Tag: Erlina Burhan

  • Jumlah Kasus HMPV Meningkat, Ini Alasannya

    Jumlah Kasus HMPV Meningkat, Ini Alasannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kasus human metapneumovirus (HMPV) dilaporkan mengalami peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Indonesia, China, dan Amerika Serikat.

    Padahal, HMPV adalah penyakit lama yang pertama kali teridentifikasi pada 2001. Menurut ahli, adanya kenaikan kasus disebabkan oleh berlangsungnya musim dingin.

    “Adanya peningkatan kasus disebabkan oleh musim. Karena virus ini dia stabil atau bisa bertahan lama kalau udara dingin. Nah, sekarang kan waktu kemarin kan laporannya di Desember. Desember kan musim dingin. Virus ini kebetulan akan bisa hidup dengan stabil kalau udara dingin pada saat winter atau pada saat awal-awal musim semi,” ungkap anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Erlina Burhan, kepada Beritasatu.com, Minggu (12/01/2025).

    Laporan peningkatan jumlah kasus HMPV dikabarkan terjadi pada Desember 2024 lalu. Sehingga bertepatan dengan musim dingin, sehingga mendukung kondisi virus untuk stabil dan berkembang biak. 

    Namun, dengan sifat virus yang lebih bertahan dalam kondisi kelembapan yang kurang, Indonesia yang merupakan negara tropis dengan tingkat kelembapan udara yang tinggi seharusnya tidak mengalami lonjakan kasus serupa dengan negara-negara yang memiliki empat musim. 

    Erlina juga menjelaskan bahwa penularan virus ini juga mudah terjadi pada daerah dengan populasi padat dan mobilitas tinggi.

    “Intinya kalau ada kasusnya di kota besar yang populasinya padat, contohnya Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan lain-lain ya, dan mobilitas penduduk cukup tinggi, ini juga akan mudah terjadi penularan,” ujarnya.

    Selain dari itu, menurut Erlina, mungkin di Indonesia kasus HMPV bisa melonjak di tempat dengan udara yang dingin seperti Bandung, Puncak, Dieng, atau di kota-kota yang dekat pegunungan.

    Erlina juga menambahkan bahwa kondisi lingkungan dengan sirkulasi udara yang buruk dapat memperburuk penyebaran HMPV. Contohnya, ruangan ber-AC yang tidak pernah dibuka pintu atau jendelanya, sehingga udara tetap sejuk dan tidak lembab, bisa menjadi tempat berkembang biak virus. 

    “Misalnya, di perkantoran yang menggunakan AC dan tidak membuka pintu atau jendela. Jika ada satu orang yang sakit, biasanya orang-orang di sekitarnya akan tertular,” pungkasnya.

    Untuk mencegah penularan HMPV, masyarakat diimbau untuk terus menjaga kesehatan, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

  • Gejala Utama Penyakit HMPV, Penularan dan Cara Mengobatinya

    Gejala Utama Penyakit HMPV, Penularan dan Cara Mengobatinya

    Jakarta

    Penyakit human metapneumovirus (hMPV) tengah menjadi sorotan masyarakat. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini menyerang sistem pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah.

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa hMPV bukanlah virus baru. Penyakit ini pertama kali muncul pada tahun 2001 di Belanda, dan bukan berasal dari China.

    Ia meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir terkait keberadaan virus tersebut. Sebab, hMPV sudah beredar sejak lama dan efek kesehatan yang ditimbulkannya juga cenderung ringan.

    “Jadi sudah beredar di seluruh dunia tuh sudah lama. Termasuk di Indonesia juga sudah beredar. Apakah hMPV itu mematikan? Nggak mematikan. hMPV itu fatality ratenya sangat-sangat rendah,” kata Menkes Budi ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2025).

    “Ini kan yang terkena hMPV sebenarnya sudah lama selalu ada yang kena. Saya lihat ada yang terkena hMPV di Jakarta, di tempat lain. Gimana statusnya? Udah sembuh semua. Ini sama seperti flu biasa. Jadi buat teman-teman nggak usah khawatir,” sambungnya.

    Gejala Utama Penyakit HMPV

    Meski sudah beredar sejak lama, terkadang gejala hMPV kerap tidak disadari. Pasalnya, gejala hMPV atau keluhan yang muncul mirip seperti flu biasa.

    Namun, jika virus ini masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan, seperti pneumonia hingga memperburuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

    Berikut gejala utama hMPV yang perlu diwaspadai agar kondisinya tidak semakin memburuk:

    Virus hMPV menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang menimbulkan sejumlah gejala. Gejala utama hMPV seperti:

    BatukDemamHidung berair atau tersumbatSakit tenggorokanSesak napasMengiRuam

    Pada sebagian orang, virus hMPV dapat menyebabkan gejala lain, seperti sakit tenggorokan, mual, muntah, dan diare.

    Terkadang, pasien hMPV juga mengeluhkan gejala yang parah. Hal ini mengharuskan mereka untuk segera mendapat perawatan di rumah sakit.

    Gejala parah akibat hMPV, yaitu:

    BronkiolitisBronkitisPneumoniaKambuhnya asma atau PPOKInfeksi telinga (otitis media)

    Penyakit hMPV biasanya akan sembuh dalam dua hingga lima hari. Namun, kondisi ini dapat memburuk dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius dalam beberapa kasus.

    Orang dewasa dengan masalah kesehatan lain atau sistem kekebalan tubuh yang terganggu terkadang dapat mengalami infeksi telinga tengah yang parah akibat hMPV.

    Cara Penularan Penyakit HMPV

    Umumnya, penyakit hMPV menular melalui kontak dekat atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Dikutip dari WebMD, penyakit ini juga bisa menyebar lewat barang atau permukaan yang terkena droplet dari orang yang terinfeksi.

    Berikut beberapa cara penularan penyakit hMPV yang perlu diperhatikan:

    Menyentuh permukaan yang mengandung virus.Menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi.Menyentuh droplet dari orang yang terinfeksi melalui hal-hal seperti bersin, meludah, atau batuk.Melakukan kontak dekat, seperti berjabat tangan dan bersentuhan.

    Begitu human metapneumovirus memasuki tubuh, masa inkubasi atau waktu antara paparan hingga tanda-tanda gejala pertama adalah tiga hingga enam hari.

    Cara Mengobati Penyakit HMPV

    Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K), menjelaskan saat ini memang belum ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk menangani penyakit hMPV.

    “Belum ada obat antivirus khusus untuk penyakit ini. Vaksin belum ada,” kata dr Erlina dalam webinar daring PB IDI, Rabu (8/1/2025).

    Meski begitu, perawatan suportif masih dapat dilakukan untuk meringankan gejala dan mendukung pemulihan. Misalnya saat muncul gejala seperti batuk, pilek, dan demam yang ringan.

    Pasien dapat diberikan obat penurun demam, konsumsi vitamin, hingga menjaga agar kebutuhan cairan tubuhnya tercukupi dengan baik.

    “Kalau demam itu kan cairan tubuh hilang jadi banyak minum, makan yang cukup, minum vitamin ini untuk menjaga sistem imun tubuh. Jadi dengan imun baik, virus atau bakteri tanpa bantuan obat bisa diatasi,” jelas dr Erlina.

    “Kalau sudah istirahat, sudah minum parasetamol tapi makin berat makin berat, harus ke dokter. Bisa jadi terinfeksi dan ada koinfeksi dari virus lain,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • KOPRI PB PMII: HMPV Bukan Pandemi Baru, Tetap Waspada – Halaman all

    KOPRI PB PMII: HMPV Bukan Pandemi Baru, Tetap Waspada – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Belakangan ini, muncul kekhawatiran akan kemunculan virus baru yang mirip dengan COVID-19, yaitu Human Metapneumovirus (HMPV).

    Menanggapi hal ini, Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII melakukan penelusuran dan wawancara dengan pakar epidemiologi UI, dr. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D.

    Menurut dr. Syahrizal, peningkatan kasus influenza, termasuk HMPV, merupakan hal yang biasa terjadi terutama di musim dingin, seperti yang saat ini dialami China.

    “HMPV biasanya menyerang anak-anak dan gejalanya mirip flu biasa, seperti batuk, demam, dan nyeri otot,” jelasnya.

    Meskipun demikian, dr. Syahrizal menekankan bahwa angka kematian akibat HMPV sangat rendah.

    “Pencegahan terbaik adalah dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan, dan menjaga imunitas tubuh,” tambahnya.

    Widia Fitri, Ketua Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. 

    “Mari kita jaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar untuk mencegah penyebaran virus,” ujarnya.

    Senada dengan Widia, Wulansari AS, Ketua KOPRI PB PMII, menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan dalam menghadapi situasi ini. 

