Tag: Hassan Nasrallah

  • Hizbullah Umumkan Lokasi Pemakaman Nasrallah: Tewas 27 September, Kenapa Prosesi Baru Sekarang? – Halaman all

    Hizbullah Umumkan Lokasi Pemakaman Nasrallah: Tewas 27 September, Kenapa Prosesi Baru Sekarang? – Halaman all

    Hizbullah Umumkan Lokasi Pemakaman Nasrallah: Tewas 27 September, Kenapa Prosesi Baru Sekarang?
     

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Lebanon, Hizbullah dilaporkan sudah mengumumkan tempat di mana jenazah Hassan Nasrallah, mantan sekretaris jenderal gerakan ini, akan dimakamkan.

    Berdasarkan keputusan pejabat Hizbullah, jenazah Hassan Nasrallah akan dimakamkan di tempat di jalan lama menuju Bandara Internasional Rafic Hariri di Lebanon, menurut narasumber ke surat kabar Al-Sharq al-Awsat, dilansir MNA, Selasa (24/12/2024).

    “Sumber itu juga melaporkan bahwa tempat ini seharusnya diubah menjadi kuil,” tulis MNA.

    Disebutkan, persiapan sedang dilakukan untuk upacara pemakaman bersama untuk Nasrallah dan Hashem Safiuddin, kepala dewan eksekutif Hizbullah.

    Anggota Organisasi Mahasiswa Imamia, sayap mahasiswa Muslim Syiah, ikut serta dalam protes untuk mengutuk pembunuhan Hassan Nasrallah, mendiang pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, di Karachi pada 29 September 2024. – Ribuan orang berunjuk rasa di kota-kota Pakistan pada 29 September setelah kelompok Hizbullah yang didukung Iran mengonfirmasi bahwa pemimpin lamanya telah tewas oleh serangan udara Israel di Lebanon. (Photo by Asif HASSAN / AFP) (AFP/ASIF HASSAN)

    Kenapa Prosesi Baru Dilaksanakan 3 Bulan Setelah Kematiannya?

    Seperti diketahui, Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tewas dalam serangan dahsyat di Dahieh, pinggiran selatan Beirut pada 27 September 2024.

    Artinya, ada rentang sekitar 3 bulan bagi Hizbullah untuk mengumumkan prosesi penguburan Nasrallah.

    Kenapa begitu lama?

    Sebuah artikel di lorientlejour, sempat mengulas alasan di balik tertundanya penguburan Hassan Nasrallah.

    Saat dibunuh Israel pada 27 September lalu, kematian Nasrallah baru diumumkan keesokan harinya oleh Hizbullah.

    “Sumber-sumber yang dekat dengan partai tersebut kemudian mengklaim kalau jasadnya, yang masih utuh, saat ditarik keluar dari jurang dalam yang ‘digali’ oleh puluhan bom yang dilemparkan Israel ke “markas besar” gerakan pro-Iran tersebut,” tulis laporan lorientlejour. 

    Sejak saat itu, informasi telah beredar tentang pemakaman Nasrallah, namun baru terjawab setelah pernyataan terbaru Hizbullah tersebut mengenai lokasi pemakaman meski belum juga ditentukan kapan.

    Hassan Nasrallah (via Atlantic Council)

    Alasan Keamanan

    Sebuah laporan dari AFP, mengutip sumber yang dekat dengan partai tersebut, mengindikasikan kalau mediang pemimpin Hizbullah dimakamkan “sementara” di lokasi rahasia.

    Hal itu lantaran Hizbullah khawatir kalau prosesi pemakaman Nasrallah akan menjadi sasaran serangan Israel pada periode itu sebelum gencatan senjata terjadi. 

    “Hassan Nasrallah dimakamkan di lokasi sementara, sambil menunggu keadaan yang memungkinkan pemakaman umum,” kata sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan.

    Sumber yang sama menyebutkan bahwa pemakaman umum di pinggiran selatan Beirut tidak mungkin diselenggarakan saat itu “karena ancaman Israel untuk menargetkan peserta pemakaman dan lokasi pemakaman.”

    “Oleh karena itu, kekhawatiran keamananlah yang muncul di sini, tulis ulasan tersebut.

    Menurut seorang pejabat Lebanon yang dikutip AFP dan yang juga meminta identitasnya dirahasiakan, Hizbullah mencoba, melalui para pemimpin Lebanon, untuk memperoleh “jaminan” dari Amerika Serikat untuk menyelenggarakan pemakaman umum bagi Nasrallah. 

    Namun karena serangan Israel yang terus-menerus terhadap Lebanon, Hizbullah tidak dapat memperoleh jaminan tersebut saat itu.

    Sejak dimulainya bentrokan antara Hizbullah dan tentara Israel pada 8 Oktober 2023, partai Syiah tersebut lazimnya menyelenggarakan upacara pemakaman dengan sangat ramai.

    “Hizbullah kadang mengumpulkan ribuan orang, bahkan ketika upacara tersebut diadakan di tempat-tempat yang menjadi sasaran serangan Israel, untuk mengenang para pejuangnya yang terbunuh “dalam perjalanan ke Yerusalem” dan para pemimpinnya yang terbunuh,” tulis laporan L’Orient-Le Jour. 

    Lingkungan sekitar pemakaman terkadang menjadi sasaran serangan Israel dalam beberapa bulan terakhir.

    Merujuk pada situasi gencatan senjata saat ini, sepertinya Hizbullah menilai situasi sudah cukup terkendali bila prosesi penguburan Nasrallah dihadiri oleh ribuan orang karena Israel berada dalam ‘pengawasan’ gencatan senjata. 

    Pemakaman ‘Sementara’ 

    Kebiasaan Islam biasanya mengharuskan jenazah dikuburkan secara cepat.

    “Namun, ritual Muslim, baik Syiah maupun Sunni, memperbolehkan penguburan di lokasi sementara dalam keadaan luar biasa, menurut penjelasan seorang syekh di MTV: “Tidak ada yang salah dengan menunda penguburan orang yang meninggal dan misalnya menempatkannya di dalam peti jenazah untuk sementara,” katanya kepada saluran tersebut seperti dikutip L’Orient-Le Jour. 

    “Itu bisa memakan waktu berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun.”

    Hal ini dikonfirmasi kepada L’Orient-Le Jour oleh Sheikh Mohammad Nokari, seorang hakim di pengadilan Beirut.

    “Kita tidak harus terburu-buru dalam pemakaman. Jika keadaan tidak memungkinkan, bisa ditunda beberapa hari dengan satu syarat: jenazah tidak rusak,” jelasnya.

    “Jadi, jenazahnya bisa dikubur sementara sambil menunggu dipindahkan ke tempat lain. Makam kayu atau logam diperlukan. Ini sudah dilakukan beberapa kali dalam sejarah, seperti di Riad el-Solh,” imbuh Sheikh Nokari, merujuk pada mantan Perdana Menteri Lebanon yang dibunuh pada tahun 1951.

     

    (oln/MNA/LLJ/*)

     

  • Khamenei Bantah Kendalikan Proksi: Iran Tak Butuh Perwakilan di Kawasan – Halaman all

    Khamenei Bantah Kendalikan Proksi: Iran Tak Butuh Perwakilan di Kawasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa negaranya tidak membutuhkan kelompok proksi untuk bertindak militer di kawasan Timur Tengah.

    Dikutip dari The Times of Israel dan Iran International, dalam pidatonya di Teheran pada Minggu (22/12/2024), Khamenei membantah klaim bahwa Iran memerintahkan kelompok-kelompok bersenjata seperti Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, atau Houthi di Yaman.

    “Mereka (kelompok tersebut) berperang berdasarkan keyakinan mereka, bukan atas perintah kami,” tegas Khamenei.

    “Jika kami memutuskan untuk bertindak, kami tidak membutuhkan proksi,” ujar Khamenei saat berbicara kepada sekelompok audiens di Hussainiya Imam Khomeini.

    Ia juga menolak narasi bahwa Iran kehilangan pengaruhnya di kawasan dan kehilangan kendali atas kelompok-kelompok yang didukungnya di kawasan.

    Pernyataan Khamenei datang di tengah situasi yang semakin menekan Iran baik secara internal maupun eksternal.

    Melalui pidatonya, Khamenei berusaha membangun narasi bahwa Iran tetap kuat dan tidak bergantung pada proksi untuk melindungi kepentingannya.

    Namun, kondisi di lapangan menunjukkan tantangan besar bagi Iran dalam mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah.

    Di dalam negeri, pemerintah menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan tudingan bahwa Amerika Serikat (AS) sedang memicu kerusuhan untuk melemahkan stabilitas politik.

    Khamenei menegaskan bahwa rakyat Iran tidak akan tunduk pada “tentara bayaran Amerika” dan akan mempertahankan kedaulatan mereka.

    Kehilangan sekutu strategis, kerugian besar di kalangan kelompok proksi, dan tekanan dari Israel serta negara-negara Barat juga semakin memperumit upaya Iran untuk menjaga stabilitas dan kekuatannya di kawasan.

    Pernyataan Khamenei ini tidak hanya mencerminkan sikap defensif Iran, tetapi juga mengindikasikan bahwa negara tersebut mungkin menghadapi strategi baru untuk menyesuaikan diri dengan realitas geopolitik yang terus berubah.

    Kerugian di Kalangan Proksi Iran

    Di sisi lain, serangan udara Israel yang dilancarkan pada Oktober 2023 menghancurkan pertahanan udara Iran dan beberapa instalasi militernya.

    Serangan itu tidak hanya merusak fasilitas strategis tetapi juga menunjukkan kelemahan sistem pertahanan Iran, yang tidak mampu memberikan respons yang signifikan terhadap serangan tersebut.

    Kerugian besar juga dialami oleh kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Iran.

