Tag: Hassan Nasrallah

  • Menlu Prancis Tiba di Lebanon Meski Israel Terus Lakukan Serangan Udara

    Menlu Prancis Tiba di Lebanon Meski Israel Terus Lakukan Serangan Udara

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis, Jean-Noel Barrot tiba di Lebanon pada Minggu malam. Menjadikannya diplomat asing tingkat tinggi pertama yang berkunjung sejak serangan udara Israel meningkat seminggu lalu.

    Seperti dilansir AFP, Senin (30/9/2024), kedatangan Barrot, yang sebelumnya menyerukan penghentian segera serangan, terjadi saat kementerian luar negeri mengumumkan bahwa warga negara Prancis kedua telah tewas di Lebanon, meskipun rinciannya belum jelas.

    Barrot mengawasi pengiriman 11,5 ton bantuan kemanusiaan Prancis, kata Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad. Setelah pertemuan tentang status warga negara Prancis, Barrot pada Senin (30/9) akan bertemu dengan pejabat termasuk Perdana Menteri Najib Mikati.

    Dia juga akan bertemu dengan Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon dan anggota pasukan penjaga perdamaian PBB di selatan. “Kami mengonfirmasi kematian warga negara Prancis kedua,” kata kementeriannya pada Minggu (29/9), menambahkan bahwa rincian lebih lanjut akan diberikan kemudian.

    Kematian itu terjadi setelah seorang wanita Prancis berusia 87 tahun meninggal pada Senin (23/9) setelah ledakan di sebuah desa di Lebanon selatan.

    Militer Israel pada hari Minggu (29/9) mengatakan pihaknya menyerang lebih banyak target kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, setelah pemimpinnya Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara di Beirut pada Jumat (27/9). Kekerasan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran yang kuat akan eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron juga telah menunjuk mantan menteri luar negeri dan pertahanan, Jean-Yves Le Drian, sebagai utusan khusus untuk Lebanon. Le Drian telah mengunjungi negara itu enam kali, yang terakhir pada awal minggu ini.

    Lihat Video ‘Israel-Hizbullah Memanas, Lebanon Desak Diplomasi’:

    (rfs/rfs)

  • Bom Penghancur Bunker yang Disebut Tewaskan Pemimpin Hizbullah

    Bom Penghancur Bunker yang Disebut Tewaskan Pemimpin Hizbullah

    Jakarta

    Menyusul serangan yang menurut Israel menargetkan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menuduh Israel menggunakan beberapa bom penghancur bunker dari Amerika Serikat dalam serangan tersebut. Nasrallah sendiri disebut telah meninggal dunia.

    “Baru pagi ini, rezim Israel menggunakan beberapa bom penghancur bunker seberat 5.000 pon yang diberikan kepada mereka oleh AS untuk menyerang daerah permukiman di Beirut,” katanya dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.

    Dalam pernyataan di X, juru bicara tentara Israel Avichay Adraee mengatakan Nasrallah ‘dibunuh’ selama operasi yang menargetkan komando pusat Hizbullah yang terletak di bawah sebuah bangunan permukiman di pinggiran selatan Beirut.

    Menurut Channel 12 Israel, angkatan udara Israel menjatuhkan sekitar 85 bom penembus bunker yang masing-masing beratnya satu ton bahan peledak. Bom bunker buster adalah senjata khusus yang dikembangkan militer AS untuk menembus dan menghancurkan bangunan yang dibentengi dengan kuat atau terkubur dalam.

    Bom ini dirancang untuk menargetkan bunker militer, fasilitas bawah tanah, dan lokasi yang diperkuat, yang tak dapat dihancurkan amunisi konvensional. Bunker buster telah menjadi alat penting dalam peperangan modern.

    Meskipun hukum internasional tidak melarang bunker buster secara khusus, penggunaannya di daerah pemukiman melanggar Hukum Humaniter Internasional berdasarkan Konvensi Jenewa.

    Contohnya misalnya GBU-28 yang dikembangkan pada tahun 1991 selama Perang Teluk untuk menghancurkan bunker militer Irak. Dikutip detikINET dari TRT, bom ini memiliki berat sekitar 5.000 pon dan dilengkapi dengan sistem pemandu laser, yang memungkinkan serangan yang tepat.

    GBU-37 adalah bom penghancur bunker lainnya yang menargetkan fasilitas militer bawah tanah. Tidak seperti GBU-28 berpemandu laser, GBU-37 berpemandu GPS, yang membuatnya efektif dalam kondisi cuaca buruk dan memastikan akurasi menyerang target yang terkubur dalam.

    Bom jenis itu menembus lapisan tanah, batu, atau beton bertulang. Selongsong bom dibuat dari bahan sangat kuat, sehingga dapat menahan benturan yang kuat sebelum meledak jauh di dalam target.

    Penghancur bunker dilengkapi dengan apa yang disebut sekering tunda, yang memungkinkan bom meledak hanya setelah menembus targetnya. Ini memastikan kerusakan maksimum pada fasilitas bawah tanah, seperti pusat komando atau gudang penyimpanan senjata.

    (fyk/fyk)

  • Giliran Houthi di Yaman Bergerak Serang Israel Tengah!

    Giliran Houthi di Yaman Bergerak Serang Israel Tengah!

    Jakarta

    Kelompok Houthi di Yaman juga mulai bergerak. Houthi mengklaim telah meluncurkan serangan rudal di Israel tengah.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (27/9/2024), Houthi melancarkan serangan melalui pesawat tak berawak atau drone ke wilayah Israel tengah pada hari ini waktu setempat. Serangan itu terjadi setelah militer Israel mengatakan pertahanan udara mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman.

    Houthi mengatakan pihaknya menembakkan rudal balistik ke ‘target militer’ di wilayah Tel Aviv. Houthi juga mengaku telah meluncurkan drone ke arah Ashkelon di sebelah utara Jalur Gaza.

    Irak Juga Sudah Bergerak

    Seperti diketahui, situasi di Lebanon semakin memanas setelah Hizbullah dan Israel terlibat dalam pertempuran lintas batas hampir setiap hari sejak kelompok Hamas melancarkan serangan besar-besaran. Pada Kamis, 26 September 2024, Kelompok Perlawanan Islam di Irak mulai bergerak melancarkan serangan di Pelabuhan Laut Merah Israel di Eliat.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (29/6), Irak mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Pelabuhan Laut Merah Israel pada Rabu (25/9) menggunakan pesawat tak berawak atau drone.

    “Perlawanan Islam di Irak menyerang target strategis di Eilat pada hari Rabu menggunakan pesawat tak berawak,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Telegram.

    Sementara itu, militer Israel mengatakan mereka mencegat sebuah pesawat nirawak yang mendekati Eilat dan satu lagi jatuh di daerah itu. Mereka melaporkan dua orang terluka ringan.