    “Terutama bagi mereka yang baru pulang dari luar negeri, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan,” kata Wulansari.

    Dwi Putri, S.Psi, Sekretaris Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII, juga menyoroti pentingnya kesehatan mental dalam menghadapi situasi seperti ini.

    “Jangan panik, tetap tenang, dan fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan,” pesan Dwi.

    Kesimpulannya, meskipun HMPV saat ini menjadi perhatian, namun tidak perlu panik berlebihan. Dengan menerapkan protokol kesehatan dan menjaga kesehatan, kita dapat mencegah penyebaran virus ini.

    Jaga pola hidup

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kemunculan kasus virus HMPV di Indonesia.

    Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap potensi penularan penyakit HMPV. 

    “Sebagaimana Kemenkes juga menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik, namun tetap menambah kewaspadaan tentang penularan, terutama penularan HMPV ini,” ungkap Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Ia juga menekankan bahwa virus HMPV bukanlah penyakit yang baru ditemukan. Virus ini sudah ada bahkan sejak tahun 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sebagian masyarakat mungkin saja sudah pernah terinfeksi dan memiliki imunitas terhadap infeksi HMPV. 

    “Walaupun HMPV ini mudah menular melalui droplet, percikan dari saluran pernapasan, dan gejalanya mirip flu, mayoritas dapat sembuh sendiri. Penyakit saluran pernapasan karena virus umumnya self limiting disease. Kecuali pada kasus-kasus yang berat,” imbuhnya. 

    Namun masyarakat diharapkan tetap waspada terutama pada kelompok berisiko, seperti anak-anak, orang lanjut usia, orang dengan penyakit komorbid dan mereka yang memiliki imunitas rendah. 

    “Terkait HMPV ini,  direkomendasikan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Menghindari kontak dengan pasien atau orang dengan gejala flu. Dan membersihkan benda-benda yang terkontaminasi,” imbuhnya. 

    Pada orang yang tengah mengalami gejala flu atau batuk, diminta menggunakan masker agar tidak menularkan penyakit pada orang lain. 

    Sedangkan pada kelompok berisiko, Erlina mengimbau untuk memakai masker. Khususnya ketika berada di tengah keramaian, bekerja atau bepergian. 

    Lakukan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, tutup mulut serta hidung dengan siku yang dilipat. 

    Bisa pula menutup hidup dan mulut menggunakan tisu atau masker.

    “Hindari juga menyentuh wajah karena mulut, hidung, mata menjadi pintu masuk virus. Bersihkan benda atau permukaan atau alat-alat yang sering digunakan. Seperti meja, pegangan pintu, keyboard komputer, dan lain-lain,” paparnya. 

  • Tubuh Terpapar Virus HMPV, Ini Langkah Penanganannya  – Halaman all

    Tubuh Terpapar Virus HMPV, Ini Langkah Penanganannya  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang mewabah di Cina telah ditemukan di Indonesia. 

    Beberapa anak diketahui telah terpapar virus ini. Walau begitu, Budi meminta masyarakat untuk tetap tenang.

    Lantas apa yang harus dilakukan jika sudah terdiagnosis virus HMPV? 

    Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) beri jawaban. 

    Hal pertama kali yang dilakukan adalah istirahat. 

    “Kalau perlu bed rest,” ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan PB IDI, Kamis (9/1/2025). 

    Kedua, terapi atau pengobatan yang dilakukan biasanya disesuaikan dengan gejala.

    Jika mengalami demam, maka bisa diberi obat seperti parasetamol. Begitu pula jika gejala yang muncul adalah batuk. Maka bisa mengonsumsi obat batuk. 

    “Kalau memang sesak, butuh oksigen, ini perlu pemberian oksigen,” imbuhnya. 

    Sejauh ini, karena penyakit HMPV terbilang ringan, belum ada obat atau vaksin khusus yang tersedia. 

    Sehingga cukup melakukan perawatan dengan menyesuaikan gejala yang muncul. 

    Lantas kapan seseorang perlu waspada? Menurut Erlina, seseorang perlu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika sudah melakukan upaya di atas, namun tidak ada perbaikan. 

    “Kalau anda sudah istirahat, sudah minum parasetamol, sudah minum dan makan yang banyak, tapi makin berat. (Maka) memeriksakan diri,” imbaunya. 

    Karena bisa jadi, tubuh tidak lagi terserang virus HMPV saja. 

    Kemungkinan sudah terinfeksi dengan virus yang lain. Namun, kondisi ini kata Erlina jarang terjadi, sehingga masyarakat tidak perlu panik.

     

  • PB IDI Ingatkan Perokok Berat Berisiko Tinggi Terpapar Penyakit HMPV  – Halaman all

    PB IDI Ingatkan Perokok Berat Berisiko Tinggi Terpapar Penyakit HMPV  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perokok berat termasuk salah satu kelompok berisiko tinggi terinfeksi virus Human Metapneumovirus (HMPV).

    Hal ini diungkapkan oleh Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K). 

    “Selain pasien asma dan penyintas diabetes, perokok juga termasuk kelompok yang harus waspada. Secara teori, sistem respirasi seorang perokok sudah melemah,” ungkapnya pada media briefing virtual, Kamis (9/1/2025). 

    Hal ini disebabkan oleh paparan rutin terhadap rokok yang melumpuhkan fungsi bulu-bulu getar di saluran pernapasan. 

    Padahal, bulu-bulu ini berperan penting dalam melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit.

    “Jadi perokok adalah termasuk kelompok yang rentan. Intinya tolong bantu kami untuk edukasi masyarakat jangan merokok,” imbaunya. 

    Selain perokok, Prof. Erlina mengungkapkan ada kelompok lain yang juga berisiko terinfeksi HMPV. 

    Di antaranya anak-anak dan individu dengan sistem imun lemah. 

    Lansia yang berusia di atas 65 tahun dan penderita penyakit kronis, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

    Penderita diabetes juga termasuk dalam kelompok rentan. 

    HMPV juga dapat menular pada penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV), atau individu yang sedang menjalani kemoterapi, dan memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
     

  • Antisipasi Lonjakan HMPV, IDI Minta Pemerintah Perkuat Surveilans Epidemiologi

    Antisipasi Lonjakan HMPV, IDI Minta Pemerintah Perkuat Surveilans Epidemiologi

    Jakarta

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) meminta Pemerintah Indonesia untuk belajar dari negara China yang rajin membuat jurnal ilmiah periodik sebagai salah satu langkah memitigasi merebaknya berbagai penyakit seperti mengatasi penularan Human metapneumovirus (HMPV).

    “China memang cukup update, mereka bahkan sudah membuat satu jurnal ilmiah secara periodik dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) atau P2P-nya, kemudian mereka melakukan proses penelitian yang tidak hanya bicara surveilans tapi juga genetik dan musiman (seasoning),” kata Ketua Umum PB-IDI DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

    Dalam kesempatan yang sama, anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengatakan setidaknya ada tiga langkah yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah untuk diambil untuk mengantisipasi lonjakan kasus.

    “Pada pemerintah, PB IDI mengimbau untuk memperkuat surveillance epidemiologi. Terutama kalau ditemukan (kasus) di bandara internasional kalau ada penumpang yang datang dari luar negeri apalagi China, Amerika, Jepang,” kata Prof Erlina.

    “Kalau memang mereka batuk pilek sebaiknya diperiksa, dan kalau memang agak mahal untuk deteksi virus ini (HMPV), setidaknya sampaikan ke orang-orang di bandara untuk menerapkan protokol kesehatan,” lanjut dia.

    Selanjutnya, Prof Erlina mendorong pemerintah untuk melibatkan komunitas guna mengedukasi dan menyosialisasi. Hal ini tentu akan membantu memberikan pemahaman terkait virus ini ke berbagai lapisan masyarakat.

    HMPV sendiri merupakan virus yang sudah lama ditemukan di dunia kesehatan, tepatnya pada 2001 silam. Hal ini membuat banyak dari tubuh manusia yang mungkin sebelumnya sudah terpapar dan memiliki kekebalan lebih baik untuk membunuhnya.

    “Sejauh ini dari HMPV ini belum ada laporan yang fatal atau kematian ya, karena sebagian besar ringan-ringan saja seperti flu biasa. Mengapa menjadi bahan pembicaraan, ya mungkin meningkat kasusnya,” kata Prof Erlina.

    “Mungkin karena sudah sering terinfeksi (HMPV), jadi tubuh mempunyai imunitas terhadap virus ini. Kalaupun terkena (gejalanya) ringan-ringan saja,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Tubuh Terpapar Virus HMPV, Ini Langkah Penanganannya  – Halaman all

    Antisipasi Virus HMPV yang Masuk ke Indonesia, Masyarakat Diminta Jaga Pola Hidup Bersih – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan RI menyatakan, wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang merebak di China juga sudah ditemukan di Indonesia.  

