh dari Niam, Finandito—santri baru asal Sidoarjo—ikut larut dalam kegiatan yang baru pertama kali ia rasakan. “Penuh kebersamaan,” ucapnya singkat, saat ditanya soal kesan pertamanya mengikuti tradisi bakar sate bersama itu. Ia tampak serius meracik bumbu dan menusuk daging sapi berbentuk dadu.

    Tradisi ini bukanlah hal baru di Tebuireng. Lukman Hakim, salah satu pengurus pesantren, menjelaskan bahwa bakar sate bersama menjadi kegiatan rutin setiap Iduladha. “Setiap kamar mendapat jatah daging kurban sesuai jumlah penghuninya. Ini bagian dari tradisi turun-temurun yang sudah lama dilakukan di pesantren ini,” jelasnya.

    Pesantren yang didirikan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari ini memaknai Iduladha bukan sekadar ibadah kurban, tapi juga momentum pendidikan sosial dan spiritual. “Kita ingin para santri merasakan kegembiraan bersama, sekaligus belajar tentang solidaritas dan keikhlasan,” lanjut Lukman.

    Setelah sate matang, seluruh hasil bakaran dikumpulkan di tempat khusus, lalu disantap bersama dalam suasana penuh canda dan tawa. Tak ada sekat antar-kamar, tak ada hirarki. Yang tersisa hanya aroma daging panggang, kehangatan pertemanan, dan semangat kebersamaan dalam balutan semangat Iduladha.

    Di tengah riuhnya kehidupan modern yang kian individualistis, tradisi sederhana ini adalah napas segar—sebuah pengingat bahwa kebersamaan dan semangat berbagi tak pernah usang. [suf]

  • Ini Alasan Khofifah Perjuangkan Gelar Pahlawan KH Yusuf Hasyim

    Ini Alasan Khofifah Perjuangkan Gelar Pahlawan KH Yusuf Hasyim

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menegaskan komitmen Pemprov Jatim dalam mengawal proses pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi KH Muhammad Yusuf Hasyim, yang akrab disapa Pak Ud.

    Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara ‘Istighosah dan Seminar Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional KH Muhammad Yusuf Hasyim’ yang digelar di halaman SMP-SMA Unggulan Amanatul Ummah, Surabaya.

    “Perjuangan dan keteladanan Kiai Yusuf Hasyim harus kita ikhtiarkan melalui penganugerahan gelar Pahlawan Nasional. Insya Allah KH. Yusuf Hasyim ini pada posisi yang cukup kuat, tidak sekadar memenuhi syarat, tetapi pada posisi yang cukup kuat untuk diajukan sebagai calon pahlawan nasional,” kata Khofifah.

    KH Muhammad Yusuf Hasyim, kata Khofifah, merupakan putra bungsu dari pendiri Nahdlatul Ulama dan Pahlawan Nasional Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Sejak muda, Pak Ud aktif dalam perjuangan kemerdekaan, tergabung dalam Laskar Hizbullah, dan kemudian menjadi perwira TNI berpangkat Letnan Satu.

    Ia bahkan memimpin Kompi II dalam sejumlah operasi militer selama masa revolusi fisik, sebelum mengundurkan diri dari dinas militer pada tahun 1956.

    Setelah kembali ke dunia pesantren, KH Yusuf Hasyim memimpin Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Di bawah kepemimpinannya, Tebuireng berkembang menjadi pesantren pelopor integrasi pendidikan keislaman dan umum. Ia dikenal sebagai pelopor modernisasi pesantren tanpa meninggalkan akar tradisi keulamaan.

    Pak Ud juga merupakan komandan pertama Barisan Ansor Serbaguna (Banser), organisasi yang hingga kini menjadi garda terdepan penjaga ulama dan keutuhan NKRI. Di tubuh Nahdlatul Ulama, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBNU pada periode 1967-1971, masa penting konsolidasi NU pasca Orde Lama.

    Nilai-nilai nasionalisme dan semangat keindonesiaan tertanam kuat dalam diri Pak Ud. Ia terlibat langsung dalam menghadapi pemberontakan PKI di Madiun dan aktif membina kader muda agar mencintai tanah air dan mempraktikkan moderasi beragama.

    “Pak Ud adalah teladan nyata bagaimana ulama berperan dalam menjaga keutuhan bangsa. Beliau tidak hanya berdakwah di mimbar, tetapi juga turut berjuang di medan tempur. Keteladanan seperti ini harus diabadikan,” tegas Khofifah.

    Khofifah menambahkan, bahwa berkas dan dokumen pengusulan gelar Pahlawan Nasional KH Muhammad Yusuf Hasyim telah disusun secara lengkap dan saat ini sudah berada di Kementerian Sosial RI. Berkas tersebut sedang dalam proses verifikasi oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) sesuai prosedur resmi pengusulan gelar Pahlawan Nasional.

    “Kami optimistis proses ini akan berjalan lancar karena seluruh dokumen pendukung telah disiapkan dengan baik dan komprehensif. Mudah-mudahan tahun ini bisa mendapatkan anugerah gelar pahlawan nasional dari presiden,” tandasnya.

    Dukungan atas pengusulan ini juga datang dari berbagai pihak, termasuk Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), KH Asep Saifuddin Chalim. Ia menegaskan bahwa proses pengusulan telah melalui kajian ilmiah, historis, dan administratif oleh tim khusus.

    Menurut KH Asep, gelar Pahlawan Nasional untuk KH Yusuf Hasyim bukan hanya penting bagi warga Nahdlatul Ulama, tetapi juga bagi bangsa Indonesia secara luas, agar semangat perjuangan dan nasionalisme berbasis keislaman yang diwariskannya terus hidup dan menginspirasi generasi muda.

    “Kita doakan dan kita kawal bersama. InsyaAllah, dengan dukungan Gubernur Khofifah dan seluruh pihak tahun ini Pak Ud akan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional,” pungkasnya. [tok/aje]

  • Khofifah Dukung Usulan KH Yusuf Hasyim Pahlawan Nasional

    Khofifah Dukung Usulan KH Yusuf Hasyim Pahlawan Nasional

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mendukung usulan agar KH Yusuf Hasyim ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Khofifah hadir di acara istighosah yang mengusulkan KH Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional di Surabaya.

    Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya menggelar istighosah dan seminar mengusulkan gelar pahlawan. Acara tersebut dihadiri berbagai kalangan, mulai akademisi, tokoh NU, perwakilan Dinas Sosial, dan masyarakat luas.

    Khofifah mengatakan, KH Yusuf Hasyim bukan hanya seorang ulama, namun juga pejuang yang ikut serta mempertahankan kemerdekaan. “Ini bukan hanya mendukung gelar Pahlawan Nasional, tapi juga memperkuat ingatan kolektif atas jasa ulama,” kata Khofifah.

    Khofifah juga menyoroti pentingnya dokumentasi yang lengkap dalam proses pengusulan gelar pahlawan. “Banyak yang diusulkan, tapi arsipnya hilang atau tidak ada,” tambahnya.

    Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, KH Asep Saifuddin Chalim menyatakan, dokumen perjalanan hidup KH Yusuf Hasyim telah lengkap. Dokumen itu kemudian diserahkan sebagai bahan pertimbangan tim peneliti gelar daerah serta Sekretariat Negara.

    KH Yusuf Hasyim adalah putra bungsu pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, yang lahir 3 Agustus 1929. Paman mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini wafat 14 Januari 2007.

    Semasa hidupnya,  KH Yusuf Hasyim atau akrab disapa Pak Ud adalah pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai ulama yang terbuka dengan berbagai kalangan dan mengembangkan pemahaman agama yang moderat.

    Pada Perang Kemerdeaan Yusuf Hasyim ikut Laskar Hizbullah bentukan NU melawan Inggris pada peristiwa 10 November 1945. Setelah perang usia,  Pak Ud bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan pangkat Letnan Satu.

    Menurut KH Asep Saifuddin,  Pak Ud juga ikut serta menahan upaya penguasaan Madiun oleh kekuatan asing. “Beliau menyelamatkan Madiun dari potensi menjadi negara bagian penjajah,” pungkas KH Asep. (tok/but)

  • Kyai Soleh Darat dan Penafsiran Sufistik Ayat Kakbah

    Kyai Soleh Darat dan Penafsiran Sufistik Ayat Kakbah

    Jakarta: Ibadah haji, sebagai puncak perjalanan spiritual umat Islam, menyimpan kedalaman makna yang tak hanya bersifat syariat, tetapi juga hakikat. 
     
    Banyak ulama menafsirkan ayat-ayat haji dengan pendekatan fikih yang normatif, namun tokoh-tokoh tasawuf memberikan warna lain: pendekatan sufistik yang mengungkap dimensi batin dari ibadah ini. 
     
    Salah satu tokoh penting dalam khazanah tafsir sufistik di Nusantara adalah Kyai Haji Soleh Darat.

    Kyai Soleh Darat atau lengkapnya K.H. Muhammad Sholeh bin Umar as-Samarani (1820–1903 M) adalah ulama besar dari Semarang yang menjadi rujukan penting dalam pendidikan dan dakwah Islam di tanah Jawa. 
     
    Ia dikenal sebagai guru dari para ulama besar seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, KH Munawwir Krapyak, dan RA Kartini. 
     
    Melalui karya-karyanya dalam bahasa Jawa aksara pegon, ia membumikan ilmu-ilmu Islam, termasuk tafsir, fiqih, dan tasawuf, agar dapat dipahami oleh masyarakat awam. 
     
    Salah satu karya monumental beliau adalah Tafsir Faidhur Rahman, sebuah tafsir Al-Qur’an dalam bahasa Jawa dengan pendekatan sufistik yang kuat.
     

    Allah SWT berfirman:

    “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah Maqam Ibrahim sebagai tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, ‘Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud.’” (QS. Al-Baqarah: 125)

    Dalam Tafsir Faidhur Rahman, Kyai Soleh Darat menafsirkan ayat ini dengan pendekatan sufistik yang mendalam. Beliau menulis dalam bahasa Jawa pegon:
     
    “Lan elinga nalika Ingsun ngedegake Baitullah, yaiku Ka’bah, dadi panggonan bali menungsa, lan panggonan aman… Ing kono ana panggonan shalat, yaiku maqome Nabi Ibrahim. Parintahing Allah marang Nabi Ibrahim lan Nabi Ismail, supaya resiki (resikna) omahing Ingsun, kanggo wong thawaf, wong i’tikaf, wong ruku’, lan wong sujud.”
     

    Terjemahannya:

    “Dan ingatlah ketika Aku menjadikan Baitullah, yaitu Ka’bah, sebagai tempat kembali manusia dan tempat yang aman… Di sana terdapat tempat salat, yaitu maqam Nabi Ibrahim. Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah agar mereka membersihkan rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, iktikaf, rukuk, dan sujud.”
     
    Kyai Soleh menafsirkan “resiki omahing Ingsun” (bersihkan rumah-Ku) bukan sekadar membersihkan bangunan fisik, tetapi mensucikan hati sebagai baitullah batiniah. Hati manusia adalah “rumah Allah” yang harus dibersihkan dari sifat riya’, dengki, tamak, dan cinta dunia, agar layak untuk “dihuni” oleh nur Ilahi.
     

    Lebih lanjut, ia menulis:

    “Maqom iku ora mung panggonan tapake Nabi Ibrahim, nanging nuduhake derajat lan martabat iman. Wong kang solat ing kono kudu eling lan nglakoni laku kaya Nabi Ibrahim sing pasrah lan tresna tenan marang Pangeran.”
     

    Terjemah:

    “Maqam bukan hanya tempat pijakan Nabi Ibrahim, tetapi menunjukkan derajat dan martabat keimanan. Orang yang salat di sana harus mengingat dan meneladani perjalanan spiritual Nabi Ibrahim yang penuh kepasrahan dan cinta sejati kepada Allah.”
     
    Penafsiran Kyai Soleh Darat mengajarkan bahwa berhaji tidak cukup hanya dengan fisik. Yang lebih utama adalah berhaji dengan hati: menempuh perjalanan ruhani menuju Tuhan, membersihkan hati dari keraguan, kesombongan, dan keterikatan duniawi. 
     
