6 Perawat RSBS Jember Belum Bisa Kerja, Jalani Pemulihan Pasca-kecelakaan di Jalur Bromo
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– Enam perawat dari Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Kabupaten Jember, Jawa Timur, belum bisa kembali bekerja setelah terlibat dalam kecelakaan maut di jalur Bromo pada 14 September 2025.
Dari total 29 pegawai yang berangkat ke Bromo, 25 di antaranya selamat, sementara 4 pegawai lainnya dinyatakan meninggal dunia.
CEO RSBS, dr Faida, mengungkapkan bahwa enam perawat yang belum bisa aktif bekerja saat ini sedang dalam masa pemulihan pasca-operasi.
“Dari 29 pegawai yang pergi ke Bromo, dikurangi 4 pegawai yang meninggal, ada 25 perawat yang selamat. Saat ini ada 6 perawat yang masih belum aktif bekerja,” ujarnya, Jumat (3/10/2025).
Faida juga menjelaskan kondisi kesehatan masing-masing perawat yang menjadi korban.
Riyanti Elminingtyas, perawat IGD yang sempat dirawat di ICU, kini sudah bisa berjalan dan memegang benda ringan, meskipun belum mampu mengangkat tangan kanannya.
“ADL dibantu sebagian oleh keluarga dan harus kontrol lagi,” tambahnya.
Riyanti masih merasakan nyeri dada setelah operasi penyambungan tulang rusuk dan tulang lengan bawah.
Seputih Gita, perawat ruang medik, juga mengalami kondisi serupa.
Ia tidak diperbolehkan menapak selama dua bulan setelah operasi penyambungan tulang pangkal paha kanan.
“Sudah mampu beraktivitas menggunakan kruk, namun kaki kanan tidak boleh menapak 2 bulan,” ujar Faida.
Tri Kokoh Putra, perawat ruang medik saraf, telah menjalani operasi otak akibat perdarahan.
Meskipun terkadang masih mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, ia mulai menunjukkan perkembangan dengan mampu berjalan jarak dekat dan mengenali orang.
Eva Lia Sari, perawat ICU dan ketua panitia rombongan ke Bromo, masih menggunakan gips pada tangan kanannya setelah menjalani operasi penyambungan tulang pergelangan tangan dan tulang selangka.
Sementara itu, Ikrima Laili, perawat IGD, belum kuat menggunakan tangannya untuk memegang benda karena mengalami patah tulang terbuka.
Ia telah menjalani operasi penyambungan tulang lengan atas, tetapi bekas operasinya masih merembas.
Lebih lanjut, Faida menyebutkan bahwa Tri Apri Widodo, perawat anastesi, rencananya akan kembali bekerja mulai Sabtu (4/10/2025) dan akan ditempatkan sebagai admin kamar operasi serta perawat ruang pemulihan.
“Operasi yang dijalaninya adalah penyambungan tulang lengan bawah kanan 3 segmen. Saat ini sudah mampu memegang, namun belum mampu mengangkat barang, ADL menggunakan tangan kiri,” papar Faida.
Kecelakaan yang terjadi di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, mengakibatkan total 9 orang penumpang dinyatakan meninggal dunia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Faida
-
/data/photo/2025/10/03/68dfc203a0263.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
6 Perawat RSBS Jember Belum Bisa Kerja, Jalani Pemulihan Pasca-kecelakaan di Jalur Bromo Surabaya 3 Oktober 2025
-

Pendukung Bupati Fawait dan Aktivis LSM Curhat Soal Wabup ke Ketua DPRD Jember
Jember (beritajatim.com) – Sejumlah pendukung Bupati Muhammad Fawait dan aktivis lembaga swadaya masyarakat menemui Ahmad Halim, Ketua DPRD Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu (24/9/2025), untuk mencurahkan isi hati alias curhat soal Wakil Bupati Djoko Susanto.