    Pasukan dan Tank Israel Bersiap Masuk ke Lebanon

    “Anda mendengar jet tempur di atas kepala; kami telah menyerang sepanjang hari,” kata kepala militer Israel itu kepada pasukan di perbatasan dengan Lebanon, menurut pernyataan dari militer, dilansir AlJazeera, Rabu (25/9).

    “Ini untuk mempersiapkan jalan bagi kemungkinan masuknya Anda dan untuk terus merendahkan Hizbullah,” imbuhnya.

    Sementara itu, Hizbullah mengatakan ini adalah perang perhitungan. Mereka telah mempersiapkan kemungkinan invasi darat sejak 2006. Mereka selalu mengatakan siap untuk skenario apa pun.

    Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, sangat jelas dalam pidatonya beberapa hari yang lalu, mengatakan bahwa jika Israel mencoba menempatkan zona penyangga di Lebanon selatan, mereka akan gagal.

    (whn/aud)

  • Israel Bertekad Hentikan Pengiriman Senjata Iran ke Hizbullah

    Israel Bertekad Hentikan Pengiriman Senjata Iran ke Hizbullah

    Tel Aviv

    Angkatan Udara Israel menegaskan akan menghentikan pengiriman senjata apa pun dari Iran kepada kelompok Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon. Angkatan Udara Tel Aviv juga mengatakan pihaknya bersiap membantu pasukan dalam operasi darat melawan Hizbullah.

    “Di Lebanon, kami akan mencegah segala kemungkinan pengiriman senjata di Lebanon dari Iran,” tegas Komandan Angkatan Udara Israel, Mayor Jenderal Tomer Bar, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (27/9/2024).

    “Kepercayaan diri Nasrallah … bergantung pada pasokan yang datang dari Iran,” sebutnya, merujuk pada pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

    “Kami sedang bersiap bahu-membahu dengan Komando Utara untuk melakukan manuver darat. Telah bersiap, jika diaktifkan. Ini adalah keputusan yang harus dibuat di atas kita,” ujar Bar saat berbicara kepada jajaran tentara Israel, dalam video yang dirilis militer Israel.

    Israel telah bersumpah untuk mengamankan wilayah utaranya dan memulangkan ribuan warganya yang terpaksa mengungsi sejak Hizbullah marak melancarkan serangan lintas perbatasan sejak tahun lalu, sebagai solidaritas terhadap militan Palestina yang bertempur melawan militer Israel di Jalur Gaza.

    Sebuah pesawat tempur Israel menyerang pinggiran ibu kota Beirut, yang menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 15 orang lainnya, termasuk seorang wanita yang kini dalam kondisi kritis.

    Dengan tambahan kematian itu, maka sedikitnya 28 orang tewas dalam rentetan serangan Israel di Lebanon sepanjang Kamis (26/9). Sementara total korban tewas akibat gempuran Israel di Lebanon sejak Senin (23/9) waktu setempat telah mencapai lebih dari 600 orang.

    Kelompok Hizbullah mengakui salah satu komandan unit angkatan udara mereka, Mohammad Surur, tewas dalam serangan Israel tersebut.

    Serangan udara terus dilancarkan, dengan di sisi perbatasan Israel dan Lebanon, pasukan Tel Aviv menggelar latihan simulasi invasi darat. Hal ini dinilai sebagai tahap potensial berikutnya dalam konflik yang terus berkecamuk antara Israel dan Hizbullah.

    Israel Tolak Seruan Gencatan Senjata dengan Hizbullah

    Israel telah menolak seruan global untuk melakukan gencatan senjata dengan Hizbullah. Tel Aviv bahkan menentang sekutu terdekatnya, Amerika Serikat (AS), dengan terus melanjutkan serangan udara yang telah menewaskan ratusan orang di Lebanon.

    Saat tiba di New York sebelum berpidato di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa militer Israel akan terus menyerang Hizbullah dengan “kekuatan penuh”.

    “Kami tidak akan berhenti hingga kami mencapai semua tujuan kami, yang pertama dan terutama, memulangkan para penduduk wilayah utara ke rumah-rumah mereka dengan selamat,” tegas Netanyahu.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, dalam pernyataan terpisah via media sosial X juga menegaskan hal serupa. “Tidak akan ada gencatan senjata di wilayah utara,” tulisnya.

    Penolakan itu disampaikan setelah AS dan Prancis mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah, yang diungkap pada Rabu (25/9) waktu setempat.

    Terlepas dari sikap Tel Aviv, baik Washington maupun Paris berusaha menjaga prospek gencatan senjata tetap hidup dan menyebut negosiasi terus berlanjut, termasuk di sela-sela pertemuan PBB di New York.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Terungkap Pager Meledak Massal Sempat Diperiksa Hizbullah

    Terungkap Pager Meledak Massal Sempat Diperiksa Hizbullah

    Jakarta

    Rentetan ledakan dari penyerata (pager) menimbulkan jatuhnya korban di Kelompok Hizbullah. Pihak Hizbullah meyakini perangkat komunikasi itu aman karena sempat diperiksa sebelum dibagikan.

    Seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/9/2024), disebutkan kelompok Hizbullah telah memeriksa keamanan terhadap perangkat pager merek Gold Apollo yang meledak massal di Lebanon pada Selasa (17/9). Beberapa pager bahkan baru dibagikan kepada anggota Hizbullah hanya beberapa jam sebelum meledak.

    Dua sumber keamanan yang memahami hal tersebut menyatakan Hizbullah meyakini perangkat komunikasi itu aman sebelum membagikannya kepada para anggotanya di berbagai wilayah Lebanon.

    Salah satu sumber mengatakan bahwa salah satu anggota Hizbullah baru menerima pager pada Senin (16/9) waktu setempat. Sehari kemudian, pager meledak ketika perangkat itu masih berada di dalam kotaknya.

    Sementara, sumber lainnya menyatakan sebuah pager lainnya yang diserahkan kepada seorang anggota senior Hizbullah beberapa hari sebelum insiden, meledak dan melukai seorang bawahannya.

    Rentetan Ledakan Pager dan Walkie-Talkie

    Untuk diketahui, pada Selasa (17/9) waktu setempat, perangkat komunikasi merek Gold Apollo itu meledak secara serentak. Ledakan terjadi di seluruh area yang menjadi markas Hizbullah di pinggiran selatan Beirut dan Lembah Bekaa bagian timur sehingga menimbulkan dugaan serangan ledakan dilakukan secara terkoordinasi.

    Sehari kemudian, pada Rabu (18/9) waktu setempat, ratusan walkie-talkie yang digunakan anggota-anggota Hizbullah juga meledak. Kedua serangan beruntun itu menewaskan total sedikitnya 37 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai nyaris 3.000 orang lainnya.

    Pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah menuduh Israel sebagai dalang di balik ledakan massal tersebut. Tel Aviv hingga kini belum memberikan komentar langsung atas insiden di Lebanon tersebut.

    Namun sumber keamanan Barat mengatakan kepada Reuters pekan ini bahwa unit intelijen rahasia militer, Unit 8200, terlibat dalam perencanaan serangan itu.

    Analisis Ledakan Pager dan Walkie-Talkie

    Seorang sumber Lebanon yang memahami komponen perangkat itu menurutkan bahwa baterai walkie-talkie yang digunakan Hizbullah telah dicampur dengan senyawa yang sangat mudah meledak yang disebut PETN.

    Sedangkan bahan peledak seberat tiga gram yang ditanam di dalam pager, menurut laporan Reuters, tidak terdeteksi selama berbulan-bulan oleh Hizbullah.

    Menurut salah satu sumber keamanan itu, sangat sulit untuk mendeteksi bahan peledak “dengan perangkat atau pemindai apa pun”. Sumber itu tidak merinci jenis pemindai apa yang digunakan Hizbullah untuk memeriksa pager-pager yang digunakan anggotanya tersebut.

    Hizbullah menggunakan pager, yang merupakan perangkat komunikasi berteknologi rendah ini, untuk menghindari pelacakan atau penyadapan Israel.

    Hizbullah Rutin Periksa Keamanan Pager

    Kelompok Hizbullah, menurut dua sumber lainnya yang berbicara kepada Reuters, langsung memeriksa pager-pager yang tiba di wilayah Lebanon, mulai tahun 2022, termasuk dengan melakukan perjalanan melalui bandara-bandara untuk memastikan perangkat itu tidak akan mengaktifkan alarm.

    Secara total, Reuters berbicara dengan enam sumber yang mengetahui rincian perangkat komunikasi yang meledak di Lebanon tersebut.

    Menurut para sumber keamanan itu, bukannya karena mencurigai pager-pager tertentu, Hizbullah melakukan pemeriksaan sebagai bagian dari “sweeping” rutin terhadap peralatannya, termasuk perangkat komunikasi, untuk mencari tahu apakah peralatan itu dipasangi peledak atau mekanisme pengintaian atau tidak.

    Ledakan massal, dan pendistribusian perangkat komunikasi itu meskipun telah dilakukan pemeriksaan rutin untuk pelanggaran keamanan, telah merusak reputasi Hizbullah sebagai payung pasukan aliansi “Poros Perlawanan” yang pro-Iran dan anti-Israel di kawasan Timur Tengah.

    Dalam pidatonya pada Kamis (19/9), pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyebut serangan itu menjadi “pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah” kelompoknya.

    Kantor media Hizbullah dan militer Israel belum memberikan komentar atas laporan Reuters ini.

    Gold Apollo yang berbasis di Taiwan menegaskan tidak memproduksi pager yang meledak di Lebanon. Pemerintah Taipei mempertegas bahwa komponen di dalam pager itu tidak dibuat di wilayah Taiwan.

    Gold Apollo menyebut perusahaan Hungaria, BAC, sebagai produsen pager itu. Namun otoritas Budapest menyebut BAC hanyalah perantara perdagangan dan tidak memiliki lokasi produksi atau operasional di Hungaria.

    Total ada 5.000 unit pager yang dikirimkan ke Lebanon pada awal tahun ini. Namun sejauh ini, tidak diketahui secara jelas di mana sebenarnya pager itu diproduksi atau pada tahap apa pager itu disabotase.

    Hizbullah, menurut tiga sumber yang dikutip Reuters, sedang menyelidiki di mana, kapan dan bagaimana perangkat komunikasi itu dicampur bahan peledak.

    Hizbullah Pernah Gagalkan Operasi Intelijen Israel

    Salah satu sumber keamanan yang dikutip Reuters menambahkan bahwa Hizbullah pernah menggagalkan operasi intelijen Israel sebelumnya, yang menargetkan perangkat yang diimpor dari luar negeri oleh kelompok tersebut, mulai dari telepon rumah pribadi hingga unit ventilasi di kantor Hizbullah.

    Itu juga mencakup dugaan pelanggaran keamanan pada tahun lalu. Namun kali ini, Hizbullah tidak menyadari perangkat komunikasi mereka, yang digunakan untuk menghindari pelacakan dan penyadapan Israel, justru menjadi senjata yang mematikan.

    “Ada beberapa masalah elektronik yang bisa kami temukan — tapi bukan pager-nya. Mereka menipu kami, angkat topi untuk musuh,” ucap salah satu sumber yang dikutip Reuters tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (jbr/dhn)

  • Ternyata, Pager yang Meledak Massal Sempat Diperiksa Hizbullah

    Ternyata, Pager yang Meledak Massal Sempat Diperiksa Hizbullah

    Beirut

    Informasi terbaru menyebut kelompok Hizbullah telah melakukan pemeriksaan keamanan terhadap perangkat pager atau penyeranta merek Gold Apollo yang meledak massal di Lebanon pada Selasa (17/9). Beberapa pager bahkan baru dibagikan kepada anggota Hizbullah hanya beberapa jam sebelum meledak.

    Dituturkan dua sumber keamanan yang memahami hal tersebut, seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/9/2024), bahwa Hizbullah meyakini perangkat komunikasi itu aman sebelum membagikannya kepada para anggotanya di berbagai wilayah Lebanon.

    Salah satu sumber mengatakan bahwa salah satu anggota Hizbullah baru menerima pager pada Senin (16/9) waktu setempat, yang kemudian meledak keesokan harinya ketika perangkat itu masih berada di dalam kotaknya.

    Menurut sumber lainnya, sebuah pager lainnya yang diserahkan kepada seorang anggota senior Hizbullah beberapa hari sebelum insiden, meledak dan melukai seorang bawahannya.

    Dalam serangan yang tampaknya terkoordinasi, perangkat komunikasi merek Gold Apollo itu meledak secara serentak pada Selasa (17/9) waktu setempat di seluruh area yang menjadi markas Hizbullah di pinggiran selatan Beirut dan Lembah Bekaa bagian timur.

    Pada Rabu (18/9) waktu setempat, ratusan walkie-talkie yang digunakan anggota-anggota Hizbullah juga meledak. Kedua serangan beruntun itu menewaskan total sedikitnya 37 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai nyaris 3.000 orang lainnya.

    Pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah menuduh Israel sebagai dalang di balik ledakan massal tersebut. Tel Aviv hingga kini belum memberikan komentar langsung atas insiden di Lebanon tersebut.

