Tag: Francesco Bagnaia

  • Bos Ducati Marah Lihat Francesco Bagnaia Terlalu Sopan ke Jorge Martin

    Bos Ducati Marah Lihat Francesco Bagnaia Terlalu Sopan ke Jorge Martin

    Jakarta

    Manajer Ducati Davide Tardozzi tak suka dengan sikap Francesco Bagnaia yang terlalu baik dan sopan ke musuh-musuhnya, termasuk Jorge Martin. Dia menegaskan, sebagai pebalap profesional, Bagnaia seharusnya bisa membatasi hubungan dengan rival di lintasan.

    Baru-baru ini, dalam film dokumenter Ducati, tim asal Italia tersebut merekam momen-momen setelah balapan di Buriram, Thailand, musim lalu. Ketika itu, tepatnya di sesi Sprint Race, Martin melakukan pergerakan berbahaya yang bisa merugikan Bagnaia. Namun, bukannya marah, Bagnaia justru bersikap ramah ke musuhnya tersebut.

    “Pecco, Martin memiliki keberanian untuk menjatuhkanmu. Dia memutuskan akan mengganggumu. Dia melakukan apa yang harus dilakukan. Itulah yang harus kamu lakukan juga,” ujar Tardozzi dalam film dokumenter tersebut, dikutip dari Motorsport, Jumat (20/12).

    “Kamu tidak bisa selalu bersikap seperti seorang pria sejati. Kamu tidak bisa (terlalu baik), karena orang-orang ini sudah menendang bokongmu,” tambahnya.

    Jorge Martin dan Francesco Bagnaia Foto: Getty Images/Mirco Lazzari gp

    Tardozzi menegaskan, dalam situasi memperebutkan gelar juara, pebalap tak boleh terlalu akur dengan rival utamanya. Lebih lagi, pihak musuh tak menunjukkan sikap yang sama.

    “Dia (Martin) sudah mengincarmu, sudah memutuskan akan mengincarmu. Tidak ada keraguan tentang itu. Jadi kamu harus berhenti bersikap seperti seorang pria baik, karena mereka akan menghancurkanmu,” tegasnya.

    Pada Agustus lalu, Bagnaia pernah ditanya mengenai sikapnya yang terlalu sopan ke musuh-musuhnya, termasuk ke Martin. Dia mengatakan, rivalitas tak perlu dibumbui perselisihan. Dia lebih memilih respek ke lawan ketimbang membencinya.

    “Ketika ada rasa hormat, akan ada kedamaian di luar. Namun, itu juga selalu disertai rasa hormat. Saya dan Martin sudah saling kenal sejak lama, dan saya tidak pernah mengerti mengapa pebalap musuhan selama kejuaraan,” tutur Bagnaia.

    Jorge Martin dan Francesco Bagnaia Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon

    Sikap dan prinsip yang ditunjukkan Bagnaia sangat berbeda dengan mentornya, Valentino Rossi. Peraih dua gelar juara itu terlihat lebih sopan, lembut dan tak suka drama.

    “Memang benar ketika Anda berjuang untuk tujuan yang sama, Anda akan sedikit mengubah hubungan (dengan pebalap lain). Namun, rasa hormat harus selalu ada dan tampaknya situasinya masih sama seperti tahun lalu, atau sejak kami masih muda,” kata Bagnaia.

    (sfn/rgr)

  • Replika Motor MotoGP Bagnaia-Martin Masuk RI, Tak Sembarang Orang Bisa Beli

    Replika Motor MotoGP Bagnaia-Martin Masuk RI, Tak Sembarang Orang Bisa Beli

    Jakarta

    Ducati meluncurkan lima motor Ducati Panigale replika balap dan juara dunia di Indonesia. Namun, motor ini tidak bisa dibeli secara sembarangan. Kelima motor Ducati replika motor balap tersebut sudah ada pemiliknya.

    Panigale Replika Balap ini turut merepresentasikan pencapaian, kemajuan teknologi modern dan seni dalam dunia otomotif. Kelima replika tersebut kini menjadi bagian dari koleksi prestisius milik Jimmy Budhijanto, seorang Top Ducatisti sekaligus CEO Ducati Indonesia. Menurutnya, ada kriteria tertentu untuk bisa memiliki motor edisi terbatas ini.

    “Sebagai penggemar dan pengguna Ducati, saya sangat bangga diberikan kesempatan untuk memiliki 5 Panigale Replika Balap yang terinspirasi dari motor-motor juara Ducati di berbagai kejuaraan dunia di mana hak eksklusif ini tidak untuk semua orang. Ada kriteria tertentu dari pabrikan Ducati di Italia yang harus dipenuhi untuk bisa memiliki koleksi terbatas ini. Bisa menghadirkannya di Indonesia merupakan sebuah prestasi tersendiri.” ucap Jimmy Budhijanto.

    Motor-motor replika Panigale 2023 ini pertama kali diluncurkan dalam acara perayaan “Campioni in Festa” untuk merayakan pencapaian Ducati pada musim 2023. Dalam sejarah balap motor, belum ada produsen yang berhasil meraih gelar juara dunia secara beruntun di MotoGP dan WorldSBK, serta WorldSSP dalam dua tahun berturut-turut (2022 & 2023).

    Pencapaian ini menjadi momen istimewa bagi Ducati, yang memilih untuk merayakannya dengan mempersembahkan lima motor replika edisi terbatas.

    Panigale replika spesial ini dirancang sebagai penghormatan kepada para pembalap yang membawa Ducati ke puncak. Adapun motor ini dibalut dengan livery khas motor balap tunggangan Francesco Bagnaia, Alvaro Bautista, Nicolo Bulega serta Jorge Martin, dan Marco Bezzecchi. Setiap motor edisi spesial ini hadir dalam seri terbatas dan bernomor yang semakin unik dengan adanya tanda tangan asli para pembalap yang ditempelkan pada tangki dan dilindungi lapisan pernis transparan.

    Panigale V4 Bagnaia 2023 World Champion Replica

    Motor replika pertama terinspirasi oleh livery paling eksklusif musim 2024, yaitu Ducati Yellow, yang digunakan oleh Desmosedici GP milik Tim Ducati Lenovo dalam balapan GP San Marino dan Riviera di Rimini di Misano. Desain ini menjadi simbol kesuksesan Francesco Bagnaia yang memenangi gelar juara dunia pada 2023. Produksi motor ini terbatas hanya 263 unit, menjadi salah satu model paling eksklusif di antara motor Ducati lainnya.

    Replika Motor Bagnaia-Martin Masuk Indonesia Foto: Dok. Ducati IndonesiaPanigale V4 Bautista 2023 World Champion Replica

    Replika kedua mengambil livery Ducati Yellow dari Panigale V4 R yang digunakan oleh Álvaro Bautista dalam balapan di Misano dan race 2 di Jerez de la Frontera. Replika motor ini terinspirasi dari Panigale V4 R, yang dilengkapi dengan berbagai fitur premium seperti tangki bahan bakar aluminium, winglet serat karbon, dan pelek aluminium tempa dari Marchesini. Motor ini hanya diproduksi sebanyak 219 unit, dengan performa tinggi dan desain yang elegan.

    Panigale V4 Martín 2023 Racing ReplicaReplika Motor Bagnaia-Martin Masuk Indonesia Foto: Dok. Ducati Indonesia

    Replika ketiga menampilkan warna resmi Desmosedici GP Tim Prima Pramac, yang semakin istimewa dengan hadirnya spakbor depan berbahan serat karbon. Motor ini dirancang dengan kecepatan dan daya tarik visual yang memiliki ciri khas gaya balap, memanjakan para penggemar Jorge Martín. Produksi motor ini terbatas hanya 189 unit, menjadi motor dengan edisi langka yang sangat diidamkan oleh kolektor dan penggemar Ducati.

    Panigale V4 Bezzecchi 2023 Racing Replica

    Replika keempat terinspirasi dari livery kuning/hitam Desmosedici GP milik tim Mooney VR46 yang digunakan oleh Marco Bezzecchi tahun lalu. Livery ini mencerminkan identitas kuat dari tim balap VR46, sekaligus menjadi pengingat akan pencapaian Bezzecchi pada musim 2023. Motor ini hanya diproduksi sebanyak 72 unit.

    Replika Motor Bagnaia-Martin Masuk Indonesia Foto: Dok. Ducati IndonesiaPanigale V2 Bulega 2023 World Champion Replica

    Motor replika terakhir didasarkan pada model Bayliss 1st Championship 20th Anniversary, dan mengusung livery merah/hitam dari Panigale V2 yang digunakan oleh Nicolò Bulega untuk memenangkan gelar juara dunia di WorldSSP. Replika ini mengingatkan akan prestasi Bulega dalam meraih gelar juara dunia, serta gaya dan desain khas Ducati yang kuat. Produksi motor ini terbatas hanya 111 unit.

    (rgr/rgr)

  • Hubungan Marquez-Bagnaia di Ducati Ibarat Mbappe-Vinicius di Real Madrid

    Hubungan Marquez-Bagnaia di Ducati Ibarat Mbappe-Vinicius di Real Madrid

    Jakarta

    Marc Marquez membuat perandaian unik saat dirinya pindah ke Ducati merah dan menjadi rekan setim Francesco Bagnaia. Dia mengibaratkan, hubungannya dengan pebalap Italia tersebut seperti Kylian Mbappe dan Vinicius Junior di Real Madrid. Apa maksudnya?

    Disitat dari Crash, Marquez paham Bagnaia merupakan tokoh sentral di Ducati merah. Selain itu, kata dia, Bagnaia juga sudah lebih lama di tim pabrikan tersebut. Itulah mengapa, dia sebagai ‘anak baru’, harus beradaptasi seperti Mbappe ketika gabung ke Real Madrid.

    “Vinicius merupakan pemain yang sudah lebih dulu di timnya, dia adalah referensi. Kemudian Mbappe datang dan dia harus beradaptasi,” ujar Marc Marquez, dikutip Senin (16/12).

    Kylian Mbappe dan Vinicius Junior Foto: Irina R. Hipolito/Europa Press via Getty Images

    Secara tak langsung, Marquez menyamakan dirinya dengan Mbappe dan membandingkan Bagnaia dengan Vinicius. Itu artinya, sangat memungkinkan ada dua sosok terbaik membela tim yang sama.

    “Pecco adalah tolok ukur di tim Ducati, dia telah memenangkan 11 balapan tahun ini, dia telah berjuang untuk kejuaraan dunia hingga balapan terakhir. Pecco juga telah meraih juara dunia dua kali di tim tersebut,” ungkapnya.

    Sebagai catatan, keputusan Ducati menggabungkan Marquez dan Bagnaia di tim yang sama sempat memicu polemik. Sebab, keduanya disebut-sebut tak terlalu akur. Hal itu merujuk pada status Bagnaia yang merupakan murid Valentino Rossi.

    Marc Marquez dan Francesco Bagnaia. Foto: AFP/TOSHIFUMI KITAMURA

    Penunjukan Marquez sebagai pebalap Ducati merah juga sempat ditentang banyak pihak. Karuan saja, tim asal Italia tersebut sebenarnya bisa memilih Jorge Martin yang tampil spesial dan juara dunia bersama Pramac Racing.

    “Ketika mereka mengatakan kepada saya bahwa saya yang terpilih, saya tidak bertanya mengapa, saya hanya berkata ‘oke, di mana saya harus menandatangani kontrak?’, hanya itu,” tuturnya.

    “Gigi Dall’Igna memberi tahu saya dan saya bereaksi dengan rasa terima kasih dan saya akan membuktikan keputusan tersebut tepat,” kata Marquez menambahkan.

    (sfn/dry)

  • Masa Lalu Ducati Salah Rekrut Rossi

    Masa Lalu Ducati Salah Rekrut Rossi

    Jakarta

    Ducati mengenang masa-masa sulit, meskipun pernah dibela pebalap sekaliber Valentino Rossi. Kala itu, mengawinkan pebalap dan motor yang sama-sama dari Italia adalah mimpi, namun realisasinya jangankan meraih juara dunia, menang balapan sekalipun sulit.

    Rossi berseragam pabrikan asal Borgo Panigale pada musim 2011 dan 2012. Tapi Pebalap kelahiran Tavullia ini ternyata tidak mampu menunjukkan statusnya sebagai legenda hidup MotoGP.

    Pada musim pertamanya di Ducati, Rossi finis di urutan ketujuh klasemen akhir pebalap dengan 139 poin. Dari 18 seri, pebalap Italia ini cuma naik podium sekali. Lalu Valentino Rossi dan Ducati pun berpisah pada akhir musim 2012. Total selama berseragam Ducati, dia hanya meraih tiga podium.

    Mauro Grassilli, Sporting Director Ducati Corse, mengamini kehadiran Rossi saat itu awalnya dinilai bisa jadi juru selamat Ducati yang bisa meraih kemenangan pasca ditinggal Casey Stoner.

    “Dia (Rossi) datang ke Ducati sebagai fenomena yang dapat menyelamatkan dari situasi tidak sulit, tetapi dapat ditingkatkan,” kata Grassilli.

    Sayangnya motor yang dirancang Ducati tidak nyetel dengan Rossi. Bahkan dia menyebut Rossi ingin mengubah Ducati jadi motor Yamaha.

    “Masalahnya adalah tidak diketahui dengan jelas seperti apa motor itu, kedatangan Valentino dan kebutuhan untuk menyediakan motor yang cukup kompetitif bagi Valentino,” kata Kepala Mekanik Ducati saat itu, Juan Martinez.

    Apalagi permintaan Rossi bahkan tidak sesuai dengan konsep Desmosedici yang telah dikembangkan.

    Akhir pekan bersama Ducati lebih banyak kekecewaan. Masa tinggal Rossi di Borgo Panigale menyisakan noda kegagalan dan keputusasaan bagi Ducati.

    “Sepeda motor yang dirancang oleh Filippo Preziosi adalah sepeda motor yang dirancang, didesain, dan dikonsep untuk tidak memiliki sasis perimeter, dan kedatangan Valentino bahkan mengubah bagian yang sangat penting dari proyek ini, sedikit dengan tujuan mengubah Ducati menjadi Yamaha,” ujar Martinez.

    Ducati sekarang jadi incaran para pebalap. Motornya superior di atas lintasan. Ducati kala itu belum siap menampung Rossi.

    “Memang sebuah kesalahan ketika kami merekrut Valentino ke Ducati, saat itu kami belum siap. Ducati belum siap menangani Valentino Rossi, sedangkan sekarang kami jauh lebih siap. Saya juga mengingatkan bahwa sekarang kami punya dua juara dunia. Saat anda menangani Francesco Bagnaia, saya tidak melihat alasan mengapa Anda tidak mampu menangani Marc Marquez,” ucap Manajer Ducati, Tardozzi.

    “Dengan Valentino, saat itu timing-nya benar-benar keliru dengan Jorge Lorenzo, menurut saya dia membuat kesalahan karena terburu-buru bergabung dengan Honda. Seandainya dia menunggu beberapa hari, ceritanya akan berbeda,” Tardozzi menambahkan.

    (riar/lth)

  • Jorge Martin Juara MotoGP Bukan karena Balas Dendam dengan Ducati

    Jorge Martin Juara MotoGP Bukan karena Balas Dendam dengan Ducati

    Jakarta

    Jorge Martin sukses menjuarai MotoGP 2024. Martin mengaku keberhasilan tersebut bisa dicapai bukan karena dirinya ingin balas dendam terhadap Ducati yang tidak jadi merekrutnya ke tim pabrikan.

    “Sejujurnya, bagi saya, titik kunci kejuaraan bukanlah di sana,” ungkap Martin, dalam wawancara dengan Marca, dikutip Rabu (11/12/2024). “Ya, jelas, untuk pers, untuk masalah kontrak, ada kekacauan dan itu adalah sebelum dan sesudah dalam sejarah saya dengan Ducati, itu jelas,” sambung Martin.

    Lanjut Martin mengatakan, titik balik di MotoGP sehingga dia termotivasi meraih gelar juara dunia 2024 adalah saat seri kesembilan digelar di Sirkuit Sachsenring, Jerman, bulan Juli silam. Di race utama MotoGP Jerman, Martin terjatuh saat memimpin balapan, padahal balapan menyisakan dua lap. Gara-gara itu juga, posisi dia di puncak klasemen saat itu diambil alih pebalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia.

    “Bagi saya, di level olahraga, titik baliknya mungkin adalah Jerman, saat saya jatuh dengan keunggulan yang sangat besar. Saya pikir itu mungkin jadi titik balik bagi saya untuk membuat perubahan dan berkata, ‘Sejauh ini, saya tidak akan gagal lagi.’ Itu yang memotivasi saya,” tambah pebalap asal Spanyol tersebut.

    “Pada akhirnya, saya melihat bahwa saya tidak perlu membuktikan apa pun dan saya memberikan 100 persen kemampuan saya, seperti yang telah saya lakukan hingga saat itu dan saya berhasil meraih gelar ini,” sambung rider yang kemudian memutuskan pindah ke Aprilia Racing itu.

    Meski begitu, harus diakui keputusan Ducati Lenovo merekrut Marc Marquez pada 2025 telah menjadi pelecut semangat bagi Martin untuk menunjukkan kemampuannya. Apalagi tim Martin, Pramac Racing, yang ikutan kecewa, juga tidak melanjutkan kerja sama dengan Ducati.

    “Saya memanfaatkan kesempatan itu untuk menyatukan tim, menyatukan mereka semua dan memberi tahu mereka: ‘Teman-teman, ini sudah terjadi…Tahun ini, akhirnya, saya lebih memandang segala sesuatunya sebagai sebuah peluang dan bukan sebagai ancaman,” kata dia.

    “Anda berkata pada diri sendiri: ‘Baiklah, begitulah adanya, peluang apa yang ada di depan kita? Nah, tim satelit yang terdiri dari 10-12 orang dapat mengalahkan tim pabrik yang beranggotakan 200 orang. Jadi mari kita bekerja, tidak ada yang akan memberi kita apa pun dan kita akan melakukannya,” bilang Martin.

    “Dan, pada akhirnya, berkat itu, tentu saja, saya bisa menjadi juara dunia,” tukasnya.

    (lua/rgr)

  • Marquez Disebut-sebut Ingin ‘Kuasai’ Garasi Ducati

    Marquez Disebut-sebut Ingin ‘Kuasai’ Garasi Ducati

    Jakarta

    Marc Marquez disebut-sebut ingin menguasai garasi Ducati. Marquez ingin menjadi pebalap utama Ducati Lenovo dan menyingkirkan pengaruh Francesco Bagnaia. Hal itu bisa sangat mungkin terjadi mengingat kehadiran Marquez dan Bagnaia di Ducati ibarat dua matahari kembar.

    “Pecco (Bagnaia) adalah juara dunia MotoGP dua musim berturut-turut dan telah memimpin garasi (Ducati Lenovo) selama beberapa tahun terakhir,” ujar komentator MotoGP dari TNT Sports, Michael Laverty. “Tiba-tiba, duri besar (Marquez) di sisinya muncul. Ya, Marquez ingin menguasai garasi Ducati,” sambung dia.

    Kendati hubungan Marquez dan Bagnaia tampak baik-baik saja di layar kaca, tidak ada yang tahu bagaimana hubungan keduanya di balik layar. Di masa lalu, Marquez menjadi salah satu rival berat Valentino Rossi. Dan Bagnaia adalah anak didik Rossi. Jadi saat ini Bagnaia ibarat representasi Rossi di MotoGP.

    Francesco Bagnaia Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu

    Sebelumnya Bagnaia juga telah mewanti-wanti Marquez agar tidak bikin gaduh garasi Ducati Lenovo yang selama ini harmonis dan solid. Kata Bagnaia, kehadiran Marquez bisa jadi berkah, sekaligus bencana buat tim asal Italia tersebut.

    “Yang pasti dia akan sangat kompetitif. Tahun ini dia sangat cepat dan tahun depan dia akan memiliki materi motor terbaik. Berada di tim merah tentu saja memberi Anda lebih banyak motivasi untuk menjadi yang teratas,” ungkap Bagnaia.

    “Saya pikir (ini) bisa menjadi sangat bagus atau bencana! Jadi kita lihat saja tahun depan. Ini bisa menjadi bencana jika kami mulai berteriak atau kami mulai berdiskusi. Tapi, saya rasa kami berdua sangat cerdas dan dia akan beradaptasi dengan sempurna,” lanjut Bagnaia.

    Tentu bukan hal mustahil bagi Marquez jika dia ingin menjadi pebalap utama yang dipercaya mengembangkan motor Ducati Desmosedici. Sebagai pemegang enam gelar juara dunia MotoGP, Marquez masih memiliki ambisi dan egoisme yang tinggi.

    Contohnya pada pertengahan musim 2024, ketika Marquez diproyeksikan pindah ke tim satelit Ducati Pramac Racing pada 2025, Marquez dengan tegas menolaknya. Marquez pun hanya ingin membalap buat tim pabrikan Ducati Lenovo.

    Ducati pun menyerah. Awalnya mereka ingin merekrut Jorge Martin. Tapi kemudian mereka lebih memilih Marquez, meski dengan risiko besar kehilangan Martin yang pindah ke Aprilia dan Pramac Racing yang pindah ke Yamaha.

    (lua/rgr)

  • Bos Ducati Nggak Nyangka Motornya Dipakai Pebalap Sehebat Marquez

    Bos Ducati Nggak Nyangka Motornya Dipakai Pebalap Sehebat Marquez

    Jakarta

    Direktur Ducati Corse, Gigi Dall’Igna tak menyangka, motor Ducati Desmosedici 2025 hasil racikan timnya bisa ditunggangi pebalap sehebat Marc Marquez. Dia mengaku, kenyataan tersebut membuatnya sangat emosional!

    Disitat dari Motorsport, Dall’Igna mengatakan, Marquez berstatus sebagai juara dunia delapan kali. Itulah mengapa, suatu kehormatan The Baby Alien bisa mengendarai motor berkelir merah tersebut.

    “Ketika Anda melihat seorang juara dunia (seperti Marquez) mengendarai motor Anda, itu selalu menjadi emosi yang sangat kuat,” ujar Dall’Igna, dikutip Jumat (6/12).

    Marc Marquez naik Ducati. Foto: Getty Images/Eric Alonso

    Kendati begitu, sebelum kedatangan Marquez, tim pabrikan Ducati sudah punya Francesco Bagnaia yang juga berstatus juara dunia. Meski jumlah gelarnya masih kalah jauh dibandingkan Marquez, namun pebalap Italia tersebut tetaplah pebalap hebat.

    Maka, ketika ditanya siapa yang dijagokannya musim depan, Dall’Igna tak bisa menjawabnya. Dia sebagai petinggi tim hanya berharap, keduanya bisa bersaing dalam perebutan gelara juara.

    “Saya tidak mengunggulkan salah satu dari mereka, saya harus mengatakan bahwa setiap kali kami melakukannya, saya merasakan perasaan yang luar biasa,” tuturnya.

    Luigi Dall’Igna Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

    Dall’Igna juga yakin, meski membela tim yang sama dan berstatus sebagai juara dunia, hubungan Marquez-Bagnaia sejauh ini baik-baik saja. Mereka malah sering komunikasi mengenai performa motornya.

    “Mereka adalah dua juara, dua pembalap yang tentunya memiliki banyak pengalaman, jadi mengapa tidak?” ungkapnya.

    “Pebalap pada akhirnya mengatakan apa yang dia rasakan mengenai motor dan memang perasaannya sangat mirip. Hal ini, seperti yang dikatakan Pecco, membantu pekerjaan kami, karena memberi kami kepastian untuk melangkah ke depan,” tambahnya.

    Dengan perpanjangan kontrak Pecco dan kedatangan Marc, Ducati dipastikan memiliki pasangan juara dunia MotoGP yang saling melengkapi untuk dua tahun ke depan.

    “Saya pikir mereka berdua adalah juara yang hebat dan inilah yang membuat mereka mirip: pengalaman yang banyak. Mereka berdua sangat bertekad, tetapi di sisi lain itulah semangat yang harus dimiliki seorang juara,” kata Dall’Igna.

    (sfn/dry)

  • Marquez Disebut-sebut Ingin ‘Kuasai’ Garasi Ducati

    Sulitnya Dapat Hati Fans Italia

    Jakarta

    Gesekan antara Marc Marquez dan Valentino Rossi juga melibatkan para penggemar. Marquez bahkan curhat dirinya masih sulit merebut hati fans Italia.

    Hubungan antara para penggemar Italia dan Marc Marquez masih belum mencair. Sekalipun Marquez sudah membela tim asal Italia Gresini sekaligus menunggangi motor pabrikan Borgo Panigale, nyatanya tak membuat para penggemar Italia luluh. Sebagai mantan musuh bebuyutan legenda MotoGP Italia, Valentino Rossi, Marquez masih sering dicemooh saat balapan di Mugello maupun Misano.

    “Buat saya tahun ini tak ada yang berubah. Saya selalu berusaha keras dan saya menang balapan di Misano dengan tim Gresini. Mari kita lihat tahun ini apakah saya bisa mendapat hasil bagus di Mugello di hadapan fans Italia,” kata Marquez dikutip Motorsport.

    “Pada akhirnya, hubungan dengan penggemar Italia memang sangat sulit, tapi semakin ke sini kian membaik,” kata Marquez lagi.

    The Baby Aliens menyebut dirinya selalu berusaha untuk bisa profesional dan mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Rider kelahiran Cervera itu juga berharap dengan kontraknya bersama tim Italia, bisa membuat hubungannya dengan penggemar makin harmonis.

    Marquez juga menanggapi hubungan dengan beberapa pebalap zaman sekarang. Menurut kekasih Gemma Pinto itu, hubungan antara dia dan para rival itu sangat terjaga dengan baik.

    “Orang-orang yang membalap dengan saya sekarang lebih ramah. Rasanya baru kemarin saya tiba di sini saat usia 20 tahun sebagai pemuda yang minim pengalaman, sementara saat ini saya adalah salah satu yang paling berpengalaman,” tutur Marquez.

    “Saya sangat menyukai hal ini. Setiap orang memiliki karir dan kisahnya masing-masing, tetapi semua anak muda datang ke MotoGP dengan tekad yang kuat dan kami siap bertarung dengan mereka,” sambung dia.

    Mulai musim depan, Marquez masih akan membela tim Italia, Ducati Lenovo. Ditambah lagi, dia juga akan berpasangan dengan rider Italia binaan akademi Valentino Rossi, Francesco Bagnaia.

    (dry/din)

  • Bagnaia-Marquez Favorit Jadi Juara Dunia MotoGP 2025

    Bagnaia-Marquez Favorit Jadi Juara Dunia MotoGP 2025

    Jakarta

    Dunia Jorge Martin berubah. Kemarin menunggangi Ducati hingga menjadi juara dunia, Martin sudah ditunggu Aprilia untuk musim 2025. Tahun depan, The Martinator tak mau pasang target muluk-muluk, apalagi bermimpi mempertahankan gelar.

    Target juara Martin baru bisa dilihat setelah dirinya bisa meraih podium, konsistensi, dan tentu saja waktu untuk beradaptasi.

    “Aku masih tidak tahu apa yang bisa dilakukan. Aku harus melihat bagaimana motornya bekerja,” ujar Martin dikutip dari Gazzetta.

    “Aprilia bisa kompetitif karena sudah menunjukkannya tahun lalu dan aku tahu bisa memberikan konsistensi yang lebih besar. Tapi memenangi gelar juara adalah tujuan yang lebih besar. Aku bahkan tidak memikirkannya sekarang,” ucap Martin.

    “Aku pikir bisa bermain (perburuan gelar) di tahun 2026. Sekarang saatnya untuk memulai dari awal, lihat kapan podium pertama kita akan tiba, kemenangan pertama dan selanjutnya bertumbuh,” ucap dia.

    Martin sadar betul Ducati punya tim impian; motor paling superior, duet Marc Marquez dan Francesco Bagnaia. Dua pebalap ini menyandang status juara dunia. Bagi Martin dua pebalap itu punya kans paling besar.

    “Wajar menganggap Bagnaia dan Marquez adalah pemain utamanya. Pecco dan Marc adalah pebalap aktif dengan gelar MotoGP terbanyak dan Ducati adalah motor pemenang. Mereka pasti akan menjadi favorit,” jelas Martin.

    Martin merasa sejatinya bisa masuk ke dalam tim pabrikan Ducati. Namun dia sadar pemilihan Marquez ke tim lebih menguntungkan dari segi bisnis.

    “Secara pribadi, pada akhirnya itu hampir menghilangkan beban dari pundak. Aku sudah bekerja untuk waktu yang lama. Tidak masuk akal untuk tidak dimasukkan dalam tim Lenovo, tetapi, karena situasi yang sulit untuk dikendalikan, itu berjalan berbeda. Ini tentang bisnis dan aku memahaminya dengan sempurna pada saat itu. Saya hanya fokus untuk terus memberikan 100 persen,” tambah Martin.

    MotoGP 2025 baru akan start pada 2 Maret 2025. Seri balapan MotoGP Thailand yang akan menjadi pembuka.

    (riar/dry)

  • Marc Marquez Mampir ke Markas Ducati

    Marc Marquez Mampir ke Markas Ducati

    Jakarta

    Marc Marquez mampir ke markas Ducati di Borgo Panigale. Apa yang dilakukan Marquez di markas Ducati itu?

    Untuk kedua kalinya, Marc Marquez mengunjungi markas Ducati di Borgo Panigale, Bologna, Italia. Sebelumnya, The Baby Aliens diketahui pernah menyambangi markas Ducati pada Januari 2024 bersama adiknya, Alex Marquez. Tapi pada kesempatan kali ini berbeda, karena Marquez sudah resmi berseragam Ducati merah dan bakal bersanding dengan Francesco Bagnaia mulai musim depan.

    Kedatangan Marquez ke markas Ducati itu rupannya untuk menghadiri acara ‘Champions at Party’ yang digelar di Bologna Fair. Acara ini digelar dengan tujuan untuk memamerkan pencapaian mengesankan Ducati selama musim 2024. Dilansir Motociclismo, selain Marquez, nama-nama besar lainnya juga turut hadir, yaitu Joge Martin, Francesco Bagnaia, Enea Bastianini, Marco Bezzechi, hingga Franco Morbidelli. Dalam kesempatan itu, Bastianini juga melakukan perpisahan karena akan hengkang ke KTM mulai musim depan.

    Tak cuma itu, beberapa figur di balik Ducati juga hadir seperti Davide Tardozzi, Gigi Dall’Igna, Mauso Grassili, serta Claudio Domenicalli juga hadir. Kedatangan Marquez juga sekaligus menandai hubungan erat antara Ducati dan juga rider Spanyol.

    Sejatinya, Marquez sudah menunggangi motor Ducati sejak awal musim 2024. Namun, motor yang ditunggangi Marquez itu umurnya setahun lebih tua ketimbang tunggangan Bagnaia. Meski begitu, Marquez justru bisa menunjukkan dirinya masih kompetitif di atas Desmosedici GP.

    Hal itulah yang membuat Ducati memberi kepercayaan penuh ke Marquez untuk menggeber Desmosedici GP25 bersama dengan Bagnaia. Padahal di saat yang bersamaan, performa Jorge Martin yang menunggangi motor spek serupa dengan Bagnaia juga tengah moncer.

    Marquez, resmi menandatangani kontrak dengan Ducati Lenovo selama dua tahun. Praktis, Marquez akan berseragam Ducati merah sampai 2026. Bagi Ducati The Baby Aliens itu memiliki talenta yang tak perlu diragukan lagi. Kontribusi Marquez diharapkan bisa mengantar Ducati lagi merebut titel juara berikutnya.

    “Pada akhirnya, pilihan kami jatuh pada talenta yang tidak perlu dipertanyakan lagi seperti Marc Marquez. Hanya dalam beberapa balapan, ia berhasil beradaptasi secara sempurna dengan Desmosedici GP kami, dan ambisi bawaannya mendorongnya untuk terus berkembang. Di dalam garasi, kami akan memiliki dua pebalap yang bersama-sama memegang 11 gelar Juara Dunia, dan kemampuan untuk mengandalkan pengalaman dan kedewasaan mereka juga akan sangat berharga bagi pertumbuhan kami,” ungkap Luigi Dall’Igna General Manager Ducati Corse saat mengumumkan kepindahan Marquez.

    (dry/rgr)