Mereka mempersoalkan tindakan Djoko yang menyurati Komisi Pemberantasan Korupsi sehingga membuat Kabupaten Jember menjadi pemberitaan nasional. Kustiono Musri, salah satu pendukung Fawait, menyayangkan kegaduhan yang dibuat oleh Djoko.
Menurut Kustiono, selama masa Reformasi, hubungan antara bupati dan wakil bupati tidak selamanya harmonis. “Apa yang terjadi antara (Wakil Bupati) Pak Bagong (Sutrisnadi) dengan (Bupati) Pak Samsul (Hadi Siswoyo) waktu itu tidak sampai membuat gaduh,” katanya. Bupati Samsul dan Wabup Bagong memimpin Jember pada periode 2000-2005.
Hal serupa, kata Kustiono, juga ditunjukkan Bupati MZA Djalal dan Wakil Bupati Kusen Andalas yang menjabat 2005-2015. “Mereka tidak mesra-mesra amat sebetulnya. Bahwa ada persoalan-persoalan,tetapi beliau-beliau mampu memberikan rasa tenteram pada masyarakat Jember sehingga tidak ada kegaduhan,” katanya.
Saat Bupati Faida berseberangan dengan Wabup Abdul Muqit Arief, Kustiono menyebut keduanya tidak memperkeruh suasana. “Tidak membongkar aib hubungan keduanya itu ke ruang publik,” katanya.
Kustiono mengatakan, seharusnya Wabup Djoko tidak mengambil cara aktivis. “Yang penting gaduh dulu agar menjadi perhatian. Kalau sebagai aktivis, itu mungkin satu-satunya cara yang bisa kami ambil. Tapi dengan status wakil bupati enggak bisa begitu,” katamya.
Ribut Supriadi, pendukung Bupati Fawait lainnya, merasa malu karena Jember menjadi sorotan di media sosial. “Seharusnya kedua belah pihak meredam diri saat ini, menunjukkan prestasi yang telah dicapai selama ini ataupun menunjukkan capaian-capaian yang belum terlaksana. Bukan menunjukkan kekisruhan,” katanya.
Tak cukup curhat, Ribut berpantun soal konflik tersebut. “Nonton bioskop di akhir pekan, iklannya kok pemerintahan. Harusnya capaian yang dibuktikan, bukan kisruh yang dipertontonkan,” katanya.
Sementara itu, politisi Partai Gerindra yang juga mantan anggota DPRD Jember, Sumpono, prihatin dengan kondisi saat ini. “Disharmoni antara para pimpinan membuat kami menangis,” katanya.
Sementara itu aktivis LSM Formasi Miftahul Rahman menilai, pernyataan Wabup Djoko menurunkan reputasi pemerintah Jember.
“Mendowngrade pemerintahan bahwa seolah-olah Jember ini pada posisi yang tidak on the track menjalankan pemerintahan. Kalau itu dibaca oleh banyak kepentingan, saya kira akan menjadi semakin buruk: bahwa pemerintahan Jember ini seolah-olah menjadi terbiarkan,” kata Miftahul.
Miftahul ingin DPRD Jember meminta penjelasan lebih lanjut kepada Djoko soal butir-butir laporan ke KPK dan Mendagri. Pertama, soal inkonsistensi kebijakan yang ditandai dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Nomor 100.3.3.2/126/1.12/2025 tentang Tim Pengarah Percepatan Pembangunan Daerah (TP3D).
Kedua, soal tidak berjalannya meritokrasi kepegawaian aparatur sipil negara, yang berpotensi pada rendahnya profesionalitas aparatur dan kerawanan tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Laporan berikutnya adalah mengenai pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kabupaten Jember, yang dipandang Djoko, tidak menggambarkan prinsip transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
Keempat, soal lemahnya sistem tata kelola aset milik daerah. Djoko mencontohkan penggunaan kendaraan bermotor oleh orang yang tidak berhak.