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kemunculan kasus virus HMPV di Indonesia.

    Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap potensi penularan penyakit HMPV. 

    “Sebagaimana Kemenkes juga menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik, namun tetap menambah kewaspadaan tentang penularan, terutama penularan HMPV ini,” ungkap Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Ia juga menekankan bahwa virus HMPV bukanlah penyakit yang baru ditemukan. Virus ini sudah ada bahkan sejak tahun 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sebagian masyarakat mungkin saja sudah pernah terinfeksi dan memiliki imunitas terhadap infeksi HMPV. 

    “Walaupun HMPV ini mudah menular melalui droplet, percikan dari saluran pernapasan, dan gejalanya mirip flu, mayoritas dapat sembuh sendiri. Penyakit saluran pernapasan karena virus umumnya self limiting disease. Kecuali pada kasus-kasus yang berat,” imbuhnya. 

    Namun masyarakat diharapkan tetap waspada terutama pada kelompok berisiko, seperti anak-anak, orang lanjut usia, orang dengan penyakit komorbid dan mereka yang memiliki imunitas rendah. 

    “Terkait HMPV ini,  direkomendasikan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Menghindari kontak dengan pasien atau orang dengan gejala flu. Dan membersihkan benda-benda yang terkontaminasi,” imbuhnya. 

    Pada orang yang tengah mengalami gejala flu atau batuk, diminta untuk menggunakan masker agar tidak menularkan penyakit pada orang lain. 

    Sedangkan pada kelompok berisiko, Erlina mengimbau untuk memakai masker. Khususnya ketika berada di tengah keramaian, bekerja atau bepergian. 

    Lakukan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, tutup mulut serta hidung dengan siku yang dilipat. 

    Bisa pula menutup hidup dan mulut menggunakan tisu atau masker.

    “Hindari juga menyentuh wajah karena mulut, hidung, mata menjadi pintu masuk virus. Bersihkan benda atau permukaan atau alat-alat yang sering digunakan. Seperti meja, pegangan pintu, keyboard komputer, dan lain-lain,” paparnya. 

    Sedangkan pada pemerintah, PB IDI merekomendasikan untuk memperkuat surveillance epidemiologi.

    Atau setidaknya, ada penyampaian edukasi terkait keharusan mematuhi penerapan protokol kesehatan di pintu masuk negara seperti bandara. 

    Pemerintah juga diimbau untuk melibatkan komunitas untuk edukasi dan sosialisasi. “Sejauh ini sih waspada saja, tidak perlu khawatir, apa lagi panik. Karena HMPV ini bersifat ringan,” tutupnya.

     

  • PB IDI: Masa Inkubasi Virus HMPV 3-6 Hari. Menyebar Lewat Percikan Droplet – Halaman all

    PB IDI: Masa Inkubasi Virus HMPV 3-6 Hari. Menyebar Lewat Percikan Droplet – Halaman all

     

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang merebak di China menjadi perhatian internasional belakangan ini.

    Beberapa negara seperti Malaysia dan India telah melaporkan adanya temuan kasus penyakit HMPV ini di negara mereka. 

    Terkait hal ini, Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) mengungkapkan, virus HMPV memiliki gejala yang mirip dengan flu. Virus ini biasanya membutuhkan masa inkubasi rata-rata tiga hingga enam hari.

    Jadi begitu terinfeksi atau menghirup virus HMPV, maka butuh waktu tiga sampai enam hari sebelum menimbulkan gejala.

    Virus ini diketahui sangat mudah menular, karena menyebar melalui percikan droplet dari orang yang sudah terinfeksi seperti batuk atau bersin.

    “Dan ada orang sehat di sekitarnya yang menghirup percikan droplet mengandung virus ini. Kemudian masuk ke dalam seluruh nafas. Bila mana sistem imunnya baik, maka bisa jadi virusnya akan dimusnahkan oleh sistem imun,” imbuhnya.

    Tapi jika sistem imunnya sedang kurang baik atau belum berkembang, virus akan memperbanyak diri. 

    Setelah tiga hingga enam hari kemudian bakal menimbulkan gejala. Walau pun ringan, virus HMPV bisa cukup berisiko pada kelompok rentan. 