    Di Lebanon, Hizbullah kehilangan sekitar 3.000-4.000 anggotanya sejak konflik dengan Israel dimulai pada Oktober 2023.

    Serangan Israel di Beirut bahkan menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan sejumlah komandan senior lainnya.

    Di Gaza, Hamas menghadapi tantangan besar setelah lebih dari setahun pemboman Israel.

    Dilaporkan bahwa 17.000 anggota Hamas telah tewas sejak konflik dimulai, dan infrastruktur kelompok itu mengalami kerusakan parah.

    Sementara itu, Houthi di Yaman juga menjadi sasaran serangan Amerika Serikat dan Inggris atas aktivitas mereka di Laut Merah.

    Houthi secara terbuka menyatakan dukungan kepada Hamas sebagai solidaritas terhadap Gaza.

    Situasi di Suriah: Jatuhnya Bashar al-Assad

    Kondisi di Suriah menambah beban bagi Iran.

    lihat foto
    Bashar al-Assad

    Jatuhnya Presiden Bashar al-Assad, sekutu strategis Iran di kawasan, menjadi pukulan telak bagi poros perlawanan anti-Israel yang dipimpin Teheran.

    Assad selama ini berperan sebagai penghubung utama untuk menyuplai senjata ke Hizbullah di Lebanon.

    Khamenei menyebut situasi ini sebagai “kemunculan kekuatan baru” di Suriah dan mendorong pemuda negara itu untuk melawan ketidakamanan yang dirancang oleh musuh-musuh mereka.

    Namun, kehilangan sekutu seperti Assad membuat Iran semakin terisolasi dalam mempertahankan pengaruhnya di kawasan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Gembong IDF Pergi ke Negeri Jiran, Israel Takut Yordania Jadi Perpanjangan Tangan Iran – Halaman all

    Gembong IDF Pergi ke Negeri Jiran, Israel Takut Yordania Jadi Perpanjangan Tangan Iran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah rezim Bashar al-Assad di Suriah tumbang, Israel dikabarkan khawatir bahwa Yordania akan menjadi perpanjangan tangan Iran.

    Para pejabat Israel dan Yordania dilaporkan bertemu hari Jumat, (20/12/2024), guna menggelar pembicaraan rahasia untuk membahas pengaruh Iran.

    Dari pihak Israel ada Direktur Shin Beth Israel Ronen Bar, Kepala Cabang Intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Mayjen Shlomi Binder, dan para perwira senior.

    Mereka bertemu dengan Direktur Dinas Intelijen Umum Yordania Ahmad Husni dan para panglima militer senior Yordania.

    Salah satu topik yang dibahas kedua belah pihak ialah situasi di Suriah. Selain itu, mereka juga mendiskusikan kontak Yordania dan Israel dengan rezim yang kini berkuasa di Suriah.

    Dalam pembicaraan itu mereka menyebut upaya Iran untuk menyelundupkan senjata melalui Yordania makin kuat.

    Perbatasan Yordania-Israel. (RNTV)

    Media All Israel News menyebutkan para pemimpin di Timur Tengah kini khawatir bahwa revolusi di Suriah baru-baru ini bisa memicu revolusi lainnya di kawasan itu, mirip dengan fenomena Musim Semi Arab atau Arab Spring tahun 2011 silam.

    Eyal Pinko, mantan panglima Angkatan Laut Israel, mengklaim Iran ingin mengganti kerugiannya di Suriah.

    Iran juga disebut ingin memasang milisi proksi yang nantinya bisa mengambil alih pemerintahan Yordania.

    “Iran kehilangan banyak cengkeramannya di Suriah dan Lebanon,” ujar Pinko.

    “Sejak tahun 1979 Iran punya ambisi strategis untuk menjadi penguasa Timur Tengah. Mereka harus membangktkan kekuatan melalui proksi.”

    Menurut dia, Iran kini mengintai dua negara yang sedang goyah, yakni Irak dan Yordania. Iran mendukung 134 milisi berbeda di Irak, sedangkan Yordania dianggap menjadi jalan untuk mengepung Israel.

    “Campur tangan Iran dan inspirasi dari Suriah bisa membuat warga Palestina bangkit melawan para penguasa di Yordania,” katanya.

    Dia mengatakan Iran sudah membuktikan bisa bekerja sama dengan kelompok Israel Sunni. Dalam beberapa bulan belakangan muncul tanda-tanda bahwa Iran berhasil memperbaiki citranya di Yordania.

    Sementara itu, Ahmad Sharawi, analis di Yayasan Kebebasan Demokrasi (FDD) menyebut sentimen negatif terhadap Iran mulai berubah.

    “Dengan menggambarkan tindakan militer mereka sebagai bagian dari aksi lebih besar untuk melawan Israel dan membebaskan rakyat Palestina, Iran dan proksi-proksinya telah membantu membalikkan sentimen negatif, yang dominan, terhadap Teheran dan rekan-rekannya yang kurang dari sedasawarsa lalu,” kata Sharawi.

    Salah satu proksi Iran sekaligus anggota Poros Perlawanan, yakni kelompok Hizbullah di Lebanon, juga bertambah baik citranya di Yordania.

    “Ketika Hizbullah pada tanggal 8 Oktober terjun ke dalam konflik itu demi solidaritas dengan Hamas, popularitasnya di Yordania mulai meningkat, terutama di antara para keturunan Palestina,” ujar Sharawi.

    Dia mengklaim kematian Hassan Nasrallah (pemimpin Hizbullah) juga memicu pertambahan dukungan.

    Kepercayaan proksi-proksi Iran perihal Yordania juga bertambah. Hal itu ditunjukkan oleh Kataib Hizbullah yang pada bulan April lalu mengaku bisa mempersenjatai 12.000 pejuang Yordania untuk melawan Israel demi membela rakyat Palestina.

    Penyelidikan yang dilakukan oleh Israel dan Yordania beberapa beberapa bulan terakhir mengungkap banyaknya jaringan penyeludupan oleh Iran. Negara Syiah itu menggunakan Yordania sebagai koridor untuk mengirimkan senjata dari Suriah  dan Irak ke tanah Palestina.

    Adapun tentara Israel tahun lalu sudah mengumumkan akan menguatkan perbatasan Israel-Yordania. Bahkan, Israel dilaporkan membuat brigade baru untuk mengamankan perbatasan.

    (Tribunnews/Febri)

  • Apa Kepentingan AS-Rusia-Iran di Suriah Setelah Assad Tumbang?

    Apa Kepentingan AS-Rusia-Iran di Suriah Setelah Assad Tumbang?

    Jakarta

    Setelah setengah abad diperintah oleh keluarga Assad dengan tangan besi, Suriah menghadapi kenyataan baru akibat serangan kilat pasukan pemberontak.

    Hanya dalam 12 hari, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan faksi-faksi sekutunya mempercepat jatuhnya Presiden Bashar al-Assad.

    Pada akhir pekan lalu, pemimpin HTS Abu Muhammed al-Jolani menyebut jatuhnya Assad sebagai “kemenangan bagi semua warga Suriah”.

    Tetapi al-Jolani bukanlah satu-satunya orang yang akan memainkan peran yang menentukan dalam membentuk tatanan baru di Suriah.

    Di dalam negeri Suriah terdapat berbagai komunitas minoritas, faksi, serta kelompok agama.

    Di luar Suriah juga terdapat sejumlah negara dan kelompok yang kepentingannya akan berimplikasi penting bagi keamanan regional maupun global.

    ‘Pemain strategis yang penting’

    “Suriah penting bagi Timur Tengah, tapi juga penting bagi dunia karena dalam 10 tahun terakhir negara itu telah menjadi zona persaingan di antara berbagai kekuatan geopolitik,” ujar Ali Bilgic, profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, kepada BBC Mundo.

    “Dengan runtuhnya rezim Assad, hubungan penting antara Iran dan Hizbullah di Lebanon selatan serta proyek yang dikenal sebagai ‘Bulan Sabit Syiah’ telah terputus.”

    “Wilayah ini (yang mayoritas penduduknya adalah Syiah) membentang dari Iran, melewati Irak selatan, melalui Suriah kini juga terpecah.”

    Mantan pemimpin Hizbullah, mendiang Hassan Nasrallah (kiri) saat berjumpa Bashar al Assad pada tahun 2000. (Getty Images)

    Salah satu konsekuensi terpenting dari apa yang terjadi akhir pekan ini, menurut Ali Bilgic, adalah Rusia dan Iran telah mencapai batas pengaruh mereka di kawasan itu dan ini akan berdampak penting terhadap politik global.

    Pemerintah di Moskow dan Teheran digambarkan sebagai “pecundang” setelah jatuhnya Assad.

    Namun, bukan hanya Rusia dan Iran yang terdampak. Berikut beberapa aktor yang akan terpengaruh oleh tatanan baru di Suriah.

    Turki

    Turki yang telah melancarkan sejumlah operasi militer di Suriah, kini secara efektif menguasai wilayah di sepanjang perbatasan utara negara itu.

    Turki juga mendukung faksi-faksi yang berperang melawan Assad, seperti Tentara Nasional Suriah dan Tentara Pembebasan Suriah.

    Namun, musuh utama Turki bukanlah Bashar al-Assad, melainkan pasukan Kurdi yang dituduh mendukung kelompok separatis bersenjata di Turki.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Sejumlah analis mengatakan Turki kemungkinan memberikan persetujuan diam-diam atas serangan HTS.

    Pasalnya, Presiden Recep Tayyib Erdogan menyuarakan dukungannya terhadap gerakan kelompok pemberontak.

    “Kita tentu bisa mengatakan bahwa Turki adalah pemenang utama dengan jatuhnya rezim Assad,” kata Ali Bilgic.

    BBC

    “HTS tidak didukung secara langsung oleh Turki. Karena faktanya, Ankara juga menganggap HTS sebagai organisasi teroris seperti halnya AS dan Inggris.”

    “Tapi meskipun kita tidak tahu bagaimana Turki telah membantu HTS dalam serangannya, yang kita tahu adalah Turki telah membantu HTS melepaskan citra Islamisnya dan menjadi organisasi yang lebih politis dan moderat,” jelasnya.

    Baca juga:

    Kepentingan Turki di Suriah sekarang, menurut para ahli, adalah untuk mengawasi dengan saksama siapa yang akan mengambil alih kekuasaan di Suriah sekaligus mencegah perluasan pengaruh kelompok Kurdi.

    “Yang tidak diinginkan Turki di Suriah adalah federasi, atau bahkan konfederasi, semacam wilayah otonomi Kurdi di Suriah,” sambung Ali Bilgic.

    “Apa yang diinginkan Ankara adalah pemerintahan terpusat dan sekarang mereka akan memberikan tekanan untuk mewujudkannya.”

    Getty ImagesPresiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, membantu warga Suriah yang menjadi korban serangan pemerintah Bashar al Assad dengan senjata kimia pada 2017.

    Qatar dan Arab Saudi

    Beberapa hari terakhir ini, muncul laporan bahwa Qatar yang konon telah lama mendukung HTS tampaknya memimpin upaya negara-negara Arab untuk membentuk pemerintahan transisi di Suriah.

    Pada Minggu (08/12), Qatar menekankan “perlunya menjaga lembaga-lembaga nasional dan perusahaan negara untuk mencegah (Suriah) jatuh ke dalam kekacauan.”

    Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, bertemu dengan Bashar al-Assad pada 18 April 2023 di Damaskus, Suriah. (Getty Images)

    Seperti yang dijelaskan Ali Bilgic, Turki dan Qatar telah lama bekerja sama karena memiliki kepentingan politik serupa di Suriah.

    “Kepentingan utama Qatar di Suriah adalah mencegah pembentukan rezim ‘satelit’ sokongan Arab Saudi, yang merupakan pesaing utamanya di kawasan tersebut.”

    “Qatar juga telah memainkan peran utama sebagai mediator dalam perang Israel di Gaza dan hal itu telah membantu meningkatkan profil internasionalnya.”

    “Sehingga mudah dibayangkan Qatar akan menjadi pemain yang berpengaruh dalam membentuk politik di Suriah yang baru.”

    Qatar mendesak penerapan resolusi Dewan Keamanan PBB yang selama bertahun-tahun menyerukan pembentukan pemerintahan baru Suriah yang mencakup rezim Assad dan oposisi.

    Pasukan Kurdi

    Kelompok lain yang tertarik pada pembentukan pemerintahan baru di Suriah adalah Pasukan Demokratik Suriah, yang sebagian besar terdiri dari suku Kurdi dan faksi-faksi sokongan Amerika Serikat dan Uni Eropa.

    Pasukan Kurdi telah menguatkan kendali mereka di beberapa kota di timur laut negara itu dan membentuk daerah otonom di daerah tersebut.

    Namun perjuangan utama mereka adalah melawan Turki.

    Oleh pemerintah Turki, suku Kurdi di Suriah dianggap sebagai “ancaman bagi keamanan nasional” lantaran memiliki keterkaitan dengan gerakan separatis Turki (PKK).

    Getty ImagesKelompok Kurdi telah menguasai wilayah tertentu di Suriah setelah jatuhnya rezim Al Assad.

    Tetapi seperti yang dijelaskan Ali Bilgic, “kelompok-kelompok ini sangat berpengaruh tidak hanya ketika mengalahkan pasukan Assad dalam perang saudara, namun juga saat mengalahkan ISIS”.

    “Saya pikir di wilayah Suriah utara ini ketidakstabilan bisa terjadi di masa mendatang jika Turki memutuskan untuk melancarkan serangan dalam beberapa hari atau pekan mendatang.”

    Untuk saat ini suku Kurdi akan bertekad mempertahankan wilayah mereka dan berharap terlibat dalam pemerintahan Suriah yang baru.

    Amerika Serikat dan Rusia

    Menurut Ali Bilgic, cara para aktor utama bertindak di Suriah akan sangat bergantung pada Amerika Serikat.

    Bagi AS, jatuhnya rezim Assad merupakan tanda positif lantaran AS senantiasa berupaya mengganti pemerintahan Suriah secara langsung atau tidak langsung sejak 2011.

    Presiden AS Joe Biden pada Minggu (08/12) menyebut situasi di Suriah sebagai “masa penuh risiko dan ketidakpastian” bagi kawasan tersebut.

    Namun Biden hanya akan menjabat selama beberapa pekan ke depan.

    Pada Sabtu (07/12), Presiden AS terpilih Donald Trump menyebut rangkaian peristiwa di Suriah: “Ini bukan perjuangan kita.”

    Getty ImagesBashar al Assad dan Vladimir Putin di Kremlin pada 2021.

    Seperti yang dijelaskan oleh Ali Bilgic, Profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, “jika Amerika Serikat benar-benar memutuskan untuk tidak terlibat di Suriah, kekosongan kekuasaan akan diisi oleh aktor lain dan salah satu aktor tersebut bisa jadi adalah Rusia”.

    “Jika itu terjadi, Rusia tentu akan berjuang untuk mempertahankan pangkalannya di Suriah, khususnya pangkalan angkatan lautnya yang merupakan pusat operasinya untuk kawasan Afrika sub-Sahara.”

    Saat ini tidak jelas peran apa yang akan dimainkan Amerika Serikat dalam tatanan baru Suriah.

    Tetapi, kata Bilgic, “sulit membayangkan presiden Amerika mana pun berkata, ‘Kami tidak tertarik pada Suriah’.”

    “Ada banyak hal yang dipertaruhkan bagi Amerika Serikat dan saya tidak bisa membayangkan Donald Trump bakal membiarkan kekuatan lain mengisi kekosongan di Suriah begitu saja.”

    Washington menempatkan sekitar 900 tentara di daerah pengeboran minyak mentah di bagian timur laut Suriah yang dikuasai suku Kurdi. AS juga memiliki sebuah pangkalan militer di sebelah tenggara.

    Getty ImagesDalam beberapa hari, pemberontak Suriah menguasai negara tersebut.

    Peran AS dalam perang saudara Suriah telah berkali-kali berubah.

    Namun, bahkan Donald Trump pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden memahami bahwa meninggalkan Suriah sepenuhnya bukanlah “alternatif yang layak” untuk melindungi kepentingan negara, jelas Bilgic.

    “Jadi membiarkan Suriah begitu saja sangat tidak mungkin, karena kelompok Kurdi membutuhkan dukungan pasukan AS. Kelompok tersebut mengendalikan dan memelihara beberapa kamp penahanan mantan anggota ISIS dan keluarga mereka.”

    “Hal lain karena sumber daya alam Suriah, terutama minyak dan gas, sekarang berada di bawah kendali Kurdi. Di sanalah tentara AS ditempatkan,” tambahnya.

    Baca juga:

    Dengan demikian, saat transisi kekuasaan berlangsung dan masa depan politik Suriah dibahas, salah satu pertanyaan utama adalah: siapa yang akan mengendalikan sumber daya alam negara itu?

    “Tidak ada pembicaraan tentang itu sekarang, tapi saya pikir siapa pun pemegang kekuasaan di Damaskus tidak akan membiarkan Kurdi memiliki kendali penuh atas minyak dan gas alam di Suriah bagian utara.”

    “Dan jika itu masalahnya, pasukan AS akan berada di wilayah itu untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi saya tidak berpikir Washington akan menarik diri dari Suriah. Saya ragu Donald Trump memiliki visi yang sempit.”

    Getty ImagesJatuhnya Assad merupakan pukulan telak bagi Iran.

    Iran dan Hizbullah

    Iran, yang merupakan pendukung utama rezim Assad, mengatakan pihaknya berharap untuk menjalin hubungan “persahabatan” yang berkelanjutan dengan Suriah.

    Teheran sebelumnya memberikan dukungan militer secara signifikan kepada pasukan Assad serta melatih salah satu pasukan paramiliter yang memerangi kelompok oposisi bersenjata saat perang sauadara di Suriah.

    Akan tetapi, koresponden BBC Timur Tengah, Hugo Bachega, bilang pengaruh Iran kini sedang tertekan.

    “Suriah di bawah Assad menjadi bagian dalam hubungan antara Iran dan milisi Lebanon, Hizbullah. Suriah adalah kunci bagi transfer senjata dan amunisi kepada kelompok Lebanon tersebut.”

    Baca juga:

    “Hizbullah sendiri telah melemah di Lebanon setelah perang dengan Israel. Dalam fase paling parah dalam perang saudara di Suriah, Iran mengirim penasihat ke negara tersebut dan Hizbullah mengerahkan para anggotanya untuk membantu Assad menghancurkan oposisi,” jelas Bachega.

    “Iran juga telah melihat bagaimana kelompok Houthi di Yaman menjadi sasaran serangan udara. Semua faksi ini, ditambah milisi di Irak dan Hamas di Gaza, membentuk apa yang disebut Teheran sebagai Poros Perlawanan, yang kini sedang terpukul.”

    Sejumlah analis melihat jatuhnya pemerintahan Assad sebagai pukulan telak bagi Hizbullah.

    “Suriah yang selama ini menjadi tulang punggung dan jalur pasokan utama Hizbullah, telah terputus,” kata jurnalis BBC Arab, Carine Torbey.

    Sementara Hugo Bachega menyebut “realitas baru ini akan dirayakan di Israel.”

    Getty ImagesPekan ini, Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa negaranya “akan mengirimkan bantuan perdamaian” kepada warga Suriah yang ingin hidup damai dengan Israel.

    Israel

    Setelah lebih dari setahun berperang di Gaza dan Lebanon, tentara Israel kewalahan. Namun, hal itu tidak mencegah Israel untuk mengebom target militer di Suriah.

    Kini, perkembangan peristiwa di negara tetangganya di sebelah utara itu menimbulkan kekhawatiran yang nyata.

    Warga Israel khawatir tentang siapa yang mungkin mendapatkan persenjataan kimia milik Bashar al-Assad.

    Sejak Assad jatuh pekan lalu, pesawat tempur Israel telah melancarkan puluhan serangan di seluruh Suriah ke arah militer.

    Menurut media lokal, di antara lokasi yang diserang itu adalah pusat penelitian yang diduga terkait dengan produksi senjata kimia.

    Baca juga:

    Pada Minggu (08/12), pemerintah Israel mengumumkan tentaranya telah mengambil alih sementara zona demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan.

    Israel juga mengeklaim perjanjian penarikan yang ditandatangani dengan Suriah pada tahun 1974 telah “runtuh” karena pasukan Suriah telah meninggalkan pos mereka.

    Untuk diketahui, Israel merebut Dataran Tinggi Golan pada masa-masa terakhir Perang Enam Hari 1967. Israel lantas mencaplok wilayah tersebut pada Desember 1981. Waktu itu, Menachem Begin menjabat sebagai perdana menteri.

    Diperkirakan ada 30 pemukiman Yahudi di daerah tersebut, yang dihuni sekitar 20.000 orang.

    Mereka tinggal bersama 20.000 warga Suriah lainnya. Sebagian besar dari mereka adalah warga Arab Druze, yang tak melarikan diri ketika Dataran Tinggi Golan dianeksasi.

    Pemukiman tersebut tergolong ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya. Suriah selalu berkeras bahwa mereka tidak akan menerima perjanjian damai dengan Israel kecuali jika mereka menarik diri dari seluruh Dataran Tinggi Golan.

    Selama pemberontakan Suriah tahun 2011, Israel memperhitungkan bahwa Assad lebih baik ketimbang jika rezimnya tumbang.

    Pada Minggu (08/12), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya akan “mengirimkan bantuan perdamaian” kepada warga Suriah yang ingin hidup damai dengan Israel.

    (ita/ita)

  • 6 Update Situasi Suriah, Penyebab Keruntuhan Rezim Assad-Nasib Iran

    6 Update Situasi Suriah, Penyebab Keruntuhan Rezim Assad-Nasib Iran

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang sudah berlangsung sejak tahun 2000, berhasil digulingkan dan tumbang. Situasi ini pun mengakhiri Perang Saudara yang berlangsung selama 13 tahun di Negeri Syam tersebut.

    Perang ini berakhir setelah adanya sejumlah pihak yang terlibat untuk menjatuhkan Assad dan kekuasaan Partai Baath yang dinaunginya. Salah satunya adalah pasukan pemberontak Suriah, yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Berikut update terkait situasi di Suriah saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Selasa (10/12/2024):

    Alasan Jatuhnya Rezim Assad di Suriah

    Keruntuhan rezim Assad disebut-sebut terjadi akibat perang kelompok Hizbullah dengan Israel. Ini merupakan salah satu efek domino yang terjadi sejak serangan Hamas ke Israel dan sebaliknya pada 7 Oktober 2023 lalu.

    Dilansir The Guardian pada Senin (9/12/2024), Hizbullah, gerakan Syiah Lebanon yang telah lama didukung oleh Iran dalam perjuangan bersama mereka melawan Israel, disebut salah perhitungan dalam membantu Hamas dalam perang di Gaza dengan membuka front di garis biru yang ditetapkan PBB yang memisahkan Lebanon dari tetangga mereka, Israel.

    Setelah hampir setahun serangan lintas batas yang saling berbalas yang menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi dari rumah mereka, Israel meningkatkan kampanyenya pada September. Israel berhasil menghancurkan sebagian besar struktur komando Hizbullah melalui serangan udara, termasuk sekretaris jenderalnya yang telah lama menjabat, Hassan Nasrallah, dan mengusir para pejuang kelompok itu dari zona demarkasi melalui serangan darat.

    Dua bulan kemudian, Teheran memberi tahu Hizbullah, mereka tidak mampu menanggung lebih banyak kerugian. Kelompok itu pun tertatih-tatih ke meja perundingan, menyetujui gencatan senjata dengan persyaratan yang menguntungkan Israel.

    Di sisi lain, kelompok Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memulai serangannya ke kota Aleppo pada hari yang sama ketika Israel dan Hizbullah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran di Lebanon.

    HTS Islamis, bersama dengan payung milisi yang didukung Turki yang dikenal sebagai Tentara Nasional Suriah, merasakan adanya peluang, mempertaruhkan bahwa sekutu Assad telah melemah dan tidak terorganisir.

    Mereka bergerak ke Aleppo, yang kabarnya untuk menghalangi serangan rezim yang direncanakan terhadap benteng mereka di Suriah barat laut, dan mendapati bahwa tentara Damaskus yang korup dan terdemoralisasi tidak siap dan hanya memberikan sedikit perlawanan.

    Nasib Iran Pasca Tumbangnya Rezim Assad

    Kemunduran Assad rupanya memberikan tekanan yang berat bagi Iran, yang merupakan penyokong utamanya.

    Ahli Keamanan di King’s College London (KCL), Andreas Krieg mengatakan, kondisi ini kemudian harus memaksa Iran dan proksinya, yang dikenal sebagai ‘Poros Perlawanan’, untuk berkonsentrasi pada wilayah asal mereka dan bukan terlibat di peperangan di luar negara mereka

    “Dengan demikian, poros itu akan kehilangan cita rasa transnasionalnya dan kedalaman strategis regionalnya,” ujarnya kepada AFP, dikutip Selasa (10/12/2024).

    Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 merupakan awal mula dari pelemahan poros sokongan Iran. Kekuatan militer Hizbullah telah dirusak dan pemimpinnya, Hassan Nasrallah, telah dibunuh oleh Israel. Israel, di sisi lain, telah menyerang jalur pasokan militer dan keuangan Hizbullah dari Iran melalui Suriah.

    Pendukung Iran yang tersisa berada di Yaman dan Irak. Meski sempat berulang kali mengganggu AS dan sekutunya di kawasan itu, namun menjadi pengganggu tampaknya tidak dapat melakukan perubahan besar.

    “Mereka kemungkinan akan kehilangan (pengaruh) itu,” tambah Krieg.

    Ribuan Warga Iran Pulang dari Suriah

    Fatemeh Mohajerani, juru bicara pemerintah Iran, mengatakan 4.000 warga negara Iran telah kembali ke negara itu dari Suriah sejak Assad digulingkan.

    “Mereka berangkat dengan 10 penerbangan yang diselenggarakan oleh maskapai penerbangan Iran Mahan,” kata Mohajerani di Teheran.

    Foto: Pemberontak menyatakan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berakhir. Warga Suriah yang sebelumnya kabur ke Lebanon untuk menghindari kekerasan rezim Assad pun mengantre di perbatasan untuk pulang kampung. (REUTERS/Mohammed Yassin)
    Pemberontak menyatakan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berakhir. Warga Suriah yang sebelumnya kabur ke Lebanon untuk menghindari kekerasan rezim Assad pun mengantre di perbatasan untuk pulang kampung. (REUTERS/Mohammed Yassin)

    PBB Buka Suara Soal Periode Kritis Suriah

    Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, meminta setiap transisi politik di Suriah harus mencakup akuntabilitas di balik kejahatan yang dilakukan di bawah pemerintahannya.

    “Setiap transisi politik harus memastikan akuntabilitas bagi para pelaku pelanggaran serius dan menjamin bahwa mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban,” kata Turk kepada wartawan di Jenewa, seperti dikutip AFP, Senin.

    Ketika ditanya apakah Assad termasuk di antara mereka yang harus dimintai pertanggungjawaban, Turk mengatakan “mantan presiden Suriah dan siapa pun yang berada di posisi kepemimpinan senior, memang ada alasan serius untuk percaya mereka mungkin telah melakukan kejahatan kekejaman”.

    “Sangat penting bahwa semua bukti dikumpulkan dan disimpan dengan cermat untuk digunakan di masa mendatang,” tambahnya.

    Komentarnya muncul setelah Assad melarikan diri dari Suriah ketika pemberontak yang dipimpin Islam menyerbu Damaskus, memicu perayaan di seluruh negeri dan sekitarnya atas berakhirnya pemerintahannya yang menindas.

    Turk menggambarkan “pelanggaran hak asasi manusia yang paling serius… termasuk penyiksaan dan penggunaan senjata kimia”.

    Perubahan mendadak dan dramatis di Suriah membawa “harapan bahwa ini akan menjadi kesempatan bagi negara untuk membangun masa depan yang didasarkan pada hak asasi manusia, kebebasan, dan keadilan”, kata Turk.

    Ia menambahkan, “reformasi aparat keamanan akan menjadi kunci. Transisi ini juga harus memastikan bahwa tragedi orang hilang ditangani.”

    Qatar Kutuk Pendudukan Israel di Suriah

    Dalam konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari mengatakan tidak dapat diterima bagi Israel untuk mengeksploitasi situasi saat ini di Suriah dan melanggar kedaulatannya.

    Ia menambahkan Qatar telah mengutuk keras serangan Israel di perbatasan dengan Suriah, menekankan: “Ini akan membawa kawasan itu ke dalam lebih banyak masalah.”

    Juru bicara itu juga mengatakan negara Teluk itu “mendesak” meminta masyarakat global untuk bertindak agar hukum internasional dipatuhi.

