Tag: Fajar Adriyanto

  • Profil Fajar Adriyanto, penerbang tempur yang gugur saat latihan

    Profil Fajar Adriyanto, penerbang tempur yang gugur saat latihan

    Asisten Potensi Dirgantara Kepala Staf Komando Operasi Udara Nasional TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto memberi paparan dalam acara bertajuk, “Morotai and Beyond”, yang digelar di Jakarta, Jumat (13/9/2024). ANTARA/Putu Indah Savitri

    Profil Fajar Adriyanto, penerbang tempur yang gugur saat latihan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 04 Agustus 2025 – 13:05 WIB

    Elshinta.com – Marsekal Pertama (Marsma) Fajar Adriyanto merupakan salah satu korban tewas akibat kecelakaan pesawat terbang yang terjadi di Bogor, Jawa Barat, Minggu.

    Fajar gugur ketika sedang melakoni latihan dengan pesawat latih sipil Quicksilver GT500 di Desa Benteng Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Kala itu, pria berpangkat bintang satu itu dengan salah satu pilot yang juga tewas di tempat tengah menggunakan pesawat bernomor ekor S126 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).

    Fajar bukan merupakan wajah baru di jajaran TNI AU. Dia bahkan cukup dikenal masyarakat karena kerap mewakili TNI AU memberikan pernyataan resmi kepada sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI AU.

    Mantan penerbang tempur pesawat F-16 itu memulai karirnya sejak masuk ke Akademi Angkatan Udara (AAU) 1992.

    Beberapa jabatan strategis pun pernah disandang fajar diantaranya Komandan Skuadron 3 Lanud Iswahyudi pada 2007 sampai 2019, Komandan Lanud Manuhau pada 2017 hingga 2019, Kadispenau pada 2019 sampai 2020, Kepala Dinas Potensi Dirgantara pada 2020 sampai 2023 dan Aspotdirga Kaskoopsudnas pada 2023 sampai 2024.

    Jabatan terakhir fajar yakni Kapoksahli Kodiklatau. Fajar bersama Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono diketahui pernah terlibat dalam peristiwa saling kejar atau dog fight dengan pesawat jet Amerika Serikat yang masuk ke Indonesia.

    Kala itu, TNI AU dengan F-16nya harus mencegat pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat yang masuk ke kawasan udara Indonesia pada 2003.

    Aksi kejar-kejaran pun sempat terjadi antar pesawat jet hingga akhirnya pesawat tempur Amerika Serikat menjauh dari kawasan udara Indonesia.

    Kini, jenazah Fajar direncanakan diterbangkan dari Lanud Halim Perdanakusuma menuju Probolinggo, hari ini, untuk dimakamkan di sana. Sebelum dimakamkan, jenazah Fajar sempat disemayamkan di rumah duka di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (3/8).

    Sumber : Antara

  • Tragedi Pesawat TNI Jatuh di Bogor: Gugurnya Marsma Fajar Adriyanto dan Fakta Terkini – Page 3

    Tragedi Pesawat TNI Jatuh di Bogor: Gugurnya Marsma Fajar Adriyanto dan Fakta Terkini – Page 3

    Jenazah Marsma Fajar Adriyanto akan dimakamkan di kampung halamannya di Probolinggo, Jawa Timur, pada Senin, 4 Agustus 2025. Sebelum diberangkatkan, jenazah akan menjalani prosesi pemulasaran di RSAU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada pukul 06.30 WIB dan kemudian diterbangkan menuju Malang sebelum dibawa ke lokasi pemakaman. Upacara militer disiapkan sebagai bentuk penghormatan terakhir atas dedikasi dan pengabdian almarhum bagi bangsa dan negara.

    TNI AU dalam pernyataannya menyebut Marsma Fajar sebagai sosok yang penuh integritas dan semangat juang tinggi. Kehilangan ini bukan hanya dirasakan oleh keluarga besar TNI AU, tetapi juga oleh komunitas penerbangan sipil dan publik yang mengenal kiprahnya dalam dunia dirgantara nasional.

  • Kesaksian Warga Lihat Detik-detik Jatuhnya Pesawat FASI Marsma Fajar di Ciampea

    Kesaksian Warga Lihat Detik-detik Jatuhnya Pesawat FASI Marsma Fajar di Ciampea

    Bisnis.com, JAKARTA – Warga sempat menyaksikan langsung detik-detik jatuhnya pesawat latih sipil milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang menewaskan pilot Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto pada Minggu (3/7/2025). 

    Kesaksian tersebut disampaikan oleh seorang petugas Tempat Pemakaman Umum (TPU) Astana di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang bernama Hidayat. 

    Hidayat mengatakan pesawat milik FASI tersebut tampak tidak stabil sejak pertama kali terlihat dari udara. Bahkan, dia menyebut pesawat sudah oleng sebelum akhirnya jatuh di sekitar kompleks TPU di Ciampea, Bogor. 

    “Pesawatnya dari Benteng sudah oleng, hampir jatuh. Cuma dia muter ke sana, terus jatuh di sini juga. Sepertinya lagi cari lokasi buat turun,” kata Hidayat dilansir dari Antara, Senin (4/8/2025). 

    Pesawat jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan nomor registrasi PK-S126 itu diketahui lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB untuk misi latihan profisiensi penerbangan olahraga dirgantara.

    Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat kehilangan kontak dan ditemukan jatuh di wilayah Ciampea, Bogor.

    Hidayat menuturkan bahwa dua orang awak pesawat langsung dievakuasi oleh petugas medis. Salah satu diantaranya dinyatakan meninggal di lokasi.

    “Dua orang [ada di pesawat], satu katanya pelatih, satu lagi yang belajar. Yang satu katanya meninggal di tempat, yang satu lagi matanya kena. Dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.

    Ia juga memastikan tidak terdengar suara ledakan saat pesawat menghantam tanah.

    “Enggak sempat meledak. Langsung nyusruk, langsung tewas memang. Dari sana juga udah oleng, kejadiannya di sini,” katanya.

    TNI AU mengonfirmasi bahwa korban jiwa dalam insiden tersebut adalah Marsma TNI Fajar Adriyanto, seorang penerbang tempur F-16 lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1992. Beliau tengah menjalankan misi latihan rutin dalam kapasitas sebagai pilot.

    Satu awak lainnya, Roni, dilaporkan selamat dan kini dalam penanganan medis. Lokasi jatuhnya pesawat telah diamankan oleh aparat gabungan TNI AU dan unsur terkait, sementara jenazah Marsma TNI Fajar disemayamkan di RSAU dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja.

    TNI AU menyatakan duka mendalam atas kepergian salah satu putra terbaiknya, dan menyebut pengabdian Marsma Fajar akan menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga kedaulatan udara Indonesia.

  • Cerita Petugas TPU Lihat Pesawat Jatuh di Ciampea Bogor: Seperti Cari Lokasi buat Turun

    Cerita Petugas TPU Lihat Pesawat Jatuh di Ciampea Bogor: Seperti Cari Lokasi buat Turun

    Cerita Petugas TPU Lihat Pesawat Jatuh di Ciampea Bogor: Seperti Cari Lokasi buat Turun
    Editor
    KOMPAS.com
    – Seorang petugas Tempat Pemakaman Umum (TPU) Astana di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,
    Jawa Barat
    , menjadi saksi mata jatuhnya pesawat latih sipil milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang menewaskan Marsekal Pertama TNI
    Fajar Adriyanto
    pada Minggu (3/8/2025).
    Menurut petugas bernama Hidayat, pesawat terlihat tidak stabil sejak pertama kali muncul di udara.
    Ia menyebut pesawat sudah oleng sebelum akhirnya jatuh di sekitar kompleks TPU.
    “Pesawatnya dari Benteng sudah oleng, hampir jatuh. Cuma dia
    muter
    ke sana, terus jatuh di sini juga, sepertinya lagi cari lokasi buat turun,” kata Hidayat di Ciampea, dikutip dari
    Antara
    .
    Pesawat jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan nomor registrasi PK-S126 itu diketahui lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB untuk misi latihan profisiensi penerbangan olahraga dirgantara.
    Namun, sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat kehilangan kontak dan jatuh di wilayah Ciampea.
    Hidayat menuturkan, dua awak pesawat langsung dievakuasi oleh petugas medis.
    Salah satunya dinyatakan meninggal dunia.
    Ia juga memastikan tidak terdengar suara ledakan saat pesawat menghantam tanah.
    “Enggak sempat meledak, langsung
    nyusruk
    . Dari sana juga udah oleng, kejadiannya di sini,” kata Hidayat.
    TNI AU kemudian mengonfirmasi bahwa korban yang gugur adalah Marsma TNI Fajar Adriyanto, seorang penerbang tempur F-16 lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1992.
    Sementara itu, awak lainnya, Roni, dilaporkan selamat dan kini menjalani perawatan medis.
    Lokasi jatuhnya pesawat telah diamankan oleh aparat gabungan TNI AU dan pihak terkait.
    TNI AU menyampaikan dukacita mendalam atas kepergian
    Marsma Fajar Adriyanto
    dan menyebut pengabdiannya akan menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga kedaulatan udara Indonesia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Cegatan F16 di Bawean yang Lambungkan Nama Marsma Fajar Adriyanto – Page 3

    Kisah Cegatan F16 di Bawean yang Lambungkan Nama Marsma Fajar Adriyanto – Page 3

    Sebaliknya, Jubir Kedubes Amerika di Indonesia saat itu, Stanley Harsha meyakini, pihaknya tak melakukan pelanggaran apapun. Bahkan, mereka merasa telah memberikan informasi terlebih dahulu. Namun TNI merasa belum menerima hal itu.

    Akhirnya, secara resmi pemerintah Indonesia memanggil Duta Besar Amerika untuk Indonesia Ralph L Boyce saat itu. Hasilnya, Amerika berjanji tak akan melakukan hal serupa sebelum mendapatkan izin resmi.

    Kisah heroik ini menjadi salah satu perjalanan mendiang Marsma TNI Fajar Adrianto. Sosok yang dikenang periang itu meninggalkan jejak manis untuk TNI AU, bahkan sejarah untuk Indonesia, negara yang dicintainya.

    Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma I Nyoman Suadnyana mengungkapkan sosok Fajar. Dia menyebut, Fajar memiliki dedikasi tinggi dan menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah TNI AU.

    “(Marsma TNI Fajar Adrianto) pernah terlibat dalam peristiwa udara dengan pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat di langit Bawean tahun 2003,” jelas I Nyoman Suadnyana melalui keterangan tertulis.

    Fajar merupakan lulusan AAU 1992 dan penerbang tempur F-16 dengan call sign ‘Red Wolf’. Dalam kariernya, Fajar pernah mengemban berbagai jabatan strategis, antara lain Komandan Skadron Udara 3, Danlanud Manuhua, Kadispenau, Kapuspotdirga, Aspotdirga Kaskoopsudnas, dan terakhir Kapoksahli Kodiklatau.

  • Rumah Duka Marsma TNI Fajar “Red Wolf” Adriyanto Dipenuhi Pelayat

    Rumah Duka Marsma TNI Fajar “Red Wolf” Adriyanto Dipenuhi Pelayat

    JAKARTA – Suasana haru menyelimuti rumah duka almarhum Marsekal Pertama TNI Fajar “Red Wolf” Adriyanto di Jalan Trikora XI Nomor K-14, Kompleks TNI AU Trikora, Pancoran, Jakarta Selatan. Sejak siang hingga menjelang malam, para pelayat datang silih berganti untuk memberikan penghormatan terakhir.

