Tag: Garin Nugroho

  • Kemenekraf Dorong Festival Film Digelar di 15 Destinasi Prioritas

    Kemenekraf Dorong Festival Film Digelar di 15 Destinasi Prioritas

    Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) gencar mendorong penyelenggaraan festival film di 15 provinsi yang jadi destinasi ekonomi kreatif (ekraf) prioritas Indonesia. Langkah ini diambil seiring dengan upaya menghadirkan fasilitas bioskop yang lebih merata di daerah-daerah guna mendongkrak perekonomian lokal.

    Dorongan ini disampaikan Direktur Film, Animasi dan Video Kemenekraf, Doni Setiawan usai menghadiri malam pembukaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM Yogyakarta, Jumat (29/11/2025). Tahun ini, JAFF merayakan hari jadinya ke-20.

    “Di usianya yang ke-20, JAFF telah menjelma menjadi ruang yang mempertemukan ide, gagasan dan semangat berkolaborasi dengan jejaring bagi para seniman kita. Perayaan ini membuktikan komitmennya memperkenalkan film nasional ke luar negeri,” ujar Doni.

    Melihat perkembangan pesat JAFF, Kemenekraf berencana memantik semangat serupa di 15 provinsi yang telah ditetapkan sebagai destinasi ekraf prioritas. Kehadiran perwakilan dari berbagai daerah dalam pembukaan JAFF diharapkan menjadi pemantik untuk menggelar ajang serupa, meskipun dalam skala lokal.

    Menurut Doni, festival film bukan hanya sekadar menjadi pasar baru film, tetapi juga berfungsi menumbuhkan semangat kompetisi bagi talenta muda ekraf di daerah.

    Sebagai bentuk dukungan nyata, Kemenekraf terus berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk Danantara, perihal penyediaan ruang bioskop di tingkat kabupaten/kota. Meskipun gedung bioskop sudah tersebar di 37 provinsi, jumlahnya saat ini masih didominasi di Pulau Jawa.

    “Kami ingin keberadaan bioskop di kabupaten/kota, sebagai upaya mendorong film nasional diputar lebih luas. Sekarang tingkat produksi film semakin berkembang, namun belum bisa ditampilkan ke masyarakat yang lebih luas,” paparnya.

    Dengan hadirnya bioskop-bioskop di daerah, Doni optimistis hal ini akan membuka peluang besar dalam peningkatan ekonomi, dan menyediakan ruang baru bagi sineas lokal untuk menampilkan karyanya.

    “Semakin banyak orang yang nonton, makin banyak diapresiasi. Kami berharap ini juga akan meningkatkan tenaga kerja, meningkatkan PDB Indonesia,” jelas Doni.

    Sementara itu, inisiator JAFF sekaligus sineas senior Garin Nugroho, mengungkapkan bahwa 20 tahun perjalanan JAFF telah berhasil mentransformasi sumber daya manusia, utamanya anak-anak muda, yang kini mampu berorganisasi untuk mewujudkan dialog antara Indonesia, Asia dan dunia.

    “Kerja sama ini telah melahirkan generasi-generasi muda dengan karya-karya yang luar biasa. Karya yang mampu membuat peta bagi mereka untuk mencapai tujuannya,” tutur Garin.

    Garin menekankan bahwa JAFF, yang telah berusia dua dekade, telah melalui berbagai gelombang pasang surut untuk terus berupaya membentuk identitas dan posisinya di antara festival film di Asia Pasifik.

    “JAFF harus terus-menerus mendesain program yang inovatif seraya memperdalam program yang tengah berjalan demi menciptakan masa depan yang lebih baik. Tidak hanya sekadar sebagai perayaan tahunan film Asia, tapi juga menciptakan festival yang berdampak bagi industri, komunitas, dan ekosistem perfilman secara luas,” tutupnya.

  • Perayaan Dua Dekade JAFF, Manifesto Arsip Perfilman Indonesia Dikumandangkan di Yogyakarta

    Perayaan Dua Dekade JAFF, Manifesto Arsip Perfilman Indonesia Dikumandangkan di Yogyakarta

    Liputan6.com, Jakarta Perayaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20 bertema Transfiguration resmi dibuka Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Acara ini berlangsung mulai 29 November hingga 6 Desember 2025.

    Momen perayaan dua dekade ini tidak hanya menjadi ajang pemutaran 227 film dari 43 negara, tetapi juga menjadi penting bagi para penggagas festival untuk menyampaikan manifesto mendesak terkait tata kelola kearsipan film di Indonesia.

    Acara pembukaan dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Para penggagas JAFF terdahulu, dipimpin oleh sineas senior Garin Nugroho, naik ke panggung utama untuk menyuarakan kekhawatiran mereka akan rapuhnya memori kolektif perfilman nasional.

    Festival Direktur Ifa Isfansyah mengungkapkan bahwa selama 20 tahun perjalanan JAFF, tantangan terbesar justru datang dari masalah fundamental: ketiadaan akses terhadap arsip dan artefak sejarah festival itu sendiri.

    “Banyak sekali arsip-arsip JAFF yang sekarang susah sekali kita akses. Artefak-artefak selama 20 tahun itu susah kita temukan,” ujar Ifa, Yogyakarta, Sabtu (30/11/2025).

    Ia menekankan bahwa 20 tahun adalah rentang waktu yang cukup untuk melihat ekosistem tumbuh, namun juga cukup pendek untuk membuktikan betapa rapuhnya ingatan bangsa.

    Ifa memberikan contoh ironis terkait film pembuka edisi pertama JAFF. “Hari ini, 20 tahun lalu, di edisi pertama, kami membuka festival dengan film Opera Jawa. Ironisnya, sekarang kami tidak lagi memiliki akses ke materi film tersebut di Indonesia,” tambahnya.

    Panitia terpaksa harus meminta materi film Opera Jawa dari Prancis, sebuah negara yang dinilai memiliki sistem kearsipan yang konsisten dan menghormati jejak perjalanan sejarah sinema.

    Melalui manifesto ini, Ifa menegaskan bahwa industri perfilman Indonesia saat ini tengah menghadapi kenyataan pahit yaitu kehilangan ingatan akan karya bangsa di tengah kebanggaan akan pencapaian film nasional kontemporer.

    “Apa gunanya film ditonton jutaan penonton orang hari ini, jika 10 tahun lagi, ia hilang tanpa jejak?” tegasnya.

    Ifa menyerukan agar pemerintah menempatkan arsip film sebagai prioritas budaya, investasi dan panggilan untuk menjaga memori bangsa. Hal ini mencakup penyediaan infrastruktur, laboratorium restorasi, dan digitalisasi yang memadai.

    Menanggapi manifesto tersebut, Fadli Zon menyatakan pihaknya telah menaruh perhatian serius pada arsip film sebagai warisan budaya. Fadli mengakui adanya kendala teknis dalam pengarsipan materi film yang mudah rusak, serta masalah Hak Kekayaan Intelektual (IP).

    “Dan memang film agak lebih sulit dibanding dengan mengarsipkan musik,” kata Fadli.

    Meski demikian, Kemenbud berjanji akan memulai inisiatif pengarsipan yang lebih terorganisir, berkolaborasi dengan berbagai pihak, dan menyediakan museum yang representatif untuk mengoleksi aset nasional tersebut.

  • Sutradara Garin Nugroho Terima Lifetime Achievement di Anugerah LSF 2025

    Sutradara Garin Nugroho Terima Lifetime Achievement di Anugerah LSF 2025

    Jakarta – Kementerian Kebudayaan melalui Lembaga Sensor Film (LSF) kembali menggelar Anugerah LSF 2025 dengan tema “Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia”, yang berlangsung di Studio 5 Emtek City, Jakarta, pada Sabtu, 8 November 2025.

    Ajang ini, yang disiarkan secara langsung oleh Indosiar dan Vidio, menjadi bentuk apresiasi bagi sineas, lembaga, dan insan perfilman yang berkontribusi dalam memperkuat budaya sensor mandiri serta mengembangkan ekosistem perfilman nasional.

    Acara dibuka dengan pertunjukan kolaboratif dari Lesti Kejora bersama 16 peserta Dangdut Academy 7, menampilkan medley lagu daerah dari Sumatera hingga Papua sebagai simbol keberagaman budaya Indonesia.

    Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya film sebagai refleksi peradaban dan identitas bangsa di kancah global.

    “Ekosistem film kita relatif sangat baik. Produksi lancar, penonton luar biasa, bioskop penuh, dan banyak film berprestasi di festival internasional. Kami ingin film Indonesia semakin berkualitas, membawa nilai-nilai bangsa, dan makin dikenal global,” ujar Fadli.

    Ia juga mengingatkan pentingnya penerapan sensor mandiri baik oleh pembuat film maupun penonton.

    “Sensor diperlukan terhadap hal-hal yang melawan hukum dan nilai bangsa. Silakan berkarya, tapi tetap dalam koridor hukum dan nilai-nilai Indonesia,” tegasnya.

    Pada malam penghargaan tersebut, Fadli Zon menyerahkan penghargaan Poster Film Sensor Mandiri Terbaik kepada kreator poster 1 Kakak 7 Ponakan. Selain itu, ia juga mengumumkan Lifetime Achievement Award untuk sutradara Garin Nugroho, yang disebutnya sebagai “guru keliling” bagi generasi muda perfilman Indonesia.

    Sementara itu, Ketua LSF Naswardi menjelaskan bahwa Anugerah LSF menjadi wadah untuk mengapresiasi karya di bidang perfilman dan televisi, sekaligus memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya literasi sensor.

    “Kami ingin terus memasyarakatkan budaya menonton sesuai usia dan memperkuat literasi sensor di masyarakat,” ujarnya.

    Sepanjang periode Agustus 2023 hingga Desember 2024, LSF telah menilai 58.415 film dan iklan film, dengan 18 kategori penghargaan. Beberapa pemenang di antaranya ialah Petualangan Anak Penangkap Hantu sebagai Film Semua Umur Terbaik, Cinta Dalam Ikhlas untuk kategori 13+, dan Siksa Kubur sebagai Film 17+ Terbaik.

    Perhelatan tersebut turut dimeriahkan oleh penampilan Dewi Persik, Randy Pangalila, Quinn Salman, Prince Poetiray, serta band Ungu. Sejumlah pejabat hadir dalam acara ini, antara lain Wamen Haji dan Umrah Dahnil Anzar Simanjuntak serta Rektor Universitas Al Azhar Indonesia Widodo Muktiyo.

    Menteri Fadli didampingi oleh Sekjen Bambang Wibawarta, Irjen Fryda Lucyana, Dirjen Ahmad Mahendra, dan Stafsus Muhammad Asrian Mirza.

  • Pengakuan Nicholas Saputra Gugup Saat Jajal Film Musikal, Puji Dukungan Para Penyanyi Profesional

    Pengakuan Nicholas Saputra Gugup Saat Jajal Film Musikal, Puji Dukungan Para Penyanyi Profesional

    JAKARTA- Aktor Nicholas Saputra mengungkapkan alasannya tertarik untuk terlibat dalam proyek film musikal terbaru garapan Garin Nugroho, Siapa Dia.

    Selain karena diajak langsung oleh sang sutradara, kesempatan untuk belajar dari para penyanyi dan aktor musikal profesional menjadi daya tarik utamanya.

    “Yang bikin tertarik pertama Mas Garin yang ajak, yang kedua, saya bermain dengan para penyanyi, orang-orang yang sudah biasa main di musikal saya merasa akan berlajar banyak di film ini,” kata Nicholas Saputra di kawasan Jakarta Pusat, Selasa, 29 Juli.

    Untuk mempersiapkan perannya, Nicholas harus menjalani proses latihan intensif selama dua bulan. Latihan tersebut mencakup berbagai aspek yang dibutuhkan untuk sebuah film musikal.

    “(2 bulan untuk) Latihan vokal, latihan lagu, terutama yang dinyanyikan, dan latihan koreografi,” lanjutnya.

    Proses rekaman lagu pun dilakukan dengan metode berlapis, mulai dari rekaman sebelum syuting, saat syuting di lokasi, hingga rekaman ulang pada tahap penyuntingan.

    “Butuh beberapa hari (rekaman), tapi ini kan berlapis ya artinya ada yang direkam untuk proses syuting, ada yang direkam di lokasi, beberapa lagu, ada juga yang direkam ulang melalui editing,” jelas Nicholas Saputra.

    Menjajal genre yang terbilang baru baginya, bintang film “Ada Apa Dengan Cinta?” ini mengaku sempat merasa gugup. Namun, perasaan tersebut tidak bertahan lama berkat dukungan penuh dari rekan-rekan mainnya yang lebih berpengalaman.

    “Sempat nervous. Ya saya ulangi jadi karena disupport oleh teman-teman jadi saya nervous-nya cepat luntur,” ungkapnya.

    Dukungan solid dari para lawan mainnya menjadi kunci bagi Nicholas dalam menghadapi tantangan di film ini. Ia merasa bebannya menjadi lebih ringan dan proses yang ia bayangkan akan sulit ternyata berjalan dengan lebih mudah.

    “Awalnya saya pikir akan sulit tapi ternyata saya dapat support sangat baik dari teman-teman yang punya pengalaman luar biasa di bidang musikal jadi saya merasa lebih ringan,” tandasnya.

  • Yovie Widianto dan Anggito Abimanyu Rilis Lagu Perjalanan Cinta di UGM

    Yovie Widianto dan Anggito Abimanyu Rilis Lagu Perjalanan Cinta di UGM

    Yogyakarta, Beritasatu.com — Lagu romantis berjudul Perjalanan Cinta resmi diluncurkan dalam suasana hangat di Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Lagu ini merupakan hasil kolaborasi unik antara Yovie Widianto, maestro musik romantis Indonesia, dan Anggito Abimanyu, akademisi sekaligus ekonom.

    Yang istimewa, lirik lagu ini ditulis langsung oleh Anggito Abimanyu berdasarkan kisah cinta nyata dengan sang istri, yang bersemi sejak masa kuliah mereka di UGM.

    “Lagu ini lahir dari kisah cinta sederhana tetapi kuat, antara Anggito Abimanyu dan istrinya yang tumbuh sejak masa-masa mereka aktif di gelanggang mahasiswa UGM,” ujar pembawa acara, Garin Nugroho.

    Lagu Perjalanan Cinta mengisahkan perjalanan cinta yang tumbuh perlahan tetapi bertahan lama. Dibungkus dengan aransemen khas Yovie Widianto, lagu ini menjadi lebih dari sekadar lagu cinta biasa. Ia menyentuh sisi mendalam dari makna cinta dan kenangan yang abadi.

    Dalam acara peluncuran, diputar pula video musik Perjalanan Cinta yang dikemas secara visual puitis dan intim. Video ini menampilkan dua vokalis muda asal UGM, Brian Prasetyoadi dan Afriza Animawan, yang membawakan lagu dengan sentuhan emosional kuat.

    “Lagu ini bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dirasakan. Karena pada akhirnya, semua orang sedang atau pernah menjalani perjalanan cinta mereka sendiri,” ujar Yovie Widianto.

    Sebagai bagian dari rangkaian peluncuran, lagu Perjalanan Cinta dijadwalkan akan dibawakan secara langsung di panggung Prambanan Jazz Festival 2025.

    Penampilan tersebut diharapkan menjadi momen magis yang memadukan keindahan musik, lirik, dan kemegahan Candi Prambanan dalam satu pengalaman tak terlupakan.
     

  • Jakarta inisiasi “Film Commission” pertama di Indonesia

    Jakarta inisiasi “Film Commission” pertama di Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginisiasi terbentuknya “Film Commission” (Komisi Film) pertama di Indonesia untuk mendukung industri film di dalam negeri menuju masa depan yang lebih inklusif dan berdaya saing global.

    “Jakarta akan menjadi inisiator terbentuknya ‘Film Commission’ pertama di Indonesia,” ujar Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

    Komisi ini, kata Rano di sela Festival Film Cannes 2025, Prancis, bertugas mendukung industri perfilman nasional dengan berbagai insentif dan kemudahan, mulai dari perizinan, promosi hingga kolaborasi internasional.

    Dia mengatakan, Jakarta tak hanya hadir sebagai penonton, tetapi sebagai penggerak utama transformasi industri perfilman Indonesia menuju masa depan yang lebih inklusif dan berdaya saing global.

    Melalui kehadiran aktif di Cannes, Pemprov DKI Jakarta berharap dapat memperkuat diplomasi budaya melalui film serta memperluas potensi ekonomi kreatif di sektor audiovisual.

    Festival Film Cannes menjadi ajang promosi penting bagi potensi lokasi syuting, bakat kreatif dan profesional perfilman Indonesia di mata dunia.

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mendirikan “booth” (stan) Pavilion Jakarta-Indonesia yang difungsikan sebagai ruang pertemuan dan etalase karya-karya kreatif Indonesia.

    Stan ini menjadi titik temu penting antara sineas Indonesia dengan komunitas industri film internasional, termasuk produser, distributor dan pelaku pasar film dari berbagai negara.

    Paviliun tersebut sekaligus menunjukkan kesiapan Jakarta sebagai kota sinema yang terbuka bagi dunia.

    Pemprov DKI Jakarta juga menginisiasi program “Networking Hours” yang dihadiri sejumlah nama sineas Indonesia seperti Christine Hakim, Garin Nugroho, Reza Rahadian, Chelsea Islan, Mya Santosa (Visinema), Vivian Idris (Jakarta Film Week), Iko Uwais dan beberapa pelaku industri kreatif lainnya.

    “Networking Hours” digelar di Stan Pavilion Jakarta-Indonesia dengan Pemprov Jakarta sebagai tuan rumah, didukung Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, yang turut hadir menyampaikan apresiasi atas upaya Pemprov DKI Jakarta dalam memperluas akses dan jejaring sineas nasional ke tingkat dunia.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Hadir di Expo 2025 Osaka, RI Pamerkan Ragam Budaya & Kekayaan Alam

    Hadir di Expo 2025 Osaka, RI Pamerkan Ragam Budaya & Kekayaan Alam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia turut berpartisipasi dalam Expo 2025 yang digelar di Osaka, Jepang. Ajang ini diselenggarakan dengan tema “Merancang Masyarakat Masa Depan untuk Kehidupan Kita” sekaligus menjadi platform yang ideal bagi Indonesia untuk memamerkan sinergi antara kekayaan alam, pengetahuan budaya, hingga kemajuan teknologi.

    Paviliun Indonesia di Expo 2025 tampil dengan tema “Berkembang dalam Harmoni – Alam, Budaya, Masa Depan” yang mengintegrasikan alam, budaya, dan masa depan yang mulus. Tema ini diambil dari Tri Hita Karana, sebuah filosofi Bali abadi yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Kearifan lokal ini memandu Indonesia untuk mempraktikkan keberlanjutan melalui pendekatan holistik yang mendorong tanggung jawab yang penuh perhatian terhadap diri sendiri, masyarakat, dan Bumi.

    Mulai tanggal 13 April hingga 13 Oktober 2025, Paviliun mengundang pengunjung global untuk merasakan kekayaan warisan Indonesia dan inovasi yang berpikiran maju di Osaka, Kansai, Jepang. Lebih dari sekadar pameran budaya, Paviliun mencerminkan peran abadi Indonesia sebagai persimpangan pertukaran global, yakni rumah bagi peradaban kuno, jaringan perdagangan yang dinamis, dan kekayaan budaya. Paviliun ini juga menjadi cerminan Indonesia yang mampu berdiri sebagai salah satu tujuan paling menarik di dunia untuk investasi, kolaborasi, dan inovasi.

    Dengan populasi yang dinamis, sumber daya alam yang melimpah, dan komitmen yang kuat terhadap pembangunan yang hijau dan inklusif, Indonesia membuka pintunya untuk kolaborasi dan kemitraan yang bermakna lantaran menawarkan pengunjung tidak hanya pengalaman yang tak terlupakan, tetapi juga pintu gerbang menuju peluang.

    Perjalanan melintasi waktu dan ruang terinspirasi oleh warisan maritim Indonesia yang mengakar kuat. Hal ini terlihat dari mahakarya arsitektur Paviliun yang menyerupai kapal megah, melambangkan sejarah nusantara sebagai negara pelaut dan pelayarannya menuju masa depan yang berkelanjutan. Di dalam Paviliun, setiap area menawarkan pengalaman multisensori yang memadukan tradisi dengan teknologi, sekaligus menawarkan wawasan tentang aspirasi Indonesia untuk kemerdekaannya yang keseratus.

    Adapun puncak acara ini disajikan melalui pengalaman mendongeng mendalam yang membawa pengunjung dalam perjalanan dari kedalaman Bumi ke pemandangan panorama Indonesia, yang berpuncak pada visualisasi Indonesia Emas 2045, sebuah visi nasional untuk masa depan yang sejahtera, inklusif, dan berkelanjutan.

    Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri menyatakan, di panggung global ini, pihaknya dengan bangga memposisikan Indonesia sebagai tujuan kelas dunia untuk perjalanan khusus, tempat kearifan kuno bertemu dengan kemewahan modern.

    “Komitmen kami teguh, untuk mengembangkan sektor pariwisata yang mengangkat masyarakat lokal, melestarikan warisan alam kita, dan memelihara ekonomi hijau yang berkembang pesat,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat (11/4/2025).

    Indonesia pun memandang Expo 2025 Osaka sebagai platform penting untuk meningkatkan investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) dan menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan, inovasi, dan kemitraan global. Expo ini juga diharapkan bisa menarik lebih dari 28 juta pengunjung dan partisipasi dari 158 negara dan 7 organisasi internasional. Kehadiran Indonesia secara strategis selaras dengan target pertumbuhan jangka panjangnya yang digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

    “Partisipasi Indonesia di Expo 2025 lebih dari sekadar pameran. Ini mewakili visi transformasi Indonesia. Kami hadir untuk mengawali babak baru dalam kerja sama global dengan menyediakan peluang investasi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” kata Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Leonardo Sambodo.

    Berawal dari pencapaian luar biasa Expo 2020 Dubai, di mana Paviliun Indonesia menyambut 2,5 juta pengunjung dan mengamankan transaksi bisnis senilai US$ 2 miliar, Indonesia bertujuan untuk menarik 2,8 juta hingga 3,5 juta pengunjung selama acara enam bulan di Osaka.

    Paviliun Indonesia merupakan hasil dari proses persiapan multi-tahun yang dimulai pada tahun 2022. Hal ini mencerminkan perencanaan strategis jangka panjang dan meletakkan dasar bagi Paviliun untuk berfungsi sebagai jembatan dinamis bagi investasi, bisnis, dan diplomasi budaya.

    Untuk memenuhi target jangka menengah pertumbuhan PDB sebesar 8%, Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp 47.573 triliun antara tahun 2025 dan 2029, di mana 86,7% atau setara dengan Rp 41.223 triliun harus berasal dari investor swasta dan asing. Lantaran Expo 2025 menyediakan berbagai platform yang langka dan berdampak tinggi untuk melibatkan para pengambil keputusan utama, Indonesia siap untuk mempresentasikan proyek-proyek strategisnya kepada dunia.

    Ruang khusus untuk diskusi produktif dan kolaborasi strategis disediakan selama Expo 2025 di Paviliun Indonesia, termasuk pusat bisnis, lounge VIP, dan ruang pertemuan pribadi. Semua ruangan ini dilengkapi dengan TV untuk mendukung presentasi yang berdampak.

    Lebih dari 40 forum bisnis diusulkan oleh kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah untuk diselenggarakan selama periode Expo, yang bertujuan untuk mempercepat kolaborasi dan membuka investasi dalam berbagai bidang, yaitu:

    -Pengembangan Sumber Daya Manusia: Kolaborasi Indonesia-Jepang di sektor kesehatan, inovasi teknologi melalui penggunaan blockchain, dan inisiatif kesehatan

    -Inisiatif Nilai Tambah Ekonomi: Energi terbarukan, ketahanan pangan, dan penguatan rantai pasokan domestik

    -Infrastruktur Strategis: Pembangkit listrik, trem, pengolahan limbah, kawasan industri, perhotelan dan rekreasi

    -Pengembangan Perkotaan: Kawasan metropolitan baru dan kota pintar

    -Ekonomi Hijau: Bahan bakar B100 berbasis kelapa sawit, pengelolaan limbah, dan perdagangan karbon

    -Pariwisata & Industri Kreatif: Destinasi kelas dunia Indonesia, mode ramah lingkungan dan arsitektur, minyak aromatik, serta penyembuhan dan kesehatan tradisional

    Sementara itu, Menteri Widiyanti Putri menegaskan, Expo 2025 lebih dari sekadar pameran. Ini adalah undangan terbuka untuk berkolaborasi dan membuka potensi penuh wisata kebugaran Indonesia.

    “Pengunjung akan menemukan mengapa Wonderful Indonesia adalah masa depan wisata yang penuh kesadaran dan memulai perjalanan mereka ke permata khatulistiwa,” kata dia.

    Sementara itu Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Kementerian Penanaman Modal dan Industri Hilir/BKPM, Nurul Ichwan menambahkan, Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 8% melalui investasi sebagai penggerak utamanya.

    “Expo 2025 adalah platform utama untuk mempromosikan investasi, dan kami bertujuan untuk memanfaatkan acara ini secara maksimal, menarik investor dari seluruh dunia,” imbuh dia.

    Peluang Sebesar $3,4 Miliar

    Expo 2025 diperkirakan mampu memberi transaksi sebesar US$ 68,32 miliar yang nanti berkontribusi terhadap PDB Jepang. Dari situ, Indonesia bisa mengambil peluang setidaknya 5% atau setara US$ 3,42 miliar yang akan menghasilkan peningkatan 0,25% dalam PDB Indonesia. Hal ini menunjukkan nilai ekonomi yang signifikan dari keterlibatan global yang strategis.

    Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi mengatakan, melihat keberhasilan acara Expo sebelumnya, pemerintah melihat potensi besar untuk pertumbuhan nilai transaksi yang signifikan. Dubai, khususnya, mencatat nilai transaksi enam kali lebih besar daripada Shanghai. Dengan momentum ini, pemerintah yakin bahwa Expo Osaka akan melampaui hasil tersebut.

    “Kami mengantisipasi manfaat nyata dalam lima bidang utama yaitu meningkatkan pencitraan merek nasional, mendukung pencapaian SDG, meningkatkan investasi dan perdagangan, mempromosikan pariwisata, dan memperkuat kerja sama internasional,” jelas dia.

    Sejalan dengan visi ambisius ini, Pemerintah Indonesia telah bermitra dengan pemangku kepentingan utama, termasuk Astra, untuk mendukung partisipasi negara dalam Expo 2025 dan memajukan tujuan keberlanjutannya secara global.

    PT Astra International Tbk (ASII), salah satu perusahaan publik terbesar dan paling beragam di Indonesia, memainkan peran penting dalam kolaborasi ini. Dengan 293 anak perusahaan, usaha patungan, dan asosiasi, serta tenaga kerja lebih dari 200.000 karyawan, Astra beroperasi di berbagai sektor, termasuk otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan properti.

    Komitmen Astra untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan memperkuat ketahanan ekonomi bangsa sangat selaras dengan misi Paviliun Indonesia untuk memamerkan inovasi dan kemajuan. Melalui kemitraan ini, baik pemerintah maupun Astra bertujuan untuk menyoroti dorongan Indonesia menuju pembangunan berkelanjutan dan kemajuan teknologi di panggung dunia.

    Kepulauan Seniman: Merayakan Semangat Kreatif Indonesia

    Sorotan utama Paviliun di Expo 2025 adalah kehadiran kuat seniman kontemporer Indonesia yang karyanya menghidupkan Zona Alam. Di antaranya adalah Indieguerillas, Nasirun, Nyoman Nuarta, Naufal Abshar, dan Arkiv Vilmansa. Para seniman ini menafsirkan ulang spesies asli yang terancam punah, antara lain Harimau Sumatera, Badak Jawa, Orangutan, dan Komodo, melalui gaya artistik khas yang berbicara tentang tradisi dan futurisme.

    “Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka menyambut dunia untuk menemukan harmoni alam, budaya, dan masa depan-memadukan tradisi dengan inovasi, kemanusiaan dengan alam, dan seni dengan sains. Melalui pengalaman mendalam dan interpretasi artistik spesies yang terancam punah, paviliun ini memamerkan kekayaan kreativitas, keanekaragaman hayati, dan visi berkelanjutan Indonesia untuk masa depan yang sejahtera,” tambah Leonardo Sambodo.

    Para pengunjung diundang untuk berinteraksi dengan karya seni ini dan mengakses konten digital yang memperkaya pengalaman, menawarkan wawasan yang lebih dalam tentang spesies dan proses artistik. Ini merupakan perayaan keanekaragaman hayati Indonesia dan hubungannya yang mendalam dengan ekspresi budaya.

    Sejalan dengan tujuan keberlanjutan yang lebih luas, Pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan Artha Graha Peduli yang komitmen jangka panjangnya terhadap pembangunan lingkungan dan masyarakat memainkan peran penting dalam mendukung agenda keberlanjutan Indonesia.

    Melalui pengelolaannya terhadap Tambling Wildlife Nature Conservation, hutan seluas 48.153 hektar dan cagar laut seluas 14.089 hektar di Sumatera bagian selatan, Artha Graha Peduli berkontribusi pada upaya konservasi yang penting. Sejak tahun 1996, Tambling Wildlife Nature Conservation telah berfokus pada reboisasi, konservasi satwa liar, termasuk penyelamatan dan rehabilitasi harimau Sumatera, dan pengembangan masyarakat setempat yang melengkapi misi Paviliun Indonesia untuk menyoroti inovasi dan kemajuan dalam pembangunan berkelanjutan.

    Karya seni statis ini dilengkapi dengan pengalaman sinematik memikat bertajuk “Nusantara Odyssey,” yang diciptakan oleh seniman visual Isha Hening dan Ign. Raditya Bramantya. Melalui visual, tekstur, dan penceritaan yang imersif, karya ini mengajak penonton untuk merasakan irama bentang alam, mitos, dan kekuatan alam Indonesia.

    Setelah itu, pengunjung dapat menjelajahi pameran foto Wajah Nusantara karya Davy Linggar, sebuah pameran kurasi senjata pusaka, yakni senjata tradisional dari berbagai daerah yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan instalasi video tentang seni bela diri Indonesia dan pandai besi tradisional. Dari sini, pengunjung diundang untuk melanjutkan perjalanan mereka melalui pameran yang merayakan warisan tekstil Indonesia yang kaya, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata.

    Pengalaman dimulai dengan tenun ikat tangan oleh Obin yang secara luas dianggap sebagai penjaga warisan tekstil Indonesia, dan kain Tenun tenun tangan yang dibuat dengan pewarna alami dipajang pada struktur seperti layar yang terinspirasi oleh perahu tradisional, yang ditambatkan oleh bagian tengah yang mencolok dalam bentuk sekunar Phinisi dengan tujuh layar.

    Tekstil dari seluruh nusantara, dipilih dari para perajin yang dilatih oleh Cita Tenun Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk melestarikan dan mempromosikan tekstil tenun tradisional Indonesia melalui dokumentasi, pelatihan, dan kolaborasi, sehingga memperlihatkan keahlian abadi para perajin yang keterampilannya telah diwariskan dari generasi ke generasi.

    Diciptakan kembali dengan sentuhan modern dan bersemangat, karya-karya ini memadukan tradisi dengan desain kontemporer untuk dikenakan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan pameran, inovasi tekstil baru seperti Batik cetak ramah lingkungan dapat diperkenalkan, yang menyatukan kisah-kisah tentang keterampilan, tradisi, dan keberlanjutan.

    Area ini juga mengarah ke Teater berkapasitas 180 kursi, tempat karya sinematik yang diproduksi secara khusus oleh Titimangsa, sebuah organisasi seni yang didedikasikan untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya melalui pertunjukan panggung yang inovatif, bekerja sama dengan Garin Nugroho, seorang pembuat film terkenal dan seniman multidisiplin yang dikenal karena film-filmnya yang menggugah pikiran yang memadukan komentar sosial dengan narasi budaya yang kaya, menghidupkan narasi budaya dan alam Indonesia melalui visual yang terinspirasi dari wayang dan penceritaan yang mendalam.

    Setiap elemen material dan spasial dikurasi untuk mencerminkan konteks budaya tertentu. Di antaranya adalah pencahayaan lembut yang mensimulasikan sinar matahari yang disaring melalui kanopi hutan, lanskap suara yang membangkitkan kehidupan hutan hujan, dan gerakan desain yang mengingatkan pada bentuk-bentuk vernakular di seluruh nusantara.

    Kerajinan, Pertunjukan & Desain: Tradisi Hidup Indonesia

    Zona Budaya Paviliun menghidupkan warisan tak benda Indonesia melalui pertunjukan langsung kerajinan tradisional dan pertunjukan harian. Di sini, pengunjung akan menyaksikan pembuatan cermat obat herbal Indonesia, kosmetik tradisional, dan teknik menenun yang telah diwariskan turun-temurun. Pertunjukan tari tradisional dan seni bela diri akan berlangsung secara berkala, yang menampilkan disiplin seni dan tradisi gerakan Indonesia yang mengakar kuat. Setiap ekspresi, baik melalui kain, gerakan, atau ritual, ditampilkan bukan sebagai peninggalan masa lalu, tetapi sebagai praktik hidup yang terus berkembang di Indonesia saat ini.

    Dibangun berdasarkan prinsip desain ramah lingkungan, paviliun memastikan penggunaan sumber daya alam yang efisien sekaligus meminimalkan dampak lingkungan. Inovasi utama adalah penggunaan kayu Plana, yang terbuat dari 60% residu sekam padi, 30% limbah plastik daur ulang, dan 10% aditif yang menawarkan alternatif berkelanjutan untuk kayu konvensional. Struktur ini juga menggabungkan sistem pencahayaan dan pendingin hemat energi untuk mengurangi emisi karbon, bersama dengan bahan daur ulang dan berkelanjutan untuk meminimalkan limbah. Selain itu, paviliun memanfaatkan sumber energi terbarukan dan mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari yang selanjutnya meningkatkan komitmennya terhadap keberlanjutan.

    Setelah Expo 2025, elemen-elemen tertentu dari paviliun akan digunakan kembali atau direlokasi untuk berfungsi sebagai aset budaya dan pendidikan. Beberapa komponen akan dipamerkan di kedutaan besar Indonesia di Jepang, sementara yang lain akan didaur ulang atau digunakan kembali untuk memastikan warisan yang bertahan lebih lama dari acara enam bulan.

    Perkenalkan Wajah Indonesia yang Ramah & Pengalaman Kuliner

    Tumtum, maskot resmi paviliun, semakin menambah pesona dan aksesibilitas ke Paviliun. Maskot ini terinspirasi oleh motif Batik Truntum, yang melambangkan cinta yang abadi dan terus tumbuh.

    Tumtum diwakili oleh tiga karakter antara lain Tumala, Tumbaya, dan Tumasa yang masing-masing mewujudkan aspek utama identitas Indonesia. Tumala mencerminkan cinta Indonesia terhadap lingkungannya (Alam), sedangkan Tumbaya mewakili keharmonisan masyarakatnya yang beragam (Budaya), dan Tumasa menandakan optimisme terhadap aspirasi Indonesia Emas 2045 (Masa Depan).

    Selain itu, para pengunjung dapat menikmati santapan di restoran Indonesia Paviliun, yang menyajikan menu pilihan yang menawarkan cita rasa warisan kuliner Indonesia dengan bahan-bahan dan resep dari seluruh pulau, termasuk secangkir kopi Mandheling atau Toraja gratis, yang dikurasi oleh KAPPI.

    Sementara itu, area ritel akan memamerkan barang-barang kerajinan tangan yang mencerminkan keragaman dunia desain Indonesia, mulai dari tekstil artisanal hingga interpretasi ulang kontemporer dari bentuk-bentuk tradisional.

    Bagi masyarakat yang membutuhkan informasi terkini tentang partisipasi Indonesia di Expo 2025 Osaka dan perkembangan seputar Paviliun Indonesia, silakan kunjungi situs web resmi di expo2025indonesia.id dan ikuti melalui Instagram @expo2025indonesia.

    (dpu/dpu)

  • Film Musikal ‘Siapa Dia..’ Batal Dirilis

    Film Musikal ‘Siapa Dia..’ Batal Dirilis

    Liputan6.com, Yogyakarta – Film musikal garapan Garin Nugroho, Siapa Dia.., dikabarkan batal dirilis. Sebelumnya, film produksi Fabis Entertainment ini dijadwalkan tayang tahun ini.

    Kabar batalnya penayangan film Siapa Dia.. disampaikan langsung oleh produser eksekutif Faizal Lubis melalui unggahan Instagram @fabis.entertainment. Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa film Siapa Dia.. batal dirilis, bukan ditunda atau pindah jadwal.

    “Hari ini saya ingin menyampaikan kepada semua yang terlibat di film ini. Bahwa film ini saya batalkan untuk rilis. Walaupun film ini sudah selesai secara kreatif dan administrasi, namun saya tetap memutuskan untuk saya batalkan,” berikut penggalan pernyataan yang diunggah Faizal Lubis.

    Terkait alasan pembatalan, Faizal Lubis mengatakan bahwa alasan utamanya tak mungkin ia sampaikan di muka publik. Ia meminta maaf kepada semua yang terlibat dalam film ini.

    Sejak pernyataan tersebut diunggah, belum ada konfirmasi dari Garin Nugroho selaku sutradara dan Nicholas Saputra selalu pemeran utama. Mendengar kabar ini, para pencinta film pun cukup kecewa mengingat film ini sudah melalui proses produksi yang cukup panjang.

    Sebelumnya, bocoran trailer film Siapa Dia.. pertama kali ditayangkan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 di tengah JAFF Market. Trailer tersebut tayang sebelum pemutaran film Samsara garapan Garin Nugroho.

    Hingga pada Februari 2025, official teaser film ini dirilis. Beberapa sumber menyebut, film ini telah diproduksi sejak 2022.

    Film ini mengisahkan seorang laki-laki bernama Layar yang mengajak penonton untuk mencari cinta dengan menyanyi dan menari. Beberapa aktor, aktris, dan penyanyi populer Indonesia terlibat dalam film ini, mulai dari Nicholas Saputra, Amanda Rawles, Gisella Anastasia, Ariel Tatum, Happy Salma, Widi Mulia, Cindy Nirmala, Dira Sugandi, Morgan Oey, Monita Tahalea, Joanna Alexandra, Siti Nursanti, Bima Zeno, dan masih banyak lagi.

    Secara garis besar, film musikal ini mengangkat sejarah film Indonesia, mulai dari era 1.0 hingga era 4.0 yang dikemas menjadi sebuah tontonan menyenangkan. Sayangnya, film Siapa Dia.. dipastikan batal dirilis.

    Penulis: Resla

  • Ulang Tahun ke-41, Ini Rekomendasi Film yang Dibintangi Nicholas Saputra

    Ulang Tahun ke-41, Ini Rekomendasi Film yang Dibintangi Nicholas Saputra

    5. What They Don’t Talk About When They Talk About Love (2013)

    Film What They Don’t Talk About When They Talk About Love adalqh film drama Indonesia yang disutradarai oleh Mouly Surya. Dalam film ini, Nicholas Saputra beradu akting dengan Ayushita, Karina Salim, Anggun Priambodo, dan Lupita Jenifer.

    6. Ada Apa dengan Cinta? 2 (2016)

    Setelah 14 tahun, film Ada Apa dengan Cinta? yang dirilis pada 2002 akhirnya dibuat sekuelnya. Adalah Ada Apa dengan Cinta? 2 yang mengisahkan kelanjutan romansa Rangga dan Cinta yang bukan lagi anak SMA.

    7. Aruna & Lidahnya (2018)

    Film Aruna & Lidahnya merupakan adaptasi lepas dari buku berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak. Film ini kembali menduetkan Nicholas Saputra dengan Dian Sastrowardoyo.

    Selain dibintangi dua pemain film populer tersebut, film ini juga dibintangi oleh Hannah Al Rashid dan Oka Antara. Film ini mengangkat tema khazanah kuliner Indonesia yang dituangkan ke dalam alur cerita menarik.

    8. Sayap-Sayap Patah (2022)

    Sayap-Sayap Patah adalah film laga karya Rudi Soedjarwo. Kisahnya diangkat dari peristiwa kerusuhan di Mako Brimob pada 2018 lalu. Dalam film ini, Nicholas Saputra beradu akting dengan Ariel Tatum.

    9. The Architecture of Love (2024)

    The Architecture of Love adalah film drama romantis yang dirilis pada 30 April 2024. Film ini dibintangi oleh Nicholas Saputra, Putri Marino, dan masih banyak lagi.

    10. Siapa Dia.. (2025)

    Terbaru, Nicholas Saputra bakal berperan dalam film musikal berjudul Siapa Dia.. karya Garin Nugroho. Sejumlah aktor, aktris, dan penyanyi Tanah Air juga bakal meramaikan film ini. Film ini dijadwalkan tayang pada 2025.

    Penulis: Resla

  • Penulis “Ode to Indonesian Culture” raih penghargaan dari Pemerintah Perancis

    Penulis “Ode to Indonesian Culture” raih penghargaan dari Pemerintah Perancis

    Jakarta (ANTARA) – Penulis “Ode to Indonesian Culture” Thresia Mareta mendapat penghargaan Ksatria Ordo Seni dan Sastra (Knight of the Ordre des Arts et des Lettres) dari Pemerintah Perancis atas pengembangan fashion (fesyen) Indonesia hingga ke pasar internasional.

    Melalui siaran pers yang diterima, Rabu, menyebut penghargaan yang diberikan Kementerian Kebudayaan Perancis dalam sebuah seremoni resmi dihadiri oleh Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, serta para pejabat tinggi, tokoh industri, dan undangan lainnya bertempat di Museum Nasional, Jakarta Pusat.

    Penghargaan yang diberikan merupakan salah satu apresiasi tertinggi yang diberikan oleh pemerintah Prancis kepada individu yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam bidang seni dan budaya, baik di tingkat nasional maupun internasional.

    Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi dunia terhadap upaya berkelanjutan yang telah dilakukan Thresia Mareta dalam melestarikan tradisi disertai inovasi untuk mendukung perkembangan para pelaku budaya dan mode Indonesia.

    Dedikasi ini dimulai saat Thresia Mareta mendirikan LAKON Indonesia pada tahun 2018. Berawal dari kepedulian, melihat semakin berkurangnya apresiasi terhadap para perajin beserta teknik tradisional dan warisan budaya.

    Melalui LAKON Indonesia kemudian dilakukan upaya membangun ekosistem yang komprehensif untuk mendukung para perajin, desainer, dan pelaku usaha kecil agar bisa relevan dan berkembang di era industri modern.

    Walaupun LAKON Indonesia terhitung baru dalam industri mode nasional namun mereka terjun langsung ke lapangan untuk bekerja sama dengan para perajin di berbagai tingkatan sehingga mereka sangat memahami tantangan dan kesulitan yang dihadapi para artis dan perajin.

    “Dengan berkembangnya industri fesyen, kita harus bertanya pada diri sendiri: bagaimana kita memastikan bahwa keahlian perajin kita dalam membuat kerajinan tangan seperti batik, tenun, bordir, dan lainnya tidak hanya dilestarikan tetapi juga tetap relevan, mendapatkan pengakuan global, dan menciptakan peluang ekonomi bagi para perajin? Perjuangan ini merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan dedikasi tak henti,” kata Thresia Mareta.

    Kepedulian terhadap industri mode tanah air juga berlanjut, dengan memenuhi perannya sebagai penasihat (advisor) JF3 Fashion Festival. JF3 telah menjadi salah satu platform fesyen di Indonesia selama 21 tahun terakhir yang memberikan peluang bagi para kreator fesyen dan perajin lokal.

    Dengan pengalaman dan keahliannya, Thresia Mareta melakukan berbagai inovasi dan terobosan, salah satunya adalah inisiatif untuk mendirikan PINTU Incubator.

    Program ini membantu para kreator muda dari kedua negara dalam membangun bisnis yang menekankan pengembangan pasar, ketahanan bisnis, dan keberlanjutan jangka panjang. Dengan menghubungkan kreator Indonesia ke ekosistem fesyen Prancis, PINTU Incubator memberikan bimbingan, wawasan industri, serta peluang global, memastikan para partisipan bisa bersaing di tingkat internasional

    Hasil nyata dari program ini telah terlihat, para partisipan program inkubasi ini telah berhasil menjual produk mereka ke pembeli (buyer) internasional dan butik-butik di berbagai benua, menggandakan pendapatan mereka serta mendapatkan berbagai kesempatan berharga, seperti mengikuti Paris Trade Show, hingga untuk pertama kalinya bisa menempuh pendidikan di École Duperré, salah satu sekolah fesyen paling bergengsi di Paris.

    Dalam kesempatan yang sama, Thresia Mareta memperkenalkan Ode to Indonesian Culture, sebuah buku yang dikerjakan selama dua tahun. Buku ini mengangkat 15 sosok inspiratif Indonesia, diceritakan dari perspektif Lakon Indonesia.

    “Harapan saya, generasi mendatang tidak hanya memahami warisan budaya mereka, tetapi juga bangga. Dunia akan selalu berubah, tetapi semoga mereka tidak pernah melupakan kekuatan dan keindahan akar budaya mereka. Semoga buku ini menjadi warisan yang hidup, sebuah penghormatan bagi kebijaksanaan dan kontribusi mereka yang membentuk narasi budaya kita hari ini, sekaligus memberikan inspirasi bagi masa depan untuk terus menghargai dan merayakan identitas kita,” ungkap Thresia Mareta.

    Ordre des Arts et des Lettres adalah penghargaan kehormatan dari Prancis yang diberikan kepada individu yang dinilai telah memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya dan memberikan pengaruh global dalam dunia seni, budaya dan sastra. Penghargaan ini didirikan oleh Menteri Kebudayaan Prancis pada tanggal 2 Mei 1957.

    Penghargaan yang sangat selektif ini telah diterima oleh tokoh-tokoh terkemuka dari seluruh dunia, diantaranya ; pelukis Pablo Picasso, desainer Issey Miyake, artis Meryl Streep, David Bowie hingga filsuf Umberto Eco. Sedangkan penerima penghargaan dari Indonesia selain Thresia Mareta, sebelumnya adalah Nyoman Nuarta, Garin Nugroho dan Guruh Soekarno Putra.

    Pewarta: Ganet Dirgantara
    Editor: Alviansyah Pasaribu
    Copyright © ANTARA 2025