Tag: Erizon Safari

  • Puskesmas Kalideres berikan layanan khusus bagi korban “bullying”

    Puskesmas Kalideres berikan layanan khusus bagi korban “bullying”

    Jakarta (ANTARA) – Puskesmas Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat menyediakan layanan Poli Anti Aniaya (Polania) untuk membantu pemulihan mental korban perundungan atau “bullying” bagi anak-anak dan remaja.

    Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari menyebut layanan itu termasuk dalam indikator penilaian Kota Layak Anak (KLA) Jakarta Barat.

    “Layanan Polania Puskesmas Kecamatan Kalideres ini masuk dalam indikator penilaian KLA. Layanan ini untuk tangani keluhan anak yang mengalami kasus kekerasan, termasuk bullying juga,” kata Erizon saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

    Dalam layanan itu, Puskesmas Kecamatan Kalideres telah menangani sebanyak 32 kasus, 20 kasus diantaranya kasus “bullying” yang terjadi pada 2023.

    “Sedangkan 2024 terdapat 24 kasus, di mana 16 kasus diantaranya itu bullying. Pada 2025 ini, ada10 kasus, di mana enam kasus diantaranya itu bullying,” ujarnya.

    Sementara itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Kalideres, Linda Lidya menyebut pihaknya berupaya mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak dan “bullying” serta mengatasi dampak kesehatan pada anak yang menjadi korban maupun pelakunya.

    Layanan Polania Puskesmas Kecamatan Kalideres dibuka setiap Rabu, mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.

    “Tapi, bila ada laporan kasus di luar jadwal rutin, maka pelayanan dapat dilakukan pada layanan 24 jam puskesmas. Sudah ada dokter dan perawat puskesmas yang terlatih untuk menangani kasus kekerasan pada anak,” ujarnya.

    Dia menambahkan, layanan Polania ini bekerja sama dengan psikolog dari Sudin Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan puskesmas lain yang memiliki tenaga psikolog.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Nyamuk aedes aegypti berwolbachia untuk berantas DBD dievaluasi

    Nyamuk aedes aegypti berwolbachia untuk berantas DBD dievaluasi

    Terkini penyebaran nyamuk berwolbachia sudah dilaksanakan di 1.180 titik di Meruya Utara, Kembangan

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat mengevaluasi penyebaran bibit nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia untuk mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) pada bulan depan.

    Evaluasi itu khususnya terkait kecukupan jumlah bibit nyamuk yang disebar.

    “Mudah mudahan bulan depan sudah bisa dievaluasi lagi, populasi nyamuk yang sudah tersebar apakah sudah mencukupi atau belum,” ungkap Kasudinkes Jakbar Erizon Safari melalui pesan singkat kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

    Hingga kini, proses penyebaran bibit nyamuk berwolbachia masih dilakukan di wilayah Kelurahan Kembangan Utara dan Meruya Utara.

    “Masih Kembangan Utara dan Meruya Utara. Setelah itu nanti baru ke kelurahan lain di Kecamatan Kembangan,” ujar Erizon.

    Sebelumnya, Sudinkes Jakbar menyebar bibit nyamuk yang mengandung wolbachia untuk mencegah penyebaran DBD di seluruh kecamatan wilayah Jakarta Barat.

    Terkini penyebaran nyamuk berwolbachia sudah dilaksanakan di 1.180 titik di Meruya Utara, Kembangan.

    Setelah semua kelurahan di Kembangan (Kembangan Utara, Meruya Utara, Kembangan Selatan, Meruya Selatan, Joglo dan Srengseng) dilakukan implementasi (penyebaran bibit nyamuk berwolbachia), akan dilanjutkan ke kecamatan lainnya di Jakarta Barat, ucap Erizon sebelumnya.

    Diketahui, Tren jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jakarta Barat terus meningkat sejak awal tahun 2025.

    Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat (Sudinkes Jakbar) melaporkan pada Januari 2025 terdapat 186 kasus DBD yang terlapor.