    Namun sumber keamanan Barat mengatakan kepada Reuters pekan ini bahwa unit intelijen rahasia militer, Unit 8200, terlibat dalam perencanaan serangan itu.

    Dituturkan seorang sumber Lebanon yang memahami komponen perangkat itu bahwa baterai walkie-talkie yang digunakan Hizbullah telah dicampur dengan senyawa yang sangat mudah meledak yang disebut PETN.

    Sedangkan bahan peledak seberat tiga gram yang ditanam di dalam pager, menurut laporan Reuters, tidak terdeteksi selama berbulan-bulan oleh Hizbullah.

    Menurut salah satu sumber keamanan itu, sangat sulit untuk mendeteksi bahan peledak “dengan perangkat atau pemindai apa pun”. Sumber itu tidak merinci jenis pemindai apa yang digunakan Hizbullah untuk memeriksa pager-pager yang digunakan anggotanya tersebut.

    Hizbullah menggunakan pager, yang merupakan perangkat komunikasi berteknologi rendah ini, untuk menghindari pelacakan atau penyadapan Israel.

    Hizbullah Rutin Periksa Keamanan Pager yang Tiba di Lebanon

    Kelompok Hizbullah, menurut dua sumber lainnya yang berbicara kepada Reuters, langsung memeriksa pager-pager yang tiba di wilayah Lebanon, mulai tahun 2022, termasuk dengan melakukan perjalanan melalui bandara-bandara untuk memastikan perangkat itu tidak akan mengaktifkan alarm.

    Secara total, Reuters berbicara dengan enam sumber yang mengetahui rincian perangkat komunikasi yang meledak di Lebanon tersebut.

    Menurut para sumber keamanan itu, bukannya karena mencurigai pager-pager tertentu, Hizbullah melakukan pemeriksaan sebagai bagian dari “sweeping” rutin terhadap peralatannya, termasuk perangkat komunikasi, untuk mencari tahu apakah peralatan itu dipasangi peledak atau mekanisme pengintaian atau tidak.

    Ledakan massal, dan pendistribusian perangkat komunikasi itu meskipun telah dilakukan pemeriksaan rutin untuk pelanggaran keamanan, telah merusak reputasi Hizbullah sebagai payung pasukan aliansi “Poros Perlawanan” yang pro-Iran dan anti-Israel di kawasan Timur Tengah.

    Dalam pidatonya pada Kamis (19/9), pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyebut serangan itu menjadi “pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah” kelompoknya.

    Kantor media Hizbullah dan militer Israel belum memberikan komentar atas laporan Reuters ini.

    Gold Apollo yang berbasis di Taiwan menegaskan tidak memproduksi pager yang meledak di Lebanon. Pemerintah Taipei mempertegas bahwa komponen di dalam pager itu tidak dibuat di wilayah Taiwan.

    Gold Apollo menyebut perusahaan Hungaria, BAC, sebagai produsen pager itu. Namun otoritas Budapest menyebut BAC hanyalah perantara perdagangan dan tidak memiliki lokasi produksi atau operasional di Hungaria.

    Total ada 5.000 unit pager yang dikirimkan ke Lebanon pada awal tahun ini. Namun sejauh ini, tidak diketahui secara jelas di mana sebenarnya pager itu diproduksi atau pada tahap apa pager itu disabotase.

    Hizbullah, menurut tiga sumber yang dikutip Reuters, sedang menyelidiki di mana, kapan dan bagaimana perangkat komunikasi itu dicampur bahan peledak.

    Hizbullah Pernah Gagalkan Operasi Intelijen Israel Sebelumnya

    Salah satu sumber keamanan yang dikutip Reuters menambahkan bahwa Hizbullah pernah menggagalkan operasi intelijen Israel sebelumnya, yang menargetkan perangkat yang diimpor dari luar negeri oleh kelompok tersebut, mulai dari telepon rumah pribadi hingga unit ventilasi di kantor Hizbullah.

    Itu juga mencakup dugaan pelanggaran keamanan pada tahun lalu. Namun kali ini, Hizbullah tidak menyadari perangkat komunikasi mereka, yang digunakan untuk menghindari pelacakan dan penyadapan Israel, justru menjadi senjata yang mematikan.

    “Ada beberapa masalah elektronik yang bisa kami temukan — tapi bukan pager-nya. Mereka menipu kami, angkat topi untuk musuh,” ucap salah satu sumber yang dikutip Reuters tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • 5 Fakta Militer Israel dan Hizbullah Saling Serang

    5 Fakta Militer Israel dan Hizbullah Saling Serang

    Jakarta

    Perang antara militer Israel dan Hizbullah terus berkecamuk. Puncaknya terjadi imbas insiden ledakan sejumlah walkie-talkie dan pager yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hizbullah di Lebanon. Hizbullah menyalahkan Israel atas serangan itu.

    Ledakan bom walkie-talkie dan pager sendiri terjadi pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9) lalu dan menewaskan puluhan orang dan ribuan orang terluka. Kemudian, militer Israel pun meluncurkan serangan terbaru ke Lebanon pada Jumat (20/9).

    Israel Luncurkan Serangan Udara ke Lebanon

    Dalam perkembangan terakhir, seperti dilansir BBC, Israel meluncurkan serangan udara terbaru di Lebanon bagian selatan, yang videonya beredar di media sosial. Israel mengatakan ini sebagai tanggapan atas aksi Hizbollah selama ‘puluhan tahun’.

    Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa mereka sedang berupaya untuk “mendegradasi” “kemampuan dan infrastruktur teroris Hezbollah”. Kendati demikian, Israel tidak memerinci jelas mengenai target serangan kali ini.

    Serangan Balasan Hizbullah ke Militer Israel

    Serangan udara Israel menghantam wilayah pinggiran Beirut, ibu kota Lebanon, pada Jumat (20/9) waktu setempat. Dilansir Al Jazeera, Kantor berita nasional Lebanon NNA mengatakan Hizbullah juga menembakkan sedikitnya 140 roket ke Israel setelah Lebanon selatan menjadi sasaran serangan Israel.

    Seperti dilansir AFP Jumat (20/9), Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menegaskan tekad kelompoknya untuk terus bertempur melawan Israel setelah rentetan ledakan mengguncang Lebanon. Nasrallah menyatakan tekad Hizbullah melanjutkan perjuangan melawan Tel Aviv hingga gencatan senjata terwujud di Jalur Gaza.

    Korban: 5 Anak Tewas dan 59 Orang Terluka

    Serangan pada Jumat (20/9) itu mengakibatkan belasan orang tewas dan puluhan terluka. Seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (21/9), sedikitnya 14 orang, termasuk seorang komandan top Hizbullah dan pejabat senior kelompok itu, tewas dalam gempuran di Beirut.