    Dalam dunia yang serba cepat dan materialistis, tafsir sufistik beliau mengingatkan kita untuk melambat, merenung, dan kembali pada tujuan hidup sejati: mencari rida Allah.
     
    Zaman boleh berganti, tetapi esensi spiritualitas tetap abadi. Dalam konteks kebangsaan, pesan Kyai Soleh Darat menantang kita untuk menghadirkan “rumah yang bersih” di tengah masyarakat: tempat yang aman, damai, dan menjadi titik kumpul spiritual dan sosial. 
     
    Dalam konteks pesantren, tafsir beliau mengajak santri dan kyai untuk tidak hanya mencetak hafidz dan mufti, tetapi juga para salik (penempuh jalan spiritual) yang menebar kedamaian dari hati yang bersih.
     
    Sudahkah kita menjadikan ibadah haji sebagai perjalanan menyucikan hati, bukan sekadar menggugurkan kewajiban?
     
    Sudahkah bait dalam diri kita menjadi tempat yang bersih dan damai bagi cahaya Ilahi? Penafsiran sufistik Kyai Soleh Darat mengajak kita merenung lebih dalam: bahwa Ka’bah bukan hanya di Makkah, tetapi juga di dalam dada setiap insan yang mencari Tuhan. 
     
    Mari kita hidupkan kembali semangat Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari—membersihkan diri dari kesombongan, menata ulang arah hidup, dan menegakkan maqam-maqam ruhani dalam dunia yang penuh hiruk pikuk. 
     
    Semoga kita tidak hanya menjadi orang yang pernah berhaji ke Tanah Suci, tetapi benar-benar menjadi hamba yang disucikan oleh perjumpaan sejati dengan-Nya.
     
    Oleh: Puji Raharjo Soekarno
    Deputi Koordinasi Layanan Haji Dalam Negeri Badan Penyelenggara Haji RI/Ketia Tanfidziyah PWNU Lampung
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (TIN)

  • Santri Progresif dari Jombang, Elza Nikma Tawarkan Visi Baru untuk KOPRI PMII Jatim

    Santri Progresif dari Jombang, Elza Nikma Tawarkan Visi Baru untuk KOPRI PMII Jatim

    Jombang (beritajatim.com) – Berangkat dari pesantren dan ruang kaderisasi akar rumput, Elza Nikma Yunita kini melangkah menuju panggung wilayah. Ia resmi mencalonkan diri sebagai Ketua KOPRI PMII (Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri) Jawa Timur dengan membawa visi feminisme Islam dan keberdayaan digital.

    Ia datang ke kantor Badan Pekerja Konkoorcab PKC PMII Jatim di Surabaya, Selasa (27/5/2025), didampingi Ketua Umum PC PMII Jombang dan Ketua KOPRI PC PMII Jombang.

    Mengenakan jas biru khas PMII dan kerudung hitam, perempuan kelahiran Jombang, 15 Juni 2001 ini mencatatkan langkah penting dalam sejarah kaderisasi perempuan di tubuh PMII. Ia menjadi salah satu dari sedikit kader perempuan yang memulai dari akar basis: rayon, komisariat, hingga cabang, dan kini menuju wilayah.

    Perjalanan intelektual dan spiritual Elza dimulai dari Tebuireng hingga Kediri. Ia merupakan alumnus Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng, dan saat ini sedang menempuh studi magister di UIN Syekh Wasil Kediri dengan fokus pada Ekonomi Syariah.

    “Pendidikan adalah ruang pertama perjuangan perempuan. Saya ingin membuktikan bahwa menjadi santri tidak membatasi kita untuk berpikir progresif dan melangkah jauh,” kata Elza, Rabu (28/5/2025).

    Elza juga pernah menjabat sebagai Ketua Komisariat PMII Hasyim Asy’ari Unhasy Tebuireng (2022–2023) dan Sekretaris KOPRI PC PMII Jombang (2024–2025). Ia merupakan santri dari Pondok Pesantren As-Sa’idiyyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang.