    Jumlah itu terus bertambah pada Februari menjadi 211 kasus dan pada Maret menjadi 254 kasus.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Penyebaran wolbachia bakal dilakukan di seluruh Jakbar

    Penyebaran wolbachia bakal dilakukan di seluruh Jakbar

    Jakarta (ANTARA) – Penyebaran bibit nyamuk berwolbachia bakal dilakukan di seluruh kecamatan Jakarta Barat (Jakbar) untuk mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD) pada daerah itu.

    Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Barat, Erizon Safari di Jakarta, Selasa, menyebut bahwa penyebaran kini sedang berlangsung di 1.180 titik di Meruya Utara, Kembangan, setelah sebelumnya rampung disebar di Kembangan Utara.

    “Setelah semua kelurahan di Kembangan (Kembangan Utara, Meruya Utara, Kembangan Selatan, Meruya Selatan, Joglo dan Srengseng) dilakukan penyebaran bibit nyamuk berwolbachia, akan dilanjutkan ke kecamatan lainnya di Jakarta Barat,” ucapnya.

    Ia hingga kini belum dapat memastikan waktu pasti rampungnya penyebaran wolbachia di seluruh Jakarta Barat.

    “Penyebaran ini baru berjalan sekitar tiga bulan dan baru masuk ke dua kelurahan di Kembangan,” kata dia.

    Meskipun demikian, ia menyebut bahwa efek atau hasil implementasi metode nyamuk berwolbachia terhadap penurunan kasus DBD belum dapat dinilai secara signifikan lantaran evaluasi metode itu baru bisa dilakukan dalam kurun waktu dua tahun.

    “Masih terlalu cepat untuk dapat dinilai signifikansi dari penyebaran wolbachia di Jakarta Barat. Namun, saat ini (penyebarannya) sudah masuk Meruya Utara,” katanya.

    Sebelumnya, sepanjang 2024, mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024 jumlah kasus DBD di Jakbar terhitung fluktuatif.

    Januari tercatat 94 kasus, Februari 249 kasus, Maret 626 kasus, April 799 kasus, Mei 797 kasus.

    Kemudian, kasus DBD mulai turun sejak Juni 2024 dengan 354 kasus, kemudian pada Juli 216 kasus, Agustus 188 kasus, September 101 kasus, Oktober 79 kasus, November 97 kasus dan Desember 119 kasus.

    “Pada Januari 2025, baru ada 11 kasus DBD di Jakarta Barat,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

  • Kasus DBD di Jakbar kembali meningkat pada triwulan IV 2024

    Kasus DBD di Jakbar kembali meningkat pada triwulan IV 2024

    Jakarta (ANTARA) – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Barat (Jakbar) kembali meningkat pada triwulan IV 2024 yakni dari 79 kasus pada Oktober 2024, lalu 97 kasus pada November hingga menjadi 119 kasus pada Desember.

    Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Barat, Erizon Safari di Jakarta, Selasa, menyebut peningkatan kasus tiga bulan belakangan itu merupakan bagian dari pola yang terjadi setiap tahun.

    “Mulai Oktober sampai Desember ada kecenderungan tren peningkatan kasus DBD di Jakarta Barat,” ujarnya.

    Peningkatan kasus, kata Erizon, biasanya akan mencapai puncaknya pada April sampai dengan Juni.

    “September mulai naik, capai puncak April sampai Juni, lalu biasanya akan turun lagi,” ucap Erizon.

    Sementara itu sepanjang 2024, mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024 jumlah kasus DBD di Jakbar terhitung fluktuatif.

    “Januari tercatat 94 kasus, Februari 249 kasus, Maret 626 kasus, April 799 kasus, Mei 797 kasus,” kata Erizon merinci data DBD yang meningkat drastis pada awal tahun.

    Kemudian, lanjut dia, kasus DBD mulai turun sejak Juni 2024 dengan 354 kasus, kemudian pada Juli 216 kasus, Agustus 188 kasus, September 101 kasus, Oktober 79 kasus, November 97 kasus dan Desember 119 kasus.

    “Pada Januari 2025, baru ada 11 kasus DBD yang tercatat di Jakarta Barat,” kata Erizon.

    Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sudinkes Jakarta Barat, Arum Ambarsari menyebut faktor kebersihan lingkungan, genangan air serta cuaca menjadi penyebab utama meningkatnya kasus DBD di wilayah itu.

    “Faktor cuaca dan kelembapan udara di Jakarta Barat sangat potensial sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aigypti (vektor pembawa virus DBD), hal ini sulit untuk dihindari,” kata Arum.

    Namun, lanjut dia, masyarakat bisa meminimalisasi tempat perkembangbiakan nyamuk dengan cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M plus, yakni menguras tempat air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti.

    “Kemudian waspada apabila ada anggota keluarga yang demam lebih dari tiga hari untuk dilakukan pemeriksaan darah. Jangan menunda-nunda karena penyakit DBD justru mencapai titik kritis saat demam sudah mulai turun (hari keempat atau kelima) dan bisa terjadi syok dan kematian,” kata Arum.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

  • Penyebaran wolbachia dilanjutkan di Meruya Utara Jakbar

    Penyebaran wolbachia dilanjutkan di Meruya Utara Jakbar

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) melanjutkan penyebaran bibit nyamuk berwolbachia untuk menekan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 1.180 titik Meruya Utara, Kembangan.

    “Ada 1.180 titik. Sudah mulai di RW 005, RT01 Meruya Utara sejak Kamis (9/1),” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Erizon Safari melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat.

    Erizon menyebut bahwa hal itu bergeser dari yang awalnya di Kembangan Utara, kini di Meruya Utara.

    “Penyebaran bibit nyamuk ber-Wolbachia, kita lakukan sampai seluruh RW Meruya Utara,” katanya.

    Ia menjelaskan, kecamatan-kecamatan di Jakbar, seperti Cengkareng mencatat 795 kasus DBD, kemudian Kalideres 718 kasus dan Kebon Jeruk 712 kasus selama 2024.

    Sementara itu pada tahun yang sama, di Kecamatan Kembangan terdapat 537 kasus, Taman Sari 215 kasus, Palmerah 280 kasus, Grogol Petamburan 245 kasus dan Tambora 198 kasus.

    Sementara itu per bulannya, jumlah kasus DBD di Jakbar terhitung fluktuatif mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024.

    Pada Januari tercatat 94 kasus, Februari 249 kasus, Maret 626 kasus, April 799 kasus, Mei 797 kasus.

    Kemudian kasus DBD mulai turun sejak Juni 2024 dengan 354 kasus, kemudian pada Juli 216 kasus, Agustus 188 kasus, September 101 kasus, Oktober 79 kasus, November 97 kasus dan Desember 100 kasus.

    Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menjelaskan bahwa pihaknya sudah memiliki rencana atau peta persebaran Wolbachia di Kembangan, Jakbar sampai dengan Juni 2025.

    Adapun dampak dari penyebaran Wolbachia, kata Ani, secara teori baru akan nampak setelah dua tahun.

    “Secara teori, apabila tujuan akhirnya adalah pengentasan nyamuk Aedes di lingkungan, itu 60 persennya itu adalah nyamuk Aedes yang ber-Wolbachia (nyamuk tidak bisa menyebarkan virus Dengue). Nah, kalau itu sudah tercapai lebih kurang sekitar dua tahun, baru dampaknya yang signifikan akan mulai dirasakan,” kata Ani pada Kamis, pertengahan November tahun lalu.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

  • Jakbar uji coba aplikasi pemantau stunting di tiga kecamatan

    Jakbar uji coba aplikasi pemantau stunting di tiga kecamatan

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat melakukan uji coba aplikasi bernama Sistem Terkini Pemantauan Stunting (Si-Terpenting) untuk memantau status dan pelayanan gizi anak stunting di tiga kecamatan di wilayah tersebut.

    Aplikasi terobosan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari itu kini diterapkan di Kecamatan Tambora dan secara bertahap diterapkan di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kecamatan Tamansari.

    “Saat ini sudah di Tambora. Selanjutnya di Grogol Petamburan dan Tamansari, menunggu jadwal evaluasi implementasi Tambora,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat Erizon Safari melalui pesan singkat di Jakarta pada Selasa.

    Aplikasi tersebut, kata Erizon, mesti melewati tahap implementasi terlebih dahulu agar bisa dievaluasi kendala teknis yang ditemukan.

    “Saat ini masih tahapan implementasi di tiga kecamatan dahulu. Selanjutnya akan dievaluasi termasuk bila ada kendala teknis sudah bisa dicari solusinya,” tutur Erizon.

    Dengan demikian, lanjut Erizon, aplikasi tersebut dapat digunakan untuk memantau status dan pelayanan gizi anak stunting di seluruh Jakarta Barat. “Aplikasi yang baik ini saya rasa bisa saja direplikasikan di RSUD lainnya,” katanya.

    Sebelumnya, RSUD Tamansari membuat terobosan dengan meluncurkan aplikasi Sistem Terkini Pemantauan Stunting (Si-Terpenting) berbasis Excell untuk memantau status dan pelayanan gizi anak stunting.

    Direktur RSUD Tamansari, dr. Agus Ariyanto Haryoso menyebutkan aplikasi tersebut dapat memberikan notifikasi status anak stunting berupa potensi drop out dan lulus pengobatan.

    “Aplikasi Si-Terpenting dibuat untuk memberikan informasi tentang pemantauan dan pelayanan gizi anak stunting dapat menjadi lebih optimal, tidak butuh biaya, dan mudah untuk dioperasionalkan serta direplikasi,” kata Agus di Jakarta pada Kamis (28/11).

    Agus menjelaskan bahwa aplikasi Si-Terpenting memiliki sejumlah fitur, seperti jadwal kontrol pasien stunting, edukasi gizi, notifikasi status pasien stunting (berupa potensi ‘drop out’ dan lulus).

    Semua data itu dapat dipantau secara langsung (real time) oleh Puskesmas dan kader yang turut membantu pemantauan pengobatan anak stunting.

    Adapun berdasarkan data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) Dinas Kesehatan Jakarta, angka kejadian/prevalensi stunting di Jakarta, masih 14 persen.

    Per Juli 2023, misalnya, sebanyak 39.793 balita di Jakarta tercatat memiliki permasalahan gizi dengan rincian, 5.753 balita kurang berat badan, 9.191 balita kurang gizi, 2.026 balita idap gizi buruk dan 22.823 balita lainnya masuk kategori stunting.

    Sementara data e-PPGM per Agustus Tahun 2024, sebanyak 5.688 anak sunting di Jakarta.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024

  • Di 23 dari 56 kelurahan di Jakbar sudah tidak ada warga BABS

    Di 23 dari 56 kelurahan di Jakbar sudah tidak ada warga BABS

    Jakarta (ANTARA) – Di 23 dari 56 kelurahan di Jakarta Barat telah dinyatakan tidak lagi warga yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS” atau “Open Defecation Free” (ODF).

    Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari menyebutkan bahwa jumlah tersebut bertambah dari yang sebelumnya hanya ada 13 kelurahan yang masih ada warga BABS.

    “Dari 56 kelurahan dan delapan kecamatan di Jakarta Barat, hingga saat ini yang sudah deklarasi ODF 23 kelurahan,” kata Erizon di Jakarta pada Jumat.

    Erizon menyebutkan bahwa sejumlah kecamatan di Taman Sari dan Kalideres menyusul deklarasi ODF pada Kamis (28/11) saat peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60 di kantor Wali Kota Jakbar.

    “10 kelurahan itu, yakni Keagungan, Taman Sari, Maphar, Krukut, Mangga Besar, Pinangsia, Tangki di Kecamatan Taman Sari dan Kelurahan Tegal Alur, Semanan, Kamal di Kecamatan Kalideres,” ungkap Erizon.

    Erizon menambahkan bahwa deklarasi ODF penting untuk menciptakan pola hidup sehat dan bersih dengan semua warga telah memiliki jamban yang bersih sehat sehingga tidak buang air besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat.

    “Selanjutnya akan terus dilakukan secara bertahap sehingga seluruh kelurahan, yakni 56 kelurahan di Jakarta Barat semuanya sudah deklarasi ODF,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024