    Diperkirakan oleh otoritas Beirut bahwa jumlah korban tewas masih mungkin bertambah, karena tim penyelamat masih terus menyisir lokasi serangan.

    Komandan Top Hizbullah Tewas dalam Serangan

    Militer Israel dan sumber keamanan Lebanon, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (21/9), mengatakan komandan top Hizbullah bernama Ibrahim Aqil tewas bersama beberapa anggota senior dari unit elite Hizbullah, Radwan, dalam serangan pada Jumat (20/9).

    Disebutkan militer Israel dalam pernyataannya bahwa pasukannya melancarkan “serangan yang ditargetkan” terhadap Aqil, yang diklaimnya juga menewaskan 10 komandan senior Radwan lainnya.

    Dalam pernyataannya, Hizbullah menyebut Aqil terbunuh di area Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, dalam apa yang disebut sebagai “pembunuhan yang berbahaya oleh Israel”.

    Ledakan Sejumlah Walkie-Talkie dan Pager

    Serangan udara Israel ini menjadi pukulan terbaru untuk Hizbullah setelah rentetan ledakan perangkat komunikasi mengguncang Lebanon selama dua hari berturut-turut pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9). Dalam insiden itu, pager atau penyeranta dan walkie-talkie yang digunakan anggota Hizbullah meledak massal.

    Total 37 orang tewas dan nyaris 3.000 orang lainnya mengalami luka-luka. Israel diduga kuat sebagai dalang utama di balik rentetan ledakan perangkat komunikasi tersebut, meskipun negara tersebut belum berkomentar apa pun.

    (wia/jbr)

  • Tewas Digempur Israel, Komandan Hizbullah Ibrahim Aqil Diburu AS Sejak Lama

    Tewas Digempur Israel, Komandan Hizbullah Ibrahim Aqil Diburu AS Sejak Lama

    Beirut

    Ibrahim Aqil, komandan top Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut, Lebanon, sudah sejak lama diburu oleh Amerika Serikat (AS) terkait dua serangan bom di Kedutaan Besar AS dan barak Marinir AS tiga dekade lalu. Kepala Aqil bahkan dihargai US$ 7 juta (Rp 106 miliar) oleh Washington.

    Lebih dari 300 orang tewas dalam dua serangan bom truk di Beirut tahun 1983 silam. Demikian seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/9/2024).

    Militer Israel mengklaim Aqil tewas dalam serangannya, bersama 10 komandan senior Hizbullah lainnya. Sumber yang dekat dengan Hizbullah menyebut Aqil sedang menghadiri “rapat dengan para komandan” senior Hizbullah ketika dia terbunuh.

    Hizbullah mengonfirmasi pada Jumat (20/9) tengah malam bahwa Aqil tewas dalam serangan Israel, dan memujinya sebagai “salah satu pemimpin besar mereka”.

    Aqil menjabat sebagai komandan unit elite Radwan, dan merupakan anggota badan militer tertinggi Hizbullah, Dewan Jihad. Dia menjadi anggota kedua Dewan Jihad yang terbunuh dalam serangan Israel, setelah Fuad Shukr yang tewas dalam serangan Tel Aviv pada Juli lalu.

    Selama ini, Aqil kerap menggunakan nama samaran Tahsin dan Abdelqader. Sama seperti Shukr, Aqil juga merupakan anggota veteran Hizbullah, yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada awal tahun 1980-an untuk melawan pasukan Israel yang saat itu menginvasi dan menduduki Lebanon.

    Lahir di sebuah desa di area Lembah Bekaa sekitar tahun 1960, menurut sumber keamanan setempat, Aqil bergabung dengan gerakan politik besar Syiah Lebanon lainnya, Amal, sebelum beralih ke Hizbullah sebagai anggota pendiri kelompok tersebut.

    AS menuduh Aqil berperan dalam serangan bom truk di Kedutaan Amerika di Beirut pada April 1983 silam, yang menewaskan sedikitnya 63 orang, dan pengeboman di sebuah barak Marinir AS enam bulan kemudian yang menewaskan 241 orang, yang semuanya tentara AS.

    Lihat Video: Israel-Lebanon Saling Serang, Ada Korban Tewas!

    Washington kemudian menuduh Aqil mengarahkan penculikan sandera warga AS dan Jerman di Lebanon pada akhir tahun 1980-an dan terlibat dalam pengeboman di Paris tahun 1986 silam.

    AS memasukkan nama Aqil ke dalam daftar Teroris Global yang Ditetapkan Secara Khusus (Specially Designated Global Terrorist) tahun 2019 lalu, dan menetapkan imbalan US$ 7 juta untuk penangkapannya.

    Mengacu pada pengeboman barak Marinir AS dan serangan lainnya terhadap kepentingan Barat di Lebanon tahun 1980-an, pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah pernah mengatakan dalam wawancara tahun 2022 bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok kecil yang tidak terkait dengan Hizbullah.

    Namun diketahui bahwa kelompok Aqil turut membantu dalam mengubah Hizbullah dari milisi bayangan menjadi organisasi militer dan politik paling berpengaruh di Lebanon, yang mendorong Israel keluar dari pendudukannya atas wilayah selatan Lebanon tahun 2000 dan berperang melawannya tahun 2006.

    Ketika Shukr tewas pada Juli lalu, hal itu dipandang sebagai pukulan terberat terhadap struktur komando Hizbullah sejak pembunuhan Imam Mughniyeh, yang dikenang oleh Hizbullah sebagai komandan legendaris, tahun 2008 lalu.

    Kematian Aqil yang harga buronannya ditetapkan lebih tinggi oleh AS dibanding Shukr, kemungkinan akan memberikan pukulan serupa kepada Hizbullah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Lebih Mengerikan daripada Serangan Udara

    Lebih Mengerikan daripada Serangan Udara

    Beirut

    Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, mengatakan serangan bom yang menggunakan ribuan pager dan radio walkie-talkie “melewati semua garis merah”. Dia menuduh Israel berada di balik rangkaian peristiwa yang menurutnya merupakan deklarasi perang.

    Seorang WNI di Lebanon mengatakan serangan terbaru yang menyasar perangkat komunikasi nirkabel ini lebih mengerikan dibandingkan serangan udara. Pihak KBRI mendorong evakuasi ratusan WNI yang masih berada di negara itu.

    Dalam pidato yang sangat dinanti-nantikan, Hassan Nasrallah mengakui Hezbollah telah menderita “pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya”. Tapi ia bersumpah akan terus bertempur dan memberikan “hukuman yang adil”.

    “Musuh telah melewati semua aturan, hukum, dan garis merah. Mereka sama sekali tidak peduli dengan apa pun, tidak secara moral, tidak secara manusiawi, tidak secara hukum,” kata Nasrallah.