Kelima, soal terhambatnya koordinasi antara wakil bupati dengan organisasi perangkat daerah, yang ditandai dengan adanya ketidakpatuhan dan pembangkangan ASN kepada wakil bupati.
Terakhir, soal tidak direalisasikannya hak keuangan dan protokoler Djoko sebagai wakil bupati Jember.
Setelah mengkritik habis Wabup Djoko, Kustiono memuji sikap Bupati Fawait dalam menyikapi konflik tersebut. “Untungnya kita itu punya bupati yang meskipun muda tapi masih mampu memenej emosinya,” katanya.
“Tapi balik lagi kami ke sini hari ini tidak dalam rangka membela Bupati atau membela wakil Bupati. Kami ingin agar persoalan yang memalukan dan merugikan masyarakat Jember secara umum ini bisa segera disikapi secara konstitusional, secara elegan oleh wakil rakyat di DPRD,” kata Kustiono.
Minta DPRD Jember Memediasi
Ribut Supriadi mendesak DPRD Jember memediasi konflik antara Bupati Fawait dan Wabup Djoko. “Kita harapkan DPRD bisa menjadi penengah di antara keduanya dan bisa memanggil keduanya untuk memberikan penjelasan,” katanya.“Kami mohon kepada pimpinan DPRD untuk segera mengambil sikap. Yang kami pedulikan adalah sustainable development. Pembangunan Jember yang berkelanjutan yang pada akhirnya bertumpu pada satu gol, satu tujuan yaitu Jember lebih baik. Jember makmur. Jember baru. Jember maju,” kata Sumpono.
Menurut Kustiono, publik Jember membutuhkan upaya DPRD Jember untuk menyelesaikan persoalan. “Statement dari DPRD secara institusi, itu yang dibutuhkan oleh publik Jember, bahwa persoalan ini sudah menjadi atensi,” katanya.
Kustiono berharap DPRD Jember menggunakan hak parlemen. “Wakil rakyat itu memungkinkan dan punya hak konstitusi, hak bertanya. Agar publik mengetahui secara utuh, wakil rakyat mengundang mereka berdua, ditakoni (ditanyai). Istilahnya di diundang-undang itu kan hak interpolasi, medeni (menakutkan),” kata Kustiono.
Namun Kustiono menyarankan agar tidak menggunakan istilah hak interpelasi. “Memungkinkan untuk memanggil atau mengundang ngopi bareng seperti itu. Saya pikir publik akan menangkap itu sebagai upaya yang elegan yang ‘oh ya wis mari’ (oh sudah selesai, red),” katanya.
Sikap Ketua DPRD Jember
Ketua DPRD Jember Ahmad Halim berterima kasih kepada Kustiono dan kawan-kawan yang telah menyampaikan aspirasi kepada parlemen. Namun dia mengingatkan posisi DPRD Jember dengan bupati dan wakil bupati yang sejajar.Mediasi, menurut Halim, justru bisa dilakukan oleh level pemerintah yang lebih tinggi. “Misalkan dimediasi oleh gubernur atau Mendagri, karena Mendagri adalah penanggung jawab pemerintahan yang berlangsung,” katanya.
DPRD Jember hanya bisa melayangkan surat kepada Menteri Dalam Negeri untuk memfasilitasi pertemuan DPRD dengan Bupati dan Wakil Bupati.
“Walaupun tergantung kepada niat nanti. Kalau niatnya enggak pengin damai susah juga, kan ya? Kalau niatnya enggak ada yang pengin ketemu antara hati sama hati. ya, agak susah juga,” kata Halim.
Sementara itu sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Jember yang mengusung pasangan Fawait-Djoko saat pilkada, Ahmad Halim akan melaporkan persoalan ini kepada induk partai.
Halim menyarankan kepada para aktivis lembaga swadaya masyarakat untuk membuat petisi kepada masyarakat umum untuk mendapatkan legitimasi. “Walaupun hanya bersifat imbauan. Walaupun saya meyakini tetap kembali kepada individu masing-masing. antara bupati dan wakil bupati,” katanya.
Halim mengaku sudah ditelepon oleh dewan pimpinan sejumlah partai pengusung soal surat Wabup Djoko ke KPK dan Mendagri. Dia tak ingin situasi berlarut-larut.
“Ibaratnya Jember ini sudah punya karpet merah dalam perhatian dari pemerintah pusat untuk kemajuan masyarakat maupun ekonominya. Kesempatannya sekarang. Untuk itu kita saling menahan diri, menahan diri, menahan emosi sambil berikhtiar, berdoa mungkin malam Maulid Nabi bisa menggugah hati para pimpinan-pimpinan kita,” kata Halim.
Tanggapan Wabup Djoko Susanto
Wabup Djoko Susanto mengapresiasi pertemuan antara sejumlah pendukung Bupati Fawait dan aktivis LSM dengan Ketua DPRD Jember Ahmad Halim. “Itu bentuk kepedulian kepada daerah,” katanya kepada Beritajatim.com.Namun Djoko mempertanyakan tudingan kegaduhan yang diarahkan kepadanya. “Itu terkait dengan mindset yang harus kita betulkan,” katanya.
“Misalkan ada maling. Lalu yang jaga di pos kamling itu teriak-teriak” ‘maling, maling, maling’. Yang dinilai bikin gaduh itu yang mana? Yang secara eksplisit berteriak tadi, atau justru malingnya yang senyap-senyap saja?” kata Djoko tersenyum.
Djoko kembali menegaskan, surat yang dilayangkannya ke KPK, Mendagri, dan Gubernur berisi permohonan pembinaan terhadap Pemkab Jember. “Ini bentuk tanggung jawab saya sebagai wakil bupati,” katanya.
“Waktu kami, bupati, saya dan beberapa kepala dinas diundang, KPK mengatakan bahwa tugas wakil bupati lebih banyak di bidang pengawasan. Lah kalau saya melakukan pengawasan, apa yang salah?” kata Djoko.
Djoko juga tidak pernah merasa mengungkapkan isi surat itu ke publik sebelum media massa memberitakannya. “Justru kemarin saya ngomong itu karena kalian tanya. Dimintai konfirmasi. Artinya sumber terbukanya surat itu bukan saya. Tapi KPK pun ya sah-sah saja mengungkap fakta,” katanya.
“Sesuatu yang faktual, apa yang salah? Justru yang diam-diam itu yang menurut saya cara berpikirnya salah,” kata Djoko.
Djoko kemudian mempertanyakan wacana mediasi antara dirinya dengan Bupati Muhammad Fawait oleh DPRD Jember. “Kalau mau dimediasi, yang dimediasi apanya? Saya bekerja sebagaimana amanah konstitusi. Saya bekerja karena saya disumpah. Kalau saya menjalankan amanah undang-undang, apa yang salah?” katanya. [wir]
-
/data/photo/2025/09/18/68cbed177023b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
RSBS Jember Apresiasi Polisi Tersangkakan Sopir Bus Kecelakaan Bromo Regional 23 September 2025
RSBS Jember Apresiasi Polisi Tersangkakan Sopir Bus Kecelakaan Bromo
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– CEO Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember dr Faida menyampaikan apresiasi kepada tim kepolisian dengan menjadikan sopir bus Hino milik PO Inds’88 sebagai tersangka kecelakaan di jalur Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kecelakaan itu menewaskan 9 orang dari rombongan RSBS Jember.
“Setiap pekerjaan ada risiko termasuk risiko hukumnya. Keadilan hukum memang harus ditegakkan, meski tidak akan menjadikan yang telah pergi bisa kembali,” kata Faida, Selasa (23/9/2025).
Untuk korban yang masih dirawat di RSBS Jember menunjukkan kondisi kesehatan mulai membaik.
Faida menyampaikan, ada dua korban yang dirawat, satu di antaranya masih di ruang ICU.
“Riyanti masih di ICU. Riyanti sudah diberitahu bahwa anaknya meninggal dunia,” ujarnya.
Riyanti, kata dia, terus menanyakan anaknya dan memaksa suaminya untuk video call ingin melihat kondisi putrinya yang sebenarnya tewas dalam kecelakaan maut pada Minggu (14/9/2025) lalu.
“Akhirnya suaminya memberitahukan bahwa anaknya termasuk korban yang meninggal di tempat,” tuturnya.
Sebelumnya, kabar tewasnya anak Riyanti ditutup oleh keluarga dan pihak RSBS karena mempertimbangkan kondisi kesehatan Riyanti yang saat itu sangat buruk.
Meski berat bagi korban yang juga merupakan perawat RSBS itu, namun Faida melaporkan bahwa Riyanti sudah meluai legawa dan bisa kembali tersenyum.
Menurutnya, Riyanti yang mengalami patah tulang di kedua tangan dan rusuknya kini sudah mulai berlatih bergerak, selang-selang bantuan pun mulai dilepas.
“Sudah mulai berkurang rasa sakit sekujur tubuh yang dikeluhkannya,” ungkap pemilik .RSBS itu.
Sementara korban lainnya bernama Trikokoh sudah pindah dari ICU ke ruang rawat inap biasa.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Pemilik RS Bina Sehat Jember Puji Penetapan Sopir Bus Wisata Maut Jadi Tersangka
Jember (beritajatim.com) – Faida, pemilik Rumah Sakit Bina Sehat di Kabupaten Jember, Jawa Timur, memuji penetapan AB, sopir bus wisata maut menjadi tersangka oleh polisi.
“Setiap pekerjaan ada risiko, termasuk risiko hukumnya. Keadilan hukum memang harus ditegakkan, meski tidak akan menjadikan yang telah pergi bisa kembali,” kata Faida, Selasa (23/9/2025).
Faida memuji ketegasan , keseriusan, dan kecepatan aparat penegak hukum dalam bertindak. “Aparat penegak hukum dalam perkara ini patut diapresiasi,” katanya.
Sembilan orang meninggal dunia dalam kecelakaan bus yang membawa rombongan karyawan Rumah Sakit Bina Sehat dan keluarga mereka, di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur,Minggu (14/9/2025).
Mereka dalam perjalanan pulang setelah bertamasya di Gunung Bromo. Sekitar pukul 11.45 WIB, mendadak bus yang mengangkut 53 orang penumpang itu hilang kendali dan menghantam pagar rumah warga.
Saat ini, tinggal dua korban yang dirawat di Bina Sehat. “Trikokoh sudah pindah dari ICU ke ruang rawar inap biasa. Sementara Riyanti masih di ICU,” kata Faida.
Riyanti dioperasi karena sejumlah tulang rusuknya patah. “Rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah mulai berkurang. Kedua tangan yang dioperasi karena patah juga sudah mulai dilatih untuk digerakkan,” katanya.
Menurut Faida, Riyanti sudah diberitahu tentang meninggalnya sang anak setelah memaksa melakukan panggilan video untuk melihat kondisi anaknya. “Akhirnya suaminya memberitahukan bahwa anaknya termasuk korban yang meninggal di tempat. Kini Riyanti sudah bisa tersenyum, tabah,” katanya. [wir]
-

14 Korban Kecelakaan Bus Wisata di Probolinggo Pulang dari RS Bina Sehat Jember
Jember (beritajatim.com) – Sejumlah korban kecelakaan bus wisata di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mulai sembuh dan pulang dari Rumah Sakit Bina Sehat, Kabupaten Jember. Barang-barang mereka yang tertinggal di bus saat kecelakaan juga dikembalikan.
“Hari ini, dari 22 korban kecelakaan di Probolinggo yang dirawat inap di RS Bina Sehat, delapan orang sudah bisa pulang. Jadi ada 14 orang yang sudah pulang dari rumah sakit, dan rencananya enam orang lagi akan dipulangkan,” kata Faida, pemilik Rumah Sakit Bina Sehat, Rabu (17/9/2025).
Setelah enam orang dipulangkan, menurut Faida, tinggal dua orang korban lagi yang dirawat di intensive care unit (ICU). “Mohon doa restunya agar keduanya bisa membaik,” katanya.
Barang-barang bawaan yang diamankan kepolisian juga telah diserahkan kepada korban dan keluarga korban. “Petugas sekuriti RS Bina Sehat mengawal proses penyerahan tersebut,” kata Faida.
Rombongan keluarga karyawan RS Bina Sehat yang terdiri atas 53 orang mengalami kecelakaan di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Minggu (14/9/2025). Mereka dalam perjalanan pulang setelah bertamasya di Gunung Bromo untuk merayakan kelulusan sarjana 24 orang pegawai RS Bina Sehat.
Mendadak bus yang dikemudikan Albahri, warga Kabupaten Jember, mendadak hilang kendali, diduga akibat rem blong, pada pukul 11.45 WIB. Bus menghantam pagar rumah warga. Benturan keras itu tak hanya membuat badan bus ringsek parah, namun juga menewaskan sembilan orang penumpang, tiga orang di antaranya anak-anak. [wir]
-

Betty Meninggal, Jumlah Korban Tewas Kecelakaan Bus Wisata di Probolinggo Bertambah
Jember (beritajatim.com) – Jumlah korban meninggal dalam kecelakaan bus wisata di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, bertambah menjadi sembilan orang.
“Betty meninggal dunia pada pukul 17.58 WIB, saat mau dibawa ke kamar operasi,” kata Faida, pemilik dan pemimpin Rumah Sakit Bina Sehat, Selasa (16/9/2025).
Menurut Faida, tim operasi sudah siap. “Tapi kondisi Betty menurun. Jadi ditunda dibawa ke ruang operasi,” katanya.
Betty baru dipindahkan dari RS Mohamad Saleh di Kota Probolinggo ke Bina Sehat dengan bantuan ambulance plus ventilator milik RS Al Huda Banyuwangi, Senin (15/9/2025) malam.
Rumah Sakit Bina Sehat saat ini masih merawat 19 orang korban. Sementara itu enam orang korban diperbolehkan pulang. Mereka adalah Tri Apri Widodo, Dwi Puji Lestari, Titik Irma, Rima Ulfa, Diana Azizah (perawat), dan Mia Komariah (istri perawat).
“Dua orang yang semula dirawat di ruang intensive care unit sudah pindah ke ruang rawat biasa,” kata Faida.
Rombongan keluarga karyawan RS Bina Sehat yang terdiri atas 53 orang mengalami kecelakaan di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Minggu (14/9/2025). Mereka dalam perjalanan pulang setelah bertamasya di Gunung Bromo.
Menddak bus yang dikemudikan Albahri, warga Kabupaten Jember, mendadak hilang kendali, diduga akibat rem blong, pada pukul 11.45 WIB. Bus menghantam pagar rumah warga. Benturan keras itu tak hanya membuat badan bus ringsek parah, namun juga menewaskan delapan orang penumpang, tiga orang di antaranya anak-ana, saat itu.
Klarifikasi:
Kepala Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bina Sehat Jember dr. Tontowi Jauhari mengatakan, ada informasi bahwa Betty dalam keadaan hamil. “Info yang beredar memang beliau hamil. Akhirnya di Rumah Sakit (Mohamad Saleh) Probolinggo sampai di-USG ulang. Ternyata memang tidak ada. Informasi dari USG yang saya lihat, beliau tidak ada kehamilannya,” katanya. [wir] -

Korban Kritis Kecelakaan Bus Wisata di Probolinggo Dirawat RS Bina Sehat
Jember (beritajatim.com) – Beredar informasi bahwa Betty, seorang korban kecelakaan bus wisata di Probolinggo, Jawa Timur, tengah hamil tiga bulan. Kini kondisinya dalam keadaan kritis dan dirawat di Rumah Sakit Bina Sehat di Kabupaten Jember.
Betty adalah perawat Bina Sehat. “Semoga ibu dan bayinya selamat. Namun kami kini memfokuskan pada penyelamatan jiwa Betty,” kata Faida, pemilik Rumah Sakit Bina Sehat, Selasa (16/9/2025).
Betty baru dipindahkan dari RS Mohamad Saleh di Kota Probolinggo ke Bina Sehat dengan bantuan ambulance plus ventilator milik RS Al Huda Banyuwangi, Senin (15/9/2025) malam. “Saat ini dia sedang distabilkan di ICU RS Bina Sehat, dan dia masih dibantu mesin ventilator,” kata Faida.
Rumah Sakit Bina Sehat saat ini masih merawat 19 orang korban. Sementara itu enam orang korban diperbolehkan pulang. Mereka adalah Tri Apri Widodo, Dwi Puji Lestari, Titik Irma, Rima Ulfa, Diana Azizah (perawat), dan Mia Komariah (istri perawat).
“Dua orang yang semula dirawat di ruang intensive care unit sudah pindah ke ruang rawat biasa,” kata Faida.
Rombongan keluarga karyawan RS Bina Sehat yang terdiri atas 53 orang mengalami kecelakaan di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Minggu (14/9/2025). Mereka dalam perjalanan pulang setelah bertamasya di Gunung Bromo.
Menddak bus yang dikemudikan Albahri, warga Kabupaten Jember, mendadak hilang kendali, diduga akibat rem blong, pada pukul 11.45 WIB. Bus menghantam pagar rumah warga. Benturan keras itu tak hanya membuat badan bus ringsek parah, namun juga menewaskan delapan orang penumpang, tiga orang di antaranya anak-anak. [wir]
Klarifikasi:
Kepala Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bina Sehat Jember dr. Tontowi Jauhari mengatakan, ada informasi bahwa Betty dalam keadaan hamil. “Info yang beredar memang beliau hamil. Akhirnya di Rumah Sakit (Mohamad Saleh) Probolinggo sampai di-USG ulang. Ternyata memang tidak ada. Informasi dari USG yang saya lihat, beliau tidak ada kehamilannya,” katanya. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348635/original/068198500_1757841784-1000727040.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kondisi Sudah Membaik, 3 Korban Luka Kecelakaan Bus di Bromo Dipulangkan dari RSBS Jember
Liputan6.com, Jakarta – Pihak Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember mengungkap kondisi terkini puluhan korban luka akibat kecelakaan maut bus di jalur Gunung Bromo pada Minggu 14 Agustus 2025. Dari 21 pasien yang dirawat di RSBS, tiga di antaranya telah diperbolehkan pulang dan melanjutkan perawatan secara rawat jalan.
“Tiga korban yang diperbolehkan pulang yakni Dwi Puji Lestari, Titik Irma, dan Diana Azizah, kondisinya sudah membaik dan semuanya merupakan perawat RSBS,” kata Pemilik RSBS Jember dr Faida dalam keterangannya di Kabupaten Jember, dikutip dari Antara, Selasa (16/9/2025).
Ia mengatakan sebanyak 21 korban yang merupakan karyawan RSBS dan keluarganya yang mengalami luka berat hingga sedang akibat kecelakaan di jalur Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo menjalani rawat inap di RSBS untuk mendapatkan penanganan intensif.
Menurut dia, satu korban yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moh. Saleh Kota Probolinggo atas nama Betty juga sudah dibawa ke RSBS pada Senin (15/9) malam.
Penjemputan korban tersebut menggunakan kendaraan dari RS Al Huda dengan pendamping satu dokter dan dua perawat disertai sejumlah peralatan medis dan obat-obatan seperti patient monitor, defibrilator, ventilator portabel, syringe pump, dan emergency box.
“Kendaraan tersebut juga sudah memenuhi standar pelayanan emergency on transport (ACLS) dan berkoordinasi dengan dr. Sp Anestesi RSBS,” katanya.
-
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/thumbnails/5349330/original/053655300_1757919433-wisata-berujung-duka-8-karyawan-rs-pulang-tinggal-nama-75a50b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
VIDEO: Wisata Berujung Duka, 8 Karyawan RS Pulang Tinggal Nama
Y
OlehYoga NugrahaDiperbaharui 16 Sep 2025, 04:48 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2025, 13:57 WIB
Delapan jenazah dan 42 korban luka kecelakaan bus wisata yang membawa rombongan karyawan RS Bina Sehat Jember akhirnya dipulangkan ke kota asal mereka pada Minggu malam (14/9). Sebanyak 23 ambulans dikerahkan, dikawal langsung oleh Direktur RS Bina Sehat Jember, dr. Faida, dari Probolinggo menuju Jember.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348635/original/068198500_1757841784-1000727040.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kronologi Kecelakaan Maut Bus Rombongan RSBS di Bromo, 8 Orang Meninggal
Liputan6.com, Jakarta Kabar duka datang dari Jawa Timur. Bus berpenumpang 53 orang mengalami kecelakaan maut di Jalan Raya Bromo, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Minggu (14/09/2025).
Bus Hino IND’S 88 Nopol P 7221 UG itu membawa rombongan keluarga karyawan Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember untuk tamasya sekaligus syukuran kelulusan S1 salah satu karyawan ke kawasan Gunung Bromo. Bus dikemudikan Al Bahri dengan kernet Mergi.
Perjalanan menuju Bromo tidak ada kendala. Bus melaju mengantarkan penumpang menghabiskan akhir pekan, menikmati keindahan alam Bromo. Namun cerita duka terjadi ketika pulang.
Ketika bus meluncur di Jalan Raya Bromo, tiba-tiba rem tidak berfungsi. Kondisi jalan di sana menurun dan menikung ke kiri.
Rem yang bermasalah membuat laju kendaraan tetap ke kanan hingga menabrak pembatas jalan sebelah kanan, kemudian menabrak sepeda motor nomor polisi N 2856 OE, sekira pukul 11.45 WIB.
Akibat dari kecelakaan tersebut, delapan orang meninggal dunia, sedangkan sisanya mengalami luka berat dan ringan yang dirawat di sejumlah rumah sakit dan puskesmas.
Pemilik RSBS Jember dr Faida menjabarkan, jumlah karyawan dan keluarganya yang ikut dalam rombongan bus wisata ke Gunung Bromo sebanyak 53 orang, bukan 52 orang yang pernah disampaikan sebelumnya.
“Sebanyak 24 orang mengalami cedera ringan yang terdiri dari 12 karyawan dan 12 orang keluarganya menjalani rawat jalan saja dan mendapatkan obat-obatan, sedangkan yang mengalami cedera sedang hingga berat sebanyak 21 orang,” katanya.
Faida mengatakan dari 21 korban kecelakaan yang mengalami cedera sedang hingga berat, sebanyak sembilan orang di antaranya harus menjalani operasi patah tulang sebanyak delapan orang, dan operasi bedah syaraf sebanyak satu orang karena menderita cedera kepala berat.
Sementara untuk delapan korban yang meninggal dunia sudah dimakamkan oleh pihak keluarga di Kabupaten Jember dan ada satu korban yang dimakamkan di Madiun sesuai dengan permintaan keluarga.