Tag: Handoko

  • Prospek Saham Perusahaan Gas Negara di Tengah Rencana Impor LPG

    Prospek Saham Perusahaan Gas Negara di Tengah Rencana Impor LPG

    Jakarta

    Saham entitas anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dibuka menguat pada perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (28/7). Menyusul kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia usai pemangkasan tarif menjadi 19%. Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia diwajibkan mengimpor energi dari AS dengan nilai yang sudah disepakati sebesar US$ 15 miliar.

    Berdasarkan data perdagangan RTI Business, PGAS naik ke harga 0,62% usai menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan pelemahan sebesar 1,23%. Saham PGAS menguat 10 poin ke level Rp 1.615 per lembar. Pada awal perdagangan hari ini, saham PGAS mencatat volume transaksi sebesar 1,50 juta, nilai transaksi Rp 2,42 miliar dengan frekuensi saham yang diperdagangkan sebanyak 695 kali hingga pukul 09.43 WIB.

    Saham PGAS terpantau menguat sepanjang 2025 sebesar 1,57% dari rentang harga Rp 1.425-1.895 per lembar. Selama sebulan terakhir, saham PGAS tercatat stagnan dengan rata-rata kenaikan 14% dalam 10 hari terakhir dan melemah 9,65% di 10 hari sisanya.

    Mengutip analisis Mirae Asset Sekuritas, saham PGAS menunjukkan potensi kenaikan harga karena beberapa indikator teknikal yang mendukung. Mirae Asset merekomendasikan Accumulative Buy untuk saham PGAS di level Rp 1.570-1.620.

    Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan, saham PGAS menunjukkan pola Baji yang menunjukkan harga saham berada dalam fase kenaikan yang berpotensi berlanjut ke gelombang [iii], yang biasanya merupakan fase kenaikan kuat dalam analisis gelombang.

    “PGAS pergerakan harga sahamnya mulai stabil, ya, sudah mulai stabil. Jadi, dengan demikian diharapkan akan terjadi fase eskalasi atau fase uptrend ke depannya,” terang Nafan kepada detikcom, Senin (28/7/2025).

    Nafan menyebut, kesepakatan dagang Indonesia dan AS juga dapat mendorong pertumbuhan fundamental. Menurutnya, pertumbuhan kinerja fundamental ini dapat mendorong teknikal saham PGAS ke depan. Secara tidak langsung, kesepakatan dagang ini juga mendongkrak pertumbuhan pendapatan PGAS.

    “Perjanjian dagang itu penting agar supaya perekonomian Indonesia bisa lebih sustain, yang paling esensial seperti itu,” jelasnya.

    Meski pemerintah menyepakati perjanjian dagang tersebut, PGAS masih berupaya memenuhi kebutuhan gas melalui hasil produksi domestik. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, Indonesia akan mengimpor tiga komoditas energi, yakni minyak mentah, Liquified Petroleum Gas (LPG), dan bahan bakar minyak (BBM).

    Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Arief Setiawan Handoko menyebut, pihaknya terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan gas dari produksi dalam negeri. Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan gas, industri tidak melulu harus melakukan impor.

    “Saya berharap sih apa yang kita punya itu, kita bisa pakai di dalam. Saya nggak melulu harus izin impor, harus impor,” ujar Arief di Amanaia Satrio, Kamis (17/7/2025).

    Kinerja Fundamental PGAS

    Foto: Dok. PGN

    Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PGAS mengalami koreksi hingga 48,80% menjadi US$ 62,02 juta. Namun, pendapatan PGAS

    tumbuh 1,81% yoy menjadi US$ 966,56 juta pada kuartal I-2025.

    Adapun rinciannya, pendapatan dari penjualan gas kepada pelanggan industri dan komersial US$ 655,54 juta. Kemudian pelanggan rumah tangga US$ 12,25 juta. Adapun beban pokok pendapatan perseroan tercatat sebesar US$ 825,95 juta di kuartal I 2025.

    Hingga akhir Maret 2025, total aset PGAS tercatat sebanyak US$ 6,54 miliar. Nilai aset PGAS di periode tersebut terdiri dari liabilitas sebesar US$ 2,78 miliar dan ekuitas sebesar US$ 3,77 miliar.

    Adapun sepanjang tahun 2024, PGAS mencatatkan penurunan volume niaga gas tahun 2024 menjadi sebesar 852 BBTUD (British Thermal Unit per Day). Jumlah itu turun sekitar 8% dari tahun sebelumnya yang mencapai 923 BBTUD.

    Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengatakan realisasi volume niaga gas pada 2024 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan kondisi natural decline pasokan.

    “Realisasi volume niaga gas 2024 turun karena natural decline pasokan,” kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, dikutip Rabu (23/4/2025).

    Rekomendasi Saham PGAS

    Mirae Asset Sekuritas

    PGAS – Accumulative Buy untuk saham PGAS di level Rp 1.570 hingga Rp 1.620. Adapaun target price (TP) 1 Rp 1.670 (+3,73%), TP 2 Rp 1.710 (+6,21%), dan TP 3 Rp 2.290 (+42,24%).

    PT Bina Artha Sekuritas

    PGAS – Momentum masih akan positif selama harga berada di atas support Rp 1.560. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bullish. HOLD atau TRADING BUY pada rentang harga Rp 1.560 hingga Rp 1.590 dengan target harga terdekat di Rp 1.725.

    Tonton juga video “Poin-poin Wajib RI Usai Kesepakatan Tarif Impor” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (ara/ara)

  • Hilang di Pantai Siung Gunungkidul, Wanita asal Jakarta Tinggalkan Motor dan Identitas
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        27 Juli 2025

    Hilang di Pantai Siung Gunungkidul, Wanita asal Jakarta Tinggalkan Motor dan Identitas Yogyakarta 27 Juli 2025

    Hilang di Pantai Siung Gunungkidul, Wanita asal Jakarta Tinggalkan Motor dan Identitas
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Seorang warga Jakarta, AN (28), saat ini sedang dalam pencarian oleh
    tim SAR
    setelah meninggalkan sepeda motornya di Kawasan
    Pantai Siung
    , Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
    AN memarkir sepeda motornya sejak Kamis, 24 Juli 2025.
    Sebelumnya, korban diketahui telah mengunjungi tebing Watu Togok, yang merupakan lokasi berbahaya dan tidak diperbolehkan untuk dijamah manusia.
    Lokasi tersebut terletak di balik gunung sebelah timur Pantai Siung.
    Koordinator Rescue Istimewa Wilayah Operasi I Pantai Wediombo, Sunu Handoko Bayu Sagara, menjelaskan bahwa AN adalah warga Jakarta Timur.
    Ia datang seorang diri dan menyewa tenda di Pantai Siung sekitar pukul 17.30 WIB pada hari kedatangannya.
    “AN mendatangi petugas SAR menanyakan jalan menuju lokasi Watu Togok dengan menunjukkan video pada HP, pada Jumat, 25 Juli 2025, pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Namun, oleh SAR dihimbau untuk tidak mendatangi Watu Togok karena tempat tersebut berbahaya dan tidak boleh dijamah oleh pengunjung,” kata Sunu saat dihubungi melalui telepon pada Minggu, 27 Juli 2025.
    Pada Jumat siang, sekitar pukul 13.00 WIB, seorang nelayan melihat seorang perempuan di sekitar Watu Togok dan melaporkannya kepada petugas Satlinmas.

    Petugas segera mengajak AN kembali ke Pantai Siung.
    “Pada hari Sabtu, 26 Juli 2025, pukul 02.00 WIB,
    Tim SAR
    masih melihat AN di depan tenda. Namun, pada pagi harinya, saat pemilik tenda mau membongkar karena masa sewanya sudah habis sekitar pukul 07.00 WIB, dia sudah tidak ada di tempat,” jelas Sunu.
    Hari ini, tim Satlinmas menerima informasi terkait temuan sepeda motor Honda Vario 160 milik AN.
    Setelah itu, tindakan dilanjutkan bersama Polsek Tepus.
    Hasil identifikasi oleh Polsek Tepus menemukan tas berisi HP, pakaian, dan dompet yang di dalamnya terdapat identitas SIM serta sejumlah barang lainnya.
    Terdapat juga helm dan tas di atas sepeda motor tersebut.
    “Sepeda motor dalam keadaan tidak dikunci setang dan kunci kontak ada,” ungkap Sunu.
    Sunu menambahkan bahwa tim Satlinmas bersama TNI/Polri langsung melakukan penyisiran. Pencarian dilakukan melalui darat serta menggunakan drone.
    “Hingga sore ini, saudari AN belum juga ditemukan,” tutupnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dirjen Polpum Kemendagri Minta Satgas Terpadu Harus Rutin Dievaluasi, Premanisme Ormas Rugikan Negara Rp900 Triliun

    Dirjen Polpum Kemendagri Minta Satgas Terpadu Harus Rutin Dievaluasi, Premanisme Ormas Rugikan Negara Rp900 Triliun

    SEMARANG – Premanisme yang berkedok organisasi masyarakat (ormas) masih menjadi ancaman serius bagi iklim investasi di Indonesia. Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri, Bahtiar Baharuddin, menegaskan perlunya evaluasi rutin terhadap kinerja Satgas Terpadu Penanganan dan Pembinaan Ormas di setiap daerah.

    “Jangan takut pada oknum ormas. Negara tidak boleh tunduk,” tegas Bahtiar saat memberi arahan dalam forum Pembinaan Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Hotel Grand Candi, Semarang, Jumat, 25 Juli 2025.

    Kegiatan itu sekaligus menjadi momentum mengevaluasi keberadaan Satgas Terpadu di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah. Bahtiar meminta Forkopimda daerah memastikan satgas sudah terbentuk dan melakukan evaluasi rutin setiap Rabu.

    Menurutnya, banyak ormas menyimpang dari tujuan awal. Alih-alih membangun, mereka justru merusak. “Berserikat itu ada batasnya. Jika melanggar, sanksinya bisa administratif sampai pembubaran,” ujarnya.

    Data Ditjen Polpum mencatat 1.540 kasus gangguan investasi oleh ormas dan oknumnya sepanjang 2024. Bahkan, kerugian akibat premanisme ormas ditaksir mencapai Rp900 triliun berdasarkan laporan Kementerian Investasi.

    “Kita tidak bisa membiarkan ini terus terjadi. Negara harus hadir,” kata Bahtiar, seraya mencontohkan Vietnam dan Thailand yang kini unggul dalam menarik investor karena iklim keamanan mereka lebih terjaga.

    Hadir dalam kegiatan itu unsur Forkopimda Jawa Tengah, mulai dari Kejaksaan, Kesbangpol, TNI, Polri, hingga Pemerintah Kota Semarang. Turut mendampingi Bahtiar, Direktur Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Sri Handoko Taruna, Direktur Ormas Budi Arwan, serta Sekda Provinsi Jateng, Sumarni.

  • PGN Sebar Beasiswa ke 40 Mahasiswa Berprestasi – Page 3

    PGN Sebar Beasiswa ke 40 Mahasiswa Berprestasi – Page 3

    Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyiapkan terobosan model bisnis dalam menghadapi ketidakpastian global, mulai dari gejolak geopolitik hingga potensi dampak kebijakan proteksionisme Amerika Serikat.

    Direktur Utama PGN Arief S. Handoko mengatakan, persiapan menghadapi gejolak ketidak pastian global, dengan struktur bisnis terintegrasi yang sepenuhnya berbasis domestik—dari pasokan, infrastruktur, hingga pasar pelanggan—PGN mampu menjaga stabilitas operasional dan keuangan secara konsisten.

    “PGN memiliki resiliensi tinggi terhadap volatilitas global karena 93% pasokan berasal dari sumber domestik, didukung infrastruktur yang seluruhnya berada di Indonesia serta portofolio pelanggan yang berorientasi domestik. Hal ini menjadikan eksposur kami terhadap risiko eksternal relatif minimal,” ujar Arief, Selasa (15/7/2025).

    Artief mengungkapkan, ketegangan geopolitik dan kebijakan luar negeri AS diperkirakan menekan nilai tukar rupiah dan harga energi global. Dampaknya, sektor ekspor—termasuk elektronik, garmen, dan kulit—berpotensi menurunkan aktivitas produksi, sehingga konsumsi gas industri diperkirakan turun sekitar 2,34 persen.

     

     

  • Demi Penuhi Suplai Gas, PGN Terus Berburu Pasokan LNG Baru

    Demi Penuhi Suplai Gas, PGN Terus Berburu Pasokan LNG Baru

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sedang berupaya mendapatkan pasokan gas baru melalui Liquefied Natural Gas (LNG) di dalam negeri. Berbagai sumber telah dibidik oleh perusahaan untuk menambah suplai gas yang saat ini dinilai terus menurun.

    Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengatakan pihaknya sedang melirik beberapa sumber LNG dari Banggai, Sulawesi Tengah oleh PT Donggi Senoro, proyek LNG Bontang, Kalimantan Timur oleh PT Badak NGL, hingga proyek LNG Tangguh Teluk Bintuni, Papua Barat oleh BP.

    “LNG yang kita upayakan mendapat dari Donggi Senoro, Bontang ataupun di Tangguh. Cuma, PGN ini sampai sekarang kan belum dapat term kontrak ya, hanya spot-spot ya,” jelasnya dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia, di Jakarta, Kamis (17/7/2025).

    Yang terpenting, kata Arief, dari sumber-sumber gas baru itu, PGN berharap bisa membeli dengan harga ekonomis. Tidak lain, supaya distribusi yang dilakukan kepada konsumen juga bisa dibeli dengan harga terjangkau.

    “Nah saya berharap ke depan itu kami dapat term kontrak, kalau term kontrak itu memang harganya lebih steady dan jauh lebih murah dibanding saat kita mendapatkan spot market. Jadi kita beli dari domestik tapi spot. Sama kayak dari luar kan kadang-kadang nyari LNG dari spot,” katanya.

    Sebagaimana diketahui, PGN menyalurkan hingga 90% kebutuhan gas nasional. Paling besar, kata Arief, konsumen gas berasal dari wilayah Sumatera dan Jawa Barat. Nah, untuk mencukupi kebutuhan itu, PGN akan menggantikan sebagian kekurangan gas itu dengan LNG. “Makanya kita aktif nyari-nyari gas dari sumber-sumber yang ada di upstream,” tandasnya.

    Untuk diketahui, di Indonesia Bagian Barat, PGN Group telah memiliki Pipa Transmisi Sumatera – Jawa, unit regasifikasi dan penyimpanan gas terapung (FSRU) Lampung, FSRU Jawa Barat dan fasilitas LNG Arun yang saat ini menjadi tulang punggung penyaluran gas bumi nasional. Apabila Pipa Dumai – Sei Mangkei telah terbangun, PGN juga siap untuk mengoptimalkannya.

    Bila Pipa Dumai – SEI Mangkei selesai terbangun, artinya jaringan pipa gas bumi akan tersambung dari Aceh hingga Jawa Timur. Seiring dengan penyelesaian ruas Pipa Cirebon Semarang (Cisem) Tahap II. Maka, masyarakat akan menerima manfaat dari konektivitas tersebut, baik industri maupun jargas rumah tangga.

    Agar pemanfaatan gas bumi di Indonesia semakin berkelanjutan, PGN tengah mengembangkan LNG Hub di Arun dengan merevitalisasi tangki tua dan membangun tangki baru. Keberadaan LNG Hub Arun akan meningkatkan pemanfaatan LNG, sehingga meningkatkan sumber pasokan gas bumi untuk pelanggan di berbagai sektor. PGN juga tengah menjajaki peluang untuk mengembangkan terminal penerimaan LNG di Jawa.

    Selanjutnya, permintaan yang potensial di wilayah Indonesia bagian Timur didominasi oleh industri, kelistrikan dan smelter. Salah satu proyek yang sedang digarap adalah gasifikasi LNG untuk pembangkit listrik di Papua Utara dan bekerja sama dengan PLN EPI.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BRIN Ungkap Rencana Siapkan Teknologi Carbon Netting Berbasis Nuklir

    BRIN Ungkap Rencana Siapkan Teknologi Carbon Netting Berbasis Nuklir

    BRIN Ungkap Rencana Siapkan Teknologi Carbon Netting Berbasis Nuklir
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Badan Riset dan Inovasi Nasional (
    BRIN
    ) berencana mengembangkan teknologi
    carbon netting
    berbasis akselerator nuklir.
    Carbon netting
    merupakan upaya untuk menyeimbangkan emisi karbon dengan menyerapnya kembali ke alam, sehingga mencapai kondisi netral karbon.
    Kepala BRIN
    Laksana Tri Handoko
    mengatakan, karena kompleksitas proses pengadaan, instalasi alat tersebut ditunda dua tahun mendatang.
    Namun, saat ini Indonesia telah memiliki perangkat carbon netting, meskipun hanya terbatas untuk pengujian karbon hingga usia 50.000 tahun.
    “Tahun ini sebenarnya direncanakan pemasangan alat carbon netting yang berbasis akselerator atau
    teknologi nuklir
    , yang mampu mengukur karbon hingga jutaan tahun. Lokasinya direncanakan di Kawasan Nuklir Pasar Jumat,” ujar Handoko, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X DPR RI, Kamis (17/7/2025).
    Namun, karena alat tersebut bersifat
    customized
    dan memerlukan waktu produksi selama dua tahun, BRIN memutuskan untuk menunda instalasinya hingga tahun depan.
    “Kami sepakat dengan Kementerian Keuangan untuk menunda. Pembiayaannya juga bukan dari Rupiah Murni, melainkan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” ujar dia.
    Menurut Handoko, alat carbon netting berbasis nuklir ini memiliki nilai investasi yang sangat tinggi, mencapai hampir Rp 70 miliar.
    Selain itu, biaya operasionalnya juga tergolong besar, sehingga tidak dapat dipasang sembarangan.
    “Alat seperti ini harus berada di kawasan nuklir. Dan kami di BRIN sudah memiliki semua infrastruktur dan SDM-nya, karena memang kami mengelola teknologi nuklir,” ujar dia.
    Handoko juga menyampaikan bahwa sekitar 60 persen dari total anggaran riset di BRIN saat ini dimanfaatkan oleh kalangan perguruan tinggi yang melakukan penelitian di berbagai fasilitas BRIN.
    “Khusus untuk riset berbasis infrastruktur besar seperti nuklir, itu sudah pasti harus melalui BRIN. Karena pengelolaan dan keamanannya tidak bisa dilakukan sembarangan,” tegas dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dorong Infrastruktur Gas Bumi, PGN Tingkatkan Konektivitas & Pasokan

    Dorong Infrastruktur Gas Bumi, PGN Tingkatkan Konektivitas & Pasokan

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) senantiasa mendukung pengembangan infrastruktur gas bumi nasional dengan meningkatkan konektivitas dan keandalan pasokan gas bumi nasional.

    Komitmen ini sejalan dengan program pemerintah yang dituangkan dokumen antara lain RIJTDGBN oleh Kementerian ESDM dan BPH Migas, RPP KEN serta RPJMN Bappenas.

    “Dengan strategi GAS (Grow-Adapt-Spet Out), PGN mengembangkan infrastruktur terintegrasi untuk menghubungkan pemasok dengan pengguna akhir gas bumi, termasuk menyiapkan pasokan alternatif seperti LNG dan CNG,” ungkap Direktur Utama PGN Arief S. Handoko dalam keterangan tertulis, Kamis (10/7/2025).

    Untuk diketahui, di Indonesia Bagian Barat, PGN Group telah memiliki Pipa Transmisi Sumatera – Jawa, FSRU Lampung, FSRU Jawa Barat dan fasilitas LNG Arun yang saat ini menjadi backbone penyaluran gas bumi nasional. Apabila Pipa Dumai – Sei Mangkei telah terbangun, PGN juga siap untuk mengoptimalkannya.

    Dengan Pipa Dumai – SEI Mangkei selesai terbangun, artinya jaringan pipa gas bumi akan tersambung dari Aceh hingga Jawa Timur. Seiring dengan penyelesaian ruas Pipa Cirebon Semarang (Cisem) Tahap II. Maka, masyarakat akan menerima manfaat dari konektivitas tersebut, baik industri maupun jargas rumah tangga.

    “Proyek pipa gas di PGN Group yang sedang berprogress adalah Pipa Gas Tegal – Cilacap untuk menjangkau pelanggan di sisi selatan Pulau Jawa. Melalui pipa ini, kami juga ingin menjangkau potensi pelanggan di sepanjang jalur pipa sehingga penyerapan gas bumi akan meningkat,” tutur dia.

    Tentunya, lanjut dia, jargas untuk rumah tangga dan usaha kecil terus dilanjutkan agar masyarakat bisa merasakan manfaat gas bumi secara langsung dan membantu pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada LPG.

    Agar pemanfaatan gas bumi di Indonesia semakin berkelanjutan, PGN tengah mengembangkan LNG Hub di Arun dengan merevitalisasi tangki tua dan membangun tangki baru. Keberadaan LNG Hub Arun akan meningkatkan pemanfaatan LNG, sehingga meningkatkan sumber pasokan gas bumi untuk pelanggan di berbagai sektor. PGN juga tengah menjajaki peluang untuk mengembangkan terminal penerimaan LNG di Jawa.

    “Kemudian khusus untuk wilayah Indonesia bagian Timur, terminal LNG merupakan infrastruktur yang cocok karena sebagian besar adalah wilayah kepulauan. PGN pun sudah merambah ke wilayah Indonesia Timur, sehingga sangat terbuka untuk kolaborasi agar gas bumi bisa dinikmati oleh pasar,” papar Arief.

    Selanjutnya, permintaan yang potensial di wilayah Indonesia bagian Timur didominasi oleh industri, kelistrikan dan smelter. Salah satu proyek yang sedang digarap adalah gasifikasi LNG untuk pembangkit listrik di Papua Utara dan bekerja sama dengan PLN EPI.

    “Infrastruktur gas bumi nasional dengan dukungan pemerintah akan mendorong akses gas bumi yang terjangkau dan berkelanjutan, sehingga memunculkan dampak jangka panjang baik untuk lingkungan maupun perekonomian nasional,” tandas dia.

    (dpu/dpu)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Begini Cara BMKG Modifikasi Cuaca Kala Hujan Ekstrem Jabodetabek
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Juli 2025

    Begini Cara BMKG Modifikasi Cuaca Kala Hujan Ekstrem Jabodetabek Megapolitan 8 Juli 2025

    Begini Cara BMKG Modifikasi Cuaca Kala Hujan Ekstrem Jabodetabek
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
    BMKG
    ) melakukan
    Operasi Modifikasi Cuaca
    (OMC) untuk menangani
    cuaca ekstrem
    di Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang (
    Jabodetabek
    ).
    Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menjelaskan modifikasi cuaca dilakukan mulai 7 Juli hingga 11 Juli 2025. 
    Nantinya petugas BMKG akan menaburkan satu ton garam atau NaCl di langit Jabodetabek.
    “Satu ton garam untuk sekali terbang,” kata Seto dalam keterangannya kepada Kompas.com, Selasa (8/7/2025).
    Seto mengatakan OMC menggunakan dua unit pesawat Cessna Caravan dari Pos Komando Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
    Dalam sehari, kegiatan penyemaian bisa dilakukan antara 4 hingga 8 kali penerbangan, tergantung pada kondisi atmosfer dan dinamika awan di wilayah target.
    “Jika awan hujan tumbuh di daratan, maka OMC memprioritaskan agar hujan tersebut jatuh di atas tampungan air seperti waduk,” ujar Seto.
    Namun, Seto menekankan bahwa OMC bukan bertujuan menghilangkan hujan sepenuhnya.
    Menurut Seto, tujuan utama dari OMC adalah mengurangi intensitas hujan yang bisa berpotensi menyebabkan bencana, seperti
    banjir
    dan longsor.
    “Perlu diketahui bersama bahwa pelaksanaan OMC untuk pengurangan curah hujan pada kondisi tertentu, seperti saat dinamika atmosfer memicu potensi hujan masif atau pada puncak musim hujan, bukan berarti meniadakan hujan,” ujar dia.
    Diberitakan sebelumnya, banjir masih merendam wilayah Jakarta selama tiga hari sejak Minggu (6/7/2025) hingga Selasa (8/7/2025) usai hujan deras.
    Berdasarkan laporan terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, genangan yang sebelumnya tercatat di 35 RT pada pukul 05.00 WIB, kemudian menjadi 46 RT pada pukul 06.00 WIB. 
    Ketinggian air yang menggenangi permukiman warga bervariasi, mulai dari 30 cm hingga 130 cm, akibat curah hujan tinggi serta luapan beberapa sungai. 
    Selain itu, sejumlah ruas jalan tergenang dan ratusan warga mengungsi ke beberapa titik posko yang telah disiapkan pemerintah.
     
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Jabodetabek Sepekan ke Depan

    BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Jabodetabek Sepekan ke Depan

    BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Jabodetabek Sepekan ke Depan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
    BMKG
    ) memperingatkan bahwa
    cuaca ekstrem
    masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah sepekan ke depan, termasuk Jabodetabek.
    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, intensitas hujan lebat tercatat lebih dari 100 mm per hari, bahkan mencapai 150 mm per hari di daerah Puncak, Jawa Barat.
    “Pada sepekan ke depan, BMKG mewaspadai cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, termasuk Mataram; Maluku bagian tengah, serta Papua bagian tengah dan utara,” kata Dwikorita dalam siaran pers, Selasa (8/7/2025).
    Dwikorita menjelaskan, hujan dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari (lebat hingga sangat lebat) terjadi di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan pada Sabtu (5/7/2025) lalu.
    Hujan ekstrem tersebut berdampak pada banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang.
    “Hujan lebat juga terjadi di wilayah Tangerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan genangan, kerusakan infrastruktur, dan gangguan aktivitas masyarakat,” paparnya.
    Begitu pula pada Minggu (7/7/2025), hujan kembali terjadi secara luas di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama Tangerang, yang menyebabkan genangan air, antrean lalu lintas, serta peningkatan potensi bencana hidrometeorologi.
    “Kemudian, periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis,” tutur Dwikorita.
    Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto menjelaskan, BMKG berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, operator transportasi, dan pihak lain sebagai tindak lanjut atas kondisi ini.
    BMKG bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai respons terhadap cuaca ekstrem yang berdampak pada masyarakat.
    Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11.
    “Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” jelasnya.
    BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada serta bersiaga terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
    Masyarakat diminta mewaspadai risiko bencana banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang, serta gangguan transportasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Musim Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, Waspada Bencana Hidrometeorologi!

    Musim Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, Waspada Bencana Hidrometeorologi!

    Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan hujan akan terus turun di musim kemarau.

    Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.

    “Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” kata Dwikorita dilansir dari laman resmi BMKG.

    Selain itu, gelombang Kelvin aktif yang terpantau melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memicu penumpukan massa udara.

    Kemudian, konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Adapun berdasarkan iklim global, BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) akan tetap berada di fase netral pada semester kedua tahun 2025.

    Hal ini berarti, dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal dari yang seharusnya terjadi di musim kemarau atau disebut juga dengan kemarau basah.

    Lebih lanjut, kondisi ini sejalan dengan prediksi BMKG pada Maret 2025 bahwa kemarau tahun ini akan mengalami kemunduran pada sekitar 29 persen Zona Musim (ZOM). Terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa Bali, NTB, dan NTT.

    Pemantauan hingga akhir Juni 2025 menunjukkan bahwa baru sekitar 30 persen Zona Musim yang telah memasuki musim kemarau. Angka ini hanya setengah dari kondisi normal, di mana secara klimatologis sekitar 64 persen Zona Musim biasanya telah mengalami musim kemarau pada akhir Juni.

    Dwikorita menyoroti cuaca ekstrem yang mengintai sejumlah wilayah destinasi wisata, padat penduduk, dan aktivitas transportasi tinggi. Oleh karena itu, peringatan dini telah dikeluarkan sejak 28 Juni agar aktivitas libur sekolah dapat termitigasi. Beberapa wilayah yang perlu diwaspadai adalah sebagian Pulau Jawa bagian barat dan tengah (terutama Jabodetabek), Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Wilayah tersebut sudah terkonfirmasi terjadi hujan intensitas lebat, sangat lebat, hingga ekstrem pada beberapa hari terakhir.

    “Pada 5 Juli 2025, hujan intensitas lebih dari 100 mm per hari (lebat hingga sangat lebat) di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan. Hujan ekstrem tersebut berdampak kepada banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang. Hujan lebat juga terjadi di wilayah Tangerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan genangan, kerusakan infrastruktur, dan gangguan aktivitas masyarakat,” paparnya.

    Begitu pula pada 6 Juli 2025, hujan kembali terjadi secara luas di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama Tangerang yang menyebabkan genangan air, antrean lalu lintas, serta peningkatan potensi bencana hidrometeorologi. Intensitas hujan lebat tercatat lebih dari 100 mm per hari, bahkan mencapai 150 mm per hari di daerah Puncak, Jawa Barat.

    Sementara pada sepekan ke depan, BMKG mewaspadai cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek; Kalimantan Timur; Sulawesi Selatan, dan wilayah sekitarnya; Nusa Tenggara Barat, termasuk Mataram; Maluku bagian Tengah; Papua bagian tengah dan utara.

    “Kemudian periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis,” lanjutnya.

    Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto menjelaskan saat ini BMKG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, operator transportasi, dan pihak lain sebagai tindak lanjut atas kondisi ini. Demikian pula bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai respon cuaca ekstrem yang berdampak kepada masyarakat.

    “Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11. Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” jelasnya.

    Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada serta bersiaga terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Masyarakat harus mewaspadai risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang, serta gangguan transportasi.