    Seperti bayi atau anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Orang lanjut usia atau berusia di atas 65 tahun juga termasuk dalam kelompok rentan. 

    Begitu pula pada orang yang memiliki masalah sistem imun atau mengidap penyakit tertentu. 

    Selain gejala batuk dan bersin, sebagian orang yang terinfeksi HMPV ini bisa mengalami demam hingga sakit kepala. 

    Kemudian ada kelelahan, malas makan, Mengi dan penyempitan saluran nafas. 

    “Dan gejala dari penyakit HMPV ini, ada gejalanya bisa jadi berat kalau memang pasiennya sudah punya asma sebelumnya. Sehingga terjadilah serangan asma, ada mengi, hingga sesak,” paparnya lagi.

    Pada kondisi yang lumayan berat, virus bisa memperbanyak diri, melebar dan merusak jaringan paru-paru, sehingga menimbulkan pneumonia. 

    “Pada bayi biasanya timbul bronchiolitis. Bronchiolitis itu adalah inflamasi di saluran napas yang kecil,” tutupnya. 

    Jangan Panik Hadapi Penyebaran Virus HMPV

    Dia juga mengajak masyarakat agar tidak perlu panik. 

    Karena, penyakit HMPV ini umumnya bergejala ringan. Dan jika terlanjur terinfeksi, cukup dilakukan rawat jalan. 

    “Jadi gejalanya dikatakan ringan, sehingga cukup dirawat jalan saja,” ungkapnya dalam media briefing virtual yang diselenggarakan oleh PB IDI, Rabu (8/1/2025).  

    Selain itu, Erlina mengungkapkan jika virus HMPV bukanlah penyakit baru. Virus HMPV sudah ditemukan sejak 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sehingga, tidak heran jika virus ini sudah beredar lama ke banyak negara, termasuk Indonesia. 

    Namun karena gejala yang ditimbulkan ringan, tidak dilakukan pemeriksaan atau surveilance untuk mendeteksi virus tersebut. 

    “Iya, bukan saja di China, sebetulnya sekitar akhir tahun di Amerika juga demikian. Terjadi sedikit peningkatan. Nah, mungkin juga ada berhubungan dengan bahwa penyebaran ini lebih banyak pada musim dingin. Musim semi atau musim dingin,” imbuhnya.

    Namun, Erlina tetap mengingatkan masyarakat untuk jangan berpikir bahwa Indonesia tidak mungkin akan terinfeksi virus HMPV ini. 

    Kementerian Kesehatan sudah merilis ditemukannya kasus-kasus HMPV pada anak di Indonesia.

     

  • Mewabah di China, HMPV Gejalanya Ringan, PB IDI Tegaskan Penyembuhan Cukup dengan Rawat Jalan – Halaman all

    Mewabah di China, HMPV Gejalanya Ringan, PB IDI Tegaskan Penyembuhan Cukup dengan Rawat Jalan – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) sedang merebak di China telah menjadi perhatian internasional dalam beberapa waktu terakhir. 

    Bahkan, beberapa negara seperti Malaysia dan India melaporkan telah ditemukan kasus penyakit HMPV ini. 

    Terkait hal ini, Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) mengungkapkan jika masyarakat tidak perlu panik. 

    Karena, penyakit HMPV ini umumnya bergejala ringan. Dan jika terlanjur terinfeksi, cukup dilakukan rawat jalan. 

    “Jadi gejalanya dikatakan ringan, sehingga cukup dirawat jalan saja,” ungkapnya dalam media briefing virtual yang diselenggarakan oleh PB IDI, Rabu (8/1/2025).  

    Selain itu, Erlina mengungkapkan jika virus HMPV bukanlah penyakit baru. Virus HMPV sudah ditemukan sejak 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sehingga, tidak heran jika virus ini sudah beredar lama ke banyak negara, termasuk Indonesia. 

    Gejala Mirip dengan Flu

    Namun karena gejala yang ditimbulkan ringan, tidak dilakukan pemeriksaan atau surveilance untuk mendeteksi virus tersebut. 

    “Iya, bukan saja di China, sebetulnya sekitar akhir tahun di Amerika juga demikian. Terjadi sedikit peningkatan. Nah, mungkin juga ada berhubungan dengan bahwa penyebaran ini lebih banyak pada musim dingin. Musim semi atau musim dingin,” imbuhnya.

    Namun, Erlina tetap mengingatkan masyarakat untuk jangan berpikir bahwa Indonesia tidak mungkin akan terinfeksi virus HMPV ini. 