    “Kami memiliki konvensi internasional, kami memiliki kedaulatan dan persatuan wilayah Suriah,” katanya. “Tidak seorang pun diizinkan, dalam keadaan apa pun, termasuk pendudukan Israel, untuk merebut peluang untuk menduduki … wilayah Suriah.”

    Ia menyimpulkan bahwa ini adalah “pelanggaran yang dilakukan oleh Israel terhadap wilayah Suriah”.

    Foto: Serangkaian ledakan keras terdengar di Damaskus, Suriah pada Selasa, (10/12/2024), di tengah laporan bahwa Israel secara sistematis menggempur instalasi militer Suriah setelah penggulingan rezim Bashar al-Assad. (Photo by LOUAI BESHARA / AFP)
    Serangkaian ledakan keras terdengar di Damaskus, Suriah pada Selasa, (10/12/2024), di tengah laporan bahwa Israel secara sistematis menggempur instalasi militer Suriah setelah penggulingan rezim Bashar al-Assad. (Photo by LOUAI BESHARA / AFP)

    Israel Lancarkan Ratusan Serangan Udara di Suriah

    Pesawat tempur Israel telah menargetkan pabrik-pabrik di Aleppo milik angkatan udara Suriah, serta gudang senjata dan amunisi di pinggiran Damaskus dan sejumlah tempat lain di seluruh Suriah. Hal ini disampaikan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).

    Pemantau perang mengatakan “serangan tersebut mengakibatkan penghentian total pertahanan udara dan melumpuhkan semua posisi yang menjadi target”.

    Daftar lengkap aset militer yang menjadi target di berbagai provinsi, termasuk Deir Az Zor, Hama, Homs. Al-Hasakah, Latakia, Damaskus, Rif Dimashq, Deraa, al-Quneitra, dan Aleppo.

    (dce)

  • Rezim 24 Tahun Tumbang, Presiden Menghilang

    Rezim 24 Tahun Tumbang, Presiden Menghilang

    Trump Sebut Ada Faktor Rusia di Balik Tumbangnya Rezim Assad

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad meninggalkan Suriah usai tak lagi mendapat dukungan dari Rusia. Trump menyebut Assad selama ini bertahan karena didukung Presiden Rusia Vladimir Putin.

    “Assad is gone (Assad telah pergi),” tulis Trump di akun Truth Social seperti dilansir Al Jazeera, Minggu (8/12/2024).

    Dia mengatakan Rusia tak lagi tertarik melindungi Assad. Hal itu dianggapnya membuat pemberontak berhasil masuk ke ibu kota Suriah, Damaskus, dan mendeklarasikan berakhirnya rezim Assad yang telah berlangsung 24 tahun.

    “Pelindungnya, Rusia, Rusia, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak tertarik lagi untuk melindunginya,” tulis Trump.

    Trump sebelumnya telah menyatakan tidak akan ikut campur dalam urusan Suriah. Dia mengatakan pertempuran yang terjadi di Suriah bukan urusan AS.

    “Tidak pernah ada banyak manfaat di Suriah bagi Rusia, selain membuat Obama terlihat sangat bodoh. Bagaimanapun, Suriah memang kacau, tetapi bukanlah teman kita, dan Amerika Serikat tidak harus terlibat dengan ini. Ini bukan perjuangan kita. iarkan saja terjadi. Jangan terlibat,” ujar Trump lewat akun X-nya pada Sabtu (7/12).

    Kedubes Iran di Suriah Diserang

    Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Damaskus, Suriah, dikabarkan diserang orang-orang bersenjata. Sejumlah ruangan rusak akibat peristiwa itu.

    Rekaman yang beredar menunjukkan ruangan-ruangan yang hancur di dalam kedutaan dan foto-foto yang dirobek dari para pemimpin yang dibunuh. Foto-foto itu termasuk foto Qassem Soleimani dari Iran dan Hassan Nasrallah dari Hizbullah.

    Serangan itu terjadi setelah pemberontak mendeklarasikan jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang merupakan sekutu Iran. Namun, belum ada informasi siapa yang menyerang Kedubes Iran tersebut.

    “Orang-orang tak dikenal telah menyerang kedutaan besar Iran, seperti yang dapat Anda lihat dalam gambar-gambar ini, yang dibagikan oleh berbagai jaringan,” kata seorang penyiar TV pemerintah, yang menunjukkan rekaman yang dikatakan berasal dari dalam kompleks diplomatik.

    Warga Penuhi Perbatasan untuk Kembali Pulang ke Suriah

    Pemberontak menyatakan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berakhir. Warga Suriah yang sebelumnya kabur ke Lebanon untuk menghindari kekerasan rezim Assad pun mengantre di perbatasan untuk pulang kampung.

    Dilansir Al Jazeera dan BBC, Minggu (8/12/2024), 10 hari terakhir telah menjadi sejarah yang terus berkembang dengan cepat di Suriah. Para pemberontak keluar dari benteng mereka di Idlib barat laut dan bergerak maju dengan cepat, merebut Aleppo, Hama, dan Homs.

    Sekarang, mereka berada di dalam Damaskus, pusat kekuasaan Assad selama 24 tahun. Orang-orang terkejut dan tidak percaya dengan kecepatan pemberontak, tetapi juga gembira.

    Foto: Antrean warga Suriah yang hendak pulang kampung usai Assad tumbang (AFP/HASSAN JARRAH)

    Kegembiraan juga terlihat bagi ratusan ribu warga Suriah yang meninggalkan Suriah. Mereka melarikan diri untuk menghindari penganiayaan atau mencari kehidupan yang lebih baik, karena meskipun pemerintah Assad mengklaim kemenangan beberapa tahun lalu, mereka tidak dapat meningkatkan kondisi kehidupan warga Suriah.

    Sekitar 90 persen orang di Suriah hidup di bawah garis kemiskinan dan ada krisis kemanusiaan di negara itu. Orang-orang di sana membutuhkan bantuan internasional.

    Perbatasan Lebanon-Suriah di Masnaa telah dipenuhi orang-orang yang menunggu untuk menyeberang. Orang-orang Suriah yang berada di Lebanon telah lama menunggu momen ini untuk pulang dengan bebas.

    Beberapa pemuda telah berkumpul di persimpangan dan meneriakkan lagu-lagu revolusioner dan kebebasan sambil memegang bendera hijau milik oposisi. Warga Suriah yang hendak pulang dikabarkan tidak perlu melewati bea cukai hingga tidak ada stempel di paspor.

    Sementara, Yordania telah membuka kembali perbatasannya dengan Suriah yang sempat ditutup 2 hari terakhir. Pembukaan kembali perbatasan ini dilakukan agar warga Suriah bisa pulang.

    Otoritas Yordania telah mengizinkan warga negara Suriah dan mobil kembali ke negara asal mereka karena mereka tahu bahwa rezim Assad telah jatuh. Kedutaan Besar Suriah di Qatar juga merilis pernyataan yang mengatakan ‘fajar kebebasan telah muncul dan Suriah telah terbebas dari cengkeraman tirani’.

    “Rakyat kami menanggung ketidakadilan yang tak terlukiskan selama beberapa dekade, menolak untuk tunduk kepada para pelaku kejahatan paling parah yang merusak martabat manusia dan sumber daya bangsa,” demikian isi pernyataan itu seraya menambahkan rakyat sekarang akan membangun kembali negara itu sebagai tanah air bagi semua warga Suriah.

    Runtuhnya rezim Assad ini juga menjadi kabar baik bagi warga Suriah di Turki dan Pemerintah Turki. Selama ini, Turki telah menampung sekitar 3,5 juta pengungsi Suriah.

    Turki ingin Suriah yang stabil agar para pengungsi itu bisa pulang dan ekonomi mereka bisa tumbuh. Para pengungsi Suriah di Turki dan negara lain di Eropa kini telah mempertimbangkan untuk pulang usai rezim Assad runtuh.

    Keberadaan Presiden Assad Masih Misterius

    Presiden Suriah Bashar al-Assad telah kabur setelah pemberontak memasuki ibu kota Damaskus. Kini, keberadaannya misterius setelah pesawat terakhir yang terbang dari Bandara Damaskus menghilang dari radar.

    Dilansir Reuters, CNN dan Al Jazeera, Minggu (8/12/2024), pasukan pemberontak awalnya menyatakan Assad telah meninggalkan Suriah. Beberapa saat sebelum pemberontak menguasai bandara, pelacak penerbangan sumber terbuka Flightradar24 mencatat satu pesawat di wilayah udara Suriah.

    Sebuah pesawat Ilyushin76 dengan nomor penerbangan Syrian Air 9218 menjadi penerbangan terakhir yang lepas landas dari Damaskus. Pertama, pesawat itu terbang ke timur, lalu berbelok ke utara.

    Beberapa menit kemudian, sinyalnya menghilang saat berputar di atas Homs. Kini, pencarian aktif terhadap Bashar al-Assad dilakukan.

    Pemberontak melakukan interogasi terhadap perwira militer Suriah dan pejabat intelijen yang mungkin mengetahui pergerakannya. Pasukan pemberontak sendiri telah menyatakan Damaskus ‘bebas’.

    Rumah Mewah Assad di Suriah Dibajak Warga

    Puluhan warga Suriah menjelajahi rumah mewah Presiden Bashar al-Assad di Damaskus usai jatuhnya ibu kota ke tangan pasukan pemberontak. Assad kini menghilang dan meninggalkan Suriah.

    Dilansir AFP, Minggu (8/12/2024), sejumlah perempuan, anak-anak, dan laki-laki terlihat berkeliling rumah dan tamannya yang luas, dengan kamar-kamar yang benar-benar kosong. Terlihat beberapa perabotan dan foto Assad dilempar ke lantai.

