Tag: Guswanto

  • Cuaca RI Mulai ‘Menyengat’ Lagi, BMKG Ungkap Wilayah yang Hadapi Panas Ekstrem

    Cuaca RI Mulai ‘Menyengat’ Lagi, BMKG Ungkap Wilayah yang Hadapi Panas Ekstrem

    Jakarta

    Indonesia sudah memasuki musim kemarau 2025, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemerintah daerah juga masyarakat umum mewaspadai risiko suhu panas tinggi. Khususnya, dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang diprediksi meningkat tahun ini.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut musim kemarau sudah dimulai sejak akhir April, terus berlangsung hingga Juni dan meluas di sebagian besar wilayah. Puncaknya diprediksi terjadi periode Juni hingga Agustus 2025.

    Kemarau normal akan berlangsung di 60 persen wilayah, tetapi ada 14 persen wilayah yang berisiko mengalami kemarau di bawah normal atau lebih kering.

    “Saat ini Indonesia tengah memasuki musim kemarau dan karhutla berpotensi terjadi. Seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat luas perlu melakukan aksi mitigasi untuk mengurangi risiko dan dampak dari karhutla,” ungkap Dwikorita dalam keterangan tertulis Jumat (2/5/2025).

    Pada periode April-Mei 2025, risiko karhutla umumnya rendah, tetapi beberapa area di Riau, Sumatera Utara, dan NTT mulai menunjukkan risiko menengah hingga tinggi. Adapun Bulan Juni 2025, peningkatan signifikan risiko karhutla terjadi di wilayah Riau 41,5 persen wilayah berisiko tinggi, Sumatera Utara, Jambi, dan sekitarnya.

    Sementara Bulan Juli-September 2025, risiko karhutla meluas ke Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua. NTT, NTB, Papua Selatan, Kalimantan Selatan, serta Bangka Belitung menjadi wilayah dengan potensi risiko tertinggi, dan Oktober 2025, risiko karhutla diprediksi tetap tinggi di NTT, Papua Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

    Wilayah Paling Panas

    Terpisah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut beberapa wilayah mencatat suhu panas cukup tinggi beberapa waktu terakhir. Misalnya, di Tanah Merah, Papua Selatan, suhu udara mencapai 38,4 derajat celcius pada 29 Maret 2025 dan kembali mencatat 37 derajat celcius pada 21 April 2025.

    Sementara itu, Stasiun Meteorologi Juanda di Jawa Timur mencatat suhu maksimum 37,9 derajat celcius pada 23 April 2025.

    “Suhu di atas 35 derajat celcius juga tercatat di wilayah lain seperti Lampung dan Jawa Timur pada akhir April,” terangnya kepada detikcom, Jumat (2/5/2025).

    “Melihat pola ini, masyarakat yang tinggal di wilayah selatan ekuator, khususnya Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan sebagian wilayah Sumatera, perlu meningkatkan kewaspadaan. Wilayah-wilayah ini cenderung memiliki karakteristik permukaan yang lebih cepat menyerap panas dan relatif lebih kering, sehingga lebih rentan mengalami akumulasi panas ekstrem pada siang hari,” wanti-wantinya.

    (naf/up)

  • BMKG Ungkap Cuaca Ekstrem Paling Banyak Hantam Jawa Barat Periode Ini

    BMKG Ungkap Cuaca Ekstrem Paling Banyak Hantam Jawa Barat Periode Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jawa Barat jadi daerah yang paling banyak mengalami kejadian cuaca ekstrem di saat musim libur Lebaran 2025. Hal itu diungkapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rapat kerja (raker) bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Rabu (23/4/2025).

    Plt. Sekretaris Utama BMKG Guswanto mengatakan ada 222 kali kejadian hujan lebat pada masa arus mudik dan balik Lebaran 2025. Dan, tercatat ada 9 kali kejadian angin puting beliung. Kata dia, Jawa Barat mengalami 57 kali kejadian ekstrem pada arus mudik dan balik Lebaran 2025.