    Demam menjadi salah satu gejala ISPA akibat paparan polusi udara. ()

    Kementerian Kesehatan pun sudah merilis bahwa ditemukan kasus-kasus HMPV pada anak.

    Lebih lanjut Erlina menjelaskan jika virus HMPV memiliki gejala yang mirip dengan flu.

    Virus ini biasanya membutuhkan masa inkubasi rata-rata tiga hingga enam hari.

    Jadi begitu terinfeksi atau menghirup virus HMPV, maka butuh waktu tiga sampai enam hari sebelum menimbulkan gejala.

    Virus ini diketahui sangat mudah menular, karena menyebar melalui percikan droplet dari orang yang sudah terinfeksi seperti batuk atau bersin.

    “Dan ada orang sehat di sekitarnya yang menghirup percikan droplet mengandung virus ini. Kemudian masuk ke dalam seluruh nafas. Bila mana sistem imunnya baik, maka bisa jadi virusnya akan dimusnahkan oleh sistem imun,” imbuhnya.

    Tapi jika sistem imunnya sedang kurang baik atau belum berkembang, virus akan memperbanyak diri. 

    Dan setelah tiga hingga enam hari kemudian bakal menimbulkan gejala.

     

    Kelompok Rentan Berisiko

    Walau pun ringan, virus HMPV bisa cukup berisiko pada kelompok rentan. 

    Seperti bayi atau anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Orang lanjut usia atau berusia di atas 65 tahun juga termasuk dalam kelompok rentan. 

    Begitu pula pada orang yang memiliki masalah sistem imun atau mengidap penyakit tertentu. 

    Ilustrasi Batuk. (Freepik)

    Selain gejala batuk dan bersin, sebagian orang yang terinfeksi HMPV ini bisa mengalami demam hingga sakit kepala. 

    Kemudian ada kelelahan, malas makan, Mengi dan penyempitan saluran nafas. 

    “Dan gejala dari penyakit HMPV ini, ada gejalanya bisa jadi berat kalau memang pasiennya sudah punya asma sebelumnya. Sehingga terjadilah serangan asma, ada mengi, hingga sesak,” paparnya lagi.

    Pada kondisi yang lumayan berat, virus bisa memperbanyak diri, melebar dan merusak jaringan paru-paru, sehingga menimbulkan pneumonia. 

    “Pada bayi biasanya timbul bronchiolitis. Bronchiolitis itu adalah inflamasi di saluran napas yang kecil,” tutupnya. 

  • IDI Tegaskan Masyarakat untuk Tidak Panik Hadapi Virus HMPV

    IDI Tegaskan Masyarakat untuk Tidak Panik Hadapi Virus HMPV

    Jakarta, Beritasatu.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta masyarakat tidak panik menghadapi isu virus Human Metapneumovirus (HMPV). Pasalnya HMPV bukanlah suatu hal yang baru, bahkan diperkirakan banyak masyarakat di Indonesia yang sudah terkena dan bisa sembuh sendiri.

    Hal tersebut menjadi sikap IDI dalam konferensi pers yang disampaikan oleh Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular IDI Erlina Burhan pada Rabu (8/1/2025).

    “IDI mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik tetapi tetap menambah kewasapadaan penularan HMPV. Sekali Lagi kita sampaikan bahwa HMPV ini adalah virus yang sudah lama ada sejak 2021, sehingga sebagian masyarakat mungkin sudah terinfeksi dan memiliki imunitas infeksi ini,” jelas Erlina.

    Namun, menurut Erlina ada kelompok masyarakat yang beresiko dan sangat rentan untuk terkena virus HMPV, sehingga bagi kelompok berisiko ini diperlukan pengawasan lebih.

    “Siapa kelompok berisiko?. Yaitu anak-anak, lansia dan orang dengan penyakit kronis yang memang punya imunitas yang rendah,” tambah Erlina.

    Pemerintah juga diharap bisa memperkuat sistem kesehatan, seperti surveilans epidemiologi, protokol kesehatan, dan edukasi kepada masyarakat.

    “Kepada pemerintah PB IDI menghimbau untuk memperkuat surveilans epidemiologi. Terutama kalau ditemukan di bandara internasional ada penumpang yang datang dari luar negeri dengan keluhan batuk pilek, sebaiknya diperiksa,” pungkas Erlina dalam menanggapi virus HMPV.