Tag: Emmanuel Macron

  • Trump Ingin AS, Rusia, dan China Lakukan Denuklirisasi, Kremlin: Eropa juga Harus Ikut – Halaman all

    Trump Ingin AS, Rusia, dan China Lakukan Denuklirisasi, Kremlin: Eropa juga Harus Ikut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengomentari pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) yang ingin memulai negosiasi denuklirisasi dengan Rusia.

    “Dialog antara Rusia dan Amerika Serikat mengenai penolakan senjata nuklir diperlukan baik dari sudut pandang kepentingan negara maupun dari sudut pandang keamanan internasional,” kata Dmitry Peskov, Jumat (7/3/2025).

    Rusia juga percaya bahwa negara-negara nuklir Eropa seperti Inggris dan Prancis juga harus berpartisipasi dalam negosiasi tersebut.

    Hal ini menjadi sorotan Rusia setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan keinginannya untuk memulai diskusi tentang kemungkinan perlindungan negara Eropa lainnya dengan senjata nuklir Prancis, setelah menuduh Rusia sebagai ancaman dan ingin memperluas perang Ukraina ke seluruh Eropa.

    “Kami tetap yakin akan hal ini, terutama karena relevansi untuk mempertimbangkan persenjataan ini kini bahkan lebih tinggi daripada sebelumnya, mengingat pernyataan terbaru Bapak Macron tentang niat Prancis untuk menyediakan payung nuklirnya guna memastikan keamanan negara-negara Eropa,” jelasnya.

    “Beberapa negara Eropa, seperti yang kita dengar, bergegas mendukung gagasan ini kemarin,” tambahnya.

    Menurut Peskov, tidak mungkin mengabaikan persenjataan nuklir Eropa selama dialog denuklirisasi global tanpa melibatkan mereka.

    “Oleh karena itu, ya, persenjataan nuklir Eropa tidak akan luput menjadi sorotan selama kontak semacam itu,” jelasnya, seperti diberitakan RBC Rusia.

    Trump Ingin Wujudkan Denuklirisasi Global

    Sebelumnya, Donald Trump mengatakan ia mendukung denuklirisasi di antara kekuatan global.

    “Akan sangat bagus jika semua orang menyingkirkan senjata nuklir mereka. Saya tahu Rusia dan kita sejauh ini memiliki paling banyak,” kata Trump kepada wartawan pada hari Kamis (6/3/2025).

    “China akan memiliki jumlah yang sama dalam waktu 4-5 tahun. Akan sangat bagus jika kita semua bisa denuklirisasi karena kekuatan senjata nuklir itu gila,” lanjutnya, seperti diberitakan Newsweek.

    Ini bukan pertama kalinya Donald Trump membahas masalah ini.

    Pada bulan Februari lalu, Donald Trump mengkritik ratusan miliar dolar yang diinvestasikan untuk membangun kembali sistem pencegah nuklir AS.

    Donald Trump juga berharap untuk mendapatkan komitmen dari negara lain untuk mengurangi pengeluaran militer mereka.

    “Saya ingin mengatakan: Mari kita potong anggaran militer kita hingga setengahnya,” kata Trump kepada wartawan pada Jumat (14/2/2025).

    “Tidak ada alasan bagi kita untuk membangun senjata nuklir baru—kita sudah punya begitu banyak,” imbuhnya.

    “Anda bisa menghancurkan dunia 50 kali, 100 kali. Dan di sini kita membangun senjata nuklir baru, dan mereka membangun senjata nuklir,” ujarnya.

    Sebelumnya pada Januari lalu, Trump mengatakan ia tertarik untuk melakukan denuklirisasi.

    “Kami ingin melihat apakah kami dapat melakukan denuklirisasi dan saya pikir itu sangat mungkin,” kata Trump menanggapi pertanyaan wartawan tentang hubungan AS-China di Forum Ekonomi Dunia pada Kamis (23/1/2025).

    Sehari kemudian, Dmitry Peskov menanggapi Trump dengan mengatakan AS dan Rusia perlu berbicara tentang gagasan tersebut.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Macron Balas Kemarahan Rusia, Sebut Kremlin Merasa Terekspos

    Macron Balas Kemarahan Rusia, Sebut Kremlin Merasa Terekspos

    Brussels

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menanggapi kemarahan Rusia, yang memperingatkan dirinya untuk tidak mengancam dengan retorika nuklir. Peringatan Moskow itu dilontarkan setelah Macron mengatakan Paris mempertimbangkan untuk memperluas perlindungan senjata nuklirnya kepada sekutunya di Eropa.

    Macron, dalam tanggapan terbarunya seperti dilansir Reuters, Jumat (7/3/2025), menyebut Kremlin memberikan reaksi keras semacam itu karena merasa terekspos.

    Ketegangan ini terjadi setelah Macron, dalam pidatonya pada Rabu (5/3), menyebut Rusia sebagai ancaman bagi Eropa dan mencetuskan gagasan untuk menempatkan negara-negara Eropa lainnya di bawah payung nuklir Prancis.

    Macron memperingatkan bahwa Moskow sedang mempersenjatai kembali pasukannya dengan cepat setelah menginvasi Ukraina, dan bisa menyerang negara-negara lainnya jika tidak dicegah dengan tegas, termasuk dengan payung nuklir Prancis.

    Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut pernyataan Macron sebagai ancaman. Lavrov juga membandingkan Macron dengan Hitler dan Napoleon, dengan menyebut sang Presiden Prancis, meskipun tidak seperti kedua tokoh itu yang secara terbuka mengatakan ingin menaklukkan Rusia, “jelas menginginkan hal yang sama”.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    “Saya mengenal Presiden (Vladimir) Putin dengan baik. Jika dia bereaksi seperti itu, itu karena dia menyadari apa yang saya katakan itu benar,” kata Macron kepada wartawan di pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels.