    “Saya datang untuk membalas dendam; mereka menindas kami dengan cara yang luar biasa,” kata Abu Omar, 44 tahun, kepada AFP.

    “Saya mengambil gambar karena saya sangat senang berada di tengah-tengah rumahnya,” tambahnya, sambil menunjukkan foto-foto di telepon genggamnya.

    Warga Suriah terbangun dengan suasana negara yang berubah pada hari Minggu, saat pemberontak menyerbu Damaskus setelah 11 hari melancarkan serangan kilat. Mereka menyatakan bahwa mereka telah menggulingkan tirani Assad, yang keberadaannya saat ini tidak diketahui setelah ia dilaporkan meninggalkan negara itu.

    Hunian di lingkungan kelas atas al-Maliki terdiri dari tiga bangunan enam lantai. Seorang koresponden AFP juga melihat aula resepsi yang hangus di istana presiden Damaskus yang berjarak beberapa kilometer.

    Hingga pemerintahan Assad jatuh, kediamannya dan istana presiden tidak boleh dimasuki oleh warga biasa.

    Saat berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, Abu Omar mengatakan bahwa ia merasa sangat gembira.

    “Saya tidak lagi merasa takut. Satu-satunya kekhawatiran saya adalah kita bersatu (sebagai warga Suriah) dan membangun negara ini bersama-sama,” katanya dengan nada penuh emosi.

    (ygs/ygs)

  • Kedubes Iran di Suriah Diserang Orang-orang Bersenjata

    Kedubes Iran di Suriah Diserang Orang-orang Bersenjata

    Damaskus

    Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Damaskus, Suriah, dikabarkan diserang orang-orang bersenjata. Sejumlah ruangan rusak akibat peristiwa itu.

    Dilansir AFP dan Al Jazeera, Minggu (8/12/2024), kantor berita Iran, IRNA, melaporkan banyak ‘elemen bersenjata’ memasuki gedung Kedutaan Besar Iran di Damasku.

    Rekaman yang beredar menunjukkan ruangan-ruangan yang hancur di dalam kedutaan dan foto-foto yang dirobek dari para pemimpin yang dibunuh. Foto-foto itu termasuk foto Qassem Soleimani dari Iran dan Hassan Nasrallah dari Hizbullah.

    Serangan itu terjadi setelah pemberontak mendeklarasikan jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang merupakan sekutu Iran. Namun, belum ada informasi siapa yang menyerang Kedubes Iran tersebut.

    “Orang-orang tak dikenal telah menyerang kedutaan besar Iran, seperti yang dapat Anda lihat dalam gambar-gambar ini, yang dibagikan oleh berbagai jaringan,” kata seorang penyiar TV pemerintah, yang menunjukkan rekaman yang dikatakan berasal dari dalam kompleks diplomatik.

    Assad telah kabur dari Damaskus usai pemberontak memasuki ibu kota pada Minggu pagi waktu setempat. Setelah itu, pemberontak mendeklarasikan era baru di Suriah dan menyatakan pemerintahan Assad telah berakhir.

    Assad sendiri telah memimpin Suriah sejak tahun 2000. Dia menjadi presiden setelah ayahnya, Hafez al-Assad, yang menjadi Presiden Suriah sejak 1971 meninggal pada tahun 2000.

    Pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Al Julani mengatakan semua pasukan oposisi di Damaskus dilarang mengambil alih lembaga publik. Dia mengatakan seluruh lembaga pemerintah tetap berada di bawah pengawasan PM Suriah sampai pengalihan kekuasaan secara resmi. Dia juga melarang ada tembakan perayaan.

    “Tetap berada di bawah pengawasan mantan Perdana Menteri sampai diserahkan secara resmi. Tembakan perayaan juga dilarang,” ujar Al-Julani dalam sebuah pernyataan.

    Namun, pasukan oposisi dan warga tetap merayakan runtuhnya rezim Assad. Sejumlah foto juga menunjukkan tembakan perayaan yang dilepaskan oleh pasukan oposisi.

    Saksikan juga video: Kedubes Iran Gelar Doa-Tahlilan Bersama Kenang Wafatnya Ebrahim Raisi

    (haf/imk)

  • Warga Lebanon Mengenang Mendiang Pemimpin Hizbullah Nasrallah

    Warga Lebanon Mengenang Mendiang Pemimpin Hizbullah Nasrallah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kerumunan orang berkumpul untuk mengenang mendiang Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada Sabtu (30/11).

    Bagikan:

    url telah tercopy

  • 9
                    
                        Mengapa Israel dan Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata Sekarang?
                        Internasional

    9 Mengapa Israel dan Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata Sekarang? Internasional

    Mengapa Israel dan Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata Sekarang?
    Penulis
    AKHIR
    September lalu, di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah sudah nyaris tercapai.
    BBC
    melaporkan, saat itu para diplomat Amerika Serikat (AS) dan Inggris yakin gencatan senjata akan segera terjadi.
    Para pihak yang terlibat dalam perang tampaknya sudah menunjukkan kesediaannya untuk menerima gencatan senjata yang didasarkan pada ketentuan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang disahkan untuk mengakhiri perang Lebanon tahun 2006. Intinya adalah Hizbullah akan mundur dari perbatasan untuk digantikan pasukan penjaga perdamaian PBB dan Angkatan Bersenjata Lebanon. Ketika pasukan PBB dan Lebanon masuk, pasukan Israel secara bertahap akan keluar.
    Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kemudian naik ke podium Sidang Umum PBB dan menyampaikan pidato berapi-api yang menolak gagasan gencatan senjata. Seusai sidang itu, Netanyahu kembali ke hotelnya di New York dan dari sana dia memerintahkan pembunuhan terhadap Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, bersama dengan sebagian besar para komandannya. Fotografer resmi Netanyahu mengabadikan momen saat Netanyahu memberi perintah pembunuhan itu.
    Tentara Israel kemudian menjatuhkan sekitar 80 bom ke markas bawah tanah Hizbullah di pinggiran Beirut. Nasrallah dan sejumlah komandannya tewas. Rancangan kepakatan gencatan senjata itu pun buyar. Pembunuhan Nasrallah merupakan eskalasi besar dan pukulan telak bagi Hizbullah.
    Dalam beberapa minggu setelahnya, militer Israel telah menimbulkan kerusakan besar pada organisasi militer Hizbullah. Kelompok itu memang masih menembakkan sejumlah roket ke perbatasan dan para kombatannya terus melawan pasukan invasi Israel. Namun Hizbullah bukan lagi ancaman besar bagi Israel.
    Pada 26 November ini, Israel dan Hizbullah akhirnya menyepakati gencatan senjata selama 60 hari setelah lebih dari setahun terlibat konflik multifront.
    Isi kesepakatan itu sama dengan rencangan yang gagal disepapakti akhir September itu, yaitu bahwa Israel akan secara bertahap menarik pasukannya dari Lebanon, dan Hizbullah akan sepenuhnya mundur ke sebelah utara Sungai Litani. Sementara itu, Angkatan Bersenjata Lebanon akan menempatkan pasukannya dan mengendalikan wilayah mereka sendiri. Presiden AS, Joe Biden, mengatakan bahwa AS, Prancis, dan sekutu lainnya telah berjanji untuk mendukung kesepakatan itu.
    Profesor studi sejarah dan perdamaian di Universitas Notre Dame AS, Asher Kaufman, dalam artikelnya di
    The Conversation US
     menjelaskan bahwa gencatan senjata itu terjadi karena bertemunya kepentingan Israel, Hizbullah, dan Iran – sponsor utama Hizbullah. Namun, walau kepentingan mereka bertemu, alasan mereka berbeda-beda.
     
    Kaufman yang merupakan pakar konflik Lebanon dan perbatasan di Timur Tengah itu menjelaskan, bagi pemerintah Israel, masalah domestik turut berperan dalam pertimbagan untuk gencatan senjata itu. Pertama, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) telah merasa kelelahan setelah lebih dari setahun berperang. Hal ini terutama dirasakan pasukan cadangan Israel, yang semakin banyak yang tidak hadir bertugas. Masyarakat umum Israel juga lelah dengan konflik itu. Mayoritas dari mereka mendukung gencatan senjata dengan Hizbullah.
    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga mempunyai masalah internal dalam pemerintahannya yang harus diatasi. Netanyahu mendapat tekanan dari sekutu ultra-Ortodoks dalam koalisi yang berkuasa untuk menyusun undang-undang yang mengecualikan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer.
    Menurut Kaufman, meredakan ketegangan di perbatasan Lebanon akan mengurangi kebutuhan Israel akan pasukan aktif. Hal itu dapat membantu dalam mengatasi ketidakpuasan kelompok sekuler dan nasional-religius di IDF dan tidak setuju dengan pengecualian wajib militer untuk para pria ultra-Ortodoks. Jika perang dengan Hizbullah berakhir, kelompok tersebut mungkin lebih cenderung menerima kebijakan pengecualian itu.
    Dari perspektif tentara Israel, kata Kaufman, perang di Lebanon semakin mencapai titik di mana hasilnya semakin kurang bernilai. Perang itu berhasil melemahkan posisi militer Hizbullah, tetapi tidak mampu menghancurkan kelompok itu sepenuhnya.
    BBC
    melaporkan, Netanyahu menyatakan keberhasilan operasi militer merupakan salah satu dari beberapa faktor yang meyakinkannya bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk berhenti. Agenda Israel di Lebanon memang lebih terbatas dibandingkan di Gaza dan wilayah pendudukan Palestina lainnya. Israel hanya ingin mengusir Hizbullah dari perbatasan utaranya sehingga memungkinkan warga sipil Israel kembali ke kota-kota dekat perbatasan.
    Jika Hizbullah suatu saat terlihat sedang mempersiapkan serangan, Israel mengantongi surat persetujuan tambahan dari AS yang memberi lampu hijau untuk mengambil tindakan militer lagi.
    Dalam pernyataan yang direkam untuk mengumumkan keputusannya, Netanyahu menyebutkan alasan mengapa sekarang adalah saat yang tepat untuk gencatan senjata. Israel, kata dia, telah mengguncang Beirut. Kini ada peluang untuk “memberikan jeda bagi pasukan kami dan menambah persediaan”.
    Israel juga telah memutuskan koneksi antara Gaza dan Lebanon. Netanyahu mengatakan, Hamas akan mendapat tekanan yang lebih besar. 
     