    Kini, ia membawa visi besar untuk KOPRI Jawa Timur: “KOPRI PKC PMII Jawa Timur sebagai ruang aman, inklusif, dan progresif bagi perempuan muda untuk tumbuh, memimpin, dan memberi dampak nyata dalam perubahan sosial di era digital.”

    Visi tersebut ditopang oleh lima misi strategis: penguatan kepemimpinan progresif, keadilan gender, kaderisasi adaptif, solidaritas strategis, dan optimalisasi teknologi digital.

    Elza menegaskan bahwa arah perjuangan KOPRI harus berlandaskan Islam progresif, feminisme kritis, dan literasi digital taktis. “Islam tidak pernah membungkam perempuan. Islam datang membebaskan,” tegasnya, mengutip pemikiran KH. Husein Muhammad.

    Pemikiran Elza juga banyak dipengaruhi oleh tokoh feminis seperti Nancy Fraser, Musdah Mulia, dan Silvia Federici. Ia membangun narasi perlawanan terhadap kapitalisme patriarkal dan sistem sosial-politik yang bias gender.

    Salah satu gagasan penting yang ia usung adalah penguasaan ruang digital sebagai arena perjuangan perempuan masa kini.

    “Teknologi harus kita rebut kembali, bukan sebagai sarana eksistensi personal, tapi sebagai alat perjuangan kolektif,” jelasnya sambil mengutip pemikiran Zeynep Tufekci.

    Bagi Elza, perjuangan perempuan kini hadir juga di layar gawai, di antara tagar dan data, tempat narasi dan identitas perempuan dipertaruhkan.

    Pendaftaran Elza bukan sekadar proses administratif. Ia adalah pernyataan sikap bahwa KOPRI bukan hanya organisasi, melainkan ruang politik etis perempuan muda — tempat mereka bisa bertumbuh, memimpin, dan menebar dampak.

    “Perempuan tidak hanya butuh tempat untuk tumbuh, tapi juga ruang untuk memimpin. KOPRI harus jadi tempat itu,” ucapnya penuh kepercayaan diri. [suf]

  • Khofifah Canangkan Pembangunan Jalan Strategis Rambipuji-Puger

    Khofifah Canangkan Pembangunan Jalan Strategis Rambipuji-Puger

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memastikan bahwa pemerintah provinsi (pemprov) bersama kabupaten/kota terus memperhatikan akses jalan di Jatim. Perbaikan pun dilakukan seperti halnya di ruas jalan Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.

    Gubernur Khofifah Bersama Bupati Jember Muhammad Fawait mencanangkan pembangunan jalan strategis sepanjang 7,5 km, yang menghubungkan Rambipuji-Puger dan pertigaan Kasiyan-Kencong, saat ini telah selesai 25 persen senilai Rp 24 miliar pada Minggu (25/5/2025)

    Pembangunan ini bertujuan memperkuat infrastruktur dasar guna mendukung konektivitas ekonomi dan membuka ruang investasi di kawasan selatan Jember.

    “Ini penanda keberlanjutan dari program Pemprov 7,5 kilometer ini Insya Allah sampai dengan Oktober selesai, dan pada APBD 2026 Insya Allah ditambah 10 km,” kata Khofifah.

    Menurutnya, dengan jalan yang baru saja dicanangkan selain mengurangi risiko kecelakaan dan kemacetan, jalan ini juga mempercepat arus distribusi barang dan jasa di wilayah Puger dan sekitarnya.

    Khofifah menambahkan, Pemprov Jatim melalui Dinas PU Bina Marga Jatim juga tengah membangun lanjutan betonisasi dengan mutu yang sama Fs 4,5 Mpa pada ruas Kasiyan – Puger dan Kasiyan – Balung sepanjang 2 km dengan lebar 9 meter.

    Pemprov, lanjut Khofifah, juga menambah pembangunan 500 meter pada ruas Balung-Rambipuji dengan lebar 11 meter. Kedua proyek ini ditargetkan rampung pada Oktober 2025 dengan total anggaran sebesar Rp 24.000.269.399,66. Selain itu, juga terdapat rekonstruksi jalan oleh PU Bina Marga Provinsi Jatim sepanjang lima kilometer.

