Tag: Emmanuel Macron

  • Presiden Abbas Sambut Baik Rencana Prancis Akui Negara Palestina

    Presiden Abbas Sambut Baik Rencana Prancis Akui Negara Palestina

    JAKARTA – Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyambut baik surat dari Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menegaskan Prancis akan secara resmi mengakui Negara Palestina pada sidang Majelis Umum PBB Bulan September mendatang.

    Presiden Abbas menyampaikan apresiasi yang mendalam atas langkah berani Prancis, yang akan berkontribusi signifikan terhadap pencapaian perdamaian berdasarkan solusi dua negara yang sejalan dengan legitimasi dan hukum internasional.

    “Langkah ini merupakan kemenangan bagi perjuangan Palestina,” kata Presiden Abbas, melansir WAFA 25 Juli.

    “Ini mencerminkan komitmen tulus Prancis untuk mendukung rakyat Palestina dan hak-hak sah mereka atas tanah dan tanah air mereka, sesuai dengan hukum internasional dan legitimasi yang diakui,” tandasnya.

    Lebih jauh Presiden Abbas menekankan, pengakuan Prancis merupakan bukti peran negara-negara yang meyakini solusi dua negara dan berkomitmen untuk menyelamatkannya, mengingat upaya sistematis Israel untuk melemahkannya, terutama melalui perang genosida yang sedang berlangsung di Gaza.

    Ia juga mendesak semua negara, terutama negara-negara Eropa yang belum mengakui Negara Palestina, untuk mengakuinya berdasarkan solusi dua negara yang didukung secara internasional.

    Presiden Abbas juga tidak lupa menekankan kembali pentingnya mendukung keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Dalam pernyataannya, Presiden Abbas juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kerajaan Arab Saudi atas upaya dan sikap teguhnya, memainkan peran kunci dalam mendorong keputusan Prancis untuk mengakui Negara Palestina.

    Presiden juga memuji upaya Komite Menteri Luar Negeri Arab-Islam dan seluruh anggotanya, serta koalisi internasional yang lebih luas yang mendukung implementasi solusi dua negara, serta kerja gugus tugas dan peserta Konferensi Perdamaian Internasional mendatang yang dijadwalkan berlangsung di New York pada akhir bulan ini.

  • Trump Ejek Macron yang Mau Akui Negara Palestina

    Trump Ejek Macron yang Mau Akui Negara Palestina

    Washington DC

    Presiden Emmanuel Macron menyatakan Prancis akan mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menilai pernyataan Macron itu tidak berbobot.

    “Dia orang yang sangat baik, saya menyukainya, tetapi pernyataan itu tidak berbobot,” kata Trump kepada wartawan, menanggapi pengumuman presiden Prancis sehari sebelumnya untuk secara resmi mengakui Negara Palestina, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025).

    Trump juga menyalahkan Hamas terkait gagalnya perundingan gencatan senjata di Gaza yang dilakukan mediator di Doha, Qatar. Trump menuduh Hamas tidak menginginkan kesepakatan gencatan senjata.

    “Sayang sekali. Hamas sebenarnya tidak ingin membuat kesepakatan. Saya pikir mereka ingin mati,” kata Trump.

    Diketahui, para mediator antara delegasi Israel dan Hamas selama lebih dari dua minggu melakukan mediasi sebelum akhirnya pihak AS mundur dari perundingan.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemerintahnya masih mengupayakan kesepakatan meskipun telah menarik negosiatornya dari Doha.

    Pada Kamis (24/7) kemarin, Presiden Emmanuel Macron mengatakan Prancis akan mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB pada September.

    “Sejalan dengan komitmen bersejarah untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya memutuskan Prancis akan mengakui Negara Palestina. Pengumuman resmi akan saya sampaikan di Sidang Umum PBB pada September,” tulis Macron di media sosial.

    “Saat ini, yang mendesak adalah mengakhiri perang di Gaza dan memberikan bantuan kepada warga sipil. Perdamaian itu mungkin terjadi.”

    Lihat juga video: Video: Prancis Akan Akui Negara Palestina

    (lir/dhn)

  • Video: AS Kecam Rencana Prancis Akui Negara Palestina

    Video: AS Kecam Rencana Prancis Akui Negara Palestina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Washington mengecam keras rencana Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengakui negara Palestina pada sidang majelis umum PBB bulan September mendatang

    Selengkapnya dalam program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (25/07/2025).