    Ada satu alasan lagi; Israel ingin berkonsentrasi pada apa yang disebut Netanyahu sebagai ancaman Iran. Menghancurkan Hizbullah berarti menghancurkan Iran. Hizbullah dibangun Iran untuk menciptakan ancaman tepat di perbatasan Israel. Hizbullah menjadi bagian terkuat dari poros perlawanan Iran, nama yang diberikan untuk jaringan pertahanan terdepan yang terdiri dari sekutu dan proksi.
    Menurut Kaufman, di sisi Hizbullah, kelompok itu telah sangat dilemahkan karena perang yang mengikis kemampuan militernya. Sebelumnya, Hizbullah (sebagaimana ditegaskan berulang kali oleh Nasrallah) menyatakan bahwa gencatan senjata hanya akan terjadi jika hal itu terlebih dahulu tercapai antara Hamas dan Israel di Gaza. Namun, kini Hizbullah dan Iran bersedia memisahkan dua front tersebut, yang membuat Hamas berada dalam posisi yang lebih lemah karena kehilangan dukungan dari kelompok utama yang mereka andalkan, yaitu Hizbullah.
    Hamas awalnya berharap bisa menarik Hizbullah dan kelompok-sekelompok yang seideologi dengan mereka di kawasan itu untuk terlibat dalam konfrontasi langsung dengan Israel ketika mereka meluncurkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
    Hizbullah dan faksi politik Lebanon lainnya juga menghadapi tekanan domestik yang kuat. Lebanon memiliki lebih dari 1 juta pengungsi akibat konflik tersebut – sebagian besar dari mereka orang-orang Syiah, aliran Islam yang menjadi tempat muasal Hizbullah. Kondisi di Lebanon telah meningkatkan risiko pertikaian sektarian antara Syiah dan faksi lain di negara itu. Bagi para pemimpin Hizbullah, mungkin inilah saat yang tepat untuk mengurangi kerugian dan mempersiapkan diri untuk bangkit kembali sebagai sebuah badan politik dan militer.
    Sama seperti para pemimpin Hizbullah yang masih hidup, Iran juga menginginkan gencatan senjata. Hizbullah perlu jeda untuk memulihkan diri. Iran perlu menghentikan kerusakan geostrategis yang telah terjadi. Poros perlawanan mereka kehilangan daya gentarnya. Serangan rudal Iran terhadap Israel setelah pembunuhan Nasrallah tidak berhasil mengubah keadaan.
    Dua orang merancang Hizbullah untuk menghalangi Israel tidak hanya menyerang Lebanon – tetapi juga menyerang Iran. Kedua perancang itu telah tewas dibunuh. Mereka adalah Qasem Soleimani, kepala Pasukan Quds Pengawal Revolusi Iran, yang tewas akibat serangan pesawat tak berawak AS di bandara Baghdad pada Januari 2020. Perintah pembunuhan Soleimani dikeluarkan Donald Trump dalam beberapa minggu terakhirnya di Gedung Putih pada akhir tahun masa jabatan pertamanya. Orang kedua adalah Hassan Nasrallah.
     
     
    Setelah perang 2006, strategi pencegahan (
    deterrence strategy
    ) Hizbullah dan Iran mampu menyamai Israel selama hampir 20 tahun. Namun, serangan Hamas pada 7 Oktober yang kemudian dibalas Israel membawa perubahan besar, termasuk keputusan Israel untuk menolak segala pembatasan terhadap perang yang mereka lakukan sebagai respons. AS, sekutu terkuat Israel, juga hampir tidak memberikan batasan pada pasokan maupun penggunaan senjata yang terus mereka salurkan.
    Nasrallah dan Iran gagal memahami apa yang telah terjadi. Mereka tidak menyadari bagaimana Israel telah berubah. Mereka mencoba menekan Israel dengan perang gesekan dan sempat berhasil selama hampir satu tahun. Namun, pada 17 September, Israel membalik keadaan dengan meledakkan bom mini yang tertanam di jaringan
    pager
    jebakan yang sebelumnya berhasil dijual kepada Hizbullah melalui tipu daya intelijen Israel.
    Hizbullah menjadi limbung. Sebelum mereka sempat bereaksi dengan senjata paling kuat yang diberikan Iran, Israel membunuh Nasrallah dan sebagian besar letnan utamanya, disertai serangan besar-besaran yang menghancurkan gudang senjata. Serangan itu diikuti dengan invasi ke Lebanon Selatan dan penghancuran besar-besaran desa-desa perbatasan Lebanon serta jaringan terowongan Hizbullah.
    Menurut Kaufman, kesepakatan gencatan senjata itu terjadi juga saat Teheran bersiap menghadapi pemerintahan AS yang bisa mengambil posisi lebih keras terhadap Iran dan proksinya di kawasan, dimana Hizbullah merupakan salah satu yang paling berpengaruh.
    Dengan presiden baru Iran, dan pemerintahan baru AS, gencatan senjata antara proksi utama Iran dan Israel mungkin menjadi langkah pertama bagi Teheran untuk membangun dialog konstruktif dengan Gedung Putih yang akan kembali dipimpin Trump.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 11 Update Perang Arab! Netanyahu Ancam Perang Baru, Rusia Serang Arab

    11 Update Perang Arab! Netanyahu Ancam Perang Baru, Rusia Serang Arab

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Tanah Arab masih belum juga mereda. Meski Israel melakukan gencatan senjata dengan milisi Hizbullah di Lebanon, perdamaian yang sama tak terjadi di Gaza, Palestina.

    Israel dilaporkan masih terus menyerang Gaza. Bahkan Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut pemboman besar-besaran Israel “benar-benar mengerikan” bagi warga sipil Palestina yang masih terjebak di utara Jalur Gaza.

    Belum lagi muncul ancaman terbaru Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Ia memberi peringatan ke Hizbullah dan Iran.

    Di sisi lain Rusia dilaporkan melakukan serangan ke salah satu negara Arab, Suriah. Berikut update terkait situasi di wilayah Timur Tengah saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Jumat (29/11/2024).

    1.Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 17 Orang

    Serangan militer Israel menewaskan sedikitnya 17 warga Palestina di seluruh Jalur Gaza pada hari Kamis. Hal ini diungkap petugas medis setempat saat pasukan Tel Aviv meningkatkan pemboman di daerah pusat dan mendorong tank-tank militernya masuk lebih dalam di utara dan selatan daerah kantong tersebut.

    Mengutip laman Reuters, enam orang tewas dalam dua serangan udara terpisah di sebuah rumah dan di dekat rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya di Jalur Gaza utara. Sementara empat orang lainnya tewas ketika serangan Israel mengenai sebuah sepeda motor di Khan Younis di selatan.

    “Di Nuseirat, salah satu dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza, pesawat Israel melakukan beberapa serangan udara yang menghancurkan sebuah gedung bertingkat dan menghantam jalan-jalan di luar masjid,” kata pejabat itu.

    “Setidaknya tujuh orang tewas dalam beberapa serangan itu,” tambahnya.

    Petugas medis mengatakan setidaknya dua orang, seorang wanita dan seorang anak, tewas dalam penembakan tank yang menghantam wilayah barat Nuseirat. Sementara serangan udara menewaskan lima orang lainnya di sebuah rumah di dekatnya.

    “Di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir, tank-tank bergerak lebih dalam ke wilayah utara-barat kota,” kata penduduk dimuat Reuters lagi.

    2.Perdamaian Israel-Hizbullah Buat Perundingan Gaza Sulit

    Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan milisi Syiah Lebanon, Hizbullah, memiliki dampak bagi rencana serupa di Gaza, Palestina dengan kelompok bersenjata Hamas. Dilansir The Guardian, masalah perdamaian di Gaza sangat dipengaruhi posisi politik dalam negeri Israel.

    Ia menyebut kelompok sayap kanan yang sebelumnya telah mendorong penggagalan gencatan senjata di Lebanon akan lebih militan dalam memperjuangkan agar peperangan di Gaza terus berjalan. Meski dari Oktober hingga saat ini, total 44.200 orang tewas di wilayah itu.

    “Benjamin Netanyahu sebelumnya telah menghalangi kemajuan menuju kesepakatan sandera-untuk-perdamaian dengan desakannya agar pasukan Israel mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia, zona penyangga di dalam perbatasan Gaza-Mesir,” tulis media tersebut.

    Israel sendiri sejauh ini masih berupaya untuk hanya memerangi Hamas di Gaza. Negeri Yahudi itu saat ini belum secara resmi menyatakan niat untuk mengambil alih wilayah pesisir Palestina itu.

    Namun sejumlah politisi sayap kanan telah meminta Netanyahu untuk mengambil alih Gaza. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan awal minggu ini bahwa Israel harus menduduki Jalur Gaza dan mengurangi separuh populasi Palestina melalui ‘dorongan emigrasi sukarela’.

    “Kita bisa dan harus menaklukkan Jalur Gaza. Kita tidak perlu takut dengan kata itu,” kata Smotrich.

    3.Bank Dunia: Biaya Rekonstruksi Lebanon akan Sangat Mahal

    Selama beberapa bulan terakhir, telah terjadi kehancuran besar-besaran di ibu kota Beirut, dan di kota-kota serta komunitas di seluruh Lebanon. Orang-orang merekam kehancuran komunitas mereka sendiri dengan ponsel mereka sendiri.

    Kini memasuki hari kedua gencatan senjata, perkiraan biaya mulai bermunculan. Meski masih perkiraan awal, tetapi angkanya disebut sangat mengejutkan.

    Di pinggiran selatan Beirut saja, sedikitnya 262 bangunan telah dibuat layak huni. Perkiraan biaya dari Bank Dunia adalah US$2,8 miliar (Rp 44 triliun) untuk kerusakan perumahan saja di Lebanon, di seluruh negeri. Sebanyak 99.000 rumah – 99.000 unit hunian – hancur sebagian atau seluruhnya, tidak layak huni.

    Bank Dunia juga memperkirakan kerusakan dan kerugian di Lebanon mencapai US$8,5 miliar sejak November. Angka tersebut akan diperbarui untuk bulan-bulan berikutnya, dengan angka tersebut diperkirakan akan bertambah.

    Kerugian US$1,1 miliar juga terjadi pada salah satu industri terpenting, pertanian dan pariwisata, di mana toko-toko, bisnis, restoran telah tutup. Namun biaya yang sangat mahal dalam hal uang dan waktu, untuk membersihkan ranjau di area yang masih memiliki peraturan yang belum diledakkan, tempat Israel beroperasi, atau memasang ranjau atau menjatuhkan bom.

    4.(Sebanyak) 2.500 Anak di Gaza Butuh Evakuasi Medis Segera

    Juru bicara dana bantuan anak PBB atau UNICEF Kazem Abu Khalaf mengatakan bahwa 2.500 anak di Jalur Gaza butuh evakuasi medis segera. Mereka merupakan kelompok yang paling menderita dari perang yang terjadi sejak Oktober 2023 itu.

    “(Sekitar) 30% anak di Jalur Gaza menderita kekurangan gizi parah,” katanya dalam pernyataan pers, seperti dikutip Al Jazeera.

    Sementara itu, 95% sekolah yang menampung orang-orang terlantar di Jalur Gaza telah hancur total. Ia menambahkan situasi di Jalur Gaza utara sangat sulit, tragis, dan semakin memburuk.

    5.Hizbullah Buka Suara soal Penembakan Israel Terhadap Warga Sipil Lebanon

    Hassan Fadlallah, anggota parlemen Lebanon dari Hizbullah, mengatakan Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata. Militer Zionis telah menembaki warga sipil yang kembali ke desa mereka di sepanjang perbatasan selatan Lebanon dengan Israel.

    “Musuh Israel menyerang mereka yang kembali ke desa-desa perbatasan,” kata Fadlallah kepada wartawan setelah sidang parlemen.

    “Ada pelanggaran hari ini oleh Israel, bahkan dalam bentuk ini,” tambahnya.

    6.Parlemen Lebanon akan Memilih Presiden pada Januari 2025

    Meskipun bertahun-tahun gagal, Parlemen Lebanon akan memilih presiden pada tahun depan. Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri telah mengumumkan bahwa sidang akan diadakan pada tanggal 9 Januari 2025, untuk memilih presiden baru.

    Parlemen Lebanon telah bersidang untuk tujuan yang sama dan gagal memilih presiden tidak kurang dari 12 kali sejak masa jabatan Michel Aoun berakhir pada tahun 2022. Kegagalan terakhir terjadi pada bulan Juni 2023, beberapa bulan sebelum pecahnya perang Israel di Gaza pada tanggal 7 Oktober, dan serangan Hizbullah berikutnya terhadap Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.

    Pada kesempatan itu, sebuah blok yang dipimpin oleh anggota parlemen Hizbullah melampaui kuorum setelah putaran pertama pemungutan suara, yang membutuhkan mayoritas dua pertiga anggota parlemen untuk maju. Hizbullah sendiri telah dilumpuhkan oleh Israel dan masih harus dilihat pengaruh apa yang akan mereka miliki selama pemilihan.

    Perlu diketahui, sebelumnya, kelompok tersebut dipandang sebagai penentu posisi tersebut. Di mana setiap calon presiden akan membutuhkan persetujuan dari mantan pemimpin kelompok tersebut Hassan Nasrallah, yang sekarang sudah meninggal.

    7.Netanyahu Ancam Perang Baru dengan Hizbullah

    Netanyahu mengancam Hizbullah pada hari Kamis dengan perang baru. Ia menyebut akan ada “perang intensif” jika kelompok itu melanggar gencatan senjata Lebanon yang rapuh, yang pada hari kedua gencatan senjata tersebut menegang karena tekanan dari kedua belah pihak.

    Beberapa jam sebelumnya, militer Israel mengatakan telah menyerang fasilitas senjata Hizbullah di Lebanon selatan, tempat mereka mengatakan “aktivitas teroris teridentifikasi”. Sebelumnya, mereka menembaki orang-orang yang dikatakan melanggar gencatan senjata.

    Gencatan senjata, yang mulai berlaku sebelum fajar pada hari Rabu, bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan ribuan orang di Lebanon dan memicu pengungsian massal di Lebanon dan Israel. Damai sementara itu akan berlangsung selama 60 hari ke depan.

    “Jika perlu, saya memberikan arahan kepada (tentara Israel), untuk melancarkan ‘perang intensif’ jika terjadi pelanggaran gencatan senjata,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan penyiar Israel Channel 14.

    8.Netanyahu Ancam Iran

    Netanyahu juga mengancam Iran, Kamis malam waktu setempat. Ia mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel akan melakukan “segalanya” untuk menghentikan Iran memperoleh senjata nuklir setelah diplomat tinggi negeri itu memperingatkan bahwa Teheran dapat mengakhiri larangannya untuk mengembangkan senjata nuklir jika sanksi Barat diberlakukan kembali.

    Perang kata-kata yang kembali terjadi antara musuh-musuh Timur Tengah itu terjadi saat Iran bersiap untuk mengadakan pembicaraan nuklir utama dengan pemerintah Eropa pada hari Jumat. Di sisi lain, Israel dan AS juga tengah bekerja sama untuk mengecam Iran melalui pengawas atom PBB.

    “Saya akan melakukan segalanya untuk mencegahnya menjadi (kekuatan) nuklir, saya akan menggunakan semua sumber daya yang dapat digunakan,” kata Netanyahu kepada penyiar Israel Channel 14 dalam sebuah wawancara.

    Israel adalah satu-satunya negara bersenjata nuklir di kawasan itu, meskipun tidak dideklarasikan. Israel telah lama menjadikan pencegahan terhadap pesaing mana pun yang menyamainya sebagai prioritas pertahanan utamanya.

    9.Bos Uni Eropa Serukan Negara Kawasan Hormati Surat Perintah Penangkapan Netanyahu oleh ICC

    Kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell meminta semua negara anggota UE untuk menghormati keputusan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Termasuk surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu.

    “Kita tidak dapat melemahkan Pengadilan Kriminal Internasional. Itu adalah satu-satunya cara untuk menegakkan keadilan global,” kata Borrell.

    “Mereka tidak politis. Itu adalah badan hukum yang dibentuk oleh orang-orang terhormat yang merupakan yang terbaik di antara profesi hakim,” tambahnya.

    Sementara semua negara anggota UE merupakan penanda tangan perjanjian pendirian ICC, Prancis mengatakan kemarin bahwa mereka yakin Netanyahu memiliki kekebalan terhadap tindakan ICC, mengingat Israel belum menandatangani undang-undang pengadilan. Sementara itu, Italia mengatakan tidak mungkin untuk menangkap Netanyahu selama ia tetap menjadi kepala pemerintahan Israel.

    ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan minggu lalu untuk Netanyahu, mantan kepala pertahanannya Yoav Gallant, dan seorang pemimpin Hamas, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang Gaza.

    Israel mengatakan akan mengajukan banding terhadap surat perintah untuk Netanyahu dan Gallant.

    10.Kerugian Sektor Swasta di Palestina Capai US$8 miliar Sejak Perang

    Biro Statistik Pusat Negara Palestina memperkirakan bahwa akibat perang yang terus berlanjut di Gaza, serta kekerasan dan penggerebekan yang terus berlangsung oleh pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki, kerugian sektor swasta di wilayah Palestina mencapai sekitar US$8 miliar (Rp126,9 triliun) dalam 14 bulan terakhir. Wafa melaporkan bahwa laporan dari biro yang dirilis hari ini juga mendokumentasikan produksi perusahaan sektor swasta di wilayah tersebut menurun hingga 55% tahun ini.

    Laporan tersebut selanjutnya menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling terdampak, karena persentase penurunan produksi di sektor ini mencapai 60 persen, diikuti oleh sektor industri sebesar 56 persen. Laporan tersebut juga menunjukkan penurunan 24 persen dalam jumlah pekerja di wilayah tersebut – 20 persen di Tepi Barat dan 82 persen di Jalur Gaza.

    11.Serangan Udara Rusia

    Rusia tiba-tiba menyerang negara Arab, Kamis malam waktu setempat. Serangan udara Rusia menewaskan 19 warga sipil di pedesaan Aleppo, Suriah Utara.

    Hal ini dikatakan pemantau perang, saat jihadis dan tentara Suriah bentrok menyusul serangan besar-besaran oleh pemberontak di barat laut negara itu. Rusia sendiri merupakan pendukung pemerintah Bashar Al-Asyad.

    “Serangan udara Rusia di pedesaan Aleppo menewaskan 19 warga sipil pada hari Kamis,” kata pihak yang mengepalai Observatorium, Rami Abdel Rahman, seraya menambahkan bahwa warga sipil lainnya tewas dalam penembakan tentara Suriah sehari sebelumnya.

    (sef/sef)