Tag: Fadli Zon

  • Menbud Bakal Serahkan Rekomendasi 40 Nama Calon Pahlawan ke Prabowo
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        21 Oktober 2025

    Menbud Bakal Serahkan Rekomendasi 40 Nama Calon Pahlawan ke Prabowo Nasional 21 Oktober 2025

    Menbud Bakal Serahkan Rekomendasi 40 Nama Calon Pahlawan ke Prabowo
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengatakan, pihaknya merekomendasikan sejumlah nama tokoh yang akan mendapatkan gelar pahlawan nasional kepada Presiden RI Prabowo Subianto.
    Penyerahan nama ini akan dilakukan setelah Tim Dewan Gelar menyelesaikan sidang penentuan yang membahas 40 nama calon pahlawan yang diusulkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos).
    “Nanti dari kami yang akan merekomendasikan, tetapi ujungnya tergantung juga pada hak prerogatif dari Presiden,” ujar Fadli Zon, di Kantor Kemendikbud, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).
    Fadli mengatakan, proses penentuan ini memang berasal dari usulan, lalu melalui proses sidang oleh Tim Dewan Gelar sebelum diserahkan kepada Prabowo.
    Ia menyebutkan, 40 nama yang diserahkan sudah memenuhi syarat.
    Namun, keputusan tetap berada di tangan Kepala Negara.
    “Biasa Presiden memilih dalam jumlah yang terbatas. Kalau kelayakan, semuanya sudah layak, tetapi keterbatasan itu diserahkan nanti kepada Presiden atas rekomendasi dari Dewan Gelar,” tutur dia.
    Fadli mengatakan, tidak ada tenggat waktu dalam proses pencalonan ini.
    Namun, ia berharap akan selesai tepat pada Hari Pahlawan.
    “Tergantung nanti karena satu per satu nama akan kami bahas, 40-40-nya akan kita bahas sambil berjalan. Biasanya, penentuannya itu menjelang Hari Pahlawan, hari pahlawan tanggal 10 November,” beber dia.
    Diketahui, Mensos Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyerahkan usulan 40 nama tokoh untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional, termasuk tokoh buruh Marsinah, Presiden ke-2 RI Soeharto, hingga Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
    Kendati demikian, Gus Ipul tidak merincikan daftar nama-nama usulan Pahlawan Nasional tersebut.
    “Usulan ini berupa nama-nama yang telah dibahas selama beberapa tahun terakhir. Ada yang memenuhi syarat sejak lima atau enam tahun lalu, dan ada pula yang baru diputuskan tahun ini. Di antaranya Presiden Soeharto, Presiden Abdurrahman Wahid, dan juga Marsinah,” kata Saifullah.
    Proses pengusulan nama pahlawan nasional itu berawal dari masyarakat melalui Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD).
    Setelah hasil pembahasan di tingkat daerah ditandatangani bupati atau wali kota, maka dokumen diteruskan ke gubernur dan kemudian diterima Kementerian Sosial untuk dikaji lebih lanjut.
    “Kami melakukan pengkajian bersama tim TP2GD. Hasil kajian tersebut hari ini saya teruskan kepada Pak Fadli Zon selaku Ketua Dewan Gelar. Selanjutnya akan dibahas sepenuhnya oleh dewan dan hasilnya kita tunggu bersama,” ujarnya.
    Selain Marsinah, Soeharto, dan Gus Dur, tokoh lain yang diusulkan antara lain ulama asal Bangkalan, Syaikhona Muhammad Kholil; Rais Aam PBNU KH Bisri Syansuri; KH Muhammad Yusuf Hasyim dari Tebuireng, Jombang; Jenderal TNI (Purn) M Jusuf dari Sulawesi Selatan; serta Jenderal TNI (Purn) Ali Sadikin dari Jakarta (mantan Gubernur Jakarta).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Survei CELIOS 1 Tahun Kabinet Prabowo-Gibran, Ini Daftar Menteri Terbaik dan Terburuk – Page 3

    Survei CELIOS 1 Tahun Kabinet Prabowo-Gibran, Ini Daftar Menteri Terbaik dan Terburuk – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Center of Economic and Law Studies (CELIOS) membeberkan hasil survei kinerja menteri Kabinet Merah Putih selama satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Setelah survei dilakukan pada 30 September-13 Oktober 2025, Celios menyampaikan daftar menteri-menteri yang bekerja paling baik dan paling buruk.

    Dalam survei itu, responden ditanyakan pertanyaan “Menurut Anda, siapa menteri dengan kinerja Terbaik dalam Kabinet Prabowo-Gibran selama satu tahun pertama?”. Responden juga ditanyakan “Menurut Anda, siapa Menteri dengan kinerja Terburuk dalam Kabinet Prabowo-Gibran selama satu tahun pertama?”.

    Opsi jawaban meliputi seluruh nama Menteri dan Kepala Badan Kabinet Prabowo-Gibran periode masa jabatan 2024-2029. Selanjutnya, responden memilihmasing-masing satu Menteri/Kepala Badan kedalam opsi peringkat 1, 2, dan 3.

    Hasilnya, menteri dengan kinerja buruk berdasarkan penilaian dari panel ahli di antaranya Bahlil Lahadalia (Menteri ESDM) dengan skor -151, Dadan Indayana (Kepala BGN) -81, Natalius Pigai (Menteri HAM) -79, Raja Juli Antoni (Menteri Kehutanan) -56, Fadli Zon (Menteri Kebudayaan) -36, Widiyanti Putri (Menteri Pariwisata) -34, Zulkifli Hasan (Menko Bidang Pangan) -22, Budiman Sudjatmiko (Kepala BP Taskin) -14, Yandri Susanto (Menteri Desa dan PDT) -10.

    “Beberapa menteri mendapat penilaian sangat rendah. Bahlil Lahadalia (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral) berada di posisi terbawah dengan skor -151, menandakan banyaknya kritik terhadap kebijakan energi,” tulis Celios dalam keterangannya dikutip, Senin (20/10/2025).

    “Di bawahnya ada Dadan Hidayana (Kepala Badan Gizi Nasional) dengan skor -81, yang diduga terkait lonjakan kasus keracunan dan kacaunya pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG),” papar Celios.

    Presiden Prabowo Subianto pada Kamis, 16 Oktober 2025, memimpin rapat terbatas bersama jajaran kabinet Merah Putih di Kertanegara, Jakarta. Rapat tersebut membahas sejumlah agenda strategis pemerintah khususnya di bidang pertanian, ekonomi dan perban…

  • Survei RILIS Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Amran Sulaiman dan Purbaya Menteri Berkinerja Terbaik

    Survei RILIS Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Amran Sulaiman dan Purbaya Menteri Berkinerja Terbaik

    “Dari data di lembaga survei RILIS yang kami temukan, untuk sementara, Pak Andi Amran Sulaiman dan Pak Purbaya Sadewa masuk dalam divisi I yang memperoleh tingkat kepuasan tertinggi atas kinerjanya. Mereka adalah sebagai menteri pertanian dan menteri keuangan,” katanya.

    Sementara itu, kata Arman, para menteri yang masuk dalam kategori divisi II sebanyak 6 orang. Mereka adalah Menteri Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya 78,8%, Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono 72,4%, Menteri Agama Nasarudin Umar 72,1%, Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsoedin 70,6%, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi 70,2% dan Agus Gumiwang Kartasasmita 70,1%.

    Direktur Riset Lingkaran Strategis (RILIS) Arman Salam

    Dibawahnya, ada divisi III. Yaitu para menteri yang memiliki tingkat kepuasan publik atas kinerjanya dibawah 70%. Mereka antara lain, Menlu Sugiono 69,5%, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono 68,1%, Menko Bidang Hukum dan HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra 63,4%, Menteri Pendidikan Tinggi dan IPTEK Brian Yuliarto 61,4%, Mendagri Tito Karnavian 61,3%, Menhub Dudy Purwagandhi 61,3%, Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan 61,2%, Menpora Erick Thohir 61,2 dan Menkes Budi Gunadi Sadikin 60,2%.

    Selanjutnya, Arman menyebutkan sejumlah menteri yang masuk kategori divisi IV dengan tingkat kepuasan dibawah 60%. Mereka antara lain, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto 57,8%, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq 57,4%, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Menteri UMKM Maman Abdurahman, Menteri Perdagangan Budi Santoso, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifatul Choirul Fauzi dan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Rini Widyantini masing-masing di angka 56,8%.

  • Presiden Prabowo Hadiri Wisuda 521 Sarjana UKRI di Bandung

    Presiden Prabowo Hadiri Wisuda 521 Sarjana UKRI di Bandung

    BANDUNG – Presiden Prabowo Subianto menghadiri kegiatan sidang senat terbuka wisuda 521 sarjana Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) di Trans Convention Centre, Kota Bandung, Jawa Barat.

    Presiden Prabowo tiba pukul 10.40 WIB dengan mengenakan jas berwarna abu dan celana hitam serta kopiah hitam. Kehadirannya disambut meriah oleh civitas akademika UKRI serta para undangan yang memenuhi ruang acara.

    Presiden didampingi sejumlah pejabat negara, di antaranya Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.

    Selain itu, hadir Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, serta Wali Kota Bandung Muhammad Farhan.

    Dalam sambutannya, Wakil Ketua DPR yang juga Rektor UKRI, Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan dalam satu tahun terakhir UKRI berhasil meningkatkan akreditasi perguruan tinggi dari predikat “Baik” menjadi “Baik Sekali”.

    Pencapaian tersebut diraih pada 25 Maret 2025, melalui SK BAN-PT Nomor 2.102/BAN-PT/03.05/2025.

    “Pencapaian momentum ini bukanlah hasil yang datang begitu saja, melainkan buah dari sinergi kolektif yang melibatkan seluruh ekosistem universitas,” ujar Dasco dilansir ANTARA, Sabtu, 18 Oktober.

    Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pejabat struktural, dosen, staf pendukung, serta mitra eksternal yang telah berkontribusi dengan dedikasi tinggi dalam mendukung kemajuan universitas.

    Dasco menjelaskan peningkatan akreditasi tersebut didorong oleh berbagai faktor, salah satunya pertumbuhan signifikan jumlah mahasiswa.

    Dalam lima tahun terakhir, ia menyebut populasi mahasiswa UKRI meningkat dari 1.764 menjadi 4.232 mahasiswa atau naik sebesar 146 persen.

    “Tren ini tidak hanya mencerminkan pertumbuhan institusi, tetapi juga meningkatnya kepercayaan publik terhadap kampus kita,” kata dia.

  • Peci Bung Karno dan Bung Hatta Jadi Koleksi Baru Museum Perumusan Naskah Proklamasi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        14 Oktober 2025

    Peci Bung Karno dan Bung Hatta Jadi Koleksi Baru Museum Perumusan Naskah Proklamasi Megapolitan 14 Oktober 2025

    Peci Bung Karno dan Bung Hatta Jadi Koleksi Baru Museum Perumusan Naskah Proklamasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Dua peci milik dua proklamator Indonesia, Sukarno dan Mohammad Hatta, akan menjadi koleksi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta Pusat.
    Hal ini disampaikan oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon dalam sesi jumpa pers di Museum Perumusan Proklamasi, Selasa (14/10/2025).
    “Salah satu bagian yang penting adalah menghadirkan juga memorabilia yang penting dari proklamator,” ujarnya.
    Fadli menjelaskan, 
    saat ini baru peci milik Bung Hatta yang sudah diletakkan di museum.
    Peci milik Wakil Presiden pertama Republik Indonesia itu sebelumnya telah diserahkan langsung oleh pihak keluarga kepada pengelola museum.
    “Hari ini baru datang kopiah Bung Hatta yang telah diberikan dan diserahkan dari keluarga Bung Hatta, dari Ibu Halida Hatta,” jelasnya.
    Sementara itu, peci milik Bung Karno masih dalam proses pengiriman dan diperkirakan akan tiba dalam beberapa hari ke depan.
    “Ada proses ya, karena itu kan bagaimanapun bagian dari artefak yang sangat penting bagi keluarga besar Bung Karno,” ucap Fadli Zon.
    Ia berharap penambahan koleksi bersejarah dari para tokoh proklamator dapat menarik minat masyarakat, terutama generasi muda, untuk datang ke museum yang menjadi saksi perumusan naskah kemerdekaan Indonesia tersebut.
    “Kami harapkan museum ini juga semakin banyak dikunjungi,” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hadiri Peluncuran Buku Enteng Tanamal, Menbud Sebut Tata Kelola Royalti Harus Ikuti Zaman

    Hadiri Peluncuran Buku Enteng Tanamal, Menbud Sebut Tata Kelola Royalti Harus Ikuti Zaman

    JAKARTA – Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menjadi tamu penting dalam peluncuran buku sang musisi legendaris, Enteng Tanamal. Buku berjudul Memahami Hak Cipta dan Tata Kelola Royalti dalam Industri Musik Indonesia ini diperkenalkan di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Kamis, 9 Oktober kemarin.

    Acara peluncuran ini sekaligus menjadi perayaan ulang tahun ke-81 Enteng Tanamal, tokoh yang gigih berjuang menyuarakan tata kelola hak cipta musisi Indonesia.

    Menbud Fadli Zon menyambut baik lahirnya buku ini, tepat ketika isu hak cipta dan tata kelola royalti semakin krusial di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital. Ia menyebut pengelolaan hak cipta dan royalti semestinya mengikuti perkembangan zaman yang ada.

    “Kemajuan teknologi membuat industri musik semakin kompleks. Karena itu, regulasi dan tata kelola hak cipta harus terus disesuaikan dengan zaman,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, 10 Oktober.

    Ia juga menjelaskan bahwa Kementerian Kebudayaan sedang menggelar Konferensi Musik Indonesia (KMI) di Hotel Sultan Jakarta pada 8–11 Oktober 2025, yang mempertemukan para musisi, pencipta lagu, promotor, penulis, hingga pengelola industri musik. Forum itu diharapkan menjadi ruang dialog untuk membangun ekosistem musik yang sehat, berdaya ekonomi, dan berperan sebagai diplomasi budaya. 

    “Musik adalah soft power yang mempersatukan kita, mengiringi kehidupan masyarakat dalam setiap suasana,” tegas Fadli Zon.

    Perjuangan untuk membenahi pengelolaan hak cipta juga menjadi concern pemerintah yang kini mendorong musik sebagai bagian penting dari Cultural and Creative Industry (CCI)—sektor yang mengandalkan kreativitas dan bakat individu untuk menciptakan nilai sosial dan ekonomi.

    “Industri budaya seperti musik, film, dan desain bisa menjadi sumber kesejahteraan baru,” ujarnya.

    Selain sistem yang mumpuni, Menbud juga menekankan perlunya kebijakan yang adil bagi semua pihak. 

    “Penghargaan terhadap pencipta lagu, penyanyi, dan seluruh pelaku musik adalah bentuk perlindungan hak budaya. Tata kelola performing rights perlu disusun dengan win-win solution,” tegasnya.

    Buku karya Enteng Tanamal ini tidak hanya mengulas hak cipta dan sistem royalti di Indonesia, tetapi juga merekam perjalanan hidupnya di dunia musik. Sebagai pendiri Yayasan Karya Cipta Indonesia, Enteng dikenal sebagai pelopor perjuangan hak cipta musisi tanah air.

    Peluncuran buku tersebut juga dihadiri berbagai tokoh musik nasional seperti Guntur Soekarnoputra, Candra Darusman, Dwiki Darmawan, dan Krisdayanti, serta perwakilan Perpusnas RI, LMK, dan organisasi profesi musik.

  • Fadli Zon Temui Xanana Gusmao, Ingatkan Momen Bersama Prabowo
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        7 Oktober 2025

    Fadli Zon Temui Xanana Gusmao, Ingatkan Momen Bersama Prabowo Nasional 7 Oktober 2025

    Fadli Zon Temui Xanana Gusmao, Ingatkan Momen Bersama Prabowo
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menemui Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, di Timor Leste, sambil mengenang pertemuan Xanana dengan Presiden RI Prabowo Subianto di masa lalu.
    “Pak Prabowo dan Pak Xanana saling menghormat dan berpelukan meskipun pernah menjadi seteru,” kata Fadli dalam siaran pers yang disampaikannya, Selasa (7/10/2025).
    Momen pertemuan Prabowo dan Xanana yang Fadli maksud adalah suatu seminar tahun 2000-an.
    Namun sebelum tahun itu, Timor Leste adalah provinsi dari Indonesia dengan nama Timor Timur. Prabowo muda sebagai tentara pernah bertugas di Timor Timur, dan Xanana adalah pihak yang memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste lepas dari Indonesia.
    Kali ini, Fadli Zon yang merupakan politikus Partai Gerindra ini mengunungi Timor Leste dalam rangka memperingati 23 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Timor Leste.
    Fadli bertemu pula dengan Menteri Pemuda, Olahraga, Seni, dan Budaya Timor Leste, Nelio Isaac Sarmento.
    Dalam pertemuan ini, saya menegaskan bahwa Indonesia dan Timor-Leste adalah dua negara yang tak hanya berdekatan secara geografis, tetapi juga terikat oleh sejarah, tradisi, budaya, bahasa,” ujar Fadli.
    “Saya meyakini pentingnya memperkuat hubungan dan kerja sama kebudayaan dengan Timor-Leste, termasuk melalui program residensi, film, dan yang tak kalah penting, people-to-people contact.” tambahnya.
    Dalam kunjungan tersebut, Fadli didampingi Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan Endah T.D. Retnoastuti, Staf Ahli Bidang Hukum dan Kebijakan Kebudayaan Masyithoh Annisa Ramadhani Alkatiri, Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi dan Hubungan Internasional Annisa Rengganis, serta Direktur Promosi Kebudayaan Undri.
    Menutup dialog, Fadli mengundang Xanana untuk menghadiri acara Indonesia-Pacific Cultural Synergy (IPACS) yang akan digelar pada November mendatang sebagai wadah pertukaran dan kolaborasi budaya negara-negara Pasifik.
    “Saya berharap kedua negara dapat terus meningkatkan kerja sama, membangun kepercayaan dan persahabatan dengan prinsip saling menghormati”, tutup Fadli.
    Di Dili, Ibu Kota Republik Demokratik Timor Leste, Fadli betemu Ketua Parlemen Maria Fernanda Lay.
    Fadli merupakan mantan Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR tahun 2019-2024, Presiden Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC) 2015-2019, dan Wakil Presiden South East Asia Parlamentarians Against Corruption (SEAPAC) tahun 2023-2025).
    Dia menilai Maria Fernanda Lay juga memiliki kiprah penting di arena GOPAC.
     
    Pertemuan tersebut juga dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste, Okto Dorinus Manik dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Dili, Tasrifin Tahara.
    Fadli juga menyampaikan soal aktivasi kembali Rumah Budaya Indonesia di Timor Leste sebagai pusat seni dan budaya Indonesia, serta rencana aktivasi anjungan Timor Timur di Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Jakarta yang akan dibentuk menjadi museum persahabatan kedua negara.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fadli Zon Sampaikan Orasi Sarasehan Budaya Forum Alumni HMI Wati Nasional

    Fadli Zon Sampaikan Orasi Sarasehan Budaya Forum Alumni HMI Wati Nasional

    Jakarta

    Menteri Kebudayaan RI (Menbud) Fadli Zon menyampaikan orasi kebudayaan dalam acara sarasehan budaya Forum Alumni HMI Wati (FORHATI) Nasional.

    Berlangsung di Tavia Heritage Hotel, Jakarta, forum ini merupakan rangkaian untuk memperingati bulan Bahasa dan Sastra yang jatuh pada bulan Oktober ini.

    Mengawali sambutannya, Fadli memberikan apresiasi setinggi-tingginya bagi FORHATI yang telah menyelenggarakan sarasehan budaya dengan tema bahasa dan sastra. Menurut Menbud, kedua unsur budaya tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda.

    “Saya mengucapkan apresiasi kepada FORHATI yang mengadakan acara untuk merayakan bulan bahasa dengan kegiatan ini. Mudah-mudahan, generasi muda di sini akan terus berkarya dan berkiprah, karena memang literasi ini menjadi semakin penting di era globalisasi ini,” ujar Fadli, dalam keterangan tertulis, Senin (6/10/2025).

    Dalam orasinya, Fadli menyampaikan kegiatan sarasehan budaya ini sesuai dengan Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, di mana sudah kemjadi kewajiban bagi negara untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia. Kemenbud yang lahir menjadi institusi baru menjadi bentuk komitmen negara untuk memajukan kebudayaan Indonesia.

    “Posisi Kementerian Kebudayaan sangat strategis untuk memajukan budaya nasional Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di tengah peradaban dunia,” terang Fadli.

    “Ini juga pertama kali dalam sejarah di Indonesia, Kementerian Kebudayaan berdiri menjadi kementerian sendiri,” sambungnya.

    Lebih lanjut, Fadli menekankan pemanfaatan industri kreatif dan budaya (creative and cultural industry) sebagai salah satu motor penggerak ekonomi nasional. Sebab, industri kreatif dan budaya berkaitan dengan banyak sektor, seperti UMKM, pariwisata, dan lainnya.

    “Ke depan ini, kita akan semakin familiar dengan istilah ‘creative and cultural industry’. Industri ini sudah menjadi nomenklatur baru yang semakin penting, karena dari budaya ini bisa menjadi suntikkan bagi ekonomi,” imbuh Fadli.

    Menutup orasi, Fadli mengajak seluruh hadirin untuk selalu mengapresiasi budaya Indonesia. Ia berharap pelestarian budaya nasional bisa terus berjalan tanpa berhenti hingga lintas generasi.

    “Hadirin sekalian, kita harus mengapresiasi budaya kita yang luar biasa dan semakin berkembang ini. Karena jika bukan kita yang mengapresiasi dan melestarikannya, tidak ada lagi yang bisa meneruskan budaya pada generasi selanjutnya nanti,” kata Fadli.

    “Salah satu isi Sumpah Pemuda adalah menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Artinya, persatuan adalah modal utama untuk sebuah kemajuan, dan bahasa persatuan menjadi perekat bangsa,” terang Syafi’i.

    FORHATI merupakan organisasi yang menghimpun para alumni perempuan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan merupakan bagian dari keluarga besar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). FORHATI bertujuan menjadi wadah strategis bagi perempuan muslim Indonesia yang berpendidikan untuk terus berkontribusi dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi dan perubahan sosial.

    Sebagai informasi, acara ini turut dihadiri Wamenag RI Muhammad Syafi’i; Kepala Badan Pengawas Obat Makanan RI (BPOM) Taruna Ikrar; Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) Nannie Hadi Tjahjanto; sastrawan Taufiq Ismail beserta Ati Taufiq Ismail; penulis esai dan penerjemah Ida Nasution; pengusaha kuliner Nur Asia Uno; Anggota KPU Betty Idrus; Koordinator Presidium FORHATI Jamilah Abdul Gani; serta jajaran pengurus FORHATI.

    Pada kesempatan ini, Fadli turut didampingi oleh Inspektur Jenderal Kemenbud Fryda Lucyana; dan Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional Kemenbud Annisa Rengganis.

    (ega/ega)

  • Lebih dari Sekadar Jualan Kain, Christina Buka Kelas untuk Generasi Muda Demi Batik Semarang
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Oktober 2025

    Lebih dari Sekadar Jualan Kain, Christina Buka Kelas untuk Generasi Muda Demi Batik Semarang Regional 6 Oktober 2025

    Lebih dari Sekadar Jualan Kain, Christina Buka Kelas untuk Generasi Muda Demi Batik Semarang
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS. com – 
    Ada banyak cara merayakan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober, tidak hanya dengan mengenakannya.
    Di Semarang, Laksmi Art Batik memilih merayakannya dengan cara yang lebih mendalam: mengenalkan proses membatik kepada generasi muda.
    Meski tak seterkenal Pekalongan, Solo, atau Yogyakarta, Semarang melalui Batik Semarangannya turut mengambil peran penting dalam pelestarian warisan budaya tak benda yang ditetapkan oleh UNESCO pada 2009 ini.
    Bertempat di Kampung Batik Tengah, Kelurahan Rejomulyo, Semarang, Christina, pemilik Laksmi Art Batik, membangun harapan pada secarik kain batik khas Semarang. Kepada Kompas.com, Jumat (3/10/2025), ia menceritakan perjalanannya.
    Lokasinya yang strategis di kawasan keramaian, berdekatan dengan Kota Lama, Pasar Johar, dan Stasiun Tawang, menjadikan Kampung Batik Rejomulyo sebagai salah satu destinasi wisata alternatif di Ibu Kota Jawa Tengah.
    “Kalau tempat saya (berdiri) sejak tahun 2009, tetapi kalau Kampung Batik ini dibangun sejak tahun 2006 lewat inisiasi Dinas Kebudayaan Kota Semarang yang hendak menggelar pelatihan membatik di kampung ini,” ujarnya.
    Upaya para perajin di Kampung Batik Rejomulyo akhirnya membuahkan hasil manis.
    Pada tahun 2024, Batik Aseman Semarangan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan.
    Sertifikat WBTB diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Kota Tua Jakarta bersama tiga benda kebudayaan lainnya di Kota Semarang, yakni Macapat Semarangan, Ketoprak Truthug, dan Arak-arakan Sam Poo Tay Djien..
    Bagi Christina, seorang ibu rumah tangga sekaligus pemilik Laksmi Art Batik, pengakuan WBTB Indonesia ini menjadi validasi atas kerja keras warga dalam melestarikan budaya sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.
    “Usaha kami adalah upaya memberikan nilai ekonomi yang signifikan melalui potensi keuntungan serta menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar. Selain itu, usaha batik menjadi cara untuk melestarikan warisan budaya dan mendukung ekonomi lokal,” jelasnya.
    Laksmi Art Batik tidak hanya menjual berbagai jenis batik seperti cap, tulis, eco print, jumputan, dan ciprat.
    Lebih dari itu, mereka aktif memberikan pelatihan membatik untuk semua kalangan, mulai dari siswa TK, SD, SMP, SMA, mahasiswa, komunitas, hingga instansi.
    “Selain hanya berjualan, dengan adanya penjualan, penjual juga turut bersumbangsih dalam warisan budaya batik agar tidak terputus hanya pada generasi sekarang, tetapi tetap berkelanjutan, lestari pada generasi muda dan yang akan datang,” tuturnya.
    Bagi Christina, membangun Laksmi Art Batik bukan hanya soal peluang bisnis, tetapi juga membuka pintu edukasi seluas-luasnya bagi generasi penerus.
    “Dalam pelatihannya, peserta diajarkan berbagai materi pengetahuan soal batik, mulai dari sejarah batik nusantara, nama-nama batik, filosofi, cara pemakaian, jenis, dan proses dalam pengelolaan batik itu sendiri. Banyak deh, Mas,” tambahnya.
    Upaya edukasi ini terbukti berhasil mengubah pandangan anak muda terhadap batik. Ika, salah seorang pengunjung dari kalangan generasi muda, menuturkan alasannya datang ke Laksmi Art Batik setelah merayakan Hari Batik Nasional di kampusnya.
    “Rencananya sih jalan-jalan saja, siapa tahu bisa nambah koleksi pakaian batik saya. Saya yang dulunya menganggap bahwa memakai batik itu (membuat penampilan) jauh lebih tua, ternyata sekarang tidak juga, tergantung motif dan modelnya,” pungkasnya.
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Manusia Jawa Pulang Kampung dari Belanda, Ada yang Tiba Duluan

    Manusia Jawa Pulang Kampung dari Belanda, Ada yang Tiba Duluan

    Keputusan repatriasi ini disampaikan secara resmi oleh Pemerintah Belanda kepada Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, melalui Surat Pernyataan Kehendak (Letter of Intent/LoI) yang diserahkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda, Gouke Moes. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)