  • Sikap AS hingga Saudi Usai Prancis Siap Akui Negara Palestina

    Sikap AS hingga Saudi Usai Prancis Siap Akui Negara Palestina

    Jakarta

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan Prancis akan mengakui negara Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan Macron itu menuai reaksi Pemerintah Amerika Serikat (AS) hingga Arab Saudi.

    Dirangkum detikcom, Jumat (25/7/2025), pernyataan itu disampaikan Macron pada Kamis (24/7) waktu setempat. Macron mengatakan pengumuman akan disampaikan September mendatang.

    “Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” tulis kepala negara Prancis tersebut di media sosial X dan Instagram.

    Kementerian Luar Negeri Yordania juga menyampaikan apresiasi atas keputusan Macron.

    “Ini adalah langkah ke arah yang benar menuju terwujudnya solusi dua negara dan berakhirnya pendudukan,” kata juru bicara kementerian, Sufian Qudah, dalam sebuah pernyataan.

    Tonton juga video “Prancis Akan Akui Negara Palestina” di sini:

    Termasuk Prancis, status kenegaraan Palestina kini diakui oleh 142 negara, meskipun Israel dan Amerika Serikat sangat menentang pengakuan tersebut.

    Prancis akan menjadi kekuatan Eropa paling signifikan yang mengakui negara Palestina.

    “Prioritas mendesak saat ini adalah mengakhiri perang di Gaza dan menyelamatkan penduduk sipil,” tulis Macron di X.

    “Kita akhirnya harus membangun Negara Palestina, memastikan kelangsungannya, dan memungkinkannya, dengan menerima demiliterisasinya dan sepenuhnya mengakui Israel, untuk berkontribusi pada keamanan semua orang di Timur Tengah,” imbuh Macron.

    Kata Arab Saudi

    Pemerintah Arab Saudi memuji keputusan “bersejarah” yang dibuat oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengakui negara Palestina. Saudi pun mendesak negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa.

    Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Kerajaan memuji keputusan bersejarah ini, yang menegaskan kembali konsensus komunitas internasional tentang hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan mendirikan negara merdeka mereka di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.”

    “Kerajaan menggarisbawahi pentingnya upaya berkelanjutan oleh negara-negara untuk menerapkan resolusi internasional dan menegakkan hukum internasional,” imbuh Kementerian Luar Negeri Saudi, dilansir dari Al Arabiya, Jumat (25/7).

    “Kerajaan menegaskan kembali seruannya kepada semua negara yang belum mengakui Negara Palestina untuk mengambil langkah positif serupa dan mengambil posisi serius yang mendukung perdamaian dan hak-hak sah rakyat Palestina,” ujar kementerian.

    AS Bilang Keputusan Sembrono

    Pemerintah AS mengecam keras rencana Presiden Prancis, Emmanuel Macron, untuk mengakui negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September mendatang.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio dalam pernyataannya, seperti dilansir The Times of Israel, Jumat (25/7/2025), mengkritik rencana Macron itu sebagai “keputusan sembrono”.

    Dia juga menyebut pengakuan terhadap negara Palestina oleh Prancis akan menguntungkan Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel selama 21 bulan terakhir.

    Menurut Rubio, langkah semacam itu juga sama saja memberikan tamparan ke wajah para korban serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang berkelanjutan di Jalur Gaza hingga saat ini.

    “Keputusan sembrono ini hanya akan menguntungkan propaganda Hamas dan menghambat perdamaian. Ini adalah tamparan di wajah para korban (serangan) 7 Oktober,” ucap Rubio dalam pernyataannya.

    Reaksi keras AS ini disampaikan setelah Macron, pada Kamis (24/7) waktu setempat, mengumumkan bahwa Prancis akan secara resmi mengakui negara Palestina di hadapan Majelis Umum PBB yang menggelar sidang pada September mendatang.

    “Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” tulis kepala negara Prancis tersebut di media sosial X dan Instagram.

    Termasuk Prancis, status kenegaraan Palestina kini telah diakui oleh 142 negara, meskipun Israel dan AS sangat menentang pengakuan tersebut. Prancis akan menjadi kekuatan Eropa paling signifikan yang mengakui negara Palestina.

    “Prioritas mendesak saat ini adalah mengakhiri perang di Gaza dan menyelamatkan penduduk sipil,” kata Macron.