    “Jadi, proses ya kawan-kawan sekalian melihat kekuatan fiskal kita kalau misalnya ada yang bisa dimaksimalkan di PAPBD mudah-mudahan masih bisa kita tambahkan percepatan. Insya Allah tahun 2026 sudah dianggarkan untuk penambahan 10 km lagi,” katanya.

    Lebih lanjut disampaikannya, Pemprov Jatim terus mendorong penguatan infrastruktur di wilayah selatan Jember sebagai bagian dari visi besar membangun konektivitas antarwilayah serta menciptakan iklim investasi yang kondusif dan inklusif di seluruh provinsi.

    “Proses ini terus kita maksimalkan sehingga infrastruktur di kabupaten Jember ini bisa lebih memberikan support bagaimana konektivitas di antara barang dan jasa dan warga terutama,” tandasnya.

    Sebelum diperbaiki, ruas jalan ini mengalami kerusakan berat akibat lalu lintas kendaraan bertonase tinggi, khususnya truk pengangkut bahan baku dan hasil produksi industri. Kondisi tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan meningkatkan risiko kecelakaan.

    “Kini, wajah jalan tersebut telah berubah total menjadi akses yang aman, nyaman, dan efisien,” jelasnya.

    Selain itu juga dilakukan peresmian sepanjang 0,5 km jalan beton di Desa Kasiyan Timur, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, pada Minggu (25/5/2025) pagi, senilai Rp 5,5 miliar yang telah berhasil dibangun dengan dukungan dari PT Semen Imasco Asiatic, sebagai bentuk nyata kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha dalam percepatan pembangunan infrastruktur daerah.

    Dalam kesempatan ini, Khofifah mengapresiasi atas kontribusi CSR dari PT Semen Imasco Asiatic. Jalan beton di Desa Kasiyan Timur, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember sepanjang 0,5 Km baru saja diresmikan itu dibangun dengan konstruksi beton mutu Fs 4,5 Mpa dan lebar sembilan meter senilai Rp 5,5 miliar merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Semen Imasco Asiatic.

    Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha merupakan kunci percepatan pemerataan pembangunan hingga ke wilayah pinggiran.

    “Kerja sama seperti ini harus terus diperkuat agar pembangunan berjalan sinergis dan berkelanjutan,” tegasnya.

    Sementara itu, Bupati Jember Muhammad Fawait menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kepemimpinan Gubernur Khofifah. Menurutnya, Gubernur Khofifah bukanlah sosok yang hanya berbicara dalam tataran teori, melainkan pemimpin yang menunjukkan aksi nyata di lapangan

    “Gubernur khofifah itu bukan hanya berteori, tapi lebih pada kerja konkret, dan kerjanya lebih banyak daripada teorinya. Kabupaten Jember siap bersinergi untuk mewujudkan Jatim menjadi Gerbang Baru Nusantara,” tegasnya.

    Disisi lain, warga sekitar menyambut positif pembangunan ini karena memberikan dampak nyata terhadap kehidupan sehari-hari. Jalan yang sebelumnya rusak parah kini menjadi infrastruktur yang mendukung mobilitas warga dan kelancaran logistik industri.

    Kepala Desa Kasiyan Timur, Hariyanto (43), menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Jawa Timur serta seluruh jajaran dari tingkat kabupaten hingga pusat atas peresmian jalan yang sudah dijalankan untuk masyarakat.

    “Selama kurang lebih tiga bulan dilakukan perbaikan, akhirnya jalan di area Kasiyan Timur selesai dikerjakan. Dampaknya, efektivitas ekonomi dan aktivitas lainnya berjalan lancar. Terima kasih kepada Gubernur Jatim yang telah membantu masyarakat Kasiyan Timur,” tuturnya.

    Hal senada disampaikan Hasyim Asyari (45), warga Dusun Krajan I, Desa Kasiyan Timur. Ia merasa senang dan terbantu karena sebelumnya jalan mengalami kerusakan parah akibat tonase kendaraan yang berlebihan.

    “Sekarang jalan telah diperbaiki. Selain nyaman, jalan ini membantu perekonomian masyarakat sekitar. Ekonomi warga di sini banyak yang bergantung pada tambang batu gamping. Terima kasih kepada Ibu Gubernur. Kami sebagai warga sangat senang karena merasa nyaman dan terbantu dalam menjalankan aktivitas,” pungkasnya. [tok/aje]

  • Panglima Perang 10 November Kiai Abbas Berpeluang Jadi Pahlawan Nasional

    Panglima Perang 10 November Kiai Abbas Berpeluang Jadi Pahlawan Nasional

    Surabaya (beritajatim.com) – Berkas pengusulan KH. Abbas Abdul Jamil Buntet sebagai Calon Pahlawan Nasional dinilai paling lengkap. Kiai Abbas berpeluang besar ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2025.

    Hal ini disampaikan Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA. dalam acara Istighosah dan Seminar dalam rangka pengusulan Kiai Abbas Abdul Jamil sebagai Calon Pahlawan Nasional di Pendopo Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

    Dalam sambutannya, Kiai Asep menyampaikan, bahwa dirinya takjub dan sangat mengapresiasi terhadap selesainya buku profil Kiai Abbas. “Buku profil ini sangat bernilai, karena isinya sangat lengkap dan berdasarkan sumber primer yang dapat dipertanggungjawabkan. Kalau yang membaca profil ini kaum intelek, saya yakin pasti sangat bisa memahami kualitas tulisan yang ada di dalamnya. Referensi yang digunakan sangat lengkap, dan bersumber dari dalam dan luar negeri,” kata Kiai Asep.

    Lebih lanjut Kiai Asep menyampaikan, bahwa buku profil Kiai Abbas ini adalah yang terbaik dan terlengkap sepanjang profil Calon Pahlawan Nasional yang ada. “Saya sudah pernah mengusulkan abah saya, Kiai Abdul Chalim Leuwimunding sebagai Calon Pahlawan Nasional, dan alhamdulillah berhasil. Nah, kalau saya lihat buku profil Kiai Abbas ini, saya optimistis sangat baik dan lengkap. Bahkan, seandainya ada orang diberi uang Rp 1 miliar, dan diminta menyusun buku profil semacam ini dari nol, belum tentu bisa, dan belum tentu selesai,” ungkap Kiai Asep yang dikenal dermawan ini.

    Apabila dilihat dari sisi perjuangan berdasarkan sumber primer yang ada, Kiai Abbas merupakan sosok kiai yang paling layak dijadikan Pahlawan Nasional. Kiai Asep mengisahkan bahwa perang 10 Nopember 1945 tidak akan berlangsung, seandainya Kiai Abbas tidak datang ke Surabaya.

    “Saya baca sejarah, waktu itu Kiai Hasyim Asy’ari tidak akan memulai peperangan sebelum Kiai Abbas datang. Nah, begitu Kiai Abbas datang, maka kemudian Kiai Hasyim As’ary merestui dimulainya Perang 10 Nopember dengan teriakan semangat dari Bung Tomo. Kini, Kiai Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, maka tidak berlebihan jika pada tahun ini, Kiai Abbas juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional,” tegas Kiai Asep.

    Nampak hadir dalam acara istighosah dan seminar tersebut, KH. Mustahdi Abdullah Abbas yang merupakan cucu dari Kiai Abbas. Dalam sambutannya mewakili keluarga, Kiai Mustahdi menyampaikan bahwa Gelar Pahlawan Nasional tidaklah penting bagi sosok Kiai Abbas.

    “Namun, hal tersebut menjadi penting bagi kita semua sebagai ikhtiar merawat spiritnya, menjaga semangatnya, dan menumbuhkan sikap kebangsaan dan kepahlawanan beliau di dalam diri kita dan anak cucu kita generasi Indonesia, masa depan Cirebon yang akan datang,” jelasnya.

    Kiai Mustahdi menjelaskan, bahwa Kiai Abbas tidak saja berjuang dalam medan peperangan, tetapi kesehariannya sebagai pengasuh Pondok Buntet tidak bisa dilepaskan dalam perjuangan di dunia pendidikan.

    “Dalam perjuangan kemerdekaan, masyhur Kiai Abbas didapuk sebagai panglima dalam Perang 10 Nopember 1945. Dalam pendidikan, Kiai Abbas juga merupakan sosok pembaharu pendidikan dengan membentuk sistem klasikal madrasah di saat banyak pesantren yang masih belum menerapkannya. Di madrasah itu juga dimasukkan berbagai mata pelajaran umum, utamanya pelajaran bahasa Indonesia yang Kiai Abbas sendiri ikut serta menetapkannya sebagai bahasa satunya Indoensia dalam sumpah pemuda,” kata Kiai Mustahdi.

    Senada dengan Kiai Mustahdi, Penjabat Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren KH. Aris Ni’matullah meyakini Kiai Abbas sendiri tidak berkenan dengan gelar Pahlawan Nasional itu. Seperti orang tua yang memberikan jiwa raganya untuk anak, tentu tidak ada harapan mendapatkan balasannya.

    “Kita sebagai santrinya, murid-muridnya, tentu saja ingin menempatkan beliau dalam posisi yang sebenarnya. Hanya itu yang bisa diberikan kepada beliau,” katanya.

    Sementara itu, H.E. Agus Ismail, S.Sos., M.Pd. analis kebijakan ahli madya, Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyampaikan bahwa secara dokumen, pengusulan Kiai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional sudah memenuhi kriteria. Kontribusinya tercatat dalam berbagai dokumen. Namanya diambil sebagai nama-nama gedung, mulai masjid, mushala, perpustakaan, hingga gedung pertemuan dan Asrama Haji.

    “Seluruh kebutuhan data insyaallah sudah terpenuhi. Banyak data primer terbaru yang ditemukan untuk menambah kekayaan dokumen, seperti dokumen Belanda hingga surat kabar New York Times,” kata pria yang biasa dipanggil Agis itu.

    Sebagaimana sudah diberitakan sebelumnya, pengusulan Kiai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional dari Jawa Barat telah disampaikan oleh Pemprov Jawa Barat ke Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial (Ditjen Dayasos) pada tanggal 11 April 2025. Setelah berkas diterima oleh Ditjen Dayasos, dilakukan pemeriksaan dokumen, hasilnya dinyatakan lengkap dan telah memenuhi ketentuan administrasi. Selanjutnya berkas tersebut akan diserahkan kepada Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) untuk dipelajari sebelum dilaksanakan rapat / sidang TP2GP.

    Sementara itu, Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, M.Si., anggota DPR RI Periode 2019-2024 dalam sambutannya menyampaikan, bahwa dirinya berani menggaransi kualitas buku profil Kiai Abbas karena dirinya mengetahui bahwa dalam penyusunnya mencari sumber data primer hingga negeri Belanda. “saya meyakini bahwa tulisan di buku profil kiai Abbas ini shoheh, karena saya tahu sumber data primernya didapat hingga di Belanda.” Ungkap Prof Zainuddin.

    Lebih lanjur Prof. Zainuddin menyatakan bahwa proses pengusulan gelar pahlawan nasional ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya inisiator dan sponsor. Maka hadirnya Kiai Asep sebagai inisiator dan sponsor utama, menjadikan proses pengusulan gelar pahlawan nasional Kiai Abbas berjalan lancar hingga tahap ini.

    Sebagaimana terlihat dalam setiap kegiatan seminar pengusulan Kiai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional, Kiai Asep selalu hadir sebagai inisiator dan sponsor utama. Namun, Kiai Asep menolak disebut sebagai inisiator dan sponsor utama, karena ada sosok Ibu Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur yang dipandang sebagai inisiator dan sponsor yang sesungguhnya. Khofifah selalu memantau dan menanyakan berkaitan dengan perkembangan pengusulan Kiai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional hingga diterimanya buku profil ini. Seperti hal nya beliau selalu memantau beberapa Calon Pahlawan Nasional lainnya. Sebab, beliau selalu mengatakan bahwasannya Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. (tok/but)