    Salah satu pelayat, Lena Satriyati, mantan anggota Dinas Penerangan TNI AU, mengenang almarhum sebagai sosok atasan yang sangat dekat dan penuh perhatian terhadap bawahannya.

    “Beliau menganggap kami seperti anak sendiri. Saat pandemi COVID-19, satu per satu dari kami ditelepon langsung untuk ditanya kabar dan kondisi keluarga,” ujarnya penuh haru, Minggu, 3 Agustus, petang.

    Menurut Lena, perhatian almarhum tidak memandang pangkat atau jabatan. Semua diperlakukan setara dengan empati yang besar.

    Deretan tokoh militer turut hadir melayat, termasuk mantan Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI (Purn) Fadjar Prasetyo dan Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim. Juga tampak Asisten Intelijen KSAU Marsda TNI Untung Surapati, serta para perwira tinggi aktif dan purnawirawan dari ketiga matra TNI.

    Rekan satu angkatan almarhum di AAU 1992, Marsma TNI Aldrin Petrus Mongan, mengenang Fajar sebagai pribadi yang berpikiran progresif dan inovatif.

    “Ia selalu punya cara pandang segar dalam memecahkan masalah. Sosok visioner yang langka,” ungkap Aldrin.

    Rencananya, jenazah akan diberangkatkan ke kampung halamannya di Probolinggo, Jawa Timur, dan dimakamkan pada Senin siang. Almarhum meninggalkan seorang istri, Dewi Kurnia, serta dua anak laki-laki: Naufal F Sandy Kusuma dan Akmal F Randy Kusuma.

    Fajar Adriyanto dikenal luas di kalangan TNI AU sebagai penerbang tempur F-16 Fighting Falcon dengan call sign “Red Wolf”. Lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992 ini pernah menjabat sejumlah posisi strategis, seperti Komandan Skuadron Udara 3, Danlanud Manuhua, Kadispen TNI AU, Kepala Puspotdirga, Asisten Potdirga Kaskoopsudnas, hingga jabatan terakhirnya sebagai Kepala Poksahli Kodiklatau.

    Ia juga tercatat dalam sejarah TNI AU atas keterlibatannya dalam insiden udara dengan pesawat tempur F/A-18 Hornet Angkatan Laut AS di wilayah udara Pulau Bawean.

    Puluhan karangan bunga turut membanjiri jalan menuju rumah duka. Ucapan belasungkawa datang dari berbagai pihak, seperti Kepala Biro Informasi Pertahanan Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, Dirjen Potensi Pertahanan Laksda TNI Sri Yanto, serta komunitas pertahanan seperti Jakarta Defence Society.

    Kepergian Marsma TNI Fajar Adriyanto meninggalkan duka mendalam bagi dunia militer dan penerbangan nasional—sosok pemimpin yang tak hanya disegani, tapi juga dicintai.

  • Salah Satu yang Terbaik dari AU

    Salah Satu yang Terbaik dari AU

    Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak berduka atas meninggalnya mantan Kadispen AU Marsma TNI Fajar Adriyanto yang gugur dalam kecelakaan pesawat latih di kawasan Ciampea, Bogor. Maruli menyebut Marsma Fajar merupakan salah satu yang terbaik dari TNI Angkatan Udara.

    Maruli mengaku sering berkumpul dan berdiskusi tentang kedirgantaraan dengan Marsma Fajar. Dia berharap insiden yang menimpa Marsma Fajar bisa menjadi pembelajaran untuk lebih berhati-hati.

  • Panglima TNI Berduka Marsma Fajar Gugur, Kenang Pernah Sekolah Bareng

    Panglima TNI Berduka Marsma Fajar Gugur, Kenang Pernah Sekolah Bareng

    Jakarta

    Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto melayat ke rumah duka mantan Kadispen AU Marsma TNI Fajar Adriyanto yang gugur dalam kecelakaan pesawat latih di kawasan Ciampea, Bogor. Agus mengenang sosok Marsma Fajar sebagai pribadi yabg selalu senyum.

    “Beliau itu senyum terus, selalu senyum. Mudah-mudahan terbaik untuk beliau,” kata Jenderal TNI Agus Subiyanto di komplek TNI AU, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/7/2025).

    Agus mengatakan sempat bersekolah bareng dengan Marsma Fajar. Dia mendoakan Marsma Fajar diterima di sisi Allah SWT.

    “Kita sekolah bareng waktu Sesko TNI, 2014 2015, mudah-mudahan amal baik beliau diterima oleh Allah SWT dan diterima di sisi-Nya,” ujarnya.

    Sebelumnya, mantan Kadispen AU Marsma TNI Fajar Adriyanto meninggal dunia dalam insiden kecelakaan pesawat latih milik FASI (Federasi Aerosport Seluruh Indonesia) di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Selain itu, co-pilot bernama Roni juga mengalami luka berat.

    Pesawat jatuh tersebut jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126. Pesawat dikemudikan Marsma TNI Fajar sebagai pilot yang dinyatakan meninggal dunia dalam insiden tersebut.

    “Satu gugur atas nama Marsma TNI Fajar Adriyanto,” ujarnya.

    Nyoman Suadnyana menegaskan penerbangan telah dilengkapi Surat Izin Terbang (SIT) nomor SIT/1484/VIII/2025 yang diterbitkan Lanud Atang Sendjaja. Pesawat dinyatakan laik terbang dan merupakan sortie kedua pada hari itu.

    Pesawat lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB pagi tadi dalam rangka misi latihan profisiensi penerbangan olahraga dirgantara. Pesawat lalu hilang kontak dan ditemukan terjatuh.

    “Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat mengalami hilang kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana,” kata Kadispen AU Marsekal Pertama (Marsma) TNI I Nyoman Suadnyana.

    Pesawat latih milik FASI (Federasi Aerosport Seluruh Indonesia) tersebut dalam kondisi baik saat latihan dilakukan. Dia mengatakan pihaknya masih menyelidiki penyebab pasti kecelakaan tersebut.

    (mib/ygs)

  • Panglima TNI Melayat Marsma Fajar Adriyanto: Sahabat Lama yang Murah Senyum

    Panglima TNI Melayat Marsma Fajar Adriyanto: Sahabat Lama yang Murah Senyum

    Panglima TNI Melayat Marsma Fajar Adriyanto: Sahabat Lama yang Murah Senyum
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto datang melayat Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adriyanto yang tengah disemayamkan di rumah duka di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Minggu (3/8/2025) malam.
    Agus datang mengenakan batik hitam-cokelat dipadukan dengan celana hitam, serta mengenakan kopiah hitam. Saat turun dari mobil, ia sempat menyapa awak media secara singkat sebelum masuk ke rumah duka.
    Kurang dari 10 menit kemudian, Agus keluar dari rumah duka. Langkahnya pelan saat keluar dari pekarangan rumah duka. Matanya merah dan berkaca-kaca.
    Ia mengungkapkan, Marsma Fajar dan dirinya adalah teman dekat saat masih menimba ilmu di di Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal). Ia tak banyak berbicara soal kedekatan mereka, hanya menyampaikan doa agar sahabatnya beristirahat dengan tenang.
    “Kami sekolah bareng waktu Seskoal TNI, 2014 2015, mudah-mudahan amal baik beliau diterima oleh Allah SWT dan diterima di sisi-Nya,” tutur dia dengan suara pelan.
    Selama mengenal Marsma Fajar, satu hal yang paling ia ingat adalah senyuman yang tak pernah luput dari wajah sahabatnya itu.
    Kata Agus, Fajar selalu tersenyum sekalipun sedang menghadapi masalah. Seketika bibir Agus melengkung ke atas saat mengingat senyuman Marsma Fajar.
    “Beliau itu senyum terus, selalu senyum. mudah-mudahan terbaik untuk beliau,” tutur dia.
    Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus, Aries Marsudiyanto pun mengungkapkan hal serupa. Tak hanya murah senyum, Marsma Fajar juga sering mengumbar tawa.
    “Beliau adalah seorang perwira yang disiplin dan selalu gembira. Di mana pun selalu tertawa. Itu lah Pak Fajar,” kata dia ditemui terpisah.
    Adapun
    Marsma Fajar Adriyanto
    adalah seorang Kepala Kelompok Staf Ahli Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI AU (Kapoksahli Kosdiklatau).
    Ia tewas dalam kecelakaan pesawat bersama seorang penerbang dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang sedang menjalani latihan rutin pembinaan keahlian.
    Keduanya sempat hilang kontak setelah sebelas menit mengudara lalu ditemukan di sekitar TPU Astana.
    “Kedua awak langsung dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto, namun Marsma TNI Fajar dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit,” kata Sudnyana dalam keterangannya, Minggu.
    Suadnyana menyampaikan, Roni yang terbang sebagai kopilot saat ini masih dirawat secara intensif di RSAU dr. M. Hassan Toto dan sudah sadar.
    Ia masih akan menjalani perawatan hingga pulih sepenuhnya. Sementara itu, penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan mendalam dan diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama.
    Namun, dapat dipastikan bahwa pesawat yang digunakan, Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126, sudah memiliki Surat Izin Terbang (SIT) dan dinyatakan layak untuk terbang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penyebab Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor Masih Diselidiki

    Penyebab Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor Masih Diselidiki

    Penyebab Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor Masih Diselidiki
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsekal Pratama I Nyoman Suadnyana menyampaikan, penyebab jatuhnya pesawat latih milik Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, yang menewaskan Marsekal Pertama (Marsma) Fajar Adriyanto, masih dalam penyelidikan.
    “Semua kejadian tersebut, apa penyebabnya saat ini masih diinvestigasi,” kata Suadnyana kepada wartawan di rumah duka di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/8/2025).
    Suadnyana tidak dapat memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan pihaknya untuk mengungkapkan penyebab kecelakaan tersebut.
     
    Menurut dia, proses investigasi diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama.
    “Belum bisa dipastikan karena semua masih didalami, dan investigasi kadang ada sebulan dua bulan enam bulan, tergantung. Semua tim yang kerjakan,” jelas dia.
    Di sisi lain, ia memastikan bahwa pesawat yang dikemudikan Marsma Fajar dan kopilot bernama Roni, yakni Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126 milik FASI layak terbang dan memiliki surat izin terbang (SIT) yang terdaftar dalam nomor SIT/1484/VIII/2025 yang diterbitkan Lanud Atang Sendjaja.
    “Penerbangan telah dilengkapi surat izin terbang. Pesawat dinyatakan laik terbang dan merupakan sortie kedua pada hari itu,” kata dia.
    Sementara sang Kopilot Roni saat ini sudah sadar dan masih menerima perawatan medis di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. M. Hassan Toto.
    “Penerbang saudara Roni sampai saat ini sudah sadar, tapi belum bisa diajak ngomong,” ujar Suadnyana.
    Roni adalah seorang penerbang profesional yang tergabung dalam FASI. Ia dan Marsma Fajar terjatuh saat menjalani latihan rutin sebagai bagian pengembangan keahlian penerbang.
    Pesawat mulanya lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja, Kabupaten Bogor, pukul 09.01 WIB, kemudian hilang kontak setelah sebelas menit mengudara.
    Tak lama, mereka ditemukan sudah terjatuh di sekitar TPU Astana, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
    “Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat mengalami hilang kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana,” kata Suadnyana.
    Keduanya langsung dilarikan ke RSAU dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja, tetapi Marsma Fajar sudah dinyatakan meninggal dunia setibanya di sana.
    Selanjutnya, Marsma Fajar disemayamkan di kediamannya di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan sebelum dimakamkan di pemakaman keluarga di Probolinggo, Jawa Timur.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.