    “Dalam periode Lebaran 2025 kami menyampaikan beberapa kejadian cuaca ekstrem yang terjadi, kalau kita lihat terjadi sebanyak 222 hujan lebat, kemudian 75 angin kencang, 11 kali petir, dan angin puting beliung sebanyak 9 kali,” kata Guswanto, dikutip Kamis (24/4/2025).

    “Provinsi Jawa Barat merupakan daerah dengan kejadian ekstrem paling banyak, yaitu sekitar 57 kejadian,” tambahnya.

    Untuk menekan kejadian cuaca dan menurunkan intensitas keekstreman hujan selama arus mudik dan balik Lebaran 2025, ujarnya, BMKG melakukan operasi modifikasi cuaca.

    “Dalam rangka untuk menurunkan tingkat keekstreman cuaca, kita melakukan operasi modifikasi cuaca sebanyak 44 hari dengan melakukan 132 sorti,” bebernya.

    “Hasil kemudian diperkirakan dapat mengurangi perhitungan sementara ini untuk di daerah khusus Jakarta sampai 53,42%, sedangkan untuk Jawa Barat dapat mengurangi tingkat keekstreman sampai 47,92%,” tambahnya.

    Meski Jawa Barat tercatat menjadi provinsi yang paling banyak mencatatkan cuaca ekstrem, tetapi untuk hujan lebat hingga ekstrem di Jawa Barat berkurang pascamodifikasi cuaca yakni hanya 7 kejadian. Sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur justru lebih besar, masing-masing 41 kejadian dan 38 kejadian.

    Artinya, tingkat keefektifan pelaksanaan operasi modifikasi cuaca ini patut menjadi pertimbangan dalam mengurangi risiko daripada cuaca ekstrem.

    “Modifikasi cuaca yang dilakukan BMKG cenderung berhasil dan patut menjadi pertimbangan dalam mengurangi risiko daripada cuaca ekstrem kedepannya,” pungkas Guswanto.

    Foto: PLT Sekretaris Utama BMKG Guswanto memberi pemaparan di Komisi V DPR RI, Jakarta, Rabu, 23/4. (Tangkapan Layar TV Parlemen)
    PLT Sekretaris Utama BMKG Guswanto memberi pemaparan di Komisi V DPR RI, Jakarta, Rabu, 23/4. (Tangkapan Layar TV Parlemen)

    (dce/dce)

  • BMKG: Musim Kemarau 2025 Lebih Pendek, Puncaknya Diprediksi Terjadi pada Agustus

    BMKG: Musim Kemarau 2025 Lebih Pendek, Puncaknya Diprediksi Terjadi pada Agustus

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2025 akan berlangsung lebih singkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

    Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor iklim global seperti fenomena La Niña lemah serta kondisi netral dari ENSO (El Niño-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole).

    Deputi BMKG, Guswanto, menyampaikan bahwa kemarau akan mulai melanda sebagian besar wilayah Indonesia pada periode April hingga Juni 2025.

    “Musim kemarau diprediksi dimulai pada April hingga Juni di 403 ZOM atau sekitar 57,7% wilayah Indonesia,” ujarnya, dikutip Rabu (16/4/2025).

    Wilayah Nusa Tenggara menjadi salah satu daerah yang diperkirakan lebih awal memasuki musim kemarau, sementara daerah lain seperti Sumatera dan Kalimantan hanya akan mengalami kemarau sekitar dua bulan (enam dasarian).

    Sebaliknya, wilayah Sulawesi diperkirakan akan mengalami kemarau lebih lama, bahkan mencapai lebih dari 24 dasarian.

    BMKG memproyeksikan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus di mayoritas wilayah Indonesia.

    “Puncak musim kemarau 2025 diprediksi terjadi pada Agustus di sebagian besar wilayah, dengan kemungkinan lebih awal atau sama seperti biasanya,” terang Guswanto.

    Meski memasuki musim kemarau, curah hujan tahunan di berbagai daerah masih akan berada dalam kategori normal. Ini menunjukkan bahwa tidak semua wilayah akan mengalami penurunan curah hujan secara drastis.

    Musim kemarau yang lebih singkat tahun ini dipengaruhi oleh La Niña lemah yang terjadi di awal tahun serta meningkatnya suhu permukaan laut.

  • Musim Pancaroba Sudah Mulai, BMKG Sampaikan Imbauan

    Musim Pancaroba Sudah Mulai, BMKG Sampaikan Imbauan

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memprediksi sebagian wilayah Indonesia akan memasuki musim pancaroba.

    Musim pancaroba adalah masa di mana terjadinya transisi atau perubahan dari musim hujan ke musim kemarau.

    Berdasarkan penjelasan Deputi Bidang Meteorologi (BMKG), Guswanto mengatakan bahwa, sekitar 57,7% wilayah Indonesia diperkirakan mengalami peralihan ke musim kemarau dari periode April-Juni 2025.

    “Pada periode tersebut, berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi,” ujar Guswanto, dikutip Rabu, (16/4/2025).

    Guswanto kemudian menyampaikan imbauan untuk masyarakat, bahwa selama musim pancaroba berlangsung tetap waspada dengan potensi cuaca ekstrem.

    “Seringkali pagi hari terasa panas terik, namun tiba-tiba berubah menjadi hujan deras disertai petir dan angin kencang pada sore hingga malam hari,” jelasnya.

    Musim pancaroba ditandai dengan hujan, yang umumnya terjadi siang hingga malam hari, diawali cuaca panas di pagi dan siang.

    Pemanasan ini membuat atmosfer tidak stabil, sehingga terbentuk awalnya Cumulonimbus (Cb) yang menyebabkan hujan deras, petir, dan angin kencang.

    Kemudian, kondisi atmosfer yang labil dapat memicu terjadinya hujan es maupun angin puting beliung.

    Lebih lanjut, Guswanto mengingatkan buka karakteristik hujan saat pancaroba biasanya tidak merata dan berlangsung dalam waktu singkat, namun tetap berisiko tinggi pada keselamatan masyarakat.

    BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu memantau perkiraan cuaca lewat kanal resmi BMKG dan tetap waspada saat melakukan aktivitas di luar ruangan, baik siang maupun malam hari.

  • BMKG Ungkap Jadwal Musim Kemarau 2025 di RI, Awas Ancaman Kekeringan

    BMKG Ungkap Jadwal Musim Kemarau 2025 di RI, Awas Ancaman Kekeringan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan prediksi soal musim kemarau 2025. Untuk tahun ini akan terjadi lebih singkat dan terjadi tidak serempak.

    Pada bulan April ini akan ada 115 Zona Musim (ZOM) yang masuk musim kemarau. Wilayah yang lebih luas akan mulai memasuki kemarau pada Mei dan Juni mendatang.

    “Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” ujar Dwikorita, dalam keterangannya dikutip Senin (14/4/2025).

    Menurutnya, puncak musim kemarau akan terjadi Juni hingga Agustus 2025. Puncak kekeringan pada Agustus mendatang terjadi di sejumlah wilayah seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku.

    Untuk sifat kemarau 2025, 60% wilayah diprediksi mengalami kemarau bersifat normal. Sementara itu 26% wilayah dengan kemarau yang lebih basah dari normal dan 14% kemarau lebih kering.

    Indonesia diprediksi mengalami kemarau yang lebih prediksi. Meski begitu ada beberapa wilayah dengan durasi musim kemarau yang lebih panjang.

    “Durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan,” jelasnya.

    Dwikorita juga menyampaikan rekomendasi bagi sejumlah sektor vital menghadapi musim kemarau. Misalnya sektor pertanian disarankan melakukan penyesuaian jadwal tanam sesuai prediksi awal musim kemarau di tiap wilayah.

    Selain itu juga melakukan pemilihan varietas tanaman yang tahan akan kekeringan dan melakukan optimalisasi untuk mengelola air agar bisa mendukung produktivitas pertanian dalam periode tersebut.

    “Untuk wilayah yang mengalami musim kemarau lebih basah, ini bisa menjadi peluang untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan produksi, dengan disertai pengendalian potensi hama,” tutur Dwikorita.

    Musim Kemarau Mulai, Kenapa Masih Hujan?

    Meski musim kemarau di RI sejatinya sudah mulai pada April ini, tetapi beberapa wilayah masih terus diguyur hujan, termasuk Jabodetabek.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, hujan yang terjadi terutama pada sore-malam hari, tidak terjadi merata di semua wilayah Indonesia. Menurutnya, hujan yang terjadi dipicu adanya konvergensi dan labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal.

    “Sebenarnya saat ini adalah musim pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau,” katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (11/4) lalu.

    “Wilayah yang masih mengalami hujan terdapat di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan,” tambah Guswanto.

    Dia menjelaskan, konvergensi atau pertemuan massa udara, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya hujan.

    “Fenomena ini memicu pembentukan awan dan kemudian hujan, terutama awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, bahkan disertai petir dan angin kencang,” terangnya.

    Sementara, Labilitas Lokal merupakan kondisi atmosfer yang memungkinkan udara hangat dan lembap untuk naik dengan cepat, karena lebih ringan daripada udara sekitarnya.

    “Kondisi ini sering terjadi di wilayah dengan pemanasan Matahari yang kuat atau adanya perbedaan suhu antara berbagai ketinggian,” kata Guswanto.

    (fab/fab)

  • BMKG Ungkap Mengapa Jakarta Rawan Alami Banjir Rob

    BMKG Ungkap Mengapa Jakarta Rawan Alami Banjir Rob

    BMKG Ungkap Mengapa Jakarta Rawan Alami Banjir Rob
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
    BMKG
    ), Guswanto mengungkapkan bahwa
    Jakarta
    memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana
    tsunami
    dan
    banjir rob
    , terutama karena kondisi geografisnya yang rendah.
    “Secara ketinggian wilayah, hampir 80-90 persen Jakarta berada di bawah 15 meter di atas permukaan laut (MDPL),” kata Guswanto dalam diskusi secara virtual, Senin (24/3/2025).
    “Jika terjadi banjir rob atau bahkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter, maka Jakarta menjadi daerah yang paling rawan terdampak pertama kali,” ujarnya lagi.
    Selain itu, BMKG juga mencatat bahwa meskipun luas wilayah Jakarta tidak begitu besar, namun mengalami frekuensi banjir dan genangan yang cukup tinggi setiap tahunnya.
    BMKG menjelaskan bahwa terdapat delapan faktor utama yang memengaruhi kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, termasuk yang berkontribusi terhadap risiko tsunami dan banjir rob di Jakarta.
    Faktor-faktor tersebut meliputi, El Nino dan La Nina, yang mempengaruhi suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah.
    Kemudian, suhu muka laut yang berperan dalam pembentukan awan dan pola curah hujan. Lalu, Indian Ocean Dipole (IOD) yang berdampak pada pola cuaca di Samudra Hindia.
    Selanjutnya, ada siklon tropis, yang bisa memicu hujan ekstrem dan gelombang tinggi di wilayah pesisir. Kemudian, kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global, yang memperburuk dampak banjir rob.
    Ada juga perubahan pola angin Monsun atau Monsun Asia/ Australia, yang berpengaruh pada curah hujan di wilayah Indonesia.
    Sementara itu, Direktur Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab mengungkapkan bahwa perubahan iklim di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
    Berdasarkan laporan terbaru World Meteorological Organization (WMO)–State of Global Climate 2025, suhu global terus meningkat dengan tren yang semakin ekstrem.
    “Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pengamatan suhu dunia selama 175 tahun terakhir. Laju kenaikan suhu global telah mencapai 1,55 derajat Celcius, melampaui ambang batas yang disepakati dalam
    Paris Agreement
    ,” ungkap Fachri.
    Tidak hanya secara global, Indonesia juga disebut mengalami peningkatan suhu yang sangat drastis. Fachri menunjukkan data
    warming stripe
     yang mengindikasikan tren kenaikan suhu di Indonesia sejak tahun 1981 hingga 2024.
    “Dulu, hingga awal tahun 2000-an, kita masih melihat warna biru, artinya suhu masih di bawah rata-rata,” kata Fachri.
    “Namun, sejak 2000 ke atas, semuanya berubah menjadi merah, dan pada 2024, warnanya bahkan merah tua. Ini menunjukkan bahwa suhu di Indonesia meningkat dengan signifikan,” ujarnya lagi.
    BMKG mencatat bahwa tahun 2024 bukan hanya tahun terpanas di dunia, tetapi juga di Indonesia. BMKG memperkirakan, suhu rata-rata Indonesia akan terus meningkat hingga tahun 2100.
    “Peningkatan suhu sampai (tahun) 2100 hampir merata di seluruh wilayah Indonesia,” kata Fachri.
    “Proyeksi perubahan curah hujan, di periode musim hujan, hari-hari dengan hujan ekstrem akan bertambah dan meningkat. Di musim kemarau, hari-hari tanpa hujan panjang akan meningkat,” ujarnya lagi menjelaskan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter di Jawa Barat pada 23-26 Maret 2025

    BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter di Jawa Barat pada 23-26 Maret 2025

    Sebelumnya, BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem saat puncak arus mudik Lebaran yang diprediksi terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025.

    Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani mengungkap sejumlah faktor seperti anomali suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar perairan Indonesia, mengakibatkan adanya penambahan kandungan uap air di atmosfer. Hal tersebut kemudian semakin memperbesar potensi pertumbuhan awan hujan.

    “Kami mengingatkan bahwa fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan dalam beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, pemudik yang menggunakan transportasi darat, laut, dan udara perlu terus memperbarui informasi cuaca dari BMKG dan pihak terkait,” ujar Andri.

    Bagi pemudik yang menggunakan transportasi udara dan laut, Guswanto mengingatkan agar memperhatikan prakiraan cuaca di bandara dan pelabuhan tujuan. Sebab, cuaca buruk seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi dapat menyebabkan keterlambatan atau pembatalan penerbangan dan perjalanan laut.

    “Khusus bagi pemudik yang akan menyeberang menggunakan kapal laut, perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi dan angin kencang, terutama di perairan Selat Sunda, Selat Lombok, Laut Jawa, dan perairan sekitar Nusa Tenggara. Masyarakat yang bepergian dengan pesawat juga perlu memperhatikan kemungkinan keterlambatan akibat cuaca buruk di beberapa bandara. Oleh karena itu, kami mengimbau pemudik untuk terus berkoordinasi dengan pihak maskapai, operator pelabuhan, dan BMKG guna mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi cuaca di rute perjalanan mereka,” katanya.

     

    Penulis: Arby Salim

  • Cuaca Hari Ini Minggu 23 Maret 2025: Hujan Guyur Jakarta pada Siang Hari – Page 3

    Cuaca Hari Ini Minggu 23 Maret 2025: Hujan Guyur Jakarta pada Siang Hari – Page 3

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan pemudik untuk lebih waspada terhadap cuaca ekstrem yang dapat mengganggu kelancaran perjalanan. Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, dalam periode 10–14 Maret 2025, hujan lebat hingga ekstrem terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan pentingnya kesiapan pemudik dalam menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. Dia menyebut, cuaca merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi keselamatan perjalanan mudik.

    Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini sebelum berangkat, terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi.

    “Pastikan kendaraan dalam kondisi prima, periksa tekanan ban, fungsi lampu, serta kesiapan peralatan darurat seperti ban cadangan dan alat komunikasi. Jika hujan lebat terjadi, sebaiknya menunda perjalanan dan mencari tempat berlindung yang aman. Jangan memaksakan perjalanan dalam kondisi cuaca buruk,” ujar Dwikorita di Jakarta, Minggu (16/3/2025).