    “Ini adalah pembantaian, agresi besar terhadap Lebanon, rakyatnya, perlawanannya, kedaulatannya, dan keamanannya. Ini dapat disebut kejahatan perang atau deklarasi perang – apa pun sebutannya, itu pantas dan sesuai dengan deskripsinya. Ini adalah niat musuh,” tambahnya.

    Pemimpin Hezbollah tersebut berkeras bahwa rantai komando dan kemampuan kelompoknya untuk berkomunikasi tetap utuh.

    Nada bicara Nasrallah menantang dan ia bersumpah akan memberikan hukuman yang berat. Namun, sekali lagi, ia menyatakan bahwa Hezbollah tidak tertarik menambah eskalasi konflik dengan Israel.

    Ledakan dilaporkan terjadi di Lebanon selatan, termasuk kota Sidon, serta pinggiran selatan Beirut, dan Lembah Bekaa (AFP)

    Jumlah korban tewas akibat ledakan perangkat komunikasi walkie-talkie bertambah menjadi 25 orang dari sebelumnya sebanyak 20, kata Menteri Kesehatan Firass Abiad.

    Selain korban tewas, setidaknya 608 orang telah terluka, tuturnya. Jumlah ini meningkat dari jumlah sebelumnya yaitu 450 orang.

    Total korban tewas dalam dua hari tersebut kini mencapai 37 orang, karena setidaknya 12 orang tewas akibat serangan pager pada Selasa (17/09).

    Sejumlah walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hezbollah meledak di pinggiran selatan ibu kota Beirut, Lembah Bekaa, dan Lebanon selatan.

    Ledakan sejumlah walkie-talkie terjadi selama pemakaman 12 orang pada insiden ledakan pager.

    Hezbollah menyalahkan Israel atas serangan itu. Israel belum berkomentar soal insiden ini.

    Serangan itu terjadi ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan “fase baru dalam perang”. Pada waktu bersamaan, satu divisi tentara Israel dikerahkan kembali ke utara.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antnio Guterres, memperingatkan “risiko serius eskalasi dramatis” dan meminta semua pihak “menahan diri secara maksimal”. “Jelas, logika di balik peledakan semua perangkat ini adalah sebagai serangan pendahuluan sebelum operasi militer besar-besaran,” ujarnya kepada wartawan.

    Israel: serangan terbaru respons atas aksi Hezbollah selama ‘puluhan tahun’

    Dalam perkembangan terakhir, Israel meluncurkan serangan udara terbaru di Lebanon bagian selatan yang videonya beredar di media sosial.

    Kata Israel, ini sebagai tanggapan atas aksi Hezbollah selama ‘puluhan tahun’.

    Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa mereka sedang berupaya untuk “mendegradasi” “kemampuan dan infrastruktur teroris Hezbollah”.

    “Selama beberapa dekade, Hezbollah telah mempersenjatai rumah-rumah warga sipil, menggali terowongan di bawahnya, dan menggunakan warga sipil sebagai tameng – yang telah mengubah Lebanon selatan menjadi zona perang,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

    Tujuannya, menurut pernyataan itu, adalah untuk “membawa keamanan ke Israel utara untuk memungkinkan kembalinya penduduk ke rumah mereka dan mencapai tujuan perang”.

    Potensi konflik besar-besaran

    Kekhawatiran terjadinya konflik besar-besaran sudah meningkat setelah 11 bulan pertempuran lintas batas yang dipicu oleh baku serang antara Israel dan Hamas di Gaza.

    Beberapa jam setelah ledakan pada Rabu (18/09), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk memulangkan puluhan ribu orang yang mengungsi dari wilayah utara negara itu “dengan aman ke rumah mereka”.

    Sementara itu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel “membuka babak baru dalam perang” dan bahwa “pusat gravitasi bergeser ke utara melalui pengalihan sumber daya dan pasukan”.

    Sebuah divisi tentara yang baru-baru ini terlibat di Gaza telah dikerahkan kembali ke utara, demikian dikonfirmasi militer Israel.

    Sejumlah ledakan terjadi ketika berlangsung pemakaman sekitar 12 orang korban ledakan pager termasuk anggota Hezbollah, Mohammed Ammar (Reuters)

    Hezbollah mengatakan bahwa mereka mendukung Hamas – yang juga didukung oleh Iran dan dilarang sebagai organisasi teroris oleh Israel dan banyak negara Barat. Hezbollah menegaskan hanya hanya akan menghentikan serangan lintas batas setelah pertempuran di Gaza berakhir.

    Indikasi tentang apa yang mungkin direncanakan kelompok itu selanjutnya dapat muncul pada hari Kamis (19/09), ketika pemimpinnya yang kuat, Hassan Nasrallah, akan memberikan pidato.

    Kantor media Hezbollah mengumumkan kematian 13 petempurnya, termasuk seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, sejak gelombang kedua ledakan.

    Hezbollah mengatakan telah menargetkan pasukan Israel di dekat perbatasan dan di Dataran Tinggi Golan, dengan menembakkan roket ke posisi artileri Israel.

    Militer Israel mengatakan sekitar 30 roket melintas dari Lebanon pada Rabu (18/09). Roket-roket itu memicu kebakaran tetapi tidak menimbulkan korban luka.

    Militer Israel juga menyebut pesawat tempur telah menyerang anggota Hezbollah di Lebanon selatan.

    BBC

    WNI di Lebanon: ‘Sewaktu-waktu bisa saja kejadian lagi’

    Ilham Akbar baru hendak ke luar rumah ketika tiba-tiba dia mendengar suara ledakan yang cukup keras pada Selasa sore.

    “Suaranya itu seperti dekat. Enggak lama kemudian saya dengar suara ambulans datang. Kira-kira lokasi kejadian itu sekitar 500 meter dari rumah saya,” kata Ilham kepada BBC News Indonesia.

    Selama delapan tahun tinggal di Lebanon, Ilham mengaku mulai terbiasa dengan eskalasi situasi akibat serangan udara ke Kota Beirut.

    Namun, saat itu dia merasa ada yang berbeda.

    “Kami yang sudah biasa mengalami serangan udara itu sudah bisa membedakan, karena tidak ada getaran setelah ledakan,” tuturnya.

    Setengah jam kemudian, dia baru mulai memahami bahwa ledakan tersebut bersumber dari pager.

    Situasinya terasa kian mengkhawatirkan setelah terjadi gelombang ledakan kedua pada Rabu yang menewaskan lebih banyak korban.

    Sumber ledakannya pun bukan hanya pager, tapi juga walkie-talkie, alat pembaca sidik jari, dan lain-lain.

    Menurut Ilham, serangan semacam ini terasa lebih mengerikan dibanding ketika menghadapi serangan udara.

    “Kita enggak tahu pasti posisi orang yang punya walkie talkie atau pager dan sejenisnya, apakah ada di dekat kita atau enggak, dan sewaktu-waktu bisa saja kejadian lagi,” tutur Ilham.

    Untuk menghindari ancaman itu, dia memilih bertahan di rumah dan hanya ke luar untuk kebutuhan mendesak.

    Apalagi Ilham tinggal di kawasan Dahiyeh, yang dikenal sebagai benteng pertahanan Hezbollah di selatan Beirut. Banyak dari ledakan itu terjadi di kawasan ini.

    Menurut catatan KBRI Beirut, terdapat 147 WNI yang masih bertahan di Lebanon sampai saat ini. Itu tidak termasuk staf KBRI serta personel TNI yang bergabung dalam misi perdamaian UNIFIL.

    Sejauh ini, ada satu orang WNI yang terkena serpihan ledakan ketika sedang berada di tempat umum.

    Kepala Kantor KBRI Beirut, Yosi Aprizal mengatakan WNI itu mengalami luka ringan dan kini dalam kondisi baik.

    Namun dengan eskalasi situasi yang kembali meningkat pasca-ledakan perangkat komunikasi elektronik ini, Yosi mengatakan akan terus mendorong para WNI agar bersedia dievakuasi.

    Indonesia telah menetapkan status Siaga 1 untuk kawasan Lebanon sejak 4 Agustus 2024, setelah serangan udara Israel menewaskan petinggi Hezbollah.

    Sejak saat itu, sudah ada tiga gelombang WNI yang dievakuasi ke Indonesia. Gelombang evakuasi selanjutnya rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 27 atau 28 September.

    “Kami terus mendorong mereka untuk evakuasi, mumpung kondisi saat ini masih relatif mudah untuk evakuasi, moda transportasi udara masih tersedia,” kata Yosi.

    “Khawatirnya kalau kondisinya memburuk, evakuasi akan semakin sulit,” sambungnya.

    Sejauh ini, sudah ada beberapa WNI yang menyatakan tidak bersedia untuk dievakuasi. Ada pula yang merasa masih bisa bertahan karena dapat menolerir situasi keamanan di Lebanon.

    Yosi mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan rencana darurat untuk mengevakuasi WNI melalui jalur udara, darat, dan laut jika sewaktu-waktu situasinya memburuk.

    Ilham adalah salah satu yang belum berencana meninggalkan Lebanon dalam waktu dekat karena harus menyelesaikan studi pasca-sarjana.

    “Kalau saya lihat, kondisi saat ini masih bisa ditolerir. Kalau sudah keluar dari Lebanon, akan sulit kembali ke sini kalau izin tinggal saya habis. Saya harus mengajukan visa lagi dan itu sulit,” kata Ilham.

    “Banyak dari kami belum menyelesaikan pendidikan kami masing-masing, jadi dilema.”

    Ilham hanya bisa berharap situasi di Lebanon tak memburuk, apalagi sampai berujung pada perang terbuka.

    “Kalau sampai situasinya memburuk, saya mungkin akan mengungsi ke safe house di KBRI,” kata dia.

    BBC

    Jaringan komunikasi Hezbollah disusupi Israel?

    Ledakan mematikan pada Rabu (18/09) merupakan penghinaan bagi Hezbollah mengingat seluruh jaringan komunikasinya kemungkinan telah disusupi Israel.

    Banyak warga Lebanon masih terkejut dan marah dengan gelombang pertama ledakan pada Selasa (16/09). Ketika itu ribuan pager meledak pada saat bersamaan, setelah orang-orang menerima pesan yang mereka yakini berasal dari Hezbollah

    Sumber-sumber AS dan Lebanon mengatakan kepada New York Times dan kantor berita Reuters bahwa Israel telah menanam sejumlah kecil bahan peledak di dalam pager yang meledak pada hari Selasa.

    Sebanyak 12 orang termasuk seorang gadis berusia delapan tahun dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun tewas dan 2.800 lainnya terluka oleh ledakan tersebut, menurut menteri kesehatan Lebanon.

    Baca juga:

    Tim BBC sedang berada di pemakaman empat orang yang tewas di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, pada Rabu (18/09) ketika mereka mendengar ledakan keras sekitar pukul 17:00 waktu setempat.

    Ledakan tersebut menimbulkan kekacauan dan kebingungan di antara para pelayat. Sesaat kemudian laporan mulai bermunculan tentang ledakan-ledakan yang terjadi di berbagai wilayah di Lebanon.

    Sebuah video media sosial yang belum dikonfirmasi memperlihatkan seorang pria jatuh ke tanah akibat ledakan kecil dalam acara pemakaman Hezbollah yang dihadiri oleh banyak orang.

    Palang Merah Lebanon mengatakan lebih dari 30 ambulans telah merespons ledakan-ledakan di pinggiran selatan ibu kota, di Lebanon selatan, dan Lembah Bekaa.

    Pager dan walkie-talkie yang meledak menyebabkan kerusakan di rumah-rumah dan melukai ribuan orang di seluruh Lebanon pada Selasa (17/09) dan Rabu (18/09) (Getty Images)

    Kementerian kesehatan mengatakan ledakan-ledakan mematikan itu “menargetkan walkie-talkie”.

    Seorang sumber yang dekat dengan Hezbollah juga mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa walkie-talkie yang digunakan oleh para anggotanya telah meledak.

    Seorang dokter mata di sebuah rumah sakit di Beirut mengatakan kepada BBC bahwa sedikitnya 60% dari para korban yang ia tangani telah kehilangan setidaknya satu mata. Sebagian besar korban juga kehilangan satu tangan.

    “Mungkin ini adalah hari terburuk dalam hidup saya sebagai seorang dokter. Saya yakin jumlah korban dan jenis kerusakan yang telah terjadi sangat besar,” kata Dr. Elias Warrak.

    “Sayangnya, kami tidak dapat menyelamatkan banyak mata, dan sayangnya kerusakannya tidak terbatas pada mata. Beberapa orang mengalami kerusakan di otak dan wajah.”

    Walkie-talkie jadi biang keladi

    Seorang pria di Lebanon memegang perangkat Icom yang sudah dilepaskan baterainya. Perangkat yang meledak di Lebanon tampaknya adalah Icom IC-V82 (Getty Images)

    Kantor berita milik pemerintah Lebanon (NNA) mengatakan seorang pria tewas ketika sebuah walkie-talkie meledak di dalam sebuah toko yang menjual perangkat seluler di Chaat, di Lembah Bekaa utara.

    Kantor berita tersebut mengidentifikasi perangkat itu sebagai radio VHF genggam ICOM-V82.

    NNA mengatakan ICOM-V82 lainnya meledak di sebuah rumah di pinggiran kota Baalbek. Rekaman video menunjukkan kerusakan akibat kebakaran pada sebuah meja dan dinding, serta serpihan alat komunikasi seperti walkie-talkie yang bertuliskan “ICOM”.

    Foto-foto di media sosial dari dua lokasi lain menunjukkan model serupa.

    ICOM adalah perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Osaka, Jepang.

    Namun, ICOM mengatakan bahwa pihaknya tidak memproduksi atau mengekspor IC-V82, maupun baterai yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya, selama 10 tahun.

    Perusahaan ini merupakan perusahaan Asia kedua yang terlibat dalam insiden pengeboman di Lebanon pekan ini. Sehari sebelumnya ribuan pager yang meledak tampaknya terkait dengan perusahaan Taiwan bernama Gold Apollo.

    Pendiri Gold Apollo, Hsu Ching-Kuang, dengan tegas membantah bahwa perusahaannya ada hubungannya dengan serangan tersebut. Dia mengeklaim telah memberikan lisensi merek dagangnya kepada sebuah perusahaan di Hungaria bernama BAC Consulting. Perusahaan ini tidak dapat dihubungi oleh BBC.

    Sebuah walkie talkie merek ICOM meledak dan hancur di sebuah rumah di pinggiran Baalbek, Lebanon (Getty Images)

    ICOM mengatakan kepada BBC bahwa mereka mengetahui adanya laporan bahwa perangkat radio walkie-talkie berlogo ICOM telah meledak di Lebanon. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki masalah itu.

    “IC-V82 adalah radio genggam yang diproduksi dan diekspor, termasuk ke Timur Tengah, dari tahun 2004 hingga Oktober 2014. Produk itu dihentikan produksinya sekitar 10 tahun lalu. Sejak itu, produk itu tidak pernah lagi dikirim dari perusahaan kami,” kata ICOM dalam sebuah pernyataan.

    “Produksi baterai yang diperlukan untuk mengoperasikan unit utama juga telah dihentikan dan segel hologram untuk membedakan produk palsu tidak dipasang. Jadi tidak mungkin untuk memastikan apakah produk itu dikirim dari perusahaan kami.”

    ICOM menambahkan bahwa semua radionya diproduksi di pabrik yang sama di Jepang. ICOM hanya menjual produk untuk pasar luar negeri melalui distributor resmi.

    Sebelumnya, seorang staf penjualan di anak perusahaan ICOM di AS mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa perangkat radio yang meledak di Lebanon tampaknya merupakan produk tiruan yang tidak dibuat oleh ICOM. Dia menambahkan bahwa mudah untuk menemukan versi palsu secara daring.

    Perangkat tersebut disukai oleh operator radio amatir untuk digunakan dalam komunikasi sosial atau darurat, termasuk oleh orang-orang yang melacak tornado atau badai, katanya.

    Kantor Icom di Jepang. Icom memproduksi walkie-talkie dan perangkat radio untuk khalayak yang bekerja di laut, dunia penerbangan, dan darat (Getty Images)

    Kantor berita Reuters mengutip sumber keamanan Lebanon yang mengatakan bahwa walkie-talkie tersebut dibeli Hezbollah lima bulan lalu pada periode yang sama dengan pembelian pager.

    Situs berita Axios mengutip dua sumber yang menyebut badan intelijen Israel telah memasang jebakan pada ribuan walkie-talkie sebelum mengirimkannya ke Hezbollah. Walkie-talkie adalah bagian dari sistem komunikasi darurat Hezbollah pada masa perang.

    (nvc/nvc)

  • Tekad Hizbullah Balas Israel Usai Ledakan Pager-Walkie Talkie

    Tekad Hizbullah Balas Israel Usai Ledakan Pager-Walkie Talkie

    Jakarta

    Rentetan ledakan mematikan mengguncang Lebanon melalui pager dan walkie-talkie. Hizbullah bertekad akan membalas perbuatan Israel itu.

    Seperti dilansir AFP Jumat (20/9/2024), Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menegaskan tekad kelompoknya untuk terus bertempur melawan Israel setelah rentetan ledakan mengguncang Lebanon. Nasrallah menyatakan tekad Hizbullah melanjutkan perjuangan melawan Tel Aviv hingga gencatan senjata terwujud di Jalur Gaza.

    Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan yang terjadi hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza. Hizbullah menyebut serangan-serangannya terhadap Israel sebagai bentuk dukungan untuk Palestina dan Hamas, sekutunya, yang berperang melawan Tel Aviv.

    Ketegangan antara kedua pihak semakin memuncak ketika rentetan ledakan perangkat komunikasi, seperti pager dan walkie-talkie, mengguncang Lebanon. Total sedikitnya 37 orang tewas dan nyaris 3.000 orang lainnya luka-luka akibat ledakan yang melanda selama dua hari berturut-turut.

    Perangkat-perangkat komunikasi yang meledak itu kebanyakan digunakan oleh para anggota Hizbullah yang ada di berbagai wilayah Lebanon.

    Nasrallah, dalam pidatonya pada Kamis (19/9) waktu setempat, mengakui Israel telah memberikan “pukulan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap Hizbullah. Dia juga menyebut Tel Aviv telah melanggar semua garis merah atau red line dengan serangan tersebut.

    “Dengan operasi ini, musuh telah melanggar semua… garis merah,” sebutnya.

    Dia kemudian bersumpah untuk terus melanjutkan pertempuran melawan Israel meskipun telah terjadi “semua pertumpahan darah ini” — merujuk pada ledakan mematikan di Lebanon pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9).

    “Front Lebanon tidak akan berhenti sampai agresi di Gaza berhenti,” tegas Nasrallah dalam pidatonya.

    Ditegaskan oleh Nasrallah dalam pidatonya bahwa Israel akan menghadapi “pembalasan dendam dan hukuman yang adil, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan” atas ledakan pager dan walkie-talkie yang mengguncang Lebanon.

    Dalam pidatonya, Nasrallah juga menyinggung soal janji-janji para pemimpin Israel untuk memulangkan ribuan warganya yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka di wilayah Israel bagian utara, dekat perbatasan Lebanon, akibat pertempuran lintas perbatasan yang meningkat.

    “Anda tidak akan bisa memulangkan penduduk wilayah utara ke wilayah utara,” ucapnya memperingatkan Israel.

    “Tidak ada eskalasi militer, tidak ada pembunuhan, dan tidak ada perang habis-habisan yang bisa memulangkan para penduduk ke perbatasan,” tegas Nasrallah.

    Ditambahkan Nasrallah bahwa “satu-satunya cara” untuk memulangkan penduduk ke Israel bagian utara adalah dengan “menghentikan perang di Gaza”.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/aik)