    “Kita akhirnya harus membangun Negara Palestina, memastikan kelangsungan hidupnya, dan memungkinkannya, dengan menerima demiliterisasi dan sepenuhnya mengakui Israel, untuk berkontribusi pada keamanan semua orang di Timur Tengah,” tandasnya.

    Pengumuman Macron itu menuai kecaman keras dari para pemimpin Israel, dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyebut keputusan itu “memberikan imbalan kepada teror” dan menimbulkan ancaman eksistensial, menyediakan “landasan peluncuran untuk memusnahkan” Israel.

    Sementara Menlu Israel Gideon Saar menyebut bahwa “negara Palestina akan menjadi negara Hamas”.

    Tonton juga video “Presiden Israel: Operasi Kami di Gaza Sesuai Hukum Internasional” di sini:

    Halaman 2 dari 5

    (whn/lir)

  • Prancis Akan Akui Negara Palestina, Jerman Nyusul?

    Prancis Akan Akui Negara Palestina, Jerman Nyusul?

    Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengumumkan bahwa Prancis akan secara resmi mengakui negara Palestina pada September mendatang. Pemerintah Jerman angkat bicara keputusan Macron tersebut.

    Pemerintah Jerman menyatakan bahwa mereka “tidak berencana untuk mengakui negara Palestina dalam waktu dekat”.

    “Pemerintah terus memandang pengakuan negara Palestina sebagai salah satu langkah terakhir dalam mencapai solusi dua negara,” kata juru bicara pemerintah Jerman, Stefan Kornelius dalam sebuah pernyataan, dilansir dari kantor berita AFP, Jumat (25/7/2025). Dia menambahkan bahwa “keamanan Israel merupakan hal terpenting bagi pemerintah Jerman”.

    Sebelumnya, pada hari Kamis (24/7) waktu setempat, Macron mengumumkan bahwa Prancis akan mengakui negara Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan September mendatang.

    “Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” tulis kepala negara Prancis tersebut di media sosial X dan Instagram.

    Termasuk Prancis, status kenegaraan Palestina kini diakui oleh 142 negara, meskipun Israel dan Amerika Serikat sangat menentang pengakuan tersebut.

    Prancis akan menjadi kekuatan Eropa paling signifikan yang mengakui negara Palestina.

    “Prioritas mendesak saat ini adalah mengakhiri perang di Gaza dan menyelamatkan penduduk sipil,” tulis Macron di X.

    “Kita akhirnya harus membangun Negara Palestina, memastikan kelangsungannya, dan memungkinkannya, dengan menerima demiliterisasinya dan sepenuhnya mengakui Israel, untuk berkontribusi pada keamanan semua orang di Timur Tengah,” imbuh Macron.

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengecam keras keputusan Prancis tersebut. Dia menyebut keputusan itu “memberikan imbalan kepada teror” dan menimbulkan ancaman eksistensial, menyediakan “landasan peluncuran untuk memusnahkan” Israel.

  • Prancis Akan Akui Palestina sebagai Negara

    Prancis Akan Akui Palestina sebagai Negara

    Jakarta

    Prancis akan mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB pada September, kata Presiden Emmanuel Macron pada Kamis (24/7).

    “Sejalan dengan komitmen bersejarah untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya memutuskan Prancis akan mengakui Negara Palestina. Pengumuman resmi akan saya sampaikan di Sidang Umum PBB pada September,” tulis Macron di media sosial.

    “Saat ini, yang mendesak adalah mengakhiri perang di Gaza dan memberikan bantuan kepada warga sipil. Perdamaian itu mungkin terjadi.”

    Netanyahu tolak keras langkah Macron

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengakui negara Palestina sebagai langkah yang “menghadiahkan teror dan berisiko menciptakan proksi Iran lain, seperti yang terjadi di Gaza.”

    “Kami dengan keras mengecam keputusan Presiden Macron untuk mengakui negara Palestina di dekat Tel Aviv pasca-pembantaian 7 Oktober,” tulis Netanyahu di X.

    “Negara Palestina dalam kondisi seperti ini akan menjadi pangkalan untuk menghancurkan Israel, bukan untuk hidup berdampingan secara damai. Jelas sekali: Palestina tidak menginginkan negara di samping Israel, mereka menginginkan negara pengganti Israel,” katanya.

    Palestina dan Spanyol dukung langkah Prancis

    Otoritas Palestina pada Kamis (24/07) menyambut baik pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Prancis akan secara resmi mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB pada September.

    Pada hari yang sama, Macron merilis surat yang dikirim kepada Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas yang menegaskan niat Prancis untuk melanjutkan pengakuan Palestina.

    Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez juga menyambut keputusan Prancis untuk bergabung dengan Spanyol dalam mengakui negara Palestina merdeka, menyebutnya akan “melindungi” solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

    “Bersama, kita harus melindungi apa yang coba dihancurkan Netanyahu. Solusi dua negara adalah satu-satunya solusi,” tulis PM Spanyol di X.

    AS anggap rencana Macron bahayakan perdamaian

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Kamis dengan keras mengkritik niat Prancis untuk mengakui negara Palestina dan menyebut keputusan itu “sembrono.”

    “Amerika Serikat dengan tegas menolak rencana Emmanuel Macron untuk mengakui negara Palestina,” tulis Rubio di X. “Keputusan sembrono ini hanya melayani propaganda Hamas dan menghambat perdamaian. Ini adalah tamparan bagi korban 7 Oktober.”

    Artikel ini pertama kali dirilis dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Alfi Milano Anadri
    Editor: Rahka Susanto / Hendra Pasuhuk

    Tonton juga video “Prancis Akan Akui Negara Palestina” di sini:

    (ita/ita)

  • Akan Akui Negara Palestina, Prancis Tegaskan Menentang Hamas!

    Akan Akui Negara Palestina, Prancis Tegaskan Menentang Hamas!

    Paris

    Pemerintah Prancis menegaskan bahwa negara mereka menentang kelompok militan Palestina, Hamas. Hal ini disampaikan setelah rencananya untuk secara resmi mengakui negara Palestina menuai banyak kecaman. Prancis bahkan menyebut Hamas sebagai “organisasi teroris”.

    “Hamas selalu mengesampingkan solusi dua negara. Dengan mengakui Palestina, Prancis menentang organisasi teroris itu,” tegas Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis, Jean-Noel Barrot, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (25/7/2025).

    Penegasan itu disampaikan setelah Presiden Emmanuel Macron pada Kamis (24/7) waktu setempat, mengumumkan bahwa Prancis akan secara resmi mengakui negara Palestina di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September mendatang.

    “Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” kata Macron dalam pernyataan via media sosial X dan Instagram.

    Termasuk Prancis, status kenegaraan Palestina kini telah diakui oleh 142 negara, meskipun Israel dan Amerika Serikat (AS) sangat menentang pengakuan tersebut. Prancis akan menjadi kekuatan Eropa paling signifikan yang mengakui negara Palestina.

    Hamas menyambut baik pengumuman Macron tersebut, dengan menyebutnya sebagai “langkah positif ke arah yang benar untuk menegakkan keadilan bagi rakyat Palestina kami yang tertindas”.

    Sementara Israel memberikan kecaman keras, dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyebut keputusan Prancis itu sama saja “memberikan imbalan kepada teror” dan menimbulkan ancaman eksistensial, serta menyediakan “landasan peluncuran untuk memusnahkan” Israel.

    Menlu Israel Gideon Saar, dalam tanggapannya, bahkan menyebut bahwa “negara Palestina akan menjadi negara Hamas”.

    Reaksi keras juga disampaikan oleh AS yang menolak keras rencana Macron untuk mengakui negara Palestina. Menlu AS, Marco Rubio, mengkritik rencana Macron itu sebagai “keputusan sembrono” dan akan menguntungkan Hamas.

    Namun, Barrot dalam pernyataannya menegaskan bahwa Prancis dengan keputusannya tersebut, tetap “mendukung pihak perdamaian melawan pihak perang”.

    Tonton juga video “Kanselir Jerman: Apa yang Terjadi di Gaza Tak Dapat Diterima” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kelompok Hamas Sambut Baik Rencana Prancis Mengakui Negara Palestina

    Kelompok Hamas Sambut Baik Rencana Prancis Mengakui Negara Palestina

    JAKARTA – Kelompok militan Palestina mengapresiasi pengumuman Presiden Emmanuel Macron terkait rencana Prancis mengakui Negara Palestina pada Bulan September mendatang.

    “Pengumuman (Presiden) Macron merupakan langkah positif ke arah yang benar menuju keadilan bagi rakyat Palestina yang tertindas dan menuju dukungan bagi hak mereka untuk mendirikan negara mereka sendiri,” kata Kelompok Hamas, melansir The Times of Israel 25 Juli.

    Hamas mengatakan keputusan Presiden Macron “mencerminkan keyakinan internasional yang semakin kuat akan keadilan perjuangan Palestina dan kegagalan pendudukan untuk memutarbalikkan fakta.”