    BMKG mencatat bahwa cuaca ekstrem yang terjadi sebelumnya dipicu oleh beberapa gangguan atmosfer, termasuk sirkulasi siklonik di beberapa perairan Indonesia, aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa kombinasi faktor ini memperkuat pertumbuhan awan hujan, sehingga meningkatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem dalam sepekan ke depan.

    Dia melanjutkan, dalam beberapa hari mendatang, potensi hujan lebat masih berpeluang terjadi di berbagai wilayah, terutama di Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan.

    “Pemudik yang melintasi wilayah-wilayah ini diharapkan lebih berhati-hati, terutama di jalur rawan banjir dan longsor seperti jalur Pantura, jalur selatan Jawa, serta beberapa ruas tol yang berpotensi tergenang air,” jelas Guswanto.

  • Cuaca Hari Ini Sabtu 22 Maret 2025: Pagi Jabodetabek Diprakirakan Berawan – Page 3

    Cuaca Hari Ini Sabtu 22 Maret 2025: Pagi Jabodetabek Diprakirakan Berawan – Page 3

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan pemudik untuk lebih waspada terhadap cuaca ekstrem yang dapat mengganggu kelancaran perjalanan. Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, dalam periode 10–14 Maret 2025, hujan lebat hingga ekstrem terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan pentingnya kesiapan pemudik dalam menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. Dia menyebut, cuaca merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi keselamatan perjalanan mudik.

    Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini sebelum berangkat, terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi.

    “Pastikan kendaraan dalam kondisi prima, periksa tekanan ban, fungsi lampu, serta kesiapan peralatan darurat seperti ban cadangan dan alat komunikasi. Jika hujan lebat terjadi, sebaiknya menunda perjalanan dan mencari tempat berlindung yang aman. Jangan memaksakan perjalanan dalam kondisi cuaca buruk,” ujar Dwikorita di Jakarta, Minggu (16/3/2025).

    BMKG mencatat bahwa cuaca ekstrem yang terjadi sebelumnya dipicu oleh beberapa gangguan atmosfer, termasuk sirkulasi siklonik di beberapa perairan Indonesia, aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa kombinasi faktor ini memperkuat pertumbuhan awan hujan, sehingga meningkatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem dalam sepekan ke depan.

    Dia melanjutkan, dalam beberapa hari mendatang, potensi hujan lebat masih berpeluang terjadi di berbagai wilayah, terutama di Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan.

    “Pemudik yang melintasi wilayah-wilayah ini diharapkan lebih berhati-hati, terutama di jalur rawan banjir dan longsor seperti jalur Pantura, jalur selatan Jawa, serta beberapa ruas tol yang berpotensi tergenang air,” jelas Guswanto.

  • Musim Kemarau Datang-La Nina Beres, BMKG: Siaga Cuaca Ekstrem di sini

    Musim Kemarau Datang-La Nina Beres, BMKG: Siaga Cuaca Ekstrem di sini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tetap memberikan peringatan akan potensi cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia dalam sepekan ke depan. Meski, BMKG memprediksi beberapa wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau secara bertahap pada pertengahan Maret 2025.

    Hal itu terungkap dalam Konferensi Pers Prediksi Awal Musim Kemarau yang digelar secara online, Kamis (13/3/2025). Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, beberapa wilayah di Indonesia berpotensi masih akan mengalami hujan dengan intensitas sangat lebat sepekan ke depan yakni periode 16-20 Maret 2025.

    “Jadi sepekan ke depan ini adalah data yang diberikan oleh teman-teman di meteorologi. Dan kita lihat di Jawa, bagaimana di Jawa. Di Jawa, di Jakarta sendiri kita ini bahwa 17 Maret kemungkinan diprediksi. Kemudian di Jawa Barat itu malah 12, 15, 17 Maret. Dan selanjutnya ini juga ada yang di Nusa Tenggara, di Kalimantan, dan sampai di Sulawesi maupun ada di Papua,” kata Guswanto, dikutip Senin (17/3/2025).

    “Jadi intinya karena luasnya wilayah kita, maka cuaca ekstrem ini masih terjadi walaupun ini sudah mulai mereda dan menuju musim kemarau,” tambahnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, meski beberapa wilayah Indonesia sudah memasuki fase menjelang akhir musim hujan, potensi hujan ekstrem masih akan terjadi setidaknya dalam sepekan ke depan.

    “Meski kita sedang pada fase menjelang akhir musim hujan dan nanti transisi ke musim kemarau, dengan logika pikir curah hujan bulanannya semakin rendah, tetapi masih dimungkinkan dalam satu hari itu terjadi lonjakan intensitas hujan. Jadi tadi ada akumulasi hujan, sekarang dalam satu hari itu dimungkinkan terjadi lompatan intensitas hujan yang dapat mencapai 50 mm dalam 24 jam atau bahkan lebih dari itu,” papar Dwikorita.

    “Namun itu sifatnya insidental dan apalagi kalau sudah menjelang kemarau, itu durasinya tidak panjang. Insyaallah tidak seperti tanggal 3 Maret yang lalu, 2-3 Maret yang lalu durasinya sampai beberapa jam. Jadi demikian, meskipun kita sudah membicarakan musim kemarau atau pancaroba, bukan berarti tidak mungkin terjadi insidental,” terangnya.

    Berikut wilayah di Indonesia yang berpotensi masih dilanda hujan lebat hingga sangat lebat periode 17-20 Maret.

    1. Lampung (17 Maret 2025)
    2. Jakarta (17 Maret 2025)
    3. Jawa Barat (17 Maret 2025)
    4. Jawa Timur (17-19 Maret 2025)
    5. Nusa Tenggara Timur (17-19 Maret 2025)
    6. Kalimantan Barat (18 Maret 2025)
    7. Sulawesi Selatan (17-19 Maret 2025)

    Prediksi Awal Musim Kemarau di RI Tahun 2025

    Sementara itu, BMKG memprakirakan, musim kemarau di Indonesia akan dimulai secara bertahap mulai Maret ini hingga April mendatang di beberapa wilayah di Indonesia.

    “Secara lebih rinci, musim kemarau 2025 diprediksi pertama kali terjadi pada saat ini, Maret 2025, di enam zona musim atau 0,86% zona musim,” ujar Dwikorita.

    Adapun musim kemarau di Indonesia juga mulai terjadi setelah adanya peralihan antara angin monsun Asia dengan angin monsun Australia.

    “Awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin monsun Asia atau angin daratan beralih menjadi angin monsun Australia yang aktif,” ujar Dwikorita.

    Adapun wilayahnya pada April mendatang, sebagian wilayah di Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

    Sedangkan pada Mei mendatang, wilayah yang akan memasuki musim kemarau mulai meluas, yakni mencakup sebagian kecil Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian Selatan.

    Foto: Prediksi awal musim kemarau 2025, tangkapan layar bahan paparan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers BMKG, Kamis (13/3/2025). (via zoom BMKG)
    Prediksi awal musim kemarau 2025, tangkapan layar bahan paparan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers BMKG, Kamis (13/3/2025). (via zoom BMKG)

    Musim Kemarau Tanpa Anomali Iklim

    Dalam Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Maret 2025 yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Kamis (13/3/2025) disebutkan, hasil monitoring indeks IOD dan ENSO, Dasarian I Maret 2025 menunjukkan IOD berada pada kategori Netral dengan indeks-0.31, fase IOD Netral diprediksi akan bertahan hingga semester kedua tahun 2025.

    Sementara itu, anomali SST di Nino 3.4 menunjukkan indeks sebesar 0.30. Kondisi ini mengindikasikan ENSO Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga semester kedua tahun 2025.

    Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebut musim kemarau tahun ini dengan kondisi iklim normal, tanpa pengaruh kuat dari iklim laut dari ENSO dan IOD. Artinya tanpa pengaruh anomali iklim La Nina maupun El Nino.

    Namun, sambungnya, bukan berarti tidak ada hujan karena ada beberapa wilayah Indonesia yang memiliki sifat musim kemarau di atas normal memungkinkan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.

    “Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024,” kata Ardhasena.

    (dce)