Tag: Hasyim Asy’ari

  • Melihat Aktivitas Cagub Jatim Luluk Nur Hamidah Sebelum Nyoblos di TPS 003 Brodot Jombang

    Melihat Aktivitas Cagub Jatim Luluk Nur Hamidah Sebelum Nyoblos di TPS 003 Brodot Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Cagub (Calon Gubernur) Jawa Timur Luluk Nur Hamidah mencoblos di TPS 003 Desa Brodot Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang dalam Pilkada Serentak 2024, Rabu (27/11/2024).

    Untuk itu, sejak Selasa (26/11/2024) malam, Luluk Bersama sang suami sudah di rumahnya Desa Brodot. Sebelum ke kampung halamannya, Luluk sempat berziarah ke makam KH Asyari yang ada di Desa Keras Kecamatan Diwek Jombang. Kiai Asyari merupakan ayahnda dari pendiri NU, KH Hasyim Asyari.

    Saat sampai di rumah para tetangga berkumpul di rumah Luluk. Mereka bercengkrama sampai malam yang diselingi acara makan-makan. “Semalam semua tetangga berkumpul di rumah ini,” kata Luluk ditemui di depan rumahnya, Rabu (27/11/2024).

    Rabu pagi, Luluk tidak langsung berangkat ke TPS 003 yang berada di SDN Brodot 1. Luluk terlebih dulu jalan-jalan keliling desa sembari menyapa tetangga. Luluk bahkan mampir ke tetangganya yang berjualan sayuran. Menanyakan kabar dan berbincang santai.

    “Saya nanti siang nyoblosnya. Karena saya masuk DPK (Daftar Pemilih Khusus). Begitu juga dengan suami saya. Masuk DPK,” kata Cagub Jatim yang diusung oleh PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) ini.

    Luluk menjelaskan, pada pukul 08,00 WIB, Luluk akan berziarah ke makam ibunya. Memanjatkan doa di makam ibunda. Juga ke makam Ki Ageng Corekan, yang merupakan tokoh yang membuka Desa Brodot. Selanjutnya, ke rumah saudaranya.

    “Nanti juga ingin keliling untuk melihat TPS. Ini bukan untuk intimidasi. Tapi sekadar menyapa warga,” kata Luluk. [suf]

  • Sebelum Coblosan, Khofifah Sowan Rais Aam PBNU dan Siapkan Tim Data Center Kawal Suara

    Sebelum Coblosan, Khofifah Sowan Rais Aam PBNU dan Siapkan Tim Data Center Kawal Suara

    Surabaya (beritajatim.com) – Calon Gubernur Jawa Timur Nomor Urut 2 Khofifah Indar Parawansa menyiapkan tim data center khusus untuk memantau perolehan suara di Pilgub Jatim 2024.

    Tim Data Center ini disiapkan di Posko Khofifah-Emil di kawasan Gayungsari. Di lokasi tersebut telah bersiap lengkap dengan perangkat IT yang digawangi oleh para anak muda. Mereka siap untuk memantau pergerakan suara yang nantinya dikirim oleh para saksi di seluruh TPS di Jawa Timur.

    “Hari ini saya bersapa dengan Tim Data Center Pilgub Jatim Paslon 02 Khofifah-Emil. Hari ini mereka check kelengkapan saksi di semua TPS sambil memastikan sistem berjalan dengan lancar,” tegas Khofifah, Selasa (26/11/2024) malam.

    Sebagaimana pernah disampaikan Khofifah, bahwa pihaknya menyiapkan minimal satu orang saksi di seluruh 60.751 TPS yang ada di 38 kabupaten kota di Jawa Timur. Ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga suara warga Jawa Timur dan mengawal kemenangan Khofifah-Emil.

    “Selamat mengawal suara rakyat. Selamat bertugas. Salam demokrasi, seneng bareng,” tegas Khofifah.

    Mengisi masa tenang Pilgub Jatim 2024, Khofifah dan Emil diketahui aktif melakukan silaturahmi ke sejumlah tempat. Di hari pertama masa tenang, Khofifah bersama Emil ziarah ke makam Presiden RI ke 4 KH Abdurrahman Wahid dan juga pendiri NU Kiai Hj Hasyim Asyari di Jombang. Tidak hanya itu, di hari yang sama ziarah juga dilakukan Khofifah-Emil ke makam Bung Karno di Blitar.

    Begitu juga hari kedua, Khofifah juga mengisi hari tenang dengan ziarah ke makam pendiri NU KH Wahab Chasbullah di Kawasan Pesantren Bahrul Ulum di Jombang. Tak hanya itu, hari ini Khofifah juga akan silaturahmi ke kediaman Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar di Surabaya.

    “Alhamdulillah hari ini berkesempatan untuk silaturahmi dengan Kiai Miftachul Akhyar Rais Aam Syuriyah PBNU. Dalam hidup ini, salah satu anugerah terbesar adalah bisa duduk bersama ulama, mendengarkan nasihat, dan meminta doa,” ujarnya.

    “Dari beliau, kita belajar bahwa dalam menjalani amanah, rendah hati dan keikhlasan adalah kunci utama,” imbuh Khofifah.

    Nasihat dan doa dari Kiai Miftachul Akhyar dikatakan Khofifah adalah bekal yang sangat berharga, sebagai pengingat bagi dirinya untuk terus memperbaiki niat, menundukkan hati, dan memperkuat komitmen dalam melayani umat.

    “Semoga Allah melimpahkan kesehatan dan keberkahan kepada beliau, serta menguatkan kami semua untuk terus mengabdi kepada umat dan bangsa,” pungkas Khofifah. (tok/ted)

  • Masa Tenang, Cawagub Lukmanul Khakim Minta Doa Ibu dan Ziarah ke Makam Ayahnya di Lamongan

    Masa Tenang, Cawagub Lukmanul Khakim Minta Doa Ibu dan Ziarah ke Makam Ayahnya di Lamongan

    Lamongan (beritajatim.com) – Masa tenang sebelum pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 dimanfaatkan Cawagub Jatim nomor urut 1, Lukmanul Khakim, untuk pulang ke Lamongan, Senin (25/11/2024).

    Kepulangan Lukman tak lain adalah untuk meminta doa restu kepada ibunya, sekaligus ziarah ke makam sang ayah, di Desa Gedongboyountung, Kecamatan Turi.

    “Di hari tenang ini, saya ziarah ke makam bapak. Beliau ini dulu Ketua MWC NU, Kecamatan Turi. Pernah jadi bendahara PCNU Lamongan,” kata Lukman, uzai ziarah.

    Menurut Lukman, ziarah menjadi salah satu bentuk bakti anak kepada orangtua. Sebab, kata Lukman, tugas seorang anak adalah berbakti, baik pada saat orang tua masih ada di dunia maupun saat sudah wafat.

    “Saya menyempatkan diri untuk berziarah, mendoakan beliau sekaligus juga para ahlil kubur, agar semuanya mendapatkan ampunan, sekaligus mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah,” tuturnya.

    Selain berziarah ke makam sang ayah, Lukman juga mengaku selalu menyempatkan untuk ziarah ke makam-makam ulama besar dan tokoh penting. Antara lain ke makam Gurbernur Jatim pertama, yaitu Gubernur Suryo, di Kabupaten Magetan.

    Kemudian kemudian sebagai baktinya kepada para kiai, Lukman berziarah ke makam tokoh besar NU, seperti makam Mbah Bisri Syamsuri di Denanyar Jombang, makam Mbah Wahab Hasbullah di Tambakberas Jombang dan makam Mbah Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang serta ke makam Gus Dur dan makam Kiai Wahid Hasyim.

    “Saya pernah menjadi santri di Pesantren Tambakberas, dan juga santri di Denanyar Jombang. Di dua pesantren yang didirikan oleh pendiri NU tersebut, saya tentu sebagai generasi baru di NU dan di PKB, tugas kita adalah meneruskan perjuangan yang telah dirintis oleh pendiri NU, dalam hal ini saya melakukannya di dunia politik,” ucapnya.

    Cawagub Jatim nomor urut 1, Lukmanu Khakim, ziarah ke makam ayahnya

    Lebih lanjut, Lukkan menyampaikan, salah satu kaidah yang diajarkan di pesantren, adalah lil Wasail Khukmul Maqosid, yang bermakna hukum perantara sama dengan hukum tujuan.

    “Jadi kalau agenda besar adalah kesejahteraan bagi masyarakat Jawa timur. Maka tugas yang pertama adalah menghadirkan demokrasi yang berkualitas, demokrasi yang jujur, demokrasi tanpa money politik, tanpa intimidasi dan tanpa kekerasan,” ujarnya

    Oleh karena itu, Lukman mengimbau masyarakat Jatim agar tidak sampai bermusuhan apalagi sampai terpecah belah hanya karena beda pilihan.

    “Di hari tenang ini mari bareng-bareng kita wijudkan demokrasi di Jatim ini demokrasi yang berkualitas, demokrasi yang menghadirkan pemimpin-pemimpin yang baik. Jangan sampai hanya karena Pilkada, berantem gak habis-habis, konflik gak habis-habis,” kata Lukman. [fak/suf]

  • 11 Kampus di Jombang Luncurkan Buku Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

    11 Kampus di Jombang Luncurkan Buku Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

    Jombang (beritajatim.com) – Sebanyak 11 kampus di Kabupaten Jombang yang tergabung dalam Forum Satgas PPKS (Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) meluncurkan film pendek dan buku Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Berbasis Islam di Perguruan Tinggi.

    Acara tersebut digelar di Meeting Room 1 Unipdu (Universitas Pesantren Tinggu Darul Ulum) Jombang, Senin (25/11/2024). Peluncuran film dan buku tersebut dalam rangka mendukung kampanye global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

    Sebanyak 11 perguruan tinggi itu meliputi, Satgas PPKS Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, Satgas PPKS Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Jombang, Satgas PPKS Universitas PGRI Jombang, serta Satgas PPKS Unipdu Jombang.

    Selanjutnya, Satgas PPKS Universitas Wahab Hasbullah (Unwaha) Jombang, Satgas PPKS ITSKES Insan Cendekia Medika Jombang, Satgas PPKS Institut Teknologi dan Bisnis PGRI Dewantara Jombang, Satgas PPKS STIKES Pemkab Jombang, Satgas PPKS STIKES Kesehatan Husada Jombang, Satgas PPKS STIKES Bahrul Ulum Jombang, serta STIT Al- Urwatul Wutsqo Jombang.

    Perwakilan dari kampus-kampus tersebut hadir dalam kegiatan tersebut. Hadir pula Rektor Unipdu Zulfikar As’ad atau Gus Ufik. Dia memberikan apresaisi dan dukungan penyelenggaraan peluncuran film pendek dan buku tersebut.

    Sebelum peluncuram buku, Ketua Forum Satgas PPKS Kabupaten Jombang Siti Arifah dari Undar dan Siti Rofi’ah dari Unhasy menjadi pemantik dalam diskusi di forum itu. Siti Rofiah membeber hasil penelitiannya tentang masih tingginya kekerasan seksual di lingkup perguruan tinggi. Dia menyodorkan data-data valid.

    Sedangkan Siti Arifah menjelaskan tentang perjalanan kampus di Jombang hingga membentuk Forum Satgas PPKS. Walhasil, 10 dari 11 Perguruan tinggi di Kabupaten Jombang sudah mempunyai Satgas PPKS.

    “Kami semua berkomitmen bersama melawan kekerasan seksual, kampus inklusif untuk semua. Peluncuran buku pedoman ini adalah bagian dari upaya jangka panjang untuk memastikan kampus menjadi tempat yang aman bagi semua mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan,” ujar Arifah.

    Buku pedoman ini, lanjut Arifah, disusun bersama dengan mengacu pada kebijakan pemerintah melalui Permendikbud No. 55 Tahun 2024 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi.

    Pemutaran film pendek tentang kekerasan seksual

    Dalam penyusunannya, melibatkan kontribusi dari akademisi, mahasiswa, praktisi hukum, dan aktifis WCC (Women’s Crisis Center) Jombang. “Peluncuran buku ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk membangun sistem yang efektif dalam mencegah dan menangani kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi,” jelasnya.

    Selanjutnya, masing-masing perwakilan dari perguruan tinggi membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk komitmen dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

    Di tempat yang sama, Direktur WCC Jombang Ana Abdillah menambahkan, kekerasan seksual di perguruan tinggi masih menjadi masalah serius. Dia menyebut, tedpat 88% kasus yang dilaporkan ke Komnas Perempuan pada 2020 terjadi di lingkungan pendidikan.

    Nah, hadirnya Permendikbud Ristek No. 30 Tahun 2021 dan UU No. 12 Tahun 2022 untuk memperkuat pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, termasuk melalui pembentukan satgas di perguruan tinggi.

    Di Jombang, menurut Ana, dengan banyaknya ponpes (pondok pesantren) dan perguruan tinggi berbasis pesantren, implementasi peraturan ini menjadi sangat penting. Yaitu, sebagai langkah strategis.

    “WCC Jombang bersama dengan 11 perguruan tinggi di Kabupaten Jombang telah berhasil menyusun dokumen Bersama mekanisme pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual di Perguruan Tinggi. Peluncuran dokumen ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi dan memastikan pelaksanaan peraturan berjalan lebih terintegrasi, efektif, dan berkelanjutan,” pungkasnya. [suf]

  • Hari Tenang Pilgub Jatim, Khofifah-Emil Ziarahi Makam Gus Dur

    Hari Tenang Pilgub Jatim, Khofifah-Emil Ziarahi Makam Gus Dur

    Surabaya (beritajatim.com) – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak mengisi hari tenang dengan ziarah ke Makam pendiri NU Hadlaratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dan juga ke makam Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid di kawasan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (24/11/2024).

    Diantar langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, Khofifah dan Emil ziarah dan berkirim doa secara langsung di pusara ulama yang akrab disapa Gus Dur tersebut.

    Khofifah dan Emil tampak khusyuk memanjatkan doa. Terutama Khofifah yang memang memiliki kedekatan dengan Gus Dur. Bagi Khofifah, Gus Dur adalah guru dan juga ulama yang memberikan banyak pelajaran hidup. Tidak hanya itu, Khofifah juga termasuk orang kepercayaan Gus Dur.

    Dimana saat menjabat sebagai Presiden, Khofifah dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan juga Kepala BKKBN. Khofifah juga dipercayai Gus Dur untuk bersama-sama merintis pendirian Partai Kebangkitan Bangsa.

    “Gus Dur adalah guru saya. Betapa bahwa semasa hidupnya beliau mengajarkan pada kita semua tentang pentingnya membangun persatuan, persaudaraan dan membangun harmoni,” kata Khofifah.

    “Itu adalah satu warisan yang ditinggalkan Gus Dur untuk bangsa kita semua. Bahwa kita semua harus bersatu dalam pesaudaraan. Meski beda agama, beda suku, beda bahasa,” imbuhnya.

    Khofifah juga menceritakan bahwa dirinya adalah orang yang diberi wasiat oleh Gus Dur. Tepatnya dua tahun dan dua bulan sebelum wafat, beliau pesan pada Khofifah, agar nanti kalau beliau wafat dibantu nisannya ditulisi “The Humanist Died Here”.

    Pesan itu bahkan disampaikan Gus Dur tiga kali padanya. Ia bahkan mengkroscek ke beberapa kawan dekat Gus Dur apakah juga diberi wasiat serupa. Namun ternyata tidak.

    “Saya baru berani menyampaikan setelah haul Gus Dur yang ke lima di Tebuireng . Maka kalau panjenengan ziarah maka ditulisi Here Rest a Humanist. Di sini beristirahat bapak kemanusiaan. Jadi saya ingin sampaikan bahwa Gus Dur lebih senang disebut sebagai bapak kemanusiaan, bukan bapak pluralisme. Karena pluralisme merupakan sub dari humanisme,” tegas Khofifah.

    Di sisi lain, Gus Kikin yang juga Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim. Dalam kesempatan ini, pihaknya kembali menyampaikan tentang semangat yang selalu dibawa Gus Dur yaitu tentang menjaga persatuan dan persaudaraan antarumat manusia.

    “Sejak zaman duhulu di Tebuireng kita selalu membangun ukhuwah persaudaraan dan kekeluargaan. Itu karena Bangsa ini didirikan dengan dasar persatuan. Dan Bu Khofifah juga Mas Emil alhamdulillah memiliki semangat yang sama untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa khususnya di Jatim,” pungkasnya. (tok/but)

  • KH Mas Mansur, Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah yang karib KH Wahab

    KH Mas Mansur, Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah yang karib KH Wahab

    Surabaya (ANTARA) – Organisasi Muhammadiyah, yang kini memasuki ulang tahun (milad) ke-112 sejak didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912, memiliki hubungan erat dengan sosok KH Mas Mansur.

    KH Mas Mansur, sosok Pahlawan Nasional Indonesia adalah pendiri Muhammadiyah Cabang Surabaya pada 17 April 1921, sembilan tahun setelah organisasi tersebut berdiri di Yogyakarta.

    KH Mas Mansur lahir pada 25 Juni 1896 di Kampung Sawahan, Surabaya, dan wafat pada usia 50 tahun pada 25 April 1946. KH Mas Mansur adalah putra KH Mas Ahmad Marzoeki, seorang imam Masjid Ampel, dan Hj Raudhah Sagipoddin dari keluarga pesantren di Sidoresmo, Surabaya.

    Ketertarikan KH Mas Mansur terhadap metode dakwah KH Ahmad Dahlan menjadi salah satu alasan utama ulama kharismatik itu bergabung dengan Muhammadiyah.

    Ketertarikan tokoh besar itu diungkap dalam buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur”, yang awalnya merupakan skripsi karya DR H. Syaifullah, M.Ag.,.

    Buku yang mengupas perjalanan hidup KH Mas Mansur, mulai dari masa mudanya hingga perannya sebagai tokoh nasional, itu kemudian diterbitkan lewat suntingan naskah oleh PW Muhammadiyah Jatim, H. Nadjib Hamid.

    Dalam bedah buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur” di Surabaya (27/10), diceritakan masa muda KH Mas Mansur diisi dengan pendidikan di Pesantren Syaikhona Cholil, Bangkalan, Madura, di mana ia bertemu KH Wahab Hasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

    Setelah dua tahun mondok di Bangkalan, KH Mas Mansur berangkat ke Mekkah pada usia 12 tahun bersama KH Wahab Hasbullah. Kedua kawan akrab itu agaknya mewarisi “keakraban” KHM Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yang juga sama-sama pernah mondok di pesantren Bangkalan.

    Keberadaan keduanya untuk belajar itu juga menandai “pertemuan” KHM Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan di Mekkah. Ada sebuah tugu/prasasti yang menandai pertemuan kedua tokoh dari dua organisasi besar di Indonesia itu.

    Di Mekkah, KH Mas Mansur menyaksikan gejolak Perang Dunia I, yang membuat KH Wahab Hasbullah kembali ke Indonesia, sementara KH Mas Mansur melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, Mesir, selama empat tahun. Di Mesir, ia terpengaruh oleh pemikiran modernisme Islam dari Syeikh Rasyid Ridha, murid modernis Muhammad Abduh.

    Sepulangnya ke Indonesia pada 1915 saat berusia 19 tahun, KH Mas Mansur tidak ke Surabaya lebih dulu melainkan langsung menuju Yogyakarta untuk bertemu KH Ahmad Dahlan.

    Dalam pertemuan itu, ia terkesan dengan metode “tafsir langsung action” KH Ahmad Dahlan, seperti penafsiran QS Al-Maun yang diwujudkan dalam aksi nyata berupa pendirian PKU Muhammadiyah (sosial), rumah sakit pendidikan (kesehatan), dan aksi kemasyarakatan atau kegiatan sosial lainnya.

    Sapu kawat Jawa Timur

    Pada 1921, enam tahun setelah kembali ke Indonesia, KH Mas Mansur meminta KH Ahmad Dahlan datang ke Surabaya dan menginap di tempat tinggalnya.

    Dalam kesempatan itu, KH Mas Mansur menyatakan bergabung dengan Muhammadiyah dan ditunjuk sebagai Ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya pada 17 April 1921. KH Ahmad Dahlan menggambarkan KH Mas Mansur sebagai “sapu kawat Jawa Timur,” yang melambangkan kemampuan KH Mas Mansur menyelesaikan berbagai persoalan, dari a sampai z.

    Dari kepemimpinan di Surabaya, KH Mas Mansur terus naik ke posisi strategis di Muhammadiyah, dari PWM Jatim hingga PP Muhammadiyah, termasuk mengusulkan pembentukan Majelis Tarjih pada 1927 dan lebih mengimplementasikan “gaya” KH Ahmad Dahlan..

    Di tingkat pusat, KH Mas Mansur berperan dalam mengembangkan metode dakwah yang lebih modern dan terorganisasi.

    KH Mas Mansur tidak hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga sebagai aktivis pergerakan nasional. Ketika belajar di Yogyakarta, ia juga mengajar dan tinggal di kompleks rumah guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, yang bersebelahan dengan rumah Bung Karno. KH Mas Mansur sempat menjadi saksi sekaligus penghulu dalam pernikahan Bung Karno dengan Fatmawati.

    Di Surabaya, ia aktif berdiskusi dengan tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto. Pada 1937-1943, KH Mas Mansur bersama Ki Bagus Hadikusumo menjadi anggota PPKI dan pada tahun 1943 di BPUPKI, yang merupakan langkah awal dalam pembentukan negara Indonesia.

    “KH Mas Mansur memang merupakan sosok yang lengkap, beliau merupakan agamawan, pendidik, politik/orator, dan jurnalis/redaktur,” kata Dr. H. Syaifullah MAg, penulis buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur”.

    KH Mas Mansur dikenal sebagai “4 serangkai “ dalam MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) yakni Wahono/ketua, KH Wahab Hasbullah, KH Ahmad Dahlan Achyat, dan KH Mas Mansur,” dan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), bersama tokoh-tokoh nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.

    KH Mas Mansur wafat pada 25 April 1946 dalam usia yang relatif muda akibat perlakuan buruk dari pihak NICA. KH Mas Mansur dipenjara dua kali karena dianggap berkolaborasi dengan Jepang, meskipun kontribusinya terhadap perjuangan kemerdekaan tidak diragukan.

    Penyiksaan di penjara, termasuk suntikan zat kimia berbahaya, mengakibatkan kerusakan saraf yang pada akhirnya merenggut nyawanya. “Saat keponakannya membesuk di penjara pun diancam macam-macam, namun dimaklumi karena faktor syaraf itu,” kata Syaifullah.

    Editor: Primayanti
    Copyright © ANTARA 2024

  • 7 Tokoh Penting dalam Pertempuran Surabaya 10 November

    7 Tokoh Penting dalam Pertempuran Surabaya 10 November

    Liputan6.com, Surabaya – Pertempuran Surabaya yang melibatkan rakyat Surabaya dan tentara Inggris berlangsung pada 10 November. Peristiwa penting dan bersejarah itu akhirnya dikenal sebagai Hari Pahlawan.

    Dalam pertempuran tersebut, terdapat beberapa tokoh penting yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia.

    Mengutip dari berbagai sumber, berikut tujuh tokoh Pertempuran Surabaya 10 November:

    1. Bung Tomo

    Tokoh paling penting dalam Pertempuran Surabaya 10 November adalah Bung Tomo. Sosok Bung Tomo berjasa besar dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat melawan penjajah yang ingin kembali menjajah Indonesia di Surabaya.

    Saat itu, pidato Bung Tomo berhasil membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk kembali melawan para penjajah. Dari sanalah, semangat para rakyat dan pejuang terus membara hingga titik darah penghabisan.

    Sutomo atau Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya. Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah.

    2. Gubernur Suryo

    Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau Raden Suryo adalah Gubernur Jawa Timur yang menjadi pencetus Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Gubernur Suryo menjadi tokoh Pertempuran Surabaya yang paling sibuk.

    Pasalnya, selama Pertempuran Surabaya berlangsung, Gubernur Suryo berperan penting dalam hal melakukan komunikasi intens untuk meminta pertolongan pada pemimpin negeri, seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Gubernur Suryo juga melakukan komunikasi tersebut ketika Inggris mengelurakan Ultimatum 10 November 1945.

    Pada 9 November pukul 23.00, Gubernur Suryo membacakan keputusan akan menghadapi sekutu hingga titik darah penghabisan. Pidatonya sebagai pemegang kendali penuh Surabaya pun kemudian dikenal dengan Komando Keramat.

    3. KH Hasyim Asy’ari

    KH Hasyim Asy’ari merupakan sosok pelopor persatuan umat dan tokoh modernisasai pesantren. Berawal dari fatwa Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, maka bergeloralah Pertempuran Surabaya 10 November.

    Fatwa tersebut berisi kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dari fatwa tersebut, kemudian melahirkan peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

    4. HR Mohammad Mangoendiprodjo

    Mayjen TKR HR Mohammad Mangoendiprojo adalah sosok Pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia berperan sebagai wakil Indonesia dalam kontak biro dengan pasukan Inggris di Surabaya.

    Mangoendiprodjo sempat mengalami peristiwa dramatis yang membahayakan nyawanya. Untuk mencegah pasukan Inggris yang masih menduduki gedung Bank Internatio menembaki massa yang mengepung, ia memasuki gedung itu.
 Namun, ia kemudian dijadikan sandera. Sementara Mallaby yang berada di luar gedung telah tewas yang akhirnya memicu pecahnya pertempuran mulai 10 November 1945 itu.

     

  • Sejarah Singkat Hari Pahlawan 10 November

    Sejarah Singkat Hari Pahlawan 10 November

    Liputan6.com, Yogyakarta – Hari Pahlawan diperingati setiap 10 November. Peringatan ini dimaksudkan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

    Sejarah Hari Pahlawan dimulai pada 10 November 1945. Saat itu, terjadi pertempuran di Surabaya yang sekaligus menjadi pertempuran pertama setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

    Sebelumnya, keadaan mulai membaik setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak Inggris ditandatangani pada 29 Oktober 1945. Namun, bentrokan-bentrolan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya masih terjadi.

    Puncaknya adalah pada 30 Oktober 1945, saat terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby akibat bentrokan tersebut. Ia adalah Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur.

    Kematian Jendral Mallaby kemudian menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia. Posisi Mallaby kemudian digantikan oleh Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh.

    Ia mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945 yang meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA. Mereka juga mengancam akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila orang orang Indonesia tidak mentaati perintah Inggris.

    Seluruh pimpinan bangsa Indonesia dan para pemuda di Surabaya diinstruksikan oleh Jenderal Eric harus datang selambat-lambatnya pada 10 November 1945 pukul 06.00 di tempat yang telah ditentukan. Namun, ultimatum itu tidak diindahkan oleh rakyat Surabaya.

    Akhirnya, terjadilah pertempuran Surabaya yang dahsyat pada 10 November 1945. Pertempuran itu berlangsung selama sekitar tiga minggu.

    Banyak pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban kala itu. Namun, semangat rakyat Surabaya terus membara.

    Terdapat beberapa tokoh penting yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia.

    Tokoh-tokoh tersebut adalah Bung Tomo, Gubernur Suryo, KH. Hasyim Asyari, HR Mohammad Mangundiprojo, Mayjen Moestopo, Abdul Wahab Saleh, dan Mayjen Sungkono. Peristiwa bersejarah tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan yang jatuh setiap 10 November.

     

    Penulis: Resla

  • Yuk Kenang Pertempuran Surabaya, Sejarah Hari Pahlawan 10 November

    Yuk Kenang Pertempuran Surabaya, Sejarah Hari Pahlawan 10 November

    Jakarta: Hari Pahlawan, yang diperingati setiap 10 November, adalah salah satu momen bersejarah bagi Indonesia.

    Tanggal ini menjadi simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan, terutama mengingat pertempuran besar di Surabaya pada tahun 1945 yang menjadi titik penting dalam Revolusi Nasional Indonesia.
     
    Latar Belakang Pertempuran Surabaya
    Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Belanda mencoba kembali menguasai Indonesia dengan dukungan Sekutu.

    Foto: Pasukan Inggris dan NICA.

    Tentara Inggris yang membawa pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945 dengan alasan untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang.

    Namun, ketegangan muncul ketika Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata mereka.

    Pada 27 Oktober 1945, Sekutu mendirikan pos pertahanan di Surabaya dan meminta rakyat Indonesia tunduk pada perintah mereka. Rakyat Surabaya, yang dipimpin Bung Tomo, tidak tinggal diam.

    Foto: A.W.S Mallaby. (Perpustakaan Nasional RI)

    Mereka melakukan perlawanan dan berhasil merebut beberapa pos penting pada 28 Oktober. Ketegangan memuncak setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal A. W. S. Mallaby, komandan pasukan Inggris di Surabaya, pada 30 Oktober 1945.
     
    Pertempuran 10 November 1945
    Kematian Mallaby membuat Inggris sangat marah dan mereka mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerah tanpa syarat. Namun, ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah oleh para pejuang dan rakyat Surabaya.

    Foto: Soekarno berbicara dengan pasukan Indonesia, 1946. (Domain Publik)

    Pada pagi hari 10 November 1945, pasukan Inggris mulai menyerang dari darat, laut, dan udara. Kota Surabaya berubah menjadi medan perang yang sangat brutal selama hampir tiga minggu, dengan ribuan korban jiwa di kedua belah pihak.

    Pertempuran Surabaya dikenal sebagai salah satu pertempuran terbesar dan paling heroik dalam sejarah Indonesia. Sekitar 20.000 rakyat Surabaya gugur, dan ribuan lainnya terluka. Sementara itu, tentara Inggris kehilangan sekitar 1.600 orang.

    Foto: Pasukan Indonesia. (Domain Publik)

    Meski akhirnya Surabaya jatuh ke tangan Sekutu, semangat perlawanan rakyat Surabaya menginspirasi seluruh rakyat Indonesia untuk terus berjuang demi kemerdekaan.
     
    Peran Bung Tomo dan Tokoh Lainnya

    Foto: Bung Tomo. (Nanyang Post, 1947)

    Salah satu tokoh yang sangat berperan dalam pertempuran ini adalah Bung Tomo. Lewat pidato-pidatonya di Radio Pemberontakan milik Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), ia berhasil membangkitkan semangat rakyat untuk melawan penjajah.

    Selain Bung Tomo, banyak tokoh agama seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah yang turut menggerakkan santri dan masyarakat untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan.

    Keterlibatan para kyai dan santri dalam pertempuran ini menambah kekuatan moral bagi rakyat Surabaya.

    Mereka tidak hanya bertempur dengan senjata seadanya, tetapi juga dengan semangat jihad untuk mempertahankan tanah air.

    Perlawanan yang awalnya sporadis berubah menjadi lebih terkoordinasi berkat dukungan para ulama dan tokoh masyarakat.
     
    Penetapan Hari Pahlawan

    Foto: Berkas Asli Keppres 316 Tahun 1959.

    Untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam Pertempuran Surabaya, pemerintah Indonesia menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.

    Hari ini diperingati untuk mengenang semangat perjuangan rakyat Indonesia dan menghormati pengorbanan mereka demi kemerdekaan.

    Foto: Ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) 10 November di Surabaya tahun 2023. (Didik Suhartono/Antara)

    Peringatan Hari Pahlawan biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, seperti upacara bendera, ziarah ke Taman Makam Pahlawan, hingga berbagai acara untuk mengenang perjuangan para pahlawan.

    Tugu Pahlawan di Surabaya juga menjadi simbol penting untuk mengingat semangat juang arek-arek Surabaya yang dengan gagah berani melawan penjajah.
     
    Makna Hari Pahlawan bagi Generasi Kini
    Hari Pahlawan bukan hanya tentang mengenang peristiwa sejarah, tetapi juga menginspirasi generasi sekarang untuk meneruskan semangat juang para pahlawan.

    Semangat perjuangan, keberanian, dan cinta tanah air yang ditunjukkan oleh pejuang Surabaya harus tetap hidup dalam setiap generasi bangsa Indonesia. Dengan begitu, kita bisa terus menjaga kemerdekaan dan membuat Indonesia lebih baik.

    Semoga semangat para pahlawan Surabaya terus mengalir dalam diri kita, menjadi bagian dari identitas bangsa, dan menginspirasi kita untuk berjuang demi Indonesia yang lebih maju dan berdaulat.

    Baca Juga:
    Mengenal 7 Tokoh Penting Pertempuran Surabaya 10 November 1945

    Jakarta: Hari Pahlawan, yang diperingati setiap 10 November, adalah salah satu momen bersejarah bagi Indonesia.
     
    Tanggal ini menjadi simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan, terutama mengingat pertempuran besar di Surabaya pada tahun 1945 yang menjadi titik penting dalam Revolusi Nasional Indonesia.
     
    Latar Belakang Pertempuran Surabaya
    Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Belanda mencoba kembali menguasai Indonesia dengan dukungan Sekutu.
     

    Foto: Pasukan Inggris dan NICA.
    Tentara Inggris yang membawa pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945 dengan alasan untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang.
     
    Namun, ketegangan muncul ketika Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata mereka.
     
    Pada 27 Oktober 1945, Sekutu mendirikan pos pertahanan di Surabaya dan meminta rakyat Indonesia tunduk pada perintah mereka. Rakyat Surabaya, yang dipimpin Bung Tomo, tidak tinggal diam.

    Foto: A.W.S Mallaby. (Perpustakaan Nasional RI)
     
    Mereka melakukan perlawanan dan berhasil merebut beberapa pos penting pada 28 Oktober. Ketegangan memuncak setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal A. W. S. Mallaby, komandan pasukan Inggris di Surabaya, pada 30 Oktober 1945.
     
    Pertempuran 10 November 1945
    Kematian Mallaby membuat Inggris sangat marah dan mereka mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerah tanpa syarat. Namun, ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah oleh para pejuang dan rakyat Surabaya.
     

    Foto: Soekarno berbicara dengan pasukan Indonesia, 1946. (Domain Publik)
     
    Pada pagi hari 10 November 1945, pasukan Inggris mulai menyerang dari darat, laut, dan udara. Kota Surabaya berubah menjadi medan perang yang sangat brutal selama hampir tiga minggu, dengan ribuan korban jiwa di kedua belah pihak.
     
    Pertempuran Surabaya dikenal sebagai salah satu pertempuran terbesar dan paling heroik dalam sejarah Indonesia. Sekitar 20.000 rakyat Surabaya gugur, dan ribuan lainnya terluka. Sementara itu, tentara Inggris kehilangan sekitar 1.600 orang.
     

    Foto: Pasukan Indonesia. (Domain Publik)
     
    Meski akhirnya Surabaya jatuh ke tangan Sekutu, semangat perlawanan rakyat Surabaya menginspirasi seluruh rakyat Indonesia untuk terus berjuang demi kemerdekaan.
     
    Peran Bung Tomo dan Tokoh Lainnya

    Foto: Bung Tomo. (Nanyang Post, 1947)
     
    Salah satu tokoh yang sangat berperan dalam pertempuran ini adalah Bung Tomo. Lewat pidato-pidatonya di Radio Pemberontakan milik Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), ia berhasil membangkitkan semangat rakyat untuk melawan penjajah.
     
    Selain Bung Tomo, banyak tokoh agama seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah yang turut menggerakkan santri dan masyarakat untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan.
     
    Keterlibatan para kyai dan santri dalam pertempuran ini menambah kekuatan moral bagi rakyat Surabaya.
     
    Mereka tidak hanya bertempur dengan senjata seadanya, tetapi juga dengan semangat jihad untuk mempertahankan tanah air.
     
    Perlawanan yang awalnya sporadis berubah menjadi lebih terkoordinasi berkat dukungan para ulama dan tokoh masyarakat.
     
    Penetapan Hari Pahlawan

    Foto: Berkas Asli Keppres 316 Tahun 1959.
     
    Untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam Pertempuran Surabaya, pemerintah Indonesia menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.
     
    Hari ini diperingati untuk mengenang semangat perjuangan rakyat Indonesia dan menghormati pengorbanan mereka demi kemerdekaan.
     

    Foto: Ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) 10 November di Surabaya tahun 2023. (Didik Suhartono/Antara)
     
    Peringatan Hari Pahlawan biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, seperti upacara bendera, ziarah ke Taman Makam Pahlawan, hingga berbagai acara untuk mengenang perjuangan para pahlawan.
     
    Tugu Pahlawan di Surabaya juga menjadi simbol penting untuk mengingat semangat juang arek-arek Surabaya yang dengan gagah berani melawan penjajah.
     
    Makna Hari Pahlawan bagi Generasi Kini
    Hari Pahlawan bukan hanya tentang mengenang peristiwa sejarah, tetapi juga menginspirasi generasi sekarang untuk meneruskan semangat juang para pahlawan.
     
    Semangat perjuangan, keberanian, dan cinta tanah air yang ditunjukkan oleh pejuang Surabaya harus tetap hidup dalam setiap generasi bangsa Indonesia. Dengan begitu, kita bisa terus menjaga kemerdekaan dan membuat Indonesia lebih baik.
     
    Semoga semangat para pahlawan Surabaya terus mengalir dalam diri kita, menjadi bagian dari identitas bangsa, dan menginspirasi kita untuk berjuang demi Indonesia yang lebih maju dan berdaulat.
     
    Baca Juga:
    Mengenal 7 Tokoh Penting Pertempuran Surabaya 10 November 1945
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WAN)

  • Iffa Rosita Dilantik Jadi Komisioner KPU Gantikan Hasyim Asy’ari

    Iffa Rosita Dilantik Jadi Komisioner KPU Gantikan Hasyim Asy’ari

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Prabowo Subianto melantik Iffa Rosita sebagai komisioner Komisi Pemilihan Umum Indonesia (KPU) menggantikan Hasyim Asy’ari.

    Acara pelantikan Iffa berlangsung di Istana Negara Jakarta pada Selasa (5/11/2024). Acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan pembacaan keputusan presiden.

    Dilansir dari Antara, Iffa Rosita berada pada urutan kesembilan saat Komisi II melakukan proses seleksi tujuh komisioner KPU periode 2022-2027. Iffa lahir di Samarinda pada 30 April 1979 dan merupakan anggota KPU Kalimantan Timur (Kaltim) periode 2019-2024.

    Iffa menyampaikan, dirinya akan berdiskusi dengan komisioner KPU lainnya untuk mempersiapkan program-program ke depan. Menurutnya, yang terpenting pada saat ini yaitu fokus pada tahapan Pilkada 2024.

    Selain itu, Iffa juga menegaskan pentingnya penguatan kolektif kolegial dengan komposisi anggota yang lengkap, serta melakukan mitigasi permasalahan hukum dalam Pilkada 2024.