    “Kami menyerukan kepada semua negara di seluruh dunia yang belum mengakui Negara Palestina untuk mengikuti contoh Prancis,” tambah kelompok militan tersebut.

    Sebelumnya, Presiden Macron dalam unggahannya di media sosial X mengumumkan rencana Prancis mengakui Negara Palestina dalam Sidang Umum PBB September mendatang, berharap hal itu akan membantu membawa perdamaian ke kawasan tersebut.

    “Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan Prancis akan mengakui Negara Palestina,” kata Presiden Macron, melansir Reuters.

    “Saya akan membuat pengumuman khidmat ini di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa September mendatang,” tambahnya.

    Terpisah, Wakil Presiden Otoritas Palestina Hussein Al Sheikh dalam unggahannya di media sosial X berterima kasih dan mengapresiasi Presiden Macron.

    “Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Yang Mulia Presiden Emmanuel Macron atas suratnya yang ditujukan kepada Yang Mulia Presiden Mahmoud Abbas, yang di dalamnya beliau menegaskan kembali posisi teguh Prancis dan menegaskan niat negaranya untuk mengakui Negara Palestina pada Bulan September,” tulisnya di X.

    Ia menambahkan, “posisi ini mencerminkan komitmen Prancis terhadap hukum internasional dan dukungannya terhadap hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan pembentukan negara merdeka kami.”

    We express our thanks and appreciation to His Excellency President Emmanuel Macron for his letter addressed to His Excellency President Mahmoud Abbas, in which he reaffirmed France’s steadfast position and confirmed his country’s intention to recognize the State of Palestine in… https://t.co/Jio2cvWtVm

    — حسين الشيخ Hussein Al Sheikh (@HusseinSheikhpl) July 24, 2025

  • Macron Gugat Podcaster Asal AS Usai Tuding Istrinya Terlahir Laki-laki

    Macron Gugat Podcaster Asal AS Usai Tuding Istrinya Terlahir Laki-laki

    Jakarta

    Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan istrinya, Brigitte, mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap seorang podcaster asal Amerika Serikat (AS) bernama Candace Owens. Gugatan itu didasari atas tudingan Owens yang menyebut Brigitte Macron terlahir sebagai laki-laki.

    Gugatan setebal 218 halaman itu diajukan oleh keluarga Macron di Pengadilan Tinggi Delaware pada Rabu (23/7). Dalam pernyataan yang dirilis oleh pengacara mereka, keluarga Macron mengatakan bahwa mereka mengajukan gugatan tersebut setelah Owens berulang kali mengabaikan permintaan untuk mencabut pernyataan palsu dan pencemaran nama baik yang dibuat dalam serial YouTube dan podcast delapan episode berjudul “Becoming Brigitte.”

    “Kampanye pencemaran nama baik Owens jelas dirancang untuk melecehkan dan menyakiti kami dan keluarga kami serta untuk mendapatkan perhatian dan ketenaran,” kata pengacara keluarga Macron dilansir AFP, Kamis (24/7/2025).

    Gugatan tersebut juga menyebut Owens menggunakan podcast populernya untuk menyebarkan kebohongan tentang keluarga Macron, termasuk bahwa Brigitte Macron terlahir sebagai laki-laki. Pihak Macron menyebut Owens lewat podcast-nya telah menyebut Macron dan Brigitte saudara sedarah dan Macron terpilih menjadi Presiden Prancis melalui program pengendalian pikiran yang dioperasikan CIA.

    “Jika pernah ada kasus pencemaran nama baik yang jelas, inilah dia,” kata Tom Clare, pengacara keluarga Macron, dalam sebuah pernyataan.

    “Owens mempromosikan dan memperluas kebohongan tersebut, serta menciptakan kebohongan baru, yang semuanya dirancang untuk menyebabkan kerugian maksimal bagi keluarga Macron dan memaksimalkan perhatian serta keuntungan finansial untuk dirinya sendiri.”

    Brigitte Macron, 72 tahun, juga telah mengajukan gugatan ke pengadilan di Prancis untuk melawan klaim bahwa ia terlahir sebagai laki-laki.

    Putusan itu dibatalkan oleh pengadilan banding Paris dan Macron mengajukan banding ke pengadilan banding tertinggi, Pengadilan Kasasi, awal bulan ini.

    (ygs/ygs)

  • Kaki Bengkak-Memar di Tangan Jadi Awal Masalah Pembuluh Darah Trump Terungkap

    Kaki Bengkak-Memar di Tangan Jadi Awal Masalah Pembuluh Darah Trump Terungkap

    Washington

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menderita masalah pembuluh darah kronis. Hal itu diumumkan Gedung Putih setelah foto-foto yang menunjukkan memar di tangan Trump beredar dan menimbulkan spekulasi selama berhari-hari.

    Dilansir BBC, Minggu (20/7/2025), Trump baru-baru ini juga mengalami pembengkakan di kakinya. Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump telah menjalani pemeriksaan komprehensif, termasuk tes vaskular.

    Leavitt mengatakan tangan Trump yang memar sesuai dengan ‘kerusakan jaringan akibat sering berjabat tangan’ serta konsumsi aspirin, yang menurutnya merupakan bagian dari rejimen pencegahan kardiovaskular standar. Trump yang berusia 79 tahun sering menyebut kesehatannya baik dan pernah menggambarkan dirinya sebagai ‘presiden tersehat yang pernah hidup’.

    Leavitt menyebut pemeriksaan medis menunjukkan Trump mengalami masalah pembuluh darah yang disebut insufisiensi vena kronis. Kondisi itu terjadi ketika vena kaki gagal memompa darah ke jantung dan menyebabkannya mengumpul di tungkai bawah hingga dapat menjadi bengkak.

    Leavitt mengatakan tidak ada bukti trombosis vena dalam atau penyakit arteri. Dia juga menyebut semua hasil tes dalam batas normal.

    Menurut catatan dari dokter Gedung Putih, Sean Barbabella, kondisi yang dialami Trump disebut jinak dan umum terutama pada orang di atas usia 70 tahun. Pemeriksaan tambahan, katanya, menunjukkan tidak ada tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal, atau penyakit sistemik pada Trump. Secara keseluruhan, Trump disebut berada dalam ‘kondisi kesehatan yang sangat baik’.

    Asisten profesor bedah vaskular di University of Texas, Meryl Logan, mengatakan vena dan katup mendorong darah ke atas dan keluar dari kaki kembali ke jantung. Dia menyebut darah yang mengalir dari kaki ke jantung bergerak melawan gravitasi yang dapat mempersulit proses tersebut.

    Memar di Tangan yang Jadi Sorotan

    Kondisi kesehatan Trump menjadi sorotan usai para fotografer mengabadikan apa yang tampak seperti kaki Trump bengkak saat final Piala Dunia Antarklub FIFA di New Jersey pada 13 Juli lalu. Selain itu, ada juga foto-foto yang menunjukkan tangan Trump memar saat bertemu dengan Perdana Menteri Bahrain Salman bin Hamad bin Isa Al Khalifa di Gedung Putih.

    Memar di tangan Trump sebelumnya telah difoto saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada bulan Februari. Kakinya yang bengkak dan memar itu kemudian memicu spekulasi dan rumor daring bahwa Trump mungkin mengalami penyakit yang belum dipublikasikan.

    Setelah pemeriksaan fisik tahunan pada bulan April, Barbabella menulis bahwa Trump menunjukkan kesehatan kognitif dan fisik. Trump berusia 78 tahun tujuh bulan ketika ia dilantik untuk masa jabatan keduanya pada bulan Januari, menjadikannya presiden tertua yang pernah dilantik sebagai pemimpin AS.

    Para dokter mengatakan kepada BBC mereka setuju dengan penilaian Barbabella tentang insufisiensi vena kronis. Para ahli mengatakan risiko lain termasuk kelebihan berat badan, memiliki riwayat pembekuan darah, dan pekerjaan yang mengharuskan pasien berdiri dalam waktu lama juga dapat memicu masalah tersebut.

    Mengenakan stoking kompresi medis yang dibuat khusus dapat membantu mengatasi kondisi ini dan para ahli juga menyarankan pasien untuk meninggikan kaki mereka di malam hari. Insufisiensi vena kronis disebut hanya mempengaruhi bagian bawah tubuh, sehingga kondisi ini tidak terkait dengan memar yang terlihat di tangan presiden, yang memicu spekulasi dalam beberapa hari terakhir.

    Dokter presiden mengatakan memar tersebut merupakan akibat dari berjabat tangan dan efek samping dari penggunaan aspirin, obat yang dapat membantu mencegah serangan jantung, pembekuan darah, dan stroke.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini