Tag: Elon Musk

  • Apa Itu USAID yang Hendak Ditutup Trump? Ini Penjelasannya

    Apa Itu USAID yang Hendak Ditutup Trump? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    United States Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dilaporkan hendak ditutup. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan sedang mempertimbangkan masa depan badan tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Senin (3/2/2025), Trump mengungkapkan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan masa depan USAID, yang selama ini banyak memberikan bantuan kemanusiaan di luar negeri. Dia juga menuduh USAID dikelola oleh “orang-orang gila yang radikal” dan mengatakan pemerintahannya akan mengeluarkan “orang-orang gila” dari badan tersebut.

    “Ini (USAID) dikelola oleh sekelompok orang gila yang radikal, dan kita akan mengeluarkan mereka. USAID, dikelola oleh orang gila yang radikal, dan kita akan mengeluarkan mereka, lalu kita akan mengambil keputusan (mengenai masa depannya),” ucap Trump pada Minggu (2/2/2025) malam tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Trump kemudian menegaskan dukungannya untuk Elon Musk yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE), dengan mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya merasa miliarder AS itu “melakukan pekerjaan dengan baik” meskipun mereka tidak sepakat dalam setiap hal. Dia juga memuji Musk “sangat cerdas”.

    Diketahui, serangan terhadap USAID kerap dilontarkan oleh Elon Musk, dengan menyebut USAID sebagai badan sayap kiri yang tidak bertanggung jawab kepada Gedung Putih. Pernyataan Musk tersebut disebut sebagai tuduhan serius dan sering diajukan tanpa bukti, dan mungkin didorong oleh ideologinya saja.

    Apa Itu USAID?

    Mengutip dari website resmi pemerintah AS (USA.gov), Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau USAID adalah badan utama Amerika Serikat yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada negara-negara yang baru pulih dari bencana, yang sedang berusaha keluar dari kemiskinan, dan yang sedang melakukan reformasi demokratis. USAID dibentuk berdasarkan undang-undang yang disahkan oleh Kongres AS sejak awal tahun 1960-an.

    Menurut Congressional Research Service, USAID telah mempekerjakan sekitar 10 ribu orang, yang dua pertiganya bekerja di luar negeri. Badan ini memiliki kantor di lebih dari 60 negara dan bekerja di puluhan negara lainnya. Namun, sebagian besar pekerjaan di lapangan dilakukan oleh organisasi lain yang dikontrak dan didanai oleh USAID.

    Cakupan kegiatan yang dilakukan USAID sangat luas. Sebagai contoh, badan ini tidak hanya menyediakan makanan di negara-negara di mana banyak orang kelaparan, tetapi juga mengoperasikan sistem pendeteksi kelaparan berstandar emas di dunia, yang menggunakan analisis data untuk mencoba memprediksi di mana kekurangan makanan akan muncul. Sebagian besar anggaran USAID juga dihabiskan untuk program-program kesehatan, seperti memberikan vaksinasi polio di negara-negara di mana penyakit ini masih beredar dan membantu menghentikan penyebaran virus yang berpotensi menyebabkan pandemi, demikian laporan yang dilansir BBC, Rabu (5/2/2025).

    Nasib Karyawan USAID

    Ribuan karyawan di USAID akan ditempatkan cuti mulai Jumat (7/2/2025) malam, demikian yang disampaikan dalam keterangan tertulis yang dilansir website resmi badan tersebut (USAID.gov). Cuti administratif ini berlaku secara global, dengan pengecualian bagi personel tertentu yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi penting, kepemimpinan inti, dan program-program khusus.

    Dalam pernyataannya tersebut, USAID mengatakan bahwa mereka akan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri AS untuk mengatur dan membiayai perjalanan pulang bagi personil yang ditempatkan di luar AS dalam waktu 30 hari. Para karyawan yang termasuk dalam pengecualian akan diberitahu pada Kamis (6/2/2025) sore waktu setempat. Pernyataan itu pun diakhiri dengan pesan: “Terima kasih atas pelayanan Anda.”

    Menurut laporan BBC, Kamis (6/2/2025), langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari serangkaian pemangkasan anggaran yang telah diberlakukan Donald Trump sejak kembali menjabat bulan lalu melalui koordinasi dengan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang tidak resmi milik Elon Musk.

    (wia/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 5 Populer Internasional: Penguasa Gaza setelah Perang – Zelensky Minta Dikirimi Senjata Nuklir – Halaman all

    5 Populer Internasional: Penguasa Gaza setelah Perang – Zelensky Minta Dikirimi Senjata Nuklir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.

    Presiden Ukraina meminta Barat untuk dikirimi senjata nuklir untuk menghentikan invasi Rusia.

    Sementara itu, 45.000 tentara Ukraina tewas sejak dimulainya perang pada 2022 lalu.

    Di tengah gencatan senjata Gaza, muncul pertanyaan siapa yang nantinya akan memimpin wilayah tersebut.

    Berikut berita selengkapnya.

    1. Zelensky Minta Barat Kirimi Ukraina Senjata Nuklir, Rusia: Dia Sudah Sinting

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengusulkan Barat untuk memberi Ukraina senjata nuklir agar bisa menghentikan invasi Rusia.

    Jika Ukraina tidak diberi nuklir, sebagai gantinya, kata Zelensky, Ukraina harus cepat dijadikan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

    Pada hari Selasa, (4/2/2025), seorang jurnalis Inggris bernama Piers Morgan menerbitkan hasil wawancara dengan Zelensky.

    Dalam wawancara itu Zelensky ditanya alasan Ukraina bersikeras meminta jadi anggota NATO dan menolak alternatif lain.

    Dia berujar jika Ukraina dicegah bergabung dengan NATO, Ukraina punya hak untuk bertanya alasan Barat terus membela Ukraina selama invasi Rusia.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. 45.000 Tentara Ukraina Tewas Lawan Rusia, Zelensky Siap Negosiasi Damai dengan Putin

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Ukraina telah kehilangan setidaknya 45.100 tentara Ukraina yang tewas.

    Dan total 390.000 tentara Ukraina terluka dalam perang.

    Zelensky menambahkan bahwa hampir setengah dari tentara Ukraina yang terluka kemudian kembali berperang di garis depan perang.

    Ukraina mengklaim Rusia telah menderita setidaknya 842.390 korban dalam perang, angka ini belum dikonfirmasi Moskow.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Kemarahan Elon Musk yang Memicu Keputusan Donald Trump Menutup USAID

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan membubarkan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) yang sudah 64 tahun berdiri.

    Pembubaran ini dilakukan Donald Trump setelah Elon Musk selaku Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah di kabinet baru Trump tak diberi akses masuk ke sistem USAID.

    Elon Musk mencurigai lembaga amal itu menjalankan praktik penyalahgunaan anggaran, termasuk jaringan penipuan yang mengalihkan dana ke pihak yang tidak berhak.

    Hal ini membuat Elon Musk murka, hingga menyebutnya sebagai “organisasi kriminal”, tak sampai di situ buntut pembatasan akses 60 pejabat tinggi USAID diberi sanksi cuti administratif.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Hamas Kecam Pernyataan Trump soal Gaza: Resep untuk Kekacauan di Timur Tengah

    Seorang pejabat senior Hamas mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (4/2/2025).

    Bermula dari Trump yang mengatakan bahwa warga Palestina tidak ingin meninggalkan Gaza karena tidak memiliki alternatif.

    Pernyataan Trump tersebut membuat seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri geram.

    Ia menyebut pernyataan Trump justru akan memicu ketegangan di Timur Tengah.

    “Kami menganggapnya sebagai resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di wilayah tersebut. Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini terlaksana,” kata Sami Abu Zuhri, dikutip dari Al-Arabiya.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    5. Siapa Penguasa Gaza Pascaperang? Hamas Butuh Bantuan, PA Cari Celah, Arab-Israel Menentukan

    Selama hampir 16 bulan perang di Gaza, banyak politisi dan analis memperdebatkan proposal yang muncul soal siapa yang akan memerintah Jalur Gaza pasca-Perang.

    Ulasan dari media Amerika Serikat (AS), The New York Times, Senin (3/2/2025) lantas menghadirkan empat analisis model pemerintahan Gaza pasca-perang tersebut.

    Meski begitu, ulasan tersebut menyatakan, kalau “Belum ada arah yang jelas siapa yang akan memerintah Gaza selama pertempuran terus berlanjut.”

    Pada fase saat ini, Gaza berada dalam situasi gencatan senjata yang rapuh antara Hamas dan Israel.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Menara Pencakar Langit Misterius Tampak di Planet Mars

    Menara Pencakar Langit Misterius Tampak di Planet Mars

    Jakarta, CNBC Indonesia – Misteri struktur raksasa berbentuk bujur sangkar di Mars membuat heboh setelah diungkit oleh Elon Musk di podcast Joe Rogan. Ternyata, ada bangunan yang lebih mengagetkan di Planet Merah yaitu sebuah menara pencakar langit.

    Bangunan yang dibahas oleh Rogan dan Musk terlihat dalam sebuah foto hasil jepretan Mars Global Surveyor (MGS) Mars Orbiter Camera (MOC). Menara yang disebut berbentuk “monolit” juga ditangkap oleh kamera yang sama dan berlokasi di Mars dan Phobos, salah satu satelitnya. Monolit yang ada di Mars difoto pada 2008, sedangkan monolit di Phobos diambil pada 1998.

    Pada 2009, astronaut Buzz Aldrin pernah membuat ramai karena menyarankan manusia berkunjung ke Phobos.

    “Ada sebuah monolit di sana, struktur yang sangat aneh di objek yang mengitari Mars setiap 7 jam. Ketika orang tahu, mereka akan bertanya-tanya, siapa yang membuatnya dan kenapa,” kata Aldrin, manusia kedua yang menginjak Bulan.

    Dalam unggahan Jet Propulsion Laboratory NASA, peneliti sempat membahas soal menara pencakar langit tersebut. 

    “Pada 1998, MGS empat kali melewati bagian terdalam Phobos. Pada 12 September 1998, MOC berhasil mendapatkan gambar resolusi tinggi. Beberapa batuan besar terlihat, termasuk sebuah batu raksasa yang diameternya mencapai 85 meter. Sebagian besar bebatuan adalah muntahan dari kawah terbesar di Phobos,” tulis JPL.

    [Gambas:Twitter]

    Kawah Stickney lebarnya mencapai 9,7 kilometer, nyaris separuh dari permukaan Phobos. Peristiwa tubrukan ini dinilai adalah penyebab terbentuknya “monolit” misterius. Artinya, ada penjelasan soal struktur menara di Phobos dan Mars selain hasil karya alien.

    “Banyak bebatuan persegi di Bumi dan Mars, serta planet lainnya. Kombinasi lapisan deposit bebatuan dikombinasikan dengan patahan tektonik menciptakan sudut tegak lurus yang lemah, sehingga sebuah blok persegi cenderung terkikis dan terpisah,” kata Alfred McEwen dari University of Arizona kepada Live Science.

    Selain itu, ada kemungkinan bebatuan yang terbentuk terlihat seperti persegi karena resolusi gambar yang rendah. 

    “Jika resolusi terlalu rendah, objek di gambar cenderung terlihat seperti persegi karena piksel bentuknya juga kotak. Lekukan apapun terlihat seperti garis lurus jika resolusinya tak cukup,” kata Jonathon Hill dari Arizona State University.

    (dem/dem)

  • Menyoal Dampak yang Bisa Dihadapi RI saat USAID Resmi Ditutup

    Menyoal Dampak yang Bisa Dihadapi RI saat USAID Resmi Ditutup

    Jakarta

    Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau United States Agency for International Development (USAID) bakal ditutup. Pernyataan ini semula diumumkan Kepala Department of Government Efficiency (DOGE) AS Elon Musk di X Spaces, Senin (3/2).

    “Terkait dengan USAID, saya sudah berbicara dengan (Presiden AS Donald Trump) secara mendetail dan dia setuju kita harus menutupnya,” kata Musk.

    ‘Lampu hijau’ dari Trump disebutnya bisa memangkas anggaran pemerintah. Bantuan yang selama ini digelontorkan kepada lebih dari 100 negara, termasuk negara miskin, disebut akan dialihkan kepada bantuan kemanusiaan yang sesuai dengan kebijakan Make America Great Again (MAGA).

    Seperti diberitakan sebelumnya, Musk menyebut USAID sebagai ‘sarang ular berbisa kaum Marxis kiri radikal’ yang membenci AS. Ia bahkan kerap menuding USAID menjadi ‘tangan panjang’ CIA yang juga mendanai penelitian senjata biologis, termasuk awal mula munculnya COVID-19.

    USAID rencananya akan digabung di bawah kepemimpinan Departemen Luar Negeri AS. Belum lama ini, Menlu AS Marco Rubio bahkan menyatakan dirinya sudah menempati posisi Direktur Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) setelah Elon Musk mengklaim bahwa Donald Trump telah setuju untuk menutup USAID.

    Langkah ini tentu menuai protes sejumlah pihak, utamanya para pegawai lembaga USAID. Sebab, berdirinya USAID selama ini disebut independen dan pengambilalihan Trump dinilai menyalahi regulasi.

    Bagaimana Pengaruh ke RI Bila USAID Benar Ditutup?

    USAID sudah dibentuk sejak 1961 di bawah kepemimpinan John F. Kennedy. Sejak berdiri, USAID membantu mengelola program bantuan kemanusiaan AS, dalam aspek kesehatan, ekonomi, hingga masalah iklim atau lingkungan.

    Vaksinasi Polio

    Sejak 2023, USAID juga memberikan bantuan dana lebih dari 3,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 48,4 miliar untuk mendukung penanganan wabah polio di Indonesia dan dua putaran imunisasi nasional.

    USAID bekerja sama dengan WHO telah membantu pemerintah mendistribusikan 31 juta dosis vaksin polio nOPV2 ke jutaan anak di Aceh hingga Papua. Terlebih, pasca polio kembali ditemukan pada 2022, saat Indonesia melaporkan tiga kasus polio di Pidie, Aceh.

    Stunting di Papua

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) bersama PT Freeport Indonesia (PTFI), United States Agency for International Development (USAID) meluncurkan program Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia (PASTI)-Papua, Jumat (13/9).

    Program ini bertujuan untuk mempercepat penurunan stunting dan peningkatan status gizi anak di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Mimika dan Kabupaten Nabire (Papua Tengah) serta Kabupaten Asmat (Papua Selatan).

    Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi kala itu menekankan kerja sama ini sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing, dengan mengalokasikan dana sebesar USD 4 juta.

    Mengingat, menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Papua Tengah memiliki angka prevalensi stunting sebesar 39,4 persen dengan jumlah kasus stunting sebanyak 46.128 kasus. Sementara angka prevalensi stunting di Papua Selatan mencapai 25 persen, dengan jumlah kasus stunting sebanyak 33.304 kasus.

    Penanganan HIV-AIDS dan Sanitasi Air Minum

    Pada 2023, AS, menggelontorkan USD 72 miliar ke berbagai belahan dunia guna mendanai berbagai program, mulai dari kesehatan perempuan, akses terhadap air bersih penanganan HIV-AIDS, keamanan energi, hingga persoalan antikorupsi.

    USAID juga mendukung pemerintah untuk mencapai target akses air minum aman hingga 45 persen pada 2030 mendatang.

    Program USAID untuk air minum dan sanitasi berketahanan iklim (IUWASH Tangguh) bertujuan untuk memperkuat akses air minum yang dikelola dengan aman. Salah satunya melalui dukungan pada Kementerian Pekerjaan Umum dalam uji coba Zona Air Minum Prima (ZAMP) di Pematangsiantar, Sumatera Utara.

    Pada tanggal 10 Desember 2024, sistem ZAMP di Perumahan Meranti Permai, Pematangsiantar secara resmi diluncurkan oleh Walikota Pematangsiantar. Sistem ZAMP menyediakan akses air berkualitas tinggi selama 24 jam setiap hari, untuk 213 rumah tangga di Perumahan Meranti Permai.

    ZAMP dirancang untuk menyediakan air siap minum yang memenuhi standar kualitas yang disyaratkan oleh Kementerian Kesehatan.

    Tiga Jenis Bantuan yang Dibatalkan

    Dalam pengumuman resmi mereka di laman Instagram USAID, sedikitnya tiga permohonan jenis bantuan yang semula sudah disepakati, dibatalkan. Bantuan-bantuan tersebut meliputi:

    Solicitation No. 72049725R00001 Resident Hire USPSC Infectious Disease Advisor, GS-13Solicitation No. 72049725R10002 USAID CCNPSC Project Management Specialist (Tuberculosis) FSN-10,Solicitation No. 72049725R10004 USAID CCNPSC Project Management Specialist (Urban Resilience Lead), FSN-11.

    (naf/naf)

  • Trump tutup USAID, Airlangga sebut tidak ada proyek yang relatif besar

    Trump tutup USAID, Airlangga sebut tidak ada proyek yang relatif besar

    Kalau proyek USAID saya tidak monitor, tapi kalau kita lihat sebetulnya tidak ada proyek USAID yang relatif besar.

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, sejauh ini tidak ada proyek Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (AS) atau United States Agency for International Development (USAID) di Indonesia yang relatif besar.

    Hal itu sebagai respons atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang resmi menutup USAID.

    “Kalau proyek USAID saya tidak monitor, tapi kalau kita lihat sebetulnya tidak ada proyek USAID yang relatif besar,” ujar Airlangga dalam konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, di Jakarta, Rabu.

    Sebagaimana diketahui, Kantor Pusat USAID di Washington, Senin (3/2), resmi ditutup setelah Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) Elon Musk mengatakan Presiden Donald Trump telah memberi lampu hijau penutupan badan tersebut.

    Penutupan itu berimbas pada proyek yang didanai USAID di beberapa negara, termasuk Indonesia.

    Di Indonesia, USAID telah menyalurkan sekitar 153 juta dolar AS pada 2023 untuk berbagai proyek. Proyek-proyek tersebut mencakup dukungan untuk antikorupsi, perubahan iklim, pendidikan hingga kesehatan.

    Salah satu proyek bantuan USAID, yakni bantuan dana senilai 882.750 dolar AS (sekitar Rp13,35 miliar) kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendanai kegiatan vaksinasi polio di Indonesia.

    Sejak 2023, USAID telah memberikan bantuan dana lebih dari 3,2 juta dolar AS (sekitar Rp48,4 miliar) untuk mendukung penanganan wabah polio di Indonesia dan dua putaran imunisasi nasional.

    Namun, sebagaimana mengutip situs web https://www.usaid.gov/, per 7 Februari 2025 pukul 23.59 seluruh pegawai langsung USAID akan ditempatkan dalam cuti administratif secara global, kecuali mereka yang menjalankan fungsi kritis.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Lisensi Starlink Dicabut, Elon Musk Ketiban Petaka Trump

    Lisensi Starlink Dicabut, Elon Musk Ketiban Petaka Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lisensi Starlink dicabut di Kanada. Bahkan kontrak mereka akan “dirobek” di Ontario, provinsi terpadat di Kanada, sebagai tanggapan atas tarif layanan di Kanada yang diumumkan oleh Donald Trump.

    Kontrak yang pertama kali ditandatangani pada November lalu bertujuan untuk menyediakan akses internet berkecepatan tinggi melalui layanan satelit Starlink kepada 15.000 rumah dan bisnis yang memenuhi syarat, terutama mereka yang berada di daerah terpencil, pedesaan, dan utara Kanada, pada Juni 2025.

    “Kami akan memutus kontrak provinsi dengan Starlink. Ontario tidak akan berbisnis dengan orang-orang yang bertekad menghancurkan ekonomi kita,” kata Doug Ford Perdana Menteri Kanada, dalam sebuah postingan di X.

    Ford memperingatkan bahwa bisnis AS akan kehilangan puluhan miliar dolar dalam pendapatan baru sebagai akibat dari tanggapan Ontario terhadap tarif tersebut, demikian dikutip dari The Guardian, Rabu (5/2/2025).

    Kesepakatan antara Ford dan Starlink dilaporkan bernilai US$68,5 juta (Rp1,1 miliar).

    “Mereka hanya bisa menyalahkan Presiden Trump,” kata Ford, seraya menambahkan bahwa pemerintah Kanada juga akan melarang perusahaan-perusahaan AS untuk mendapatkan kontrak di tingkat provinsi hingga tarif tersebut dicabut.

    Pengumuman Ford ini mengikuti langkah pembalasan lain yang diambil oleh para pemimpin Kanada setelah Trump mengumumkan rentetan tarif baru terhadap Kanada, Meksiko, dan China pada akhir pekan lalu.

    Trump mengatakan bahwa ia akan memerintahkan tarif 25% untuk barang-barang yang masuk ke AS dari Kanada dan Meksiko, dan 10% untuk impor dari China.

    (fab/fab)

  • Bill Gates Kesal Elon Musk Berulah: Jutaan Orang Bisa Mati

    Bill Gates Kesal Elon Musk Berulah: Jutaan Orang Bisa Mati

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mau menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (US Agency of International Development/USAID). Rencananya, USAID akan digabungkan ke Departemen Luar Negeri AS. Bill Gates pun melontarkan kritikannya, khususnya pada Elon Musk.

    Penasehat Trump, Elon Musk, mendapat tugas terkait peleburan USAI ke Deplu AS. Selama ini USAID mendistribusikan miliaran dolar bantuan kemanusiaan di seluruh dunia. Musk sering melontarkan kritik ke USAID, menyebutnya badan sayap kiri yang tak bertanggung jawab pada Gedung Putih.

    Bill Gates yang memang berkecimpung di aktivitas kemanusiaan, cemas bahwa menurunnya bantuan dari USAID atau bahkan penutupan dan pemberhentian para pegawainya akan mengakibatkan jutaan kematian di seluruh dunia. Dia juga mengkritik Elon Musk karena bertindak serampangan.

    “Elon, pekerjaannya di sektor swasta, sangat inovatif, sungguh fantastis. Banyak orang di sektor swasta, saat mereka masuk ke pemerintahan, mereka tak meluangkan waktu melihat apa saja pekerjaan yang bagus atau mengapa pekerjaan itu terstruktur seperti itu, jadi saya agak khawatir, khususnya dengan hal-hal yang berkaitan dengan USAID ini,” kata Gates.

    Dikutip detikINET dari New York Post, sang pendiri Microsoft menanggapi pertanyaan tentang peran Elon Musk di pemerintahan AS yang belakangan ini semakin signifikan.

    “Yayasan saya bermitra dengan USAID dalam hal nutrisi dan penyediaan vaksin dan, Anda tahu, ada orang-orang luar biasa di sana. Jadi, mudah-mudahan kita akan mengembalikan sebagian dari pekerjaan itu ke bentuk semula. Faktanya, jika kita tidak melakukannya, bisa jadi jutaan orang meninggal,” tambah Gates.

    Menurut Gates, jumlah bantuan dari AS untuk USAID sebenarnya sangat kecil dibandingkan kekayaan negara, tapi dampaknya besar bagi dunia. Namun tampaknya, keputusan Trump yang didukung Elon Musk untuk menutup USAID sudah bulat.

    Staf USAID diberi tahu melalui email bahwa kantor pusatnya di Washington akan ditutup untuk para staf. Beberapa staf melaporkan tak dapat mengakses sistem komputer USAID. Orang-orang yang tetap berada dalam sistem tersebut mendapat email yang menyatakan bahwa atas arahan pimpinan, fasilitas kantor pusat akan ditutup untuk personel.

    Musk memang kerap mengkritik keras USAID di platform media sosialnya, X. “USAID adalah organisasi kriminal. Sudah waktunya organisasi itu mati,” tulis orang terkaya dunia itu di salah satu kicauan.

    (fyk/rns)

  • Trump Bakal Tutup USAID, Seluruh Pegawai Mulai Tinggalkan Kantor 7 Februari

    Trump Bakal Tutup USAID, Seluruh Pegawai Mulai Tinggalkan Kantor 7 Februari

    Jakarta – Presiden AS Donald Trump berencana menutup United States Agency for International Development (USAID), lembaga yang dikenal selama ini membantu pendanaan banyak negara miskin. USAID konon akan digabungkan dengan Departemen Luar Negeri AS.

    Hubungan yang selama ini sudah berkembang ke banyak negara termasuk Indonesia otomatis terhenti. Langkah tersebut juga akan mengurangi secara signifikan tenaga kerja dan dana USAID.

    Satu penasihat utamanya, miliarder Elon Musk, dinilai sangat kritis terhadap USAID. Ada sejumlah tuduhan yang kerap dilayangkan Elon Musk pada lembaga tersebut.

    Musk menuding USAID sebagai sarang ular berbisa kaum Marxis kiri radikal yang membenci AS dan telah bersumpah sebelumnya, untuk menutupnya. ‘Lampu hijau’ dari Trump membuat Musk juga menutup markas besar USAID di Washington.

    Kritik tak berdasar lain dari Musk adalah klaim USAID membantu pekerjaan CIA yang mendanai penelitian senjata biologis, termasuk COVID-19.

    Kini, penutupan USAID dikhawatirkan berdampak besar pada program kemanusiaan seluruh dunia.

    Pada Selasa (4/2/2025), seluruh pegawai USAID diberikan cuti administratif, baik pada karyawan di AS maupun seluruh dunia.

    Dalam sebuah pernyataan di situs resmi USAID, cuti staf akan resmi dimulai sesaat sebelum tengah malam pada Jumat (7/2). Berlaku untuk semua personel yang direkrut langsung oleh USAID, kecuali personel yang ditunjuk untuk bertanggung jawab atas fungsi-fungsi penting, kepemimpinan inti, dan program-program yang ditunjuk secara khusus.

    Pegawai yang berada di luar negeri diminta kembali ke AS dan mengakhiri kontrak yang dinilai tidak perlu.

    “Terima kasih atas pengabdian Anda,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

    Hal ini dinilai telah mengejutkan Washington dan menyebabkan protes besar-besaran dari Demokrat dan komunitas hak asasi manusia.

    Sebagai badan bantuan kebijakan luar negeri AS, USAID mendanai program kesehatan dan darurat di sekitar 120 negara, termasuk wilayah-wilayah termiskin di dunia.

    CEO SpaceX dan Tesla, yang memiliki kontrak besar dengan pemerintah AS, juga pendukung finansial terbesar kampanye Trump, mengatakan dirinya secara pribadi telah menyetujui langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya tersebut dengan presiden.

    Serangan terhadap USAID terