Tag: Erma Yulihastin

  • Waspada Cuaca Ekstrem, BRIN Ungkap Ada Badai Tandingan Tornado di RI

    Waspada Cuaca Ekstrem, BRIN Ungkap Ada Badai Tandingan Tornado di RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tiga badai multisel ditemukan di Indonesia. Dampaknya kemungkinan bakal ada cuaca ekstrem hingga akhir pekan ini di sejumlah wilayah.

    Pakar Klimatologi BRIN Erma Yulihastin menjelaskan sebutan multisel karena tersusun atas awan-awan Cb atau disebut dengan badai guruh. Jadi badai multisel masuk kategori dahsyat selain tornado dan puting beliung.

    Ketiga badai itu ditemukan di wilayah Sumatera Selatan, Jawa Barat-Banten, dan Jawa Tengah-Timur. Menurutnya, berdasarkan pengamatan radar, badai multisel di Jabar-Banten dan Jaten-Jatim adalah campuran klaster dan garis, sementara di Sumatera adalah klaster.

    Erma mengatakan badai multisel dipicu karena pergerakan dan pertumbuhan vortex. Ini akan bertumbuh menjadi bibit siklon di Samudera Hindia.

    “Sehingga dia punya potensi mengakumulasi awan, kemudian hujan, yang ditransfer dari Samudra Hindia kemudian menuju ke Sumatera dulu yang terkena efek. Dan kemudian baru merembet atau menjalar menuju ke Jawa, dalam hal ini ya Jabodetabek,” katanya dikutip dari CNNIndonesia, Sabtu (8/3/2025).

    Akumulasi awan dapat meluas ke perairan selatan Jawa, karena memang sudah terjadi di sana seperti Jawa bagian Barat serta Timur. Erma mengatakan awan-awan tersebut bukan single sel, namun berklaster atau disebut multisel.

    Untuk vortex atau Bibit Siklon Tropis 98S berada di wilayah itu dengan kecepatan 35 km/jam. Potensinya rendah unntuk menjadi siklon tropis, ungkapnya.

    Erma menambahkan dampak siklon tropis hanya terjadi di wilayah sekitar atau terpusat. Sementara bibit siklon tropis berdampak juga pada daratan.

    “Makanya selama dia masih berupa di bibit siklon, maka justru punya peran yang bisa menghantarkan atau transport kelembaban dari Samudera Hinda menuju Sumatera dan Jawa,” tuturnya.

    Selain itu, gelombang Kelvin dan Roseby yang bertemu di Sumatera Selatan dan Jawa Barat dengan ada di Selat Sunda. juga ikut disinggung olehnya. Pertemuan diperkirakan hingga mencapai 9 Maret 2025.

    Hal ini, dia mengatakan akan berdampak pada cuaca yang makin parah. Sebab pertemuan itu menarik awan dari Samudera Hindia menuju wilayah dengan tekanan rendah di bagian Barat.

    “Sampai kapan pertemuan gelombang itu? Diprediksi sampai tanggal 9 Maret. Itu kan berarti berada pada periode dasarian pertama. Itu juga yang kita tangkap dari sejak beberapa bulan lalu kita tahu bahwa akan ada peak cuaca ekstrem ini meningkat lagi pada dasarian pertama Maret,” jelasnya

    (pgr/pgr)

  • Mitigasi Siklon Tropis di Indonesia, BRIN Kembangkan Sadewa dan Kamajaya

    Mitigasi Siklon Tropis di Indonesia, BRIN Kembangkan Sadewa dan Kamajaya

    Liputan6.com, Bandung – Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebutkan otoritasnya menggunakan aplikasi berbasis web, Sadewa dan Kamajaya, untuk memitigasi potensi siklon tropis di Indonesia.

    Erma menjelaskan siklon tropis merupakan sistem tekanan udara rendah yang terbentuk di daerah tropis dan hanya terjadi di lautan hangat.

    “Kami memitigasi terjadinya siklon tropis di Indonesia dengan Sadewa dan Kamajaya, mengingat dampaknya dapat menyebabkan kehilangan nyawa dan kerusakan infrastruktur di daerah terdampak,” ujar Erma saat menerima kunjungan pelajar SMK Wira Buana 2 di KST Samaun Samadikun, BRIN Bandung, pada pertengahan Februari 2025.

    Erma menerangkan berdasarkan strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa yang terdiri atas aktivitas awan, angin, dan badai petir yang berputar.

    Jika dipantau melalui situs zoom.earth, Erma menyebutkan bahwa siklon tropis yang terdeteksi pada pertengahan Februari 2025, diperkirakan akan mencapai Australia pada Jumat (14/2) pukul 19.00.

    “Dengan kategori 4, yang ditentukan berdasarkan kecepatan angin, perlu diwaspadai dampak yang mungkin terjadi di Indonesia. Mata badai ini selain berputar juga bergerak, menciptakan jalur panjang dari squall line (gerombolan awan) yang dapat menjangkau wilayah Indonesia,” kata Erma.

    Tercatat, dari tahun 1851 hingga 2006, badai siklon tropis belum pernah terjadi di Indonesia. Secara umum, fenomena ini terbentuk di wilayah tropis pada lintang 15–20 derajat.

    Namun, beberapa badai siklon telah terdeteksi di sekitar wilayah Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Indonesia pernah mengalami badai siklon pada 27 November 2001, yaitu Badai Siklon Vamei.

    “Beberapa jurnal menyebutkan bahwa peristiwa ini hanya terjadi setiap 100–400 tahun sekali di Indonesia dan diyakini tidak akan terulang. Namun, kenyataannya Badai Siklon Ingrid terjadi pada 6 Maret 2005 di sekitar wilayah Indonesia,” ungkap Erma.

    Kemudian, lanjut Erma, Siklon Tropis Dahlia pada 26 November 2017 di selatan Yogyakarta merusak sejumlah tambak, Badai Siklon Lili terjadi di Laut Arafura pada 8 Mei 2019, dan yang terbaru Siklon Tropis Seroja pada 4 April 2021.

    Untuk memitigasi dampak siklon tropis, Erma menuturkan BRIN mengembangkan aplikasi berbasis web untuk memantau Sadewa dan Kamanjaya yang dapat diakses oleh masyarakat umum

    “Melalui Sadewa, kami memantau pergerakan awan yang dapat memprediksi cuaca hingga tiga hari ke depan dengan pembaruan setiap jam. Sebelum Siklon Tropis Seroja terjadi pada 4 April 2021, kami telah mendeteksi dua bibit siklon yang tumbuh di Perairan Banda pada 28 Maret pukul 10.00. Sedangkan melalui Kamajaya, kami memprediksi potensi badai siklon hingga enam bulan sebelumnya, dan hal itu sudah terlihat sejak 1–10 April 2021,” jelas Erma.

    Erma berharap agar Aplikasi Sadewa dan Kamajaya ini dapat mendukung pemerintah daerah untuk mempersiapkan atau mewaspadai rangkaian siklon tropis.

    “Alat pantau atau prediksi udah ada dan kami sediakan, melalui presentasi ini kami mendesiminasikan untuk Masyarakat agar mengakses website tersebut dengan alat yang ada di BRIN agar lebih memahami dan mengantisipasi terjadinya musim kemarau atau hujan. Serta pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang melindungi Masyarakat dari bahaya siklon tropis,” tukas Erma.

  • BNPB Modifikasi Cuaca Jawa-Kalsel, BRIN Sudah Peringati Dampaknya

    BNPB Modifikasi Cuaca Jawa-Kalsel, BRIN Sudah Peringati Dampaknya

    GELORA.CO -Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan.

    Menurut informasi dari BMKG, modifikasi cuaca dilakukan dengan cara penyemaian awan atau cloud seeding, yang melibatkan penggunaan NaCl untuk memicu hujan pada awan yang berpotensi turun hujan. Hal ini bertujuan agar hujan turun lebih cepat sebelum mencapai daratan atau daerah yang rawan bencana.

    Operasi penyemaian 2.000 kg atau 2 ton garam (NaCl) ke awan ini melibatkan kerjasama antara BPBD dan TNI Angkatan Udara, dengan menggunakan teknologi untuk mengurangi risiko bencana.

    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa keputusan untuk memodifikasi cuaca diambil sebagai upaya menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah di Indonesia.

    “Upaya ini bertujuan mengurangi dampak bencana seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem yang dapat merugikan masyarakat di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan,” ujarnya pada Kamis 30 januari 2025. 

    “Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) ini menunjukkan betapa pentingnya teknologi dalam memitigasi dampak bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrem. Dengan perencanaan matang dan pemanfaatan teknologi modern, OMC di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan diharapkan dapat mengurangi risiko bencana seperti hujan lebat, banjir, dan longsor,” tambah Abdul Muhari.

    BNPB juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

    “Masyarakat yang berada di daerah rawan bencana diimbau untuk terus mengikuti informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Selain itu, sangat penting untuk menjaga kewaspadaan, mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana banjir, longsor, dan cuaca buruk dengan mengikuti protokol darurat yang telah disosialisasikan,” tegas Abdul Muhari.

    Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan bahwa modifikasi cuaca akan memiliki dampak negatif.

    Klimatologi BRIN, Erma Yulihastin, mengatakan,  terdapat beberapa dampak negatif yang perlu diperhatikan saat OMC dilakukan.

    Pertama, pergeseran Awan dan intensifikasi hujan di wilayah lain. Menurutnya, OMC di Jakarta dapat menyebabkan pergeseran awan yang memicu hujan deras di wilayah lain, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini terjadi karena awan yang seharusnya membawa hujan ke Jakarta justru dialihkan, sehingga wilayah lain menerima dampak hujan yang lebih intens.

    “Kalau modifikasi dilakukan dengan tujuan mengurangi intensitas hujan di Jakarta padahal kini sedang banyak MCC meluas di laut utara Jakarta, itu bakal menuju kemana? Jateng-Jatim yang bakal paling parah kena dampak awan MCC yang masuk dari laut utara dan selatan Jawa. Awan tak punya KTP!” kata Erma dalam cuitannya di X beberapa waktu lalu. 

    Kedua, penurunan kualitas udara. Operasi modifikasi cuaca dapat memengaruhi kualitas udara di daerah target. Misalnya, di Jakarta, setelah OMC dilakukan, kualitas udara cenderung memburuk. Hal ini disebabkan oleh perubahan dinamika atmosfer yang memengaruhi konsentrasi polutan di udara. 

    Selanjutnya, efek lingkungan yang belum diketahui secara pasti.

    Meskipun OMC bertujuan untuk mengendalikan cuaca, dampak jangka panjang terhadap lingkungan belum sepenuhnya dipahami. Perubahan pola hujan dan distribusi air dapat memengaruhi ekosistem lokal, pertanian, dan sumber daya air secara tidak terduga.

    Oleh karena itu, peneliti BRIN menyarankan agar OMC dilakukan dengan pertimbangan matang, terutama saat kondisi cuaca ekstrem, untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul. 

  • Peringatan Eskalasi Cuaca Ekstrem di Jateng, Waspada Potensi Bencana

    Peringatan Eskalasi Cuaca Ekstrem di Jateng, Waspada Potensi Bencana

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan kemungkinan terjadinya eskalasi cuaca ekstrem di Jawa Tengah sepekan ke depan, mulai Senin (16/12) hingga 23 Desember mendatang.

    “Terdapat beberapa fenomena yang terjadi bersamaan dan menyebabkan eskalasi cuaca ekstrem, mulai dari masuknya Monsun Asia yang membawa uap-uap air dan menurunkan hujan yang nyaris terjadi di puncak musim hujan,” ungkap Dwikorita dalam keterangan resminya, Senin (16/12).

    Menurut Dwikorita hal ini diperparah dengan pengaruh dari Samudera Pasifik yang semakin mendingin karena wilayah perairan yang semakin menghangat atau fenomena La Nina lemah.

    Selain itu, dinamika atmosfer lain ikut mempengaruhi eskalasi cuaca ekstrem di wilayah Jawa Tengah. Misalnya, Madden-Julian Oscillation (MJO), aktifnya sejumlah gelombang atmosfer seperti Equatorial Rossby dan Low Frequency, serta daerah pertemuan angin (Konvergensi) serta labilitas lokal yang cukup kuat.

    Kemudian, masih aktifnya sirkulasi bibit siklon 93S juga perlu diwaspadai di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, yaitu berupa peningkatan ketinggian gelombang di wilayah perairan Selatan Jawa.

    Dwikorita menambahkan, cuaca tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga perlu mewaspadai dampak potensi cuaca ekstrem di wilayah Yogyakarta. Ia meminta koordinasi dengan BPBD harus tetap dilaksanakan sebagai upaya pencegahan banjir di Jawa Tengah dan DIY.

    “Cuaca tahun ini sedikit berbeda dengan yang biasanya terjadi, sehingga perlu diwaspadai pada Dasarian II di Bulan Desember untuk wilayah DIY,” ungkap dia. 

    Jateng hujan terus

    Pakar Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap dalam beberapa waktu ke depan wilayah Jateng bakal diguyur hujan terus menerus.

    Dalam rangkaian cuitannya di X, Erma mengatakan hal tersebut dikarenakan konveksi laut yang terbentuk massif dan meluas di utara Jakarta pada Minggu (14/12) tidak masuk ke darat karena angin baratan yang kuat dan dominan membawa hujan tersebut langsung ke timur atau wilayah utara Jateng melalui semenanjung Jepara.

    “Update huder [hujan deras]: akankah sel-sel hujan deras yang terpantaun di Jateng ini bakal bergabung dan meluaas atau meluruh dengan cepat? Prediksinya akan bergabung dan meluas. Mari kita pantau sama-sama,” cuit Erma, Minggu (15/12).

    “Status terakhir, ada 4 SL terpantau di utara, selatan dan ada SL di Tawangmangu [Perbatasan Jateng-Jatim] yang berperan menjadi konektor bergabungnya SL pesisir utara [Pekalongan-Semarang] dan selatan [DI Yogyakarta],” lanjut dia.

    [Gambas:Twitter]

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Waspada, Akhir Tahun Penuh Ancaman Bencana, Ini Peringatan dari Peneliti

    Waspada, Akhir Tahun Penuh Ancaman Bencana, Ini Peringatan dari Peneliti

    JABAR EKSPRES – Sejak memasuki bulan Desember 2024, ancaman bencana terjadi karena cuaca menjadi semakin tidak menentu, laporan tentang bencana dibeberapa daerah juga mulai masuk, namun ada prediksi yang lebih mengerikan dari para peneliti bahwa puncak dari cuaca ekstrem akan terjadi pada akhir tahun ini.

    Selain hujan deras persisten, angin kencang juga sudah mulai terjadi dalam berapa waktu terakhir.

    Peneliti di Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, menjelaskan bahwa fenomena angin kencang sudah mulai terjadi pada awal pekan ini di sejumlah wilayah Jabodetabek.

    Angin kencang tersebut terekam dalam data wind gustdari alat automatic weather station yang berfluktuasi sekitar 20-45 km/jam.

    Wilayah yang terdampak dominan terjadi di pesisir yang menjorok ke laut, seperti di Serang, Banten.

    Baca juga : Tanggap Darurat Bencana Pemkab Bandung Dinilai Tak Maksimal, Warga Tetap Kesulitan

    “Angin kencang juga ditengarai terjadi di Pelabuhan Merak. Ia mengakibatkan penyebrangan kapal dari Merak ke Bakauheni berpotensi dihantam angin kencang dan gelombang tinggi terutama pada malam hari,” ungkapnya kepada wartawan, dikutip dari tirto.id

    Fenomena angin kencang yang terjadi di pesisir Banten dan Jawa Barat yang berhadapan Selat Sunda serta Samudra Hindia berasosiasi dengan pergerakan bibit siklon tropis 93S.

    Bibit siklon tropis tersebutterpantau bergeser dari selatan Jawa Timur menuju selatan Jawa Barat. Namun, kata Erma, ia mulai mengalami proses peluruhan.

    Meski meluruh, proses terurainya awan konvektif berklaster dari dua bibit siklon di Samudra Hindia itu dapat mentransfer awan dan hujan.

    Awan hujan tersebut terbentuk di atas laut menuju darat melalui dua jenis badai konvektif, yakni pembentukan klaster awan konvektif skala meso atau disebut mesoscale convective complex(MCC) dan hujan badai berpola memanjang yang dinamakan squall linedi atas daratan dan Laut Jawa. Di sisi lain, sistem tekanan rendah sedang terbentuk juga di laut Jawa saat ini.

    “Ini dapat memicu pembentukan mesovorteks atau pusaran badai searah jarum jam dengan lokasi pembelokan angin terbentuk di pesisir selatan DIY dan perbatasan pesisir utara Jatim-Lombok,” kata Erma.

  • Bibit Siklon Tropis 93S di Selatan Pulau Sumba Menguat, Cek Dampaknya

    Bibit Siklon Tropis 93S di Selatan Pulau Sumba Menguat, Cek Dampaknya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap bibit siklon tropis 93S malah semakin membesar, alih-alih meluruh. Simak prediksi dampaknya.

    Bibit siklon tropis 93S terpantau di sekitar Samudera Hindia selatan Pulau Sumba, tepatnya di sekitar 15,7 derajat Lintang Selatan dan 119,1 Bujur Timur dengan kecepatan angin maksimum 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara minimum 1002 hPa.

    “Update Badai Siklon: alih-alih melemah atau meluruh, 93S makin menguat dan kini terbentuk bibit siklon 94S berlokasi di Laut Timor,” cuit Erma di X, Selasa (10/12).

    “Bibit-bibit siklon yang muncul di timur-selatan Indonesia ini terjadi karena pertemuan gelombang. MJO [Madden-Julian Oscillation] dan Rossby, didukung SST [Sea Surface Temperature] yang memanas,” lanjut dia.

    Menurut Erma menguatnya bibit siklon tropis ini berdampak ke daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengalami hujan persisten hari ini. Daerah-daerah yang paling terdampak adalah Flores Timur, Adonara, Lembata, Alor, Kupang, dan sekitarnya.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara terpisah mengatakan sejumlah fenomena atmosfer, termasuk bibit siklon tropis, diperkirakan bakal memengaruhi pola cuaca di sejumlah daerah di Tanah Air.

    Hal tersebut meningkatkan potensi hujan lebat, terutama di wilayah yang sedang memasuki puncak musim hujan. Menurut BMKG, saat ini terpantau dua bibit siklon tropis di Samudera Hindia barat daya Lampung dan Samudera Hindia Selatan Pulau Sumba.

    Sedangkan, Supsect Area di Laut Timor sebelah barat daya Kepulauan Tanimbar. Selain itu, sirkulasi siklonik terdeteksi di Laut Natuna Utara Kalimantan.

    “Baik bibit siklon tropis, Supsect Area, dan sirkulasi siklon memperkuat dengan meningkatkan pengangkatan massa udara, yang mempermudah pembentukan awan hujan berintensitas tinggi di wilayah sekitarnya.

    “Akibatnya, potensi curah hujan signifikan menjadi lebih tinggi di daerah-daerah terdampak, sehingga masyarakat di wilayah tersebut perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan cuaca,” ujar BMKG dalam keterangan resminya.

    BMKG mengungkap fenomena atmosfer ini juga diperkuat oleh aktivitas MJO, gelombang Rossby, Kelvin, dan Low Frequency di sebagian besar wilayah Indonesia. Kombinasi tersebut menciptakan dinamika atmosfer yang mendukung hujan dengan durasi lebih panjang dan intensitas lebih tinggi, khususnya wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

    “Seiring dengan memasuki pertengahan Desember, curah hujan masih tinggi yang berdampak bencana hidrometeorologi, banjir, genangan air, atau tanah longsor, menjadi ancaman bagi sebagian besar penduduk Indonesia di daerah-daerah rawan,” kata lembaga.

    “Perhatian juga harus diberikan pada daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang sedang aktif, karena hujan sangat lebat dapat meningkatkan risiko banjir lahar di kawasan tersebut,” imbuhnya.

    [Gambas:Twitter]

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pakar Wanti-wanti Sejumlah Daerah di Jateng Berpotensi Banjir Bandang

    Pakar Wanti-wanti Sejumlah Daerah di Jateng Berpotensi Banjir Bandang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin memberikan peringatan potensi banjir bandang di sejumlah wilayah Jawa Tengah (Jateng) imbas hujan deras yang terpantau meluas.

    “Huder (hujan deras) terpantau kian meluas di Banjarnegara, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purworejo. Waspada banjir bandang di wilayah tersebut,” kata Erma dalam sebuah cuitan di X, Minggu malam (8/12).

    Erma juga menyebut ada squall line yang terbentuk di Laut Jawa sebelah utara Jawa Tengah. Squall line ini, katanya, berpotensi masuk ke darat dan membuat hujan deras di pesisir utara Jateng, mulai dari Brebes hingga Jepara.

    Erma menjelaskan bahwa squall line adalah fenomena hujan deras berpola memanjang yang dipicu dari pergerakan pusaran vorteks atau bibit siklon tropis.

    “Seluruh Jateng harus waspada dan Pemda bersiap mitigasi dan antisipasi dimulai dari pagi ini. Semoga tidak ada bencana hidrometeorologi,” katanya.

    Menurut National Weather Service Amerika Serikat (NWS), fenomena squall line atau garis squall merupakan salah satu tipe badai.

    Terkadang badai petir akan terbentuk dalam garis yang dapat memanjang ke samping hingga ratusan kilometer. ‘Garis badai’ ini dapat bertahan selama berjam-jam dan menghasilkan angin dan hujan es yang merusak.

    Aliran udara ke atas terus menerus terbentuk kembali di ujung depan sistem badai. Hujan mengikutinya. Aliran naik dan turun badai individu di sepanjang garis badai ini bisa menjadi sangat kuat.

    “Menghasilkan rangkaian hujan es besar dan angin aliran keluar yang kuat yang bergerak cepat di depan sistem,” lanjut NWS.

    Sebelumnya, Erma menyebut squall line tak hanya terjadi di sebelah utara Jawa, tetapi juga di selatan Jawa.

    Ia mengungkap dua bibit siklon tropis, yakni bibit siklon tropis 91S dan bibit siklon tropis 93S, yang terdeteksi di selatan Indonesia itu kini bergabung dan memicu squall line.

    “Update: proses penggabungan dua bibit siklon yg memicu squall line tengah terjadi malam ini. Sejumlah wilayah alami hujan deras di Jateng dan Jatim, yg berpotensi awet. Semoga tak memicu banjir,” cuit Erma di X, Minggu (8/12).

    Erma mengatakan, sejumlah wilayah di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan mengalami hujan pada Minggu (8/12) dini hari, efek pembentukan squall line yang dipicu oleh penggabungan dua bibit siklon di perairan selatan Jawa. Menurutnya hujan berpotensi awet dan terus meluas.

    [Gambas:Twitter]

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • 2 Bibit Siklon Tropis Terdeteksi di RI, Waspada Dampaknya

    2 Bibit Siklon Tropis Terdeteksi di RI, Waspada Dampaknya

    Daftar Isi

    Picu squall line

    Dampak bibit siklon tropis

    Jakarta, CNN Indonesia

    Dua bibit siklon tropis terdeteksi berada di dekat lautan Indonesia. Masyarakat diminta mewaspadai dampaknya.

    Merujuk laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), per 8 Desember 2024 ada dua bibit siklon tropis yang terdeteksi berada di sekitar wilayah Indonesia.

    Pertama, bibit siklon tropis 91S terpantau berada di Samudera Hindia sebelah selatan Banten, tepatnya di sekitar 10,0 derajat Lintas Selatan dan 99,1 derajat Bujur Timur dengan kecepatan angin maksimum 25 knot (46 km/jam) dan tekanan udara minimum 1003 hPa.

    Kendati begitu, menurut BMKG secara umum potensi bibit siklon tropis 91S menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan cukup rendah. Begitu juga untuk periode 48 hingga 72 jam ke depan.

    Kedua, bibit siklon tropis 93S yang terpantau di sekitar Samudera Hindia selatan Pulau Sumba, tepatnya di sekitar 15,7 derajat Lintang Selatan dan 119,1 Bujur Timur dengan kecepatan angin maksimum 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara minimum 1002 hPa.

    “Secara umum, potensi bibit siklon tropis 93S menjadi siklon tropis dalam 24-72 jam ke depan adalah rendah,” ujar BMKG dalam sebuah unggahan di Instagram.

    BMKG mengungkap suspect area yang mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi bibit siklon tropis saat ini terpantau di Laut Arafura sebelah selatan Kepulauan Tanimbar dengan kecepatan angin maksimum 5-10 knot (9-19 km/ jam) dan tekanan minimum sekitar 1007 hPa.

    Menurut BMKG supsect area gangguan tropis menjadi siklon tropis dalam 24-72 jam ke depan adalah rendah.

    Kemunculan siklon tropis di dekat wilayah Indonesia ini berdampak tidak langsung terhadap cuaca di Tanah Air, misalnya hujan lebat, angin kecang, hingga gelombang tinggi.

    Picu squall line

    Pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap dua bibit siklon tropis yang terdeteksi di selatan Indonesia itu kini bergabung dan memicu squall line.

    “Update: proses penggabungan dua bibit siklon yg memicu squall line tengah terjadi malam ini. Sejumlah wilayah alami hujan deras di Jateng dan Jatim, yg berpotensi awet. Semoga tak memicu banjir,” cuit Erma di X, Minggu (8/12).

    Erma mengatakan, sejumlah wilayah di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan mengalami hujan dini hari tadi, efek pembentukan squall line yang dipicu oleh penggabungan dua bibit siklon di perairan selatan Jawa. Menurutnya hujan berpotensi awet dan terus meluas.

    Lantas, apa itu squall line?

    Menurut National Weather Service Amerika Serikat (NWS), fenomena squall line atau garis squall adalah salah satu tipe badai.

    Terkadang badai petir akan terbentuk dalam garis yang dapat memanjang ke samping hingga ratusan mil. ‘Garis badai’ ini dapat bertahan selama berjam-jam dan menghasilkan angin dan hujan es yang merusak.

    Aliran udara ke atas terus menerus terbentuk kembali di ujung depan sistem badai. Hujan mengikutinya. Aliran naik dan turun badai individu di sepanjang garis badai ini bisa menjadi sangat kuat.

    “Menghasilkan rangkaian hujan es besar dan angin aliran keluar yang kuat yang bergerak cepat di depan sistem,” lanjut NWS.

    [Gambas:Twitter]

    [Gambas:Twitter]

    Dampak bibit siklon tropis

    BMKG, dalam unggahannya di Instagram, mengungkap sejumlah daerah yang berpotensi terdampak dari kemunculan dua bibit siklon tropis tersebut. Berikut rinciannya:

    Dampak bibit siklon tropis 91S

    Hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai angin kencang berpotensi terjadi di wilayah: Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat

    Kemudian, angin kencang berpotensi terjadi di wilayah: Bengkulu dan Lampung

    Gelombang tinggi (1,25-2,5 meter) berpotensi terjadi di wilayah: Perairan barat Aceh hingga Bengkulu, Samudera Hindia barat Aceh hingga Bengkulu, Selat Karimata, Laut Jawa

    Gelombang tinggi (2,5-4 meter) berpotensi terjadi di wilayah: Perairan barat Bengkulu dan Lampung, Samudera Hindia barat Bengkulu – Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Pulau Jawa, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa

    Dampak bibit siklon tropis 93S

    Hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai angin kencang berpotensi terjadi di wilayah: Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur

    Gelombang tinggi (1,25-2,5 meter) berpotensi terjadi di wilayah: Selat Makassar bagian selatan, Selat Bali-Badung-Lombok-Alas bagian selatan, Laut Sawu, Laut Bali, Laut Flores

    Gelombang tinggi (2,5-4 meter) berpotensi terjadi di wilayah: Perairan selatan Bali, NTB, dan NTT; Samudera Hindia selatan Bali, NTB, dan NTT

    [Gambas:Instagram]

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Bukan Depok, Ini Kota dengan Petir Paling Mematikan di Indonesia

    Bukan Depok, Ini Kota dengan Petir Paling Mematikan di Indonesia

    Jakarta

    Depok memang punya petir yang suka bikin deg-degan. Tapi narasi yang menyebut Depok sebagai kota dengan petir paling berbahaya di Indonesia (bahkan di dunia) ternyata tidak tepat.

    Depok bukan kota yang memiliki dampak paling berbahaya di dunia. Menurut penelitian berbasis data satelit NASA dan JAXA, Danau Maracaibo di Venezuela dikenal sebagai lokasi dengan aktivitas petir tertinggi di dunia dengan rata-rata 232,52 kilatan petir per kilometer persegi setiap tahunnya.

    “Ya kalau di Indonesia, petir terkuat dan mematikan itu ada di Sumatra di sekitar Selat Malaka,” jelas Prof Dr Erma Yulihastin Pakar Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kepada detikINET.

    Daerah dengan petir terkuat dan mematikan itu ada di area-area Indonesia dan Malaysia yang terletak di sekitar Selat Malaka. Di Indonesia, kota tersebut adalah Tenggulun.

    “Itu Tenggulun wilayah Sumatra Utara, ya. Masuk Aceh,” ujarnya menegaskan.

    Adapun penyebabnya adalah banyaknya awan badai (thunderstorm) yang terbentuk di sana. Interaksi antara laut dan daratnya kuat.

    Dari data Bulletin of the American Meteorological Society (BAMS), flash rate density (FRD) atau jumlah sambaran/kilatan petir per area spasial tertinggi dimiliki oleh Danau Maracaibo di Venezuela dengan 232,52. Kedua, ada di Republik Demokrasi Kongo yakni Kabare dengan FRD 205,31.

    Meski petir paling sangar ada di Venezuela, Afrika adalah negara yang punya frekuensi petir paling banyak di dunia, jumlahnya mencapai 283 tempat dari 500 yang ada di daftar. Asia mengikuti di posisi kedua dengan 87 lokasi, Amerika Selatan dengan 67 lokasi, Amerika Utara menyumbang 53 wilayah, dan Oceania dengan 10 lokasi.

    Dari data Bulletin of the American Meteorological Society (BAMS), flash rate density (FRD) atau jumlah sambaran/kilatan petir per area spasial tertinggi dimiliki oleh Danau Maracaibo di Venezuela dengan 232,52. Kedua, ada di Republik Demokrasi Kongo yakni Kabare dengan FRD 205,31. Foto: BAMS

    Lalu, di mana posisi Tenggulun? Tenggulun berada di peringkat ke-50 dengan FRD 94,64. Malaysia menempati posisi ke-42 (Paka), ke-45 (Kota Tinggi), dan ke-52 (Kuala Lumpur).

    “Tempat-tempat dengan FRD sangat tinggi (lebih tinggi dari 50 fl km-2 tahun-1) sebagian besar terletak di cekungan Kongo; wilayah pesisir Kuba, Arab Saudi, dan Yaman; dan dekat beberapa kawasan pegunungan, seperti Andes, Pegunungan Sierra Madre (di pantai barat dari Meksiko utara hingga Guatemala), dataran tinggi barat garis Kamerun, pegunungan Mitumba, Himalaya, dan pegunungan di Indonesia juga Papua Nugini. Di wilayah medan yang kompleks inilah sebagian besar titik petir berada,” jelas BAMS.

    Posisi Tenggulun. Foto: BAMS

    (ask/ask)

  • Pondok Petir Ada di Depok, Peneliti Jelaskan Alasan Ilmiahnya

    Pondok Petir Ada di Depok, Peneliti Jelaskan Alasan Ilmiahnya

    Jakarta

    Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi penghasil awan hujan terbesar di dunia. Dengan faktor ini, beberapa potensi lain seperti badai dan petir juga sering terjadi bahkan sampai menjadi nama suatu wilayah.

    Salah satu wilayah yang dinamai dengan nama ‘petir’ adalah Pondok Petir, Depok, Jawa Barat. Hal ini bukan tanpa alasan, bahkan setahun lalu Depok sempat mendapat predikat sebagai kota dengan petir terganas oleh Guinness Book of World Record.

    Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi intensitas petir di Depok. Salah satu faktornya adalah posisi topografi Depok yang berada di antara dataran tinggi dan dataran rendah.

    Nah, untuk alasan lebih lengkapnya, simak penjelasan Dr. Erma Yulihastin Ahli Klimatologi dan Perubahan Iklim BRIN di video berikut ini.

    (rnu/rnu)