    “Dia membuat kesalahan historis: Napoleon melakukan penaklukan. Satu-satunya kekuatan imperialis yang saya lihat di Eropa saat ini adalah Rusia,” sebutnya.

    Lebih lanjut, Macron menyebut dirinya menyadari Putin bisa mengkhianati janjinya karena dia telah melakukan hal itu ketika Rusia gagal menghormati Perjanjian Minsk yang ditandatangani dengan Prancis, Jerman, dan Ukraina setelah invasi ke Crimea tahun 2014 lalu.

    Macron juga mengatakan bahwa reaksi Moskow mungkin sangat keras karena niat Rusia — untuk terus berperang dengan Eropa pada akhirnya, jika perjanjian damai di Ukraina diteken dengan tergesa-gesa — telah terungkap.

    “Dia (Putin-red) mungkin kesal dengan fakta bahwa kami mengekspose permainannya,” kata Macron.

  • Lavrov: Rusia Tolak Pasukan Eropa di Ukraina dan Macron Sebar Kebohongan soal Kami – Halaman all

    Lavrov: Rusia Tolak Pasukan Eropa di Ukraina dan Macron Sebar Kebohongan soal Kami – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Rusia menolak penempatan pasukan asing di Ukraina.

    Ia menegaskan Rusia siap berdialog dengan Ukraina dan membahas akar penyebab perang yang berlangsung sejak tahun 2022.

    Sergei Lavrov juga mengomentari pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pemimpin Uni Eropa di Brussels, Belgia pada Rabu (5/3/2025).

    “Krisis di Ukraina dapat diselesaikan dalam beberapa minggu jika Barat berhenti memasok senjata ke Kyiv,” kata Sergei Lavrov dalam pernyataannya di Moskow pada Kamis (6/3/2025).

    “Beberapa negara Barat melihat perdamaian di Ukraina lebih buruk daripada perang,” imbuhnya, seperti diberitakan RIA Novosti.

    Ia juga mengomentari pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan Rusia adalah ancaman.

    “Siapa yang percaya bahwa Rusia saat ini akan berhenti di Ukraina?” kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam.

    Macron mengindikasikan bahwa Rusia sedang mempersiap untuk memperluas invasinya di Eropa.

    Lavrov mengatakan pernyataan itu hanyalah omong kosong.

    Ia kembali menekankan bahwa tidak ada ruang untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian Eropa ke Ukraina jika perang berakhir.

    Rusia, kata Lavrov, akan menganggap pasukan penjaga perdamaian Eropa sebagai kehadiran NATO di Ukraina.

    “Pengerahan pasukan militer Eropa di Ukraina berarti perang langsung oleh negara-negara Eropa melawan Rusia,” tegasnya.

    Selain itu, Lavrov juga mengkritik pernyataan Macron ketika bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (24/2/2025) lalu.

    Dalam pertemuan tersebut, Macron mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin melanggar semua perjanjian dengan Ukraina di masa lalu.

    “Aneh sekali mendengar bahwa Tuan Macron, dengan cara yang agresif, melanjutkan pekerjaan Napoleon, yang ingin menaklukkan Rusia, tetapi menutupi niatnya yang sebenarnya, tidak perlu dijelaskan, ia juga mulai berbicara dan mengkritik Putin,” katanya.

    “Macron memutuskan untuk mengikuti jalan Zelensky, yang saat berada di Ruang Oval, berbohong tanpa rasa malu,” lanjutnya, merujuk pada pertemuan Macron dengan Presiden AS Donald Trump pada 24 Februari lalu.

    Menurutnya, pesan-pesan seperti itu dibutuhkan oleh para pemimpin negara Barat untuk menjelaskan dan membenarkan dukungan mereka terhadap perang di Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Macron Pertimbangkan Nuklir Prancis Lindungi Sekutu, Rusia Anggap Ancaman

    Macron Pertimbangkan Nuklir Prancis Lindungi Sekutu, Rusia Anggap Ancaman

    Paris

    Prancis akan mempertimbangkan untuk memperluas perlindungan persenjataan nuklirnya kepada sekutu-sekutunya. Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memperingatkan Eropa perlu bersiap menghadapi Amerika Serikat (AS) yang tidak akan tetap berada di pihak Eropa dalam perang Ukraina-Rusia.

    “Saya telah memutuskan untuk membuka perdebatan strategis mengenai perlindungan melalui pencegahan terhadap sekutu-sekutu kita di benua Eropa,” katanya dalam siaran langsung di saluran media sosial resminya, di mana ia menekankan perlunya Eropa untuk terus membantu Ukraina dan memperkuat pertahanannya sendiri seperti dilansir CNN, Kamis (6/3/2025).

    “Pencegahan nuklir kita melindungi kita, itu lengkap, berdaulat, Prancis dari ujung ke ujung. Ini melindungi kita jauh lebih banyak daripada banyak tetangga kita,” kata Macron mengenai persenjataan nuklir Prancis.

    Dia mengatakan keputusan penggunaan nuklir berada di tangan Presiden Prancis. Dia memperingatkan Eropa ‘memasuki era baru’ dan akan menjadi ‘kebodohan’ untuk tetap menjadi penonton ancaman dari Rusia.

    “Apa pun yang terjadi, keputusan selalu dan akan tetap berada di tangan presiden Republik, panglima militer,” Macron menambahkan.

    Dia menyebut AS telah mengubah posisi dalam perang Rusia-Ukraina. Dia mengaku ingin percaya AS berada di pihak Eropa, namun Prancis tetap bersiap dengan segala kemungkinan.

    “Amerika Serikat, sekutu kita, telah mengubah posisinya dalam perang ini, kurang mendukung Ukraina dan meragukan apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Macron.

    Dia mengumumkan akan mengundang para pemimpin Eropa ke pertemuan di Paris minggu depan untuk menyusun rencana guna mewujudkan ‘perdamaian langgeng’ yang mungkin mencakup pengerahan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina setelah perdamaian ditandatangani untuk mencegah Rusia melakukan invasi ulang.

    Komentarnya muncul setelah calon kanselir Jerman berikutnya, Friedrich Merz, menganjurkan perundingan dengan Prancis dan Inggris, dua negara pemilik senjata nuklir Eropa, untuk memperluas perlindungan nuklir mereka. Macron sebelumnya juga pernah menyampaikan dirinya menyetujui gagasan tersebut.

    Pidato Macron muncul beberapa hari setelah dirinya bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dalam pertemuan usai pertikaian Zelensky dan Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval. Sejumlah kecil negara bekerja sama menyusun rencana untuk menghentikan pertempuran, yang kemudian akan disampaikan kepada AS.

    Macron mengungkapkan lebih banyak tentang rencana tersebut dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis Le Figaro, dengan mengatakan bahwa Prancis dan Inggris telah mengusulkan gencatan senjata terbatas selama sebulan di Ukraina.

    Sementara dilansir AFP, Rusia langsung merespons ucapan Macron itu. Moscow memandang komentar Macron tentang perluasan penangkal nuklir Prancis ke mitra Eropa sebagai.

    “Tentu saja itu ancaman terhadap Rusia. Jika dia melihat kita sebagai ancaman dan mengatakan bahwa perlu menggunakan senjata nuklir, sedang mempersiapkan penggunaan senjata nuklir terhadap Rusia, tentu saja itu ancaman,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam sebuah konferensi pers.

    Lavrov juga mengatakan Rusia tetap menentang pengerahan pasukan Eropa di Ukraina meski sebagai pasukan penjaga perdamaian. Rusia akan mempertimbangkan pasukan tersebut, jika benar-benar dikirim, dengan cara yang sama seperti memandang kehadiran NATO di Ukraina.

    “Kami tidak melihat ruang untuk kompromi. Diskusi ini dilakukan dengan tujuan yang sangat bermusuhan,” ujarnya.

    Dia juga membandingkan Macron dengan Hitler dan Napoleon. Dia mengatakan Macron tidak seperti para pemimpin tersebut yang secara terbuka mengatakan ingin menaklukkan Rusia, tetapi Macron ‘jelas menginginkan hal yang sama’.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Menteri Ekonomi RI-Prancis Bahas Kerja Sama Strategis: Energi Hijau, Infrastruktur, hingga Satelit – Halaman all

    Menteri Ekonomi RI-Prancis Bahas Kerja Sama Strategis: Energi Hijau, Infrastruktur, hingga Satelit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Kedaulatan Industri dan Digital Prancis, Eric Lombard dalam kunjungan kerja ke Prancis, Rabu (5/3/2025).

    Pertemuan ini membahas upaya memperkuat kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Prancis di berbagai sektor strategis termasuk perdagangan, investasi, dan sumber daya mineral.

    Mengawali pertemuan, Menteri Lombard mengharapkan dialog ekonomi tingkat tinggi pada saat kedatangan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada akhir Mei 2025.

    Menteri Lombard juga memuji peran Indonesia yang sangat penting sebagai ekonomi terbesar di kawasan ASEAN.

    “Indonesia negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN. Stabilitas dan pertumbuhan ekonomi ASEAN sangat penting bagi Prancis,” ujar Menteri Lombard.

    Airlangga mengharapkan percepatan penyelesaian  Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EUCEPA) yang telah berlangsung dalam 19 putaran selama 9 tahun.

    “Penyelesaian I-EUCEPA adalah momentum yang tepat saat dunia menghadapi ketidakpastian karena kebijakan luar negeri Presiden AS Trump. Indonesia terbuka untuk berdialog dan berkeinginan agar Indonesia dan Uni Eropa dapat menemukan jalan tengah yang mengakomodasi kepentingan bersama,” kata Airlangga.

    Penyelesaian perundingan I-EUCEPA diyakini dapat menjadi langkah penting untuk memperkuat perdagangan dan investasi antar kawasan.

    Menteri Lombard  menyambut baik permintaan Airlangga. Prancis akan terus berdialog seraya menyiapkan konsesi keuangan untuk investasi proyek-proyek melalui CEPA.

    Menurut Menteri Lombard, CEPA ini mensyaratkan akses pasar yang kuat, atensi pada isu lingkungan, dan hubungan komersial yang tangguh.

    Menko Airlangga menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan 8 persen secara bertahap, dan keinginan Indonesia menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita setara negara maju.

    Oleh karena itu, Indonesia mengharapkan dukungan Prancis pada proses aksesi OECD serta pengembangan industri dan investasi Prancis di Indonesia.
    Salah satu investasi penting adalah Eramet Group yang berkolaborasi dengan RRT di Maluku Utara.

    Eramet Group saat ini sedang memperluas keterlibatannya dalam rantai nilai Baterai EV berbasis Nikel dengan mengoptimalkan potensi sumber daya di Weda Bay, Halmahera Tengah.

    Kerja sama ini mencakup pengolahan dan hilirisasi mineral strategis guna mendukung ekosistem EV yang lebih berkelanjutan.

    Airlangga juga menyinggung bahwa pembelian peralatan militer Indonesia dari Prancis yang mencapai EUR11 Miliar, perlu juga diimbangi dengan perluasan perdagangan Perancis dengan Indonesia di sektor yang lain.

    Menteri Lombard kemudian menyebutkan beberapa proyek yang berpotensi untuk dikerjasamakan seperti HDF Energy untuk proyek hidrogen di Sumba yang bekerjasama dengan PT. PLN, industri satelit melalui korporasi Thales, dan pembangunan kereta api dan lintasannya di mana Prancis akan menyiapkan skema pembiayaannya.

    Selain itu, Menteri Lombard juga menyebutkan kerjasama terkait infrastruktur LRT di Bandung.

    Dalam pertemuan ini, Airlangga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Prancis atas dukungan terhadap penundaan implementasi European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) menjadi akhir tahun 2025.

    “Pemerintah selalu proaktif melakukan dialog bilateral terkait pelaksanaan EUDR ini dengan pihak Uni Eropa. Dialog tersebut dapat menjadi ruang bagi Indonesia untuk dapat menyelaraskan kepentingan nasional dan interest pihak Uni Eropa,” ujarnya.

    Lebih lanjut Airlangga juga menekankan pentingnya penguatan industri minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/ CPO) sebagai salah satu sektor unggulan yang berkontribusi terhadap perekonomian nasional.

    Airlangga mengajak Prancis mendukung komitmen Indonesia untuk comply terhadap standar keberlanjutan yang diakui secara global, khususnya dalam industri CPO.

    Mengakhiri pembicaraan, kedua Menteri sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis sehingga dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara.

    “Pertemuan bilateral ini menegaskan komitmen kedua negara dalam memperkuat kemitraan ekonomi. Hubungan diplomatik Indonesia-Prancis yang sudah menginjak 75 tahun pada tahun ini diharapkan menjadi kesempatan untuk meluncurkan program-program kerja sama baru kedua negara,” kata Airlangga.

    Pada pertemuan ini, Menko Airlangga didampingi oleh Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso; Deputi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi, Edi Prio Pambudi; dan Duta Besar RI untuk Paris, Mohamad Oemar.

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1107: Macron, Zelensky, dan Starmer Mau ke Amerika untuk Temui Trump – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1107: Macron, Zelensky, dan Starmer Mau ke Amerika untuk Temui Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik Rusia vs Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1107 pada Kamis (6/3/2025).

    Presiden Prancis Emmanuel Macron sedang mempertimbangkan untuk kembali ke Washington bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

    Hal ini disampaikan oleh juru bicara pemerintah Prancis, Sophie Primas, pada Rabu (5/3/2025), dikutip dari Al Arabiya.

    Primas memberikan keterangan tersebut setelah rapat mingguan Kabinet Prancis, yang menandakan upaya diplomatik untuk memfasilitasi pertemuan antara para pemimpin ini dan Presiden Trump.

    Simak rangkuman peristiwa yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1107:
    AS Setop Pembagian Informasi Intelijen dengan Ukraina

    Amerika Serikat menghentikan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina.

    Langkah terbaru pemerintahan Presiden Donald Trump ini tampaknya berpotensi menghambat kemampuan militer Ukraina dalam menargetkan pasukan Rusia di medan perang.

    Keputusan ini diumumkan setelah Senin (3/3/2025) kemarin Gedung Putih mengumumkan membekukan sementara bantuan militer ke Ukraina, setelah pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Trump di Ruang Oval berujung debat pedas.

    Bagi militer Ukraina, dukungan intelijen AS sangat penting dalam mengidentifikasi dan menyerang target-target strategis Rusia, Financial Times melaporkan.

    Informasi intelijen yang diterima dari AS selama ini memungkinkan Ukraina untuk melaksanakan serangan presisi, termasuk terhadap pasukan yang bergerak atau sasaran yang sulit dijangkau.

    Dengan penghentian ini, Ukraina kehilangan salah satu keunggulan utama di medan perang.

    Keputusan AS untuk melarang sekutunya memberikan informasi intelijen kepada Ukraina pertama kali dilaporkan oleh Daily Mail.

    AS telah secara resmi memblokir sekutunya untuk berbagi intelijen dengan Ukraina.

    Beberapa pejabat menyatakan bahwa negara-negara yang memiliki akses intelijen domestik kemungkinan akan tetap berbagi informasi yang relevan.

    Namun, ini tidak berlaku untuk data intelijen sensitif dan bernilai tinggi yang dibutuhkan Ukraina untuk menyerang target yang bergerak cepat, seperti pasukan Rusia yang dapat dipindahkan.

    Seorang pejabat senior di negara Barat mengatakan bahwa jika keputusan ini tidak segera dibalik, Ukraina akan menghadapi kesulitan besar.

    “Ini akan menghilangkan keunggulan mereka di medan perang,” katanya.

    Rudal Rusia Hantam Hotel di Kryvyi Rih, Dua Tewas dan 28 Terluka

    Sebuah rudal Rusia menghantam sebuah hotel di kota Kryvyi Rih, Ukraina bagian tengah, pada Rabu (5/3/2025) malam.

    Serangan tersebut menewaskan dua orang dan melukai 28 lainnya, menurut keterangan dari gubernur setempat, The Guardian melaporkan.

    Gubernur Dnipropetrovsk Serhiy Lysak menyampaikan informasi tersebut melalui Telegram.

    Di unggahan tersebut, ia juga menyebutkan bahwa seorang anak termasuk di antara yang terluka. Beberapa korban dilaporkan mengalami luka parah.

    Ledakan di Wilayah Kyiv, Pertahanan Udara Aktif

    Pertahanan udara beroperasi di wilayah Kyiv setelah adanya serangan, demikian laporan dari Otoritas Wilayah Kyiv (OVA).

    Peringatan udara telah diumumkan di wilayah tersebut, Suspilne melaporkan.

    Angkatan Udara Ukraina juga melaporkan adanya serangan pesawat tak berawak yang terjadi di daerah tersebut..

    Rusia Serang Sumy, Pesawat Tak Berawak Hantam Gudang

    Di Sumy, sebuah pesawat tak berawak Rusia menghantam sebuah gudang, seperti yang dilaporkan oleh penjabat walikota, Kobzar.

    Tim penyelamat saat ini sedang berusaha memadamkan api yang timbul akibat serangan tersebut

     Namun, hingga saat ini, tidak ada informasi terkait korban tewas atau terluka.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Zelensky Akhirnya Tunduk kepada Trump, Perang Ukraina-Rusia Berhenti?

    Zelensky Akhirnya Tunduk kepada Trump, Perang Ukraina-Rusia Berhenti?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pihaknya siap untuk mengakhiri perang antara negaranya dan Rusia yang sudah berjalan dalam 3 tahun terakhir. Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan tekanan besar kepadanya untuk segera fokus pada gencatan senjata.

    Dalam sebuah pernyataan, Rabu (5/3/2025), Zelensky menyebut siap melakukan gencatan senjata jika Rusia juga berhenti menyerang Ukraina. Dalam pernyataan ini, Zelensky tidak merinci permintaan agar Moskow mundur dari posisinya sekarang, sesuatu yang sering diucapkannya sebelumnya.

    “Kami siap bekerja cepat untuk mengakhiri perang, dan tahap pertama dapat berupa pembebasan tahanan dan gencatan senjata di udara, larangan rudal, pesawat tanpa awak jarak jauh, bom pada energi dan infrastruktur sipil lainnya, dan gencatan senjata di laut segera, jika Rusia akan melakukan hal yang sama,” kata Zelensky dikutip CNN International.

    “Kemudian kami ingin bergerak sangat cepat melalui semua tahap berikutnya dan bekerja dengan AS untuk menyetujui kesepakatan akhir yang kuat.”

    Zelensky pun juga mengatakan bahwa Ukraina siap menandatangani kesepakatan mineral, yang seharusnya ditandatangani pada hari Jumat lalu namun batal karena perdebatannya dengan Trump, yang berakhir dirinya diminta meninggalkan Gedung Putih.

    “Mengenai perjanjian mineral dan keamanan, Ukraina siap menandatanganinya kapan saja dan dalam format apa pun yang sesuai. Kami melihat perjanjian ini sebagai langkah menuju keamanan yang lebih baik dan jaminan keamanan yang solid, dan saya benar-benar berharap ini akan berjalan secara efektif,” tandasnya.

    Kerangka kerja tersebut serupa dengan rencana yang diusulkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron setelah pertemuan puncak para pemimpin Barat pada hari Minggu, yang berlangsung di London di tengah kecemasan di benua itu tentang masa depan Ukraina.

    “Kami benar-benar menghargai seberapa banyak yang telah dilakukan Amerika untuk membantu Ukraina mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaannya. Dan kami ingat momen ketika keadaan berubah ketika Presiden Trump memberi Ukraina Lembing. Kami berterima kasih untuk ini,” imbuh Zelensky.

    Masih harus dilihat bagaimana Trump akan menanggapi usulan pemimpin Ukraina atau refleksinya tentang kunjungan Gedung Putih. Namun, pernyataan yang panjang itu menunjukkan upaya Kyiv untuk memaksakan suaranya dalam diskusi tentang masa depan konflik, setelah pemerintahan Trump membuka pembicaraan dengan Rusia bulan lalu dan menolak mengundang Ukraina.

    Trump pada hari Senin memerintahkan penghentian sementara pengiriman bantuan militer AS ke Ukraina, yang dapat berdampak buruk pada kemampuan berperang negara itu. Penghentian bantuan, yang terjadi setelah Trump mengadakan serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi keamanan nasional.

    Foto: AFP/SAUL LOEB
    US President Donald Trump and Ukraine’s President Volodymyr Zelensky meet in the Oval Office of the White House in Washington, DC, February 28, 2025. Zelensky and Trump openly clashed in the White House on February 28 at a meeting where they were due to sign a deal on sharing Ukraine’s mineral riches and discuss a peace deal with Russia. “You’re not acting at all thankful. It’s not a nice thing,” Trump said. “Its going to be very hard to do business like this,” he added. (Photo by SAUL LOEB / AFP)

    Perang berhenti, logistik habis

    Rusia melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass pada 24 Februari 2024. Moskow berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.

    Langkah ini pun akhirnya menyeret sejumlah negara Barat dalam konflik, termasuk AS, Inggris, dan sejumlah sekutunya di Eropa. Mereka memberikan bantuan besar kepada Kyiv untuk melawan pasukan Rusia, dan di sisi lain, menjatuhkan ribuan sanksi ekonomi kepada Moskow agar tak memiliki anggaran untuk perang

    Selama 3 tahun terakhir, Zelensky memimpin Ukraina dalam situasi perang besar melawan Rusia dengan bantuan senjata dari Barat. Dalam perang ini, Kiel Institute menyebut sekutu Barat telah memberikan bantuan senilai 366,36 euro, atau Rp 6.400 triliun.

    AS adalah donor militer terbesar bagi Ukraina, yang telah memberikan atau mengalokasikan lebih dari 64 miliar euro (Rp 1.117 triliun) sejak Januari 2022 dalam bentuk senjata, amunisi, dan bantuan militer lainnya. Dari jumlah tersebut, hanya kurang dari 14 miliar euro (Rp 244 triliun) yang diperuntukkan bagi senjata berat

    Pasca perdebatan Trump dan Zelensky pekan lalu, Washington menghentikan seluruh bantuan ke Ukraina. Hal ini kemudian menimbulkan kepanikan di Ukraina dan sejumlah sekutu AS di Eropa. Zelensky bahkan meminta pejabat Ukraina untuk menghubungi mitranya di AS untuk memperoleh informasi resmi mengenai pembekuan bantuan.

    “Saya telah menginstruksikan menteri pertahanan, kepala intelijen, dan diplomat kami untuk menghubungi mitra mereka di AS dan memperoleh informasi resmi,” kata Zelensky kepada warga Ukraina dalam pidato malamnya.

    Moskow, di sisi lain, memuji keputusan Trump. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebutnya sebagai “solusi yang benar-benar dapat mendorong rezim Kyiv menuju proses perdamaian”.

    Sementara itu, negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) bersiap untuk memperkuat pertahanannya sendiri dengan mengucurkan dana sebesar 800 miliar euro (Rp 13.800 triliun). Secara rinci, pada pertemuan tinggi Eropa di Brussels, Selasa (4/3/2025), nantinya Komisi Eropa mengusulkan pinjaman gabungan UE baru sebesar 150 miliar euro (Rp 2.593 triliun) sebagai bagian dari pendanaan itu.

    Peminjaman bersama tersebut akan digunakan untuk membangun domain kemampuan pan-Eropa seperti pertahanan udara dan rudal, sistem artileri, rudal dan amunisi, drone dan sistem siber.

    “Ini akan membantu Negara Anggota untuk menyatukan permintaan dan membeli bersama. Ini akan mengurangi biaya, mengurangi fragmentasi, meningkatkan interoperabilitas, dan memperkuat basis industri pertahanan kita,” kata Presiden Komisi Ursula von der Leyen.

    Von der Leyen tidak memberikan kerangka waktu yang terperinci. Namun ia mengatakan pengeluaran perlu ditingkatkan “segera sekarang tetapi juga dalam jangka waktu yang lebih lama dalam dekade ini.”

    “Jika Negara Anggota meningkatkan pembelanjaan pertahanan mereka sebesar 1,5% dari PDB secara rata-rata, ini dapat menciptakan ruang fiskal mendekati 650 miliar euro,” tambah von der Leyen.

    Selain itu, Komisi mengusulkan agar uang yang diterima negara-negara dari apa yang disebut dana kohesi UE yang dirancang untuk menyamakan standar hidup di seluruh Eropa, juga dapat digunakan untuk tujuan pertahanan. Dana ini disebut telah mencapai 800 miliar euro.

    “Eropa siap memikul tanggung jawabnya. Eropa dapat memobilisasi hampir 800 miliar euro untuk Eropa yang aman dan tangguh. Kami akan terus bekerja sama erat dengan mitra kami di NATO. Ini adalah momen bagi Eropa. Dan kami siap untuk melangkah maju,” tuturnya lagi.

    (tps/wur)

  • Pesawat E3 AWACS Perancis Terdeteksi Masuki Wilayah Udara Krimea, Dikawal 2 Jet Tempur Mirage 2000D – Halaman all

    Pesawat E3 AWACS Perancis Terdeteksi Masuki Wilayah Udara Krimea, Dikawal 2 Jet Tempur Mirage 2000D – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, KIEV – Ketegangan meningkat di Laut Hitam setelah muncul laporan bahwa pesawat pengintai Perancis, E3 AWACS, bersama dua pesawat tempur Dassault Mirage 2000D, diduga memasuki zona kontrol pertahanan udara dekat semenanjung Krimea yang dikuasai Rusia.

    Jika kabar ini benar, penetrasi “kawanan” pesawat tersebut dapat menandai eskalasi baru dalam interaksi konflik antara NATO dan Rusia.

    Insiden ini dilaporkan terjadi pada hari ini (5/3/2025), dengan klaim yang muncul dari media Rusia yang menyatakan bahwa pesawat Perancis tersebut melintasi zona sensitif yang dipantau oleh sistem pertahanan udara Krimea.

    Andrei Martyanov, seorang komentator militer Rusia, menyebut insiden ini sebagai sebuah “sinyal,” menandakan potensi provokasi dari pihak NATO.

    Sumber-sumber Rusia mengeklaim bahwa E3 dan salah satu Mirage terbang dengan transponder mati, yang menyulitkan pelacakan publik seperti yang dilakukan oleh Flightradar24.

    Pesawat E3 Sentry, yang merupakan tulang punggung pengawasan udara Perancis, dioperasikan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Luar Angkasa Perancis dari Pangkalan Udara Avord.

    Pesawat ini memiliki panjang 46,9 meter dan lebar sayap 44,5 meter, dilengkapi dengan radar AN/APY-2 yang mampu mendeteksi pesawat, rudal, dan kapal dalam jarak 250 mil.

    Dalam misi ini, E3 tidak bersenjata dan bergantung pada perlindungan dari pesawat Mirage 2000D yang dilengkapi dengan rudal Exocet dan bom panduan laser.

    Klaim ini muncul di tengah meningkatnya aktivitas pengawasan NATO di kawasan Laut Hitam sejak aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.

    Misi pengawasan semacam ini sebelumnya dilakukan dari Rumania atau perairan internasional, tetapi memasuki zona pertahanan udara Krimea akan menjadi langkah berani yang berpotensi memicu respons dari Angkatan Laut Rusia atau sistem pertahanan udara di Sevastopol.

    Reaksi Moskow sejauh ini hanya bersifat vokal.

    Sumber anonim di TASS mengeklaim bahwa pesawat tempur Su-27 dikerahkan untuk mengawasi pesawat Perancis tersebut.

    Dmitry Suslov, seorang analis yang berafiliasi dengan Kremlin, menyatakan bahwa NATO sedang “mendorong batasan” dan menyiratkan kemungkinan tindakan balasan jika penerbangan semacam ini terus berlanjut.

    Namun, tidak ada konfirmasi dari sumber Barat, termasuk Perancis atau NATO, sehingga klaim ini tetap terikat pada narasi Rusia.

    Kementerian Pertahanan Perancis belum memberikan komentar resmi mengenai insiden ini.

    Sementara itu, Flightradar24 tidak menunjukkan jejak pesawat dengan panggilan FAF4091, yang mengindikasikan kemungkinan bahwa transponder memang dimatikan atau data yang dilaporkan tidak akurat.

    Analisis mengenai insiden ini bervariasi.

    Beberapa pakar mempertanyakan keakuratan klaim tersebut, mengingat ketidakpastian yang mengelilingi laporan-laporan sebelumnya tentang pelanggaran oleh NATO.

    Namun, situasi ini tetap menjadi perhatian besar, mengingat pentingnya Krimea dalam dominasi Rusia di Laut Hitam dan dampaknya terhadap hubungan NATO-Rusia yang sudah tegang akibat konflik di Ukraina.

    Dengan ketegangan yang terus meningkat, insiden ini menambah lapisan kompleksitas dalam dinamika geopolitik di kawasan tersebut, di mana setiap langkah dapat berpotensi memicu reaksi yang lebih luas.

    Aliansi Eropa Bertemu di London

    Pada hari Minggu, 2 Maret 2025, London menjadi tuan rumah pertemuan penting para pemimpin Eropa yang berfokus pada perang di Ukraina, hanya sehari setelah kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang menegangkan ke Gedung Putih.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Zelensky, dan perwakilan dari 14 negara Eropa lainnya, termasuk anggota NATO dan UE, berkumpul di Lancaster House.

    Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dukungan bagi Ukraina di tengah ketidakpastian atas sikap Amerika setelah bentrokan Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump.

    Starmer menekankan urgensi tersebut, dengan mencatat bahwa Eropa harus mengambil peran utama, sementara Zelensky mengomentari sambutan hangat dibandingkan dengan Washington.

    Para pemimpin sepakat bahwa Inggris, Prancis, dan Ukraina akan menyusun rencana gencatan senjata untuk disampaikan kepada AS guna dibahas lebih lanjut, sebuah langkah yang diumumkan Starmer sebagai sebuah langkah maju.

    Dijuluki “Koalisi yang Bersedia”, rencana ini membayangkan negara-negara Eropa menyediakan pasukan penjaga perdamaian pasca-perjanjian, dengan harapan mendapat dukungan AS sebagai perlindungan terhadap pelanggaran Rusia.

    Keputusan tersebut menyusul janji untuk meningkatkan bantuan militer, termasuk pinjaman Inggris senilai $2,8 miliar dan 5.000 roket pertahanan udara, sementara Rusia mengamati dengan hati-hati, tanggapannya terhadap persyaratan tersebut masih belum jelas.

    Invasi Rusia ke Ukraina 2022

    Pada akhir Februari 2022, Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, yang meningkatkan konflik yang telah memanas sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014.

    Serangan awal menargetkan kota-kota besar Ukraina seperti Kyiv, Kharkiv, dan Mariupol, dengan pasukan Rusia yang mengincar kemenangan cepat.

    Namun, perlawanan militer dan sipil Ukraina terbukti tangguh secara tak terduga, yang menyebabkan perang parit dan perkotaan yang berkepanjangan.

    Sanksi internasional segera dijatuhkan kepada Rusia, dan negara-negara NATO meningkatkan dukungan militer ke Ukraina, yang secara signifikan mengubah dinamika konflik.

     

  • Rupiah Dibuka Perkasa, Berikut Prediksinya Sepanjang Hari Ini – Page 3

    Rupiah Dibuka Perkasa, Berikut Prediksinya Sepanjang Hari Ini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiahperkasa pada pembukaan perdagangan hari Selasa 4 Maret 2025. Rupiah menguat hingga 44 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.436 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.480 per dolar AS.

    Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah menguat seiring harapan perdamaian atas perang di Ukraina.

    “Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS (Amerika Serikat) yang melemah tajam oleh harapan perdamaian perang di Ukraina,” ujarnya dikutip dari Antara, Selasa (4/3/2025).

    Inggris dan Prancis bersepakat untuk bekerja sama dengan Ukraina dalam menyusun rencana perdamaian yang akan disampaikan kepada AS. Kesepakatan itu merupakan hasil diskusi antara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Elemen utama dari usulan rencana perdamaian itu mencakup kemampuan pertahanan Ukraina yang kuat untuk mencegah agresi Rusia, jaminan keamanan Eropa, dan dukungan AS.

    “Harapan dari dukungan penuh negara-negara EU (European Union) dan Inggris akan terus mendukung Ukraina dan usulan perdamaian dari mereka (memberikan sentimen positif terhadap penguatan rupiah),” kata Lukman.

    Di samping itu, dolar AS juga tertekan data Purchasing Managers Index (PMI) oleh Institute of Supply Management (ISM) Manufaktur AS yang mencapai 50,3, lebih lemah dari perkiraan sebesar 50,5.

    Menurut dia, pelemahan ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, terutama terhadap impor baja dan aluminium yang akan meningkatkan biaya produksi, sehingga banyak manufaktur yang cenderung pesimis.

    “Namun, penguatan akan terbatas oleh kebijakan tarif yang dikonfirmasikan oleh Trump akan efektif berlaku sesuai rencana (terhadap Kanada, Meksiko, dan China). (Kisaran kurs rupiah pada hari ini diperkirakan) Rp16.400-Rp16.500,” ucap dia.

     

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari ke-1104 pada Senin (3/3/2025).

    Ketegangan masih terus meningkat di sepanjang perbatasan dan dampak yang jauh meluas ke seluruh dunia.  

    Di tengah situasi yang terus memanas, pertemuan penting terjadi antara dua tokoh besar dunia, yaitu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Raja Charles III dari Inggris.

    Kunjungan ini, membawa makna simbolis yang mendalam, baik bagi Ukraina yang terus berjuang menghadapi agresi Rusia, maupun bagi hubungan diplomatik antara Ukraina dan Inggris.

    Selengkapnya simak peristiwa lainnya berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104:

    Zelensky-Raja Charles III Bertemu

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu Raja Charles III di Sandringham, Inggris.

    Dikutip dari The Guardian, pertemuan ini terjadi setelah Zelensky menghadiri pertemuan puncak Starmer dengan pemimpin Eropa.

    Ini bukan pertama kalinya mereka bertemu, sebelumnya pada 2023, mereka bertemu di Istana Buckingham.

    Inggris telah menjadi pendukung utama Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia, memberikan bantuan militer, ekonomi, dan kemanusiaan.

    Pada peringatan kedua invasi Rusia, Raja Charles menyatakan dukungan penuh kepada Ukraina, menyebut agresi Rusia sebagai “agresi yang tak terlukiskan” dan memuji keberanian rakyat Ukraina.

    Kunjungan ini mempererat hubungan antara kedua negara dan mempertegas komitmen Inggris untuk terus mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.

    Diharapkan pertemuan ini memberikan dampak positif bagi Ukraina dalam memperkuat aliansi internasional.

    Inggris Sediakan 5.000 Rudal Pertahanan untuk Ukraina

    Inggris akan menyediakan 5.000 rudal pertahanan udara untuk Ukraina, seperti yang diumumkan oleh Starmer. 

    Inggris akan mengalokasikan £1,6 miliar (sekitar US$2 miliar) untuk pembelian rudal multiperan ringan, yang dikenal dengan nama Martlet. 

    Rudal ini diproduksi oleh perusahaan pembuat senjata Thales.

    Martlet memiliki jangkauan lebih dari 6 km (3,7 mil) dan dapat ditembakkan dari berbagai platform, baik di darat, laut, maupun udara.

    Zelensky Puji Dukungan Eropa dan Tekankan Pentingnya Jaminan Keamanan

    Zelenskyy memuji “dukungan yang jelas dari Eropa, Inggris, Uni Eropa, dan Turki” setelah kembali ke Ukraina dari pertemuan puncak di London yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.

    “Lebih banyak persatuan, lebih banyak kemauan untuk bekerja sama,” ucap Zelensky.

    “Semua orang bersatu dalam isu utama – agar perdamaian menjadi nyata, kita membutuhkan jaminan keamanan yang nyata. Ini adalah posisi seluruh Eropa,” imbuhnya.

    Zelensky Puji Dukungan AS dan Tegaskan Jaminan Keamanan sebagai Kunci Perdamaian

    Zelenskyy mengungkapkan pentingnya dukungan Amerika Serikat.

    “Kami berterima kasih atas semua dukungan yang kami terima. Tidak ada hari di mana kami tidak merasa bersyukur.”

    Ia menekankan, ketahanan Ukraina bergantung pada bantuan mitra internasional, yang juga berkontribusi pada keamanan mereka sendiri.

    “Yang kami butuhkan adalah perdamaian, bukan perang tanpa akhir. Dan itu sebabnya kami mengatakan jaminan keamanan adalah kuncinya,” tambah Zelenskyy.

    Sebelumnya, Zelenskyy berupaya memajukan pembicaraan dengan Presiden AS, Donald Trump, setelah pertemuan yang sulit.

    Ia mengisyaratkan kesiapan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan mineral dan berharap untuk pembicaraan “konstruktif” dengan pemerintah AS mengenai langkah selanjutnya.

    Pada Minggu (2/3/2025) malam, sebuah pesawat nirawak Rusia menyerang gedung apartemen bertingkat di kota Kharkiv, Ukraina, yang merupakan kota terbesar kedua di negara tersebut.

    Serangan ini menyebabkan kebakaran dan melukai delapan orang, menurut wali kota Kharkiv, Ihor Terekhov.

    Selain itu, tiga bangunan tempat tinggal lainnya rusak akibat serangan tersebut.

    Di kota Zaporizhzhia, serangan pesawat nirawak Rusia lainnya melukai seorang warga sipil.

    Serangan ini memicu kebakaran besar di sebuah bangunan tempat tinggal, menghancurkan atapnya, yang sebagian runtuh.

    Dua orang berhasil diselamatkan dari bawah reruntuhan.

    Gelombang ledakan yang terjadi merusak rumah-rumah di sekitarnya, menyebabkan puluhan orang kehilangan tempat tinggal.

    Ukraina Protes Rotasi IAEA di Zaporizhzhia melalui Wilayah Pendudukan

    Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melakukan rotasi pengamat di PLTN Zaporizhzhia melalui wilayah pendudukan Ukraina, yang disertai oleh personel militer Rusia.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina menanggapi tindakan ini dengan mengirimkan nota protes kepada IAEA, menganggapnya sebagai evakuasi kemanusiaan yang dilakukan di bawah tekanan Rusia.

    Dikutip dari Suspilne, rotasi ini melibatkan 27 pengamat IAEA, termasuk tiga inspektur, yang bertugas memantau keselamatan operasional dan fisik stasiun.

    Untuk pertama kalinya, rute rotasi melewati sepenuhnya wilayah yang dikuasai oleh Rusia dan didampingi oleh prajurit Garda Rusia.

    Rotasi ini seharusnya dilakukan sebulan lalu, namun tertunda dua kali.

    Ukraina mengutuk fakta bahwa rotasi ini melibatkan wilayah yang mereka anggap sebagai pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina juga menuduh Rusia memaksa karyawan IAEA untuk tetap tinggal lebih lama dari yang direncanakan, menyebabkan tekanan psikologis yang besar.

    Ukraina menegaskan, tindakan tersebut melanggar hukum internasional dan resolusi Majelis Umum PBB, serta memperingatkan agar tidak ada tindakan serupa di masa depan.

    Prancis dan Inggris Usulkan Gencatan Senjata Satu Bulan di Ukraina

    Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata sebagian selama sebulan antara Rusia dan Ukraina, yang tidak mencakup pertempuran darat.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkapkan hal ini dalam wawancara dengan surat kabar Le Figaro pada Minggu (2/3/2025).

    Menurut Macron, gencatan senjata ini akan berlaku di udara, laut, dan fasilitas energi, namun tidak mencakup pertempuran di darat.

    Macron menjelaskan bahwa keuntungan dari inisiatif ini adalah kemampuannya untuk lebih mudah dikendalikan.

    Namun, ia juga menekankan tantangan dalam memverifikasi kepatuhan terhadap gencatan senjata, mengingat garis depan yang panjang, yang sejauh ini setara dengan jarak antara Paris dan Budapest.

    Macron menambahkan, pada tahap kedua, tentara Eropa akan dikerahkan di wilayah Ukraina.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)