Tag: Erlina Burhan

  • Uji Klinis Vaksin TBC Bill Gates Sudah Mulai, 2 Ribu Orang RI Jadi Partisipan

    Uji Klinis Vaksin TBC Bill Gates Sudah Mulai, 2 Ribu Orang RI Jadi Partisipan

    Jakarta

    Uji klinis fase 3 vaksin TBC besutan Bill Gates vaksin TBC M72/AS01E sudah dimulai di Indonesia. Uji klinis tersebut telah berjalan sejak September 2024.

    Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan yang terlibat dalam penelitian dan uji klinis vaksin tersebut mengatakan ada sekitar 2 ribu partisipan di Indonesia yang ikut serta dari target 20 ribu orang di ranah global.

    “Riset ini mengikutsertakan 20 ribu orang untuk seluruh dunia. Di Indonesia, kita sekitar 2 ribu orang lah,” kata Prof Erlina saat dihubungi detikcom, Kamis (8/5/2025).

    Prof Erlina menjelaskan saat ini uji klinis tersebut masih dalam tahap pemantauan setelah disuntikkan ke partisipan. Penelitian vaksin tersebut melibatkan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Padjadjaran, RS Persahabatan, RS Universitas Indonesia, dan RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

    Dia juga menanggapi terkait banyaknya yang khawatir mengenai keamanan vaksin TBC baru ini. Kata dia, uji klinis fase 3 tidak akan dilakukan jika efektivitas dan keamanan vaksin tidak terjamin.

    “Ini kan proses ilmiah ya, betul-betul dengan rambu-rambu yang sangat-sangat saintifik, ya nggak mau lah kita sembarangan,” tutur Prof Erlina.

    Selain vaksin TBC M72, ada dua kandidat vaksin TBC lainnya yang menjalani penelitian di Indonesia. Berikut daftarnya:

    Vaksin TBC BNT164a1 (BioNTech dan Biofarma): Setelah menyelesaikan uji coba fase 1, Indonesia akan berpartisipasi dalam fase 2 kandidat vaksin TB mRNA dari BioNTech.Vaksin TBC AdHu5Ag85A (CanSinoBio dan Etana): Indonesia terlibat dalam fase 1 uji klinis kandidat vaksin TBC vektor virus CanSinoBio.

    (kna/kna)

  • Menyoal Vaksin TBC M72 Besutan Bill Gates yang Diuji Klinis di Indonesia

    Menyoal Vaksin TBC M72 Besutan Bill Gates yang Diuji Klinis di Indonesia

    Jakarta

    Indonesia menjadi tempat uji klinis fase tiga vaksin tuberkulosis (TBC) besutan pendiri Microsoft sekaligus filantropis dunia Bill Gates. Hal ini sebagai upaya untuk mengentaskan penyakit pernapasan tersebut khususnya di Indonesia.

    Vaksin besutan Bill Gates ini didanai oleh The Bill & Melinda Gates Medical Research Institute dan telah bekerja sama dengan sejumlah peneliti di Indonesia untuk uji klinis fase tiga. Adapun vaksin tersebut bernama vaksin M72/AS01E.

    “Yang dimaksud adalah vaksin M72 yang kebetulan saya sebagai National Principle Investigator,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan yang terlibat dalam penelitian vaksin TBC tersebut saat dihubungi detikcom, Kamis (8/5/2025).

    Prof Erlina menambahkan ada enam negara yang terlibat dalam riset vaksin TBC M72. Pihak yang mengembangkan vaksin tersebut adalah para peneliti bersama pihak industri farmasi, mulai dari fase preklinik sampai fase uji klinis 1, 2 dan 3.

    “Indonesia baru terlibat di fase 3,” ucap Prof Erlina.

    Dalam diskusi bersama Kemenkes RI Maret 2025, Prof Erlina mengatakan penelitian vaksin tersebut melibatkan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Padjadjaran, RS Persahabatan, RS Universitas Indonesia, dan RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

    Selain Indonesia, Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi juga terlibat dalam penelitian ini. Sampai uji klinis fase 2b, efikasi vaksin M72 menunjukkan perlindungan hingga 50-54 persen.

    Dikutip dari laman Bill and Melinda Gates Medical Research Institute (Gates MRI), kandidat vaksin TBC M72/AS01E telah dikembangkan sejak awal tahun 2000-an. Awalnya dirancang dan dievaluasi secara klinis oleh perusahaan biofarmasi GSK hingga tahap pembuktian konsep (Fase 2b), bermitra dengan Aeras dan International AIDS Vaccine Initiative (IAVI) dan didanai oleh GSK dan sebagian oleh Gates Foundation.

