Tag: Hans Kwee

  • Harga Emas Hari Ini Kembali Anjlok, Analis: Masih Bisa Turun, Belum Saatnya Beli

    Harga Emas Hari Ini Kembali Anjlok, Analis: Masih Bisa Turun, Belum Saatnya Beli

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas hari ini, Rabu (13/11/2024) yang dipantau dari laman Logam Mulia mengalami penurunan sebesar Rp 5.000 menjadi Rp 1,477 juta per gram dari hari sebelumya. Sedangkan harga jual kembali (buyback) emas batangan sebesar Rp 1,328 juta per gram.

    Apakah kondisi ini sudah saatnya beli?

    “Harga emas masih bisa turun,” kata analis pasar modal yang juga direktur utama PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee saat dihubungi Beritasasatu.com, Rabu.  

    Dia mengatakan, harga emas saat ini masih dalam tren melemah dipicu kemenangan Donald Trump pada Pilpres Amerika Serkat (AS) sehingga membuat dolar AS menguat, inflasi lebih tinggi, dan suku bunga bank sentral The Fed tetap tinggi.

    “Harga emas negatif pada tiga faktor itu,” kata wakil ketua Perkumpulan Investor Pasar Modal Indonesia (PIPMI) ini.

    Hans mengatakan, harga emas juga sudah naik dari awal tahun karena ekpektasi pemotongan bunga.

    Berikut harga emas batangan pada hari ini Rabu (13/11/2024).

    – Emas 0,5 gram: Rp 788.500.
    – Emas 1 gram: Rp 1,477 juta.
    – Emas 2 gram: Rp 2,898 juta.
    – Emas 3 gram: Rp 4,327 juta.
    – Emas 5 gram: Rp 7,189 juta.
    – Emas 10 gram: Rp 14,300 juta.
    – Emas 25 gram: Rp 35,587 juta.
    – Emas 50 gram: Rp 71,055 juta.
    – Emas 100 gram: Rp 141,990 juta.
    – Emas 250 gram: Rp 354,587 juta.
    – Emas 500 gram: Rp 708,875 juta.
    – Emas 1.000 gram: Rp 1,417 miliar.

  • Ekonom sebut pelaku pasar hati-hati cermati Pilpres AS

    Ekonom sebut pelaku pasar hati-hati cermati Pilpres AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Ekonom sebut pelaku pasar hati-hati cermati Pilpres AS
    Dalam Negeri   
    Sigit Kurniawan   
    Senin, 04 November 2024 – 23:23 WIB

    Elshinta.com – Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee mengatakan bahwa pelaku pasar cenderung bersikap hati-hati mencermati Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) pada Selasa (05/11) waktu setempat.

    Responden dalam survei nasional yang dilakukan oleh Emerson College Polling menunjukkan bahwa dukungan bagi Donald Trump dan Kamala Harris menunjukkan hasil sama, yaitu masing-masing memperoleh 49 persen suara.

    “Menjelang Pilpres AS, pasar hati- hati karena jajak pendapat bahwa suara (Donald) Trump dan (Kamala) Haris berimbang,” ujar Hans di Jakarta, Senin (4/11). 

    Hans mengatakan bahwa apabila Donald Trump memenangkan kontestasi, maka dapat berdampak positif terhadap ekonomi dan pasar saham AS.

    Namun demikian, menurutnya, kemenangan tersebut bencana bagi global khususnya emerging market, termasuk Indonesia.

    “Kemenangan Trump akan positif bagi ekonomi dan pasar saham AS, tetapi bencana bagi dunia dan emerging market, termasuk Indonesia. Tetapi sifat kejatuhan pasar jangka pendek,” ujar Hans.

    Sementara itu, terkait sentimen dari dalam negeri, Ia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi atau besaran Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan berada di kisaran 5 persen year on year (yoy) pada kuartal III 2024.

    Untuk periode kuartalan, Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada di level 1,60 persen quartal on quartal (qoq) pada kuartal III- 2024.

    Rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III- 2024 tersebut, menurutnya, tidak akan terlalu berdampak negatif bagi pasar saham Indonesia, yang nama koreksi pasar saham saat ini lebih dikarenakan mendekati Pilpres AS.

    “Tidak terlalu negatif bagi pasar Indonesia. Tetapi, pasar saham koreksi karena mendekati Pemilu AS,” ujar Hans.

    Dari mancanegara, akan diselenggarakan pesta demokrasi berupa Pemilihan Presiden (Pilpres) di AS pada Selasa (05/11), serta terdapat penyelenggaraan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada 6 dan 7 November 2024 waktu AS.

    Sementara itu, dari dalam negeri, pada Selasa (05/11), Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis pertumbuhan ekonomi atau atau besaran Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2024.

    Sumber : Antara

  • Hasil Pilpres AS Akan Bayangi Pergerakan IHSG November 2024

    Hasil Pilpres AS Akan Bayangi Pergerakan IHSG November 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak volatil sepanjang Oktober. Menurut data RTI Business, selama Oktober 2024, IHSG menguat 0.40% tetapi disertai net sell asing senilai Rp 6,52 triliun. Lantas bagaimana dengan pergerakannya pada November?

    Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal Hans Kwee mengatakan, pasar akan cenderung wait and see sembari menunggu hasil Pemilihan Presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 yang akan dilaksanakan pada Selasa (5/11/2024) mendatang. Menurut Hans, setiap calon presiden AS berpeluang membawa dampak yang berbeda bagi pergerakan pasar saham Indonesia.

    “Pasar saat ini menunggu agenda cukup penting, yakni pilpres AS. Berdasarkan survei, posisi pemenangnya selalu bergeser. Tahun ini hampir tidak bisa ditebak. Ada peluang Trump menang. Kalau hal ini terjadi, kemungkinan pasar modal (Indonesia) akan koreksi. Maka, pelaku pasar itu wait and see dan berhati-hati sekali,” ucap Hans kepada wartawan di Bursa Efek Indonesia, Kamis (31/10/2024).

    Lebih lanjut, Hans mengatakan, saat ini pelaku pasar tengah mencermati peluang pemotongan suku bunga acuan AS oleh Federal Reserve. Pasar percaya diri bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada FOMC Meeting pada November dengan besaran pemotongan yang tidak setinggi pemotongan pada September lalu.

    Namun, pertanyaannya saat ini, yakni apakah pemotongan November akan dilanjutkan dengan pemotongan pada Desember atau tidak. Hal ini dapat dipengaruhi oleh hasil Pilpres AS 2024 nanti.

    Lebih lanjut, Hans mengatakan, pelaku pasar global juga tengah mencermati sentimen pemberian stimulus oleh pemerintah Tiongkok kepada masyarakatnya. Sebelumnya, pada awal Oktober Pemerintah Tiongkok akan memberikan stimulus kepada masyarakatnya untuk mendorong daya beli sebagai upaya untuk menggerakan perekonomian.

    “Ketika ada berita Tiongkok mau ngasih stimulus, investor cenderung rebalancing portfolio. Ketika pasar Tiongkok jelek, orang cenderung membeli ke emerging market. Berita terakhir, ternyata stimulus Tiongkok kurang, sehingga dananya keluar,” ucapnya.

    Ia melanjutkan, Tiongkok menambah stimulusnya. Jadi, perkiraan mereka kalau stimulus 5% dari GDP, bisa bakal efektif.

    “Namun, saat ini belum sampai. Kalau Tiongkok membaik terlalu cepat, itu jadi masalah bagi kita. Karena duit itu akan kembali lagi balik ke Tiongkok. Itu yang jadi masalah,” tambah Hans.

    Secara umum, Hans menilai pasar dapat bergerak di teritori negatif jika suku bunga acuan The Fed jadi diturunkan. Hans optimistis bahwa hal tersebut dapat kembali terjadi pada November 2024.

    “Secara umum harusnya pasar itu bisa bergerak rebound. Di era penurunan tingkat suku bunga, biasanya pasar saham itu akan rally sampai 65% naiknya setiap kali penurunan suku bunga. Nah yang biasanya sektor yang beruntung, yaitu sektor perbankan, kemudian kalau bunga memang turun, properti harusnya bergerak. Kalau properti bergerak dan industri turunannya juga bergerak semua,” pungkas Hans. 
     

  • Ekonom: Pelaku pasar akan sambut positif pelantikan presiden- wapres

    Ekonom: Pelaku pasar akan sambut positif pelantikan presiden- wapres

    Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee menyampaikan bahwa pelaku pasar keuangan akan menyambut positif pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang telah dilaksanakan pada Minggu ini.

    Selain itu, lanjutnya pelaku pasar juga akan menyambut positif apabila Sri Mulyani Indrawati kembali ditunjuk sebagai Menteri Keuangan.

    “Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi terlihat menguat. IHSG berpeluang menguat dengan support di level 7.600 sampai level 7.521 dan resistance di level 7.800 sampai level 7.950,” ujar Hans Kwee saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu.

    Sementara itu, dari mancanegara, Ia menjelaskan terdapat beberapa sentimen yang akan mempengaruhi sikap para pelaku pasar keuangan, di antaranya data ekonomi Amerika Serikat (AS), kebijakan European Central Bank (ECB), stimulus China, serta ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

    Dari AS, Ia menjelaskan bahwa data penjualan ritel dan klaim pengangguran AS lebih baik dibandingkan perkiraan.

    “Data ekonomi AS yang lebih baik ini mendorong probabilitas pemotongan 25 basis poin (bps) pada pertemuan awal November 2024 meningkat,” ujar Hans.

    Baca juga: Ekonom: Indonesia bisa tumbuh 8 persen dengan pendekatan komprehensif

    Baca juga: Ekonom: Investor asing akan respon positif Sri Mulyani sebagai Menkeu

    Lanjutnya, peluang pemotongan 44 bps sampai akhir tahun memiliki arti, bahwa kemungkinan November 2024 menjadi pemotongan terakhir pada tahun 2024, yang juga didukung potensi kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Umum (Pemilu) AS pada November mendatang.

    “Kebijakan Trump lebih agresif, mulai dari pemangkasan pajak, pelanggaran regulasi keuangan dan bisnis, perang tarif. Semua kebijakan ini mendorong inflasi lebih tinggi dan berimbas pada naiknya Yield obligasi serta dolar yang kuat,” ujar Hans Kwee.

    Dari Eropa, Ia menyebut bahwa kebijakan ECB untuk memotong suku bunga acuannya positif bagi pasar keuangan, namun ekonomi Eropa masih di bayang-bayangi perlambatan ekonomi.

    Sementara itu, lanjutnya, stimulus dari China menjadi amunisi bagi penguatan pasar keuangan khususnya pasar saham, yang mana ekonomi China membutuhkan stimulus lebih besar untuk keluar dari masalah yang mereka hadapi.

    “Harga minyak cenderung melemah setelah ekonomi China terlihat lemah, dan potensi perdamaian di konflik Timur Tengah. Kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar membuat potensi perdamaian menurun dan mendorong minyak cenderung naik,” ujar Hans.

    Baca juga: Ekonom: Fluktuasi pasar uang terus berlanjut karena faktor eksternal

    Baca juga: Ekonom Mandiri ungkap risiko ekonomi RI jika Trump menang Pemilu AS