    Pada tahun 2020, GSK mengumumkan kemitraan dengan Gates MRI untuk pengembangan lebih lanjut M72/AS01E. GSK terus memberikan bantuan teknis kepada Gates MRI, memasok komponen adjuvan vaksin untuk uji coba Fase 3 dan akan menyediakan adjuvan pasca lisensi jika uji coba berhasil. Adjuvan adalah bahan yang digunakan dalam beberapa vaksin yang dapat membantu menciptakan respons imun yang lebih kuat.

    Uji coba vaksin TBC ini akan melibatkan hingga 20 ribu peserta, termasuk orang dengan HIV, di hingga 60 lokasi uji coba di tujuh negara yakni Afrika Selatan, Zambia, Malawi, Mozambik, Kenya, Indonesia, dan Vietnam.

    (kna/kna)

  • Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza – Halaman all

    Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pneumonia infeksi paru-paru yang berbahaya dan patut diwaspadai.
    Kondisi ini dialami juga oleh sosok kenamaan dunia seperti, Paus Fransiskus, aktris Meteor Garden, Barbie Hsu yang diberitakan meninggal dunia.

    Teranyar adalah Val Kilmer pemeran Batman yang juga tutup usia karena Pneumonia.

    Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menimbulkan komplikasi pneumonia bahkan kematian.

    Karena itu, Dokter Spesialis Paru, Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.P. (K) menekankan, influenza bukanlah penyakit sesaat atau musiman, tapi terjadi sepanjang waktu.

    “Memang peningkatan kasusnya terjadi di akhir tahun, karena virus influenza sangat stabil di udara yang dingin dengan kelembapan yang rendah,” ujar dia Live Instagram kalbefarma belum lama ini.

    Prof. Erlina menjelaskan, meskipun kelembapan udara di Indonesia termasuk tinggi, namun peningkatan influenza juga terjadi di Indonesia.

    Sebab, banyak wilayah yang memiliki sirkulasi udara kurang baik dan ventilasi ruangan tidak baik.

    Selain itu, mobilisasi manusia sangat tinggi, terutama di kota besar dan libur Lebaran.

    Pasalnya jika terdapat satu orang terserang influenza di dalam ruangan, proses penularan terhadap orang di sekitarnya akan mudah.

    Penularan influenza dengan droplet atau percikan pernapasan melalui cairan dari hidung atau mulut, yaitu batuk, bersin, atau pilek.

    Influenza kerap kali disalah artikan dengan common cold atau flu biasa ini.

    Padahal, gejala flu yaitu hidung berair, tersumbat, bersin, pilek, batuk, yang tidak terlalu berat; kadang-kadang disertai dengan demam ringan.

    Flu dapat sembuh dengan sendirinya atau self limiting disease.

    Sedangkan influenza, biasanya pasien mengalami demam yang lebih tinggi dan batuk yang lebih berat dibandingkan dengan common cold.

    Juga ada nyeri tenggorokan, pilek, nyeri otot, dan lain sebagainya.

    Selain itu, influenza memiliki komplikasi yang cukup menjadi perhatian karena menjadi berat, yaitu pneumonia.

    Secara umum, semua orang bisa tertular influenza, tetapi ada kelompok tertentu yang mudah tertular dan biasanya menjadi berat gejalanya.

    Satu adalah lansia, usia di atas 60 atau 65 tahun, karena lansia ini sistem imunnya sudah mulai turun. Jadi kemampuan sistem imunitas tidak cukup optimal untuk menangkal penyakit.

    Kemudian anak-anak yang usia di bawah 5 tahun, terutama anak di bawah 2 tahun, mudah sekali terserang influenza.

    “Kalau orang tua tadi sistem imunnya sudah mulai menurun, pada anak-anak sistem imunnya belum terbentuk dengan sempurna atau masih dalam proses improvement. Kelompok lain, ibu hamil, orang-orang dengan komorbid (asma, PPOK, hipertensi, diabetes, atau berbagai komorbid lainnya). Lebih hati-hati lagi kalau sudah tua dan punya lebih dari dua komorbid,” jelasnya.

    Influenza ringan dapat sembuh sendiri dengan cukup istirahat, makan makanan yang bergizi seimbang, dan konsumsi obat-obatan yang mengurangi gejala.

    Namun, apabila mengalami influenza berat dan tidak segera ditangani, dapat menimbulkan komplikasi, yaitu bronchitis, pneumonia, bahkan terjadi penurunan kesadaran.

    Kondisi ini membutuhkan perawatan di rumah sakit. Prof. Erlina menekankan pentingnya menjaga diri dengan melakukan berbagai upaya pencegahan atau preventif, karena virus ada di mana-mana dan kondisi lingkungan tidak dapat dikendalikan.

    Dalam hal ini, manusia dapat mengendalikan atau mengontrol diri sendiri agar sistem imun lebih kuat melawan virus.

    Menjaga sistem imun dengan healthy lifestyle, dengan perilaku hidup yang sehat.

    Pertama, menjaga nutrisi harus seimbang, bahwa karbohidrat dibandingkan dengan protein, vitamin, dan mineral itu cukup porsinya. 

    Selain nutrisi yang seimbang, manusia perlu istirahat untuk regenerasi atau memperbaiki sel-sel yang rusak. Istirahat pada waktu tidur, jangan bergadang.

    ” Kemudian, berolahraga yang bisa ditoleransi, bukan high impact yang membuat kelelahan, selama 2—3 kali seminggu secara teratur. Kemudian, mengelola stres agar stres tidak berkepanjangan, dan berhenti merokok,” tutur Prof. Erlina.

    Ia menambahkan, vitamin dan mineral berfungsi sebagai antioksidan untuk menangani inflamasi atau peradangan yang disebabkan oleh virus. Antioksidan ada dalam vitamin C, vitamin E, vitamin B.

    Begitu juga dengan mineral, mulai dari magnesium, kalsium, kalium, zinc, selenium, dan lainnya. Baik vitamin maupun mineral, dapat melindungi sel-sel tubuh yang diserang oleh virus atau toxic yang berasal dari virus. 

    Vitamin dan mineral bisa diperoleh dari konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup. Namun, jika tidak cukup, sebaiknya dilengkapi dengan konsumsi multivitamin.

    “Ada baiknya kita mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral. Suplemen ini merupakan tambahan dalam kondisi kita tidak tahu kurang vitamin atau nutrisi atau asupan kurang bagus,” tutur Prof. Erlina.

     

  • Vaksin BCG Ditemukan Lebih dari 1 Abad, Mengapa Tuberkulosis Masih Jadi Ancaman Kesehatan? – Halaman all

    Vaksin BCG Ditemukan Lebih dari 1 Abad, Mengapa Tuberkulosis Masih Jadi Ancaman Kesehatan? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA —  Tuberkulosis (TB) masih menjadi ancaman fatal, termasuk di Indonesia.

    TB tetap menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit menular di dunia. 

    Meski pengembangan vaksin BCG suda ada sejak tahun 1921 dan obat-obatan sejak tahun 1940-an, penyakit ini masih menjadi ancaman kesehatan global. 

    Peneliti Nasional Vaksin TB Prof. DR. Dr. Erlina Burhan, Sp.P(K) menjelaskan, TB adalah penyakit kuno yang masih ada hingga kini.

    Vaksin BCG telah digunakan selama lebih dari satu abad, namun sayangnya efektivitasnya dalam mencegah TB paru pada remaja dan dewasa masih terbatas.

    “Inilah alasan mengapa TB masih menjadi masalah kesehatan meskipun cakupan imunisasi BCG di Indonesia cukup tinggi,” kata dia dalam konferensi pers daring, Senin (24/3/2025).

     Di Indonesia, mayoritas anak sudah menerima vaksin BCG setelah lahir sebagai bagian dari program imunisasi nasional.

    Namun sayangnya, vaksin ini hanya efektif mencegah TB berat pada anak-anak, bukan pada remaja dan dewasa.

    Oleh karena itu, diperlukan vaksin TB baru yang lebih efektif dalam memberikan perlindungan terhadap populasi yang lebih luas. 

    Saat ini, vaksin kandidat M72/AS01E sedang menjalani uji klinis fase 3 yang dimulai pada Maret 2024.

    Uji coba ini berlangsung di lima negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan hingga 20.000 peserta, termasuk individu dengan HIV.

     Jika berhasil, M72/AS01E bisa menjadi vaksin pertama dalam lebih dari satu abad yang mencegah TB paru pada remaja dan dewasa.  

  • Vaksin Tuberkulosis untuk Remaja dan Dewasa Baru Tersedia Tahun 2029 – Halaman all

    Vaksin Tuberkulosis untuk Remaja dan Dewasa Baru Tersedia Tahun 2029 – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,  JAKARTA — Peneliti Nasional Vaksin TB Prof. DR. Dr. Erlina Burhan, Sp.P(K) mengatakan, vaksin untuk mencegah Tuberkulosis (TB) pada remaja dan dewasa baru tersedia pada tahun 2029.

    Saat ini vaksin M72/AS01E masih dalam tahap uji klinis fase 3 dan rampung pada 2028 akhir.

    “Bahwa vaksin ini selesai pada tahun 2028 akhir. Dan mudah-mudahan Indonesia sudah bisa mulai vaksinasi 2029 awal. Vaksin TB ini akan menyasar remaja hingga usia 50 tahun,” ujar Prof Erlina dalam konferensi pers daring, Senin (24/3/2025).

    Ia menerangkan, tidak ada syarat khusus bagi penerima vaksin TB. Sama seperti jenis vaksin lain, yang diberikan kepada orang yang dalam keadaan sehat.

    “Tidak sedang sakit TBC dan jika memiliki komorbid, keadaannya terkontrol,” urai dokter spesialis paru ini.

    Vaksin M72/AS01E telah menunjukkan perlindungan sekitar 50 persen dalam uji klinis fase 2b selama tiga tahun pada orang dewasa yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau bakteri penyebab TB.

    WHO memperkirakan bahwa dalam jangka waktu 25 tahun, tingkat perlindungan ini dapat menyelamatkan 8,5 juta jiwa, mencegah 76 juta kasus baru TB, dan menghemat biaya sebesar USD 41,5 miliar bagi rumah tangga yang terdampak TB.

    Sejak tahun 2022, Indonesia menjadi salah satu lokasi utama dalam uji klinis fase 3 vaksin M72/AS01E. Hingga Maret 2025, jumlah subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini di Indonesia hampir mencapai 2.000 orang.

    “Ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam mendukung inovasi dan penelitian untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam memerangi TB,” ujar dia. 

    Meski demikian, keberhasilan vaksin tidak hanya diukur dari efektivitasnya dalam uji klinis, tetapi juga dari kemampuannya menjangkau dan diterima oleh masyarakat luas.

    Dengan meningkatnya beban TB di Indonesia, upaya untuk mengembangkan vaksin yang lebih efektif harus didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, peneliti, serta masyarakat luas. 

  • Update Vaksin TB M72 yang Diteliti di RI, Sudah Masuk Uji Klinis Fase 3

    Update Vaksin TB M72 yang Diteliti di RI, Sudah Masuk Uji Klinis Fase 3

    Jakarta

    Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut terlibat dalam penelitian vaksin tuberkulosis (TBC) baru jenis M72. Ini menjadi langkah yang penting, mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan kasus TB tertinggi di dunia.

    Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia dengan estimasi kasus TBC sebanyak 1.090.000 kasus. Indonesia berada di bawah India dengan 2,8 juta kasus dan di atas China dengan 741 ribu kasus.

    Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Ina Agustina Isturini MKM mengatakan vaksin ini rencananya bakal digratiskan untuk masyarakat.

    “Ini salah satu komitmen dari pimpinan saat ini, bahwa vaksin TB ini akan masuk dalam program pemerintah. Karena kita serius ingin melakukan eliminasi TB tahun 2030 dan mencapai target nasional maupun global,” ucap dr Ina dalam konferensi pers daring, Senin (24/3/2025).

    Penelitian vaksin TB M72 ini sudah masuk ke dalam uji klinis fase 3. Peneliti Utama Nasional Vaksin TB Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) memperkirakan vaksin ini bakal tersedia di akhir 2028.

    Penelitian ini melibatkan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Padjadjaran, RS Persahabatan, RS Universitas Indonesia, dan RS Islam Jakarta Cempaka Putih. Sejauh ini, sudah ada 1.839 orang yang terlibat dari target 2.000 partisipan.

    “Saat ini sebetulnya vaksin TB yang diteliti ada 15 kandidat per September 2024. Enam kandidat sudah masuk ke fase 3, ini fase terakhir, uji klinis ketiga. Salah satu yang cukup maju adalah M72 yang saat ini juga kita teliti di Indonesia,” Prof Erlina dalam kesempatan yang sama.

    Selain Indonesia, Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi juga terlibat dalam penelitian ini. Sampai uji klinis fase 2b, efikasi vaksin M72 menunjukkan perlindungan hingga 50-54 persen.

    Dengan subjek penelitian yang semakin banyak di uji klinis fase 3, Prof Erlina berharap efikasinya bisa meningkat.

    “Kita mengharapkan sih lebih dari itu. Tapi ketentuan WHO kalau efikasi sudah melewati batas 50 persen itu sudah memenuhi syarat, sudah cukup bagus artinya,” ungkap Prof Erlina.

    Kenapa Bikin Vaksin TB Baru?

    Prof Erlina menuturkan vaksin TBC yang tersedia saat ini, BCG (Bacillus Calmette-Guérin), tidak efektif untuk remaja dan orang dewasa. Selain itu, vaksin BCG juga sudah sangat tua, sehingga diperlukan alternatif vaksin baru yang dapat bekerja lebih baik.

    “BCG ini sudah ada lebih dari 100 tahun lalu, ditemukan tahun 1921, dan ternyata di dunia kasus TB itu nggak habis-habis dan bahkan meningkat di tahun-tahun tertentu. Ini menunjukkan bahwa vaksin itu tidak cukup efektif ketika masuk dewasa,” ujarnya.

    Prof Erlina mengingatkan vaksin BCG tetap efektif sebagai pencegahan TB pada anak. Apabila terjangkit, tingkat keparahan infeksi TB yang dialami anak bisa ditekan dengan efektif.

    Oleh karena itu, ia mengimbau orang tua untuk tidak perlu ragu memberi vaksin BCG pada anak. Menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin BCG diberikan pada anak usia 0-1 bulan.

    Kemenkes berharap vaksin M72 ini nantinya bisa menjadi solusi menekan insidensi TBC dari 388 per 100 ribu kasus pada tahun 2024, menjadi 65 per 100 ribu kasus pada 2030. Angka kematian akibat TB diharapkan juga menurun nantinya.

    “Diharapkan dengan adanya vaksin TB, insidensi akan turun tahun di tahun 2030. Kematian turun dari 49 per 100 ribu menjadi 6 per 100 ribu penduduk. Jadi vaksin ini menjadi harapan yang luar biasa untuk bisa secara jangka panjang menurunkan kasus TB di Indonesia,” tandas dr Ina.

    (avk/kna)

  • Komplikasi Mematikan di Balik Kematian ‘Shancai’ Barbie Hsu, Flu Berujung Pneumonia    
        Komplikasi Mematikan di Balik Kematian ‘Shancai’ Barbie Hsu, Flu Berujung Pneumonia

    Komplikasi Mematikan di Balik Kematian ‘Shancai’ Barbie Hsu, Flu Berujung Pneumonia Komplikasi Mematikan di Balik Kematian ‘Shancai’ Barbie Hsu, Flu Berujung Pneumonia

    Jakarta

    Kabar duka datang dari aktris Taiwan, Barbie Hsu, pemeran Shancai dalam serial Meteor Garden. Ia meninggal dunia, Senin (3/2/2025) akibat infeksi influenza yang berujung pneumonia mematikan.

    Kabar kematiannya dilaporkan oleh keluarganya melalui manajer adik perempuannya, pembawa acara TV terkenal Taiwan Dee Hsu. Pemeran Shancai itu meninggal akibat pneumonia setelah tertular virus influenza saat liburan di Jepang.

    “Terima kasih atas semua perhatiannya. Selama periode Tahun Baru Imlek, seluruh keluarga kami pergi ke Jepang untuk liburan, dan kakak perempuan saya yang paling saya sayangi dan baik hati Barbie terkena pneumonia terkait influenza dan sayangnya telah meninggalkan kami,” katanya.

    Pernyataan tersebut tidak menjelaskan kapan dan di mana Barbie Hsu meninggal. Menurut laporan berita Taiwan, beberapa sumber mengatakan keluarga Hsu saat ini masih berada di Jepang, dan Barbie Hsu kemungkinan akan dikremasi di negara itu sebelum jenazahnya dibawa kembali ke Taiwan. Berikut fakta-fakta pneumonia yang perlu diketahui.

    Alasan Virus Influenza Bisa Picu Pneumonia

    Spesialis paru-paru dr Agus Dwi Susanto, SpP menjelaskan virus influenza bisa menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, khususnya pada kelompok rentan, seperti anak-anak, usia lanjut, wanita hamil, dan orang yang memiliki penyakit kronik.

    Pneumonia adalah peradangan jaringan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, hingga jamur. Infeksi ini bisa terjadi tergantung derajatnya, baik ringan, sedang, hingga berat.

    “Pada derajat berat, infeksi ini menyebabkan gangguan pertukaran oksigen di daerah alveoli paru. Sehingga oksigen terganggu masuk ke darah, dan CO2 juga sulit keluar dari darah. Kondisi tersebut bisa menyebabkan gagal pernapasan yang berisiko kematian,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (3/2/2025).

    “Kondisi pneumonia yang berat juga berpotensi mikroorganisme menyebar ke seluruh tubuh yang dikenal sebagai sepsis. Ini juga kalau tidak teratasi berpotensi menimbulkan kematian,” lanjutnya.

    Meski begitu, orang yang terkena virus seperti influenza tak semuanya akan mengalami pneumonia. Menurut dr Agus, hal ini tergantung juga dari kondisi pasien, seperti imunitas, komorbid, dan lainnya.

    “Tergantung imunitas, komorbid, dll. Bisa memperberat. Kalau pneumonia ringan, bisa rawat jalan,” katanya lagi.

    “Tapi ada beberapa jenis virus dan bakteri yang sifatnya memang ganas, kalau kena ya potensi menjadi berat. Masih ingat virus COVID? Varian delta kan kalau jadi pneumonia umumnya berat dan mengancam jiwa,” sambungnya.

    Senada, spesialis paru dr Erlina Burhan, SpP, mengatakan virus influenza biasanya tergolong menyebabkan infeksi ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, pada orang-orang tertentu, seperti imunitas rendah atau kelompok rentan, infeksi tersebut bisa memicu komplikasi seperti pneumonia.

    Apabila radang atau infeksi yang disebabkan virus tersebut meluas ke area lainnya, hal ini bisa menyebabkan kematian.

    dr Erlina menjelaskan paru-paru memiliki fungsi mengambil oksigen dari udara yang kemudian menyebarkannya ke dalam tubuh. Apabila jaringan dalam paru mengalami kerusakan akibat radang atau pneumonia tersebut, maka oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh dapat terganggu.

    “Nah ini kalau jaringan ini rusak, apalagi meluas, oksigen tidak bisa diambil dengan cukup, akhirnya menimbulkan kerusakan pada organ lain, sehingga menimbulkan kematian,” lanjutnya.

    NEXT: Gejala yang perlu diwaspadai

    Gejala yang Perlu Diwaspadai

    dr Agus mengatakan terdapat beberapa gejala berat yang perlu diwaspadai jika terkena influenza. Di antaranya:

    sesak napasdemam yang tak kunjung turunkesadaran menuruntanda-tanda pneumonia seperti dahak kental, sulit napas, pada anak-anak ada tanda retraksi otot napas, napas cuping hidungtanda-tanda gagal jantung seperti napas berat, kulit biru (sianosis)tanda-tanda gagal ginjal seperti sulit buang air kecil, perubahan warna urine, sulit bernapastanda-tanda syok sepsis seperti tekanan darah menurun, kulit birutanda-tanda infeksi di kepala (meningitis, ensapalitis), seperti sulit bicara, lemah, sulit berjalan, kesadaran turun.

  • Komplikasi Mematikan di Balik Kematian ‘Shancai’ Barbie Hsu, Flu Berujung Pneumonia    
        Komplikasi Mematikan di Balik Kematian ‘Shancai’ Barbie Hsu, Flu Berujung Pneumonia

    Penyebab Barbie Hsu Meninggal, Terinfeksi Influenza saat Liburan ke Jepang

    Jakarta

    Aktris Taiwan Barbie Hsu meninggal dunia di usia 48 tahun. Barbie Hsu meninggal setelah mengalami pneumonia akibat tertular flu ketika liburan.

    “Seluruh keluarga kami datang ke Jepang untuk berlibur, dan saudari saya yang paling baik hati dan tersayang Barbie Hsu meninggal karena pneumonia yang disebabkan oleh influenza dan sayangnya meninggalkan kami,” kata Dee Hsu seperti diberitakan Taiwan Focus, Senin (3/2).

    “Saya bersyukur menjadi saudarinya dalam kehidupan ini dan kami bisa saling merawat dan menghabiskan waktu bersama. Saya akan selalu berterima kasih padanya dan merindukannya!”

    Dikutip dari laman America Lung Association, influenza merupakan penyebab umum pneumonia, terutama di kalangan anak kecil, orang tua, ibu hamil, atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis tertentu.

    Sebagian besar kasus flu tidak menyebabkan pneumonia, tetapi kasus yang menyebabkan pneumonia cenderung lebih parah dan mematikan. Biasanya, gejala flu dapat diobati di rumah dan orang tidak selalu perlu menemui dokter. Namun, dengan mengetahui gejala-gejalanya dapat membantu menentukan apakah flu sudah menjadi lebih serius.

    Gejala-gejala seperti flu yang serius tertentu sangat penting untuk diperhatikan, seperti hidung tersumbat atau nyeri dada yang parah, kesulitan bernapas dan demam.

    Mengenai kondisi yang dialami Barbie Hsu, dr Erlina Burhan, SpP mengatakan virus influenza memang bisa menyebabkan komplikasi seperti pneumonia meski jarang terjadi. Virus influenza biasanya tergolong menyebabkan infeksi ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya.

    Namun, pada orang-orang tertentu, seperti imunitas rendah atau kelompok rentan, infeksi tersebut bisa memicu komplikasi.

    “Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri atau kuman lain juga bisa menjadi berat, tapi pada kondisi tertentu. Dan itu bisa mungkin menyebabkan sepsis. Sepsis itu ya udah toksin-toksin dari kuman atau virusnya Sudah menyebar ke seluruh pembuluh darah,” kata dr Erlina.

    “Nah jadi tapi nggak semua orang bisa jadi berat kayak gitu. Saya katakan tadi orang yang lansia, atau anak-anak di bawah 2 tahun, atau orang yang imunnya sedang turun, ,misalnya lagi kemoterapi, sakit ginjal yang perlu cuci darah, HIV, atau orang pada diabetes yang tidak terkontrol, jadi adalah beberapa faktor,” tandasnya.

    (kna/up)

  • Penyebab Barbie Hsu ‘Shancai’ Meninggal, Bagaimana Influenza Bisa Picu Pneumonia?    
        Penyebab Barbie Hsu ‘Shancai’ Meninggal, Bagaimana Influenza Bisa Picu Pneumonia?

    Penyebab Barbie Hsu ‘Shancai’ Meninggal, Bagaimana Influenza Bisa Picu Pneumonia? Penyebab Barbie Hsu ‘Shancai’ Meninggal, Bagaimana Influenza Bisa Picu Pneumonia?

    Jakarta

    Aktris Taiwan Barbie Hsu meninggal dunia akibat pneumonia setelah tertular influenza saat berlibur di Jepang. Pemeran Shancai di serial Meteor Garden tersebut meninggal pada usia 48 tahun.

    Kakaknya, Dee Hsu, mengonfirmasi kematiannya kepada TVBS News Taiwan pada hari Senin.

    “Selama Tahun Baru Imlek, keluarga kami datang ke Jepang untuk berlibur. Adik perempuan saya tersayang Barbie telah meninggalkan kami setelah terkena pneumonia, yang dipicu oleh influenza,” kata Dee Hsu dalam sebuah pernyataan yang dibagikan oleh manajernya, dikutip BBC.

    “Saya bersyukur bisa menjadi saudaranya di kehidupan ini, saling menjaga satu sama lain… Saya akan selalu berterima kasih padanya dan mengingatnya,” lanjutnya.

    Spesialis paru dr Erlina Burhan, SpP mengatakan virus influenza memang bisa menyebabkan komplikasi seperti pneumonia. Pneumonia adalah radang yang terjadi di jaringan paru.

    Apabila radang yang terjadi meluas ke area lainnya, kata dr Erlina, pneumonia bisa menyebabkan kematian.

    “Kalau dia cukup luas itu bisa menimbulkan kematian. Memang karena paru-paru itu fungsinya mengambil oksigen dan menyebarkannya ke dalam seluruh tubuh dan juga kemudian mengeluarkan karbondioksida,” katanya. saat dihubungi detikcom Senin (3/2/2025).

    “Nah ini kalau jaringan ini rusak, apalagi meluas, oksigen tidak bisa diambil dengan cukup, akhirnya menimbulkan kerusakan pada organ lain, sehingga menimbulkan kematian,” lanjutnya.

    dr Erlina juga cukup terkejut mendengar kabar tersebut, khususnya pada orang yang terbilang masih muda.

    Pasalnya, menurut dr Erlina, virus influenza biasanya tergolong menyebabkan infeksi ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, pada orang-orang tertentu, seperti imunitas rendah atau kelompok rentan, infeksi tersebut bisa memicu komplikasi.

    Bisa jadi, kata dr Erlina, aktris tersebut memiliki kondisi atau riwayat tertentu yang bisa menyebabkan pemberatan dari pneumonia.

    “Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri atau kuman lain juga bisa menjadi berat, tapi pada kondisi tertentu. Dan itu bisa mungkin menyebabkan sepsis. Sepsis itu ya udah toksin-toksin dari kuman atau virusnya sudah menyebar ke seluruh pembuluh darah,”

    “Nah, tapi nggak semua orang bisa jadi berat kayak gitu. Saya katakan tadi orang yang lansia, atau anak-anak di bawah 2 tahun, atau orang yang imunnya sedang turun, misalnya lagi kemoterapi, sakit ginjal yang perlu cuci darah, HIV, atau orang pada diabetes yang tidak terkontrol, jadi adalah beberapa faktor,” imbuhnya lagi.

    NEXT: Berbagai penyebab pneumonia selain influenza

    Senada, spesialis paru sekaligus Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof dr Tjandra Aditama, SpP, juga mengatakan pneumonia adalah radang paru-paru yang bisa disebabkan oleh berbagai patogen, paling sering disebabkan oleh bakteri maupun virus.

    “Virus yang paling terkenal yang menimbulkan pneumonia dan kematian itu tentu saja virus COVID-19. Bakteri juga macam-macam, bakteri yang bisa menimbulkan pneumonia dan juga bisa menimbulkan, bisa ringan bisa berat,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (3/2/2025).

    “Virus juga begitu, bisa ringan bisa berat. Bakteri yang menimbulkan pneumonia antara lain bakteri yang namanya bakteri pneumococcus,” lanjutnya lagi.

    Meski begitu, prof Tjandra mengatakan tak semua orang yang terpapar virus, baik COVID maupun influenza akan mengalami pneumonia. Sebagian besar orang yang terkena umumnya dapat sembuh dengan sendirinya.

    “Pada keadaan tertentu mungkin dari daya tahan tubuh rendah atau virusnya kebetulan ganas, maka orang yang kena virus influenza bisa kemudian jadi pneumonia,” katanya.

    “Jadi sekali lagi, dari dulu influenza itu bisa pneumonia, tapi sebagian itu hanya terjadi pada sebagian kecil orang,” imbuhnya.

    Dirinya juga menyebut perlu data lengkap terkait rekam medis dari aktris tersebut untuk mengetahui gambaran jelas tentang hubungan virus influenza dan kejadian pneumonia yang menyebabkan kematian.

  • Dokter Paru Ingatkan Penyakit Pernapasan yang Harus Diwaspadai Selain HMPV

    Dokter Paru Ingatkan Penyakit Pernapasan yang Harus Diwaspadai Selain HMPV

    Jakarta

    Penyakit human metapneumovirus (HMPV) yang merebak di China, sudah terdeteksi di Indonesia. Beberapa kasus yang dilaporkan dialami oleh anak-anak menurut Kementerian Kesehatan RI.

    Meski begitu, tidak hanya HMPV yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Tetapi penyakit influenza juga perlu diwaspadai. Pasalnya, virus tersebut menyebabkan peningkatan kasus infeksi di global, termasuk di Indonesia saat ini.

    Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengatakan terjadi peningkatan kasus influenza di tingkat global pada akhir tahun 2024. Mayoritas kasus disebabkan oleh infeksi virus tipe A (H1N1)pdm09 yang meningkat dari 2,4 persen pada November menjadi 8,8 persen pada Desember 2024.

    “Ini terjadi secara global di banyak negara, terutama di China dilaporkan peningkatan influenza H1N1 ini dari gejala ringan meningkat dari 6,2 persen menjadi 30,2 persen. Yang gejala berat juga terjadi peningkatan dari 5,4 persen menjadi 17,7 persen, ” katanya dalam konferensi pers, Minggu (13/1/2025).

    “Kalau kita lihat si memang virus influenza tipe A (H1N1)pdm09 yang lebih meningkat dibandingkan HMPV,” tuturnya lagi.

    Kasus influenza juga mengalami peningkatan di Indonesia. Merujuk pada data Surveilans IU SARI 2024, dr Erlina menyebut pada minggu 41 sampai 52 atau bulan November-Desember, Indonesia mengalami peningkatan yang mayoritas disebabkan oleh influenza tipe A (H1N1)pdm09 dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya.

    Adapun penyebabnya, kata dr Erlina, kemungkinan karena udara mulai dingin dan banyak orang bepergian saat hari libur Nataru.

    “Ini mungkin karena udara mulai dingin karena musim hujan, ditambah lagi hari libur, orang bepergian mobilisasi tinggi. Jadi terjadinya peningkatan ini mudah menular,” sambungnya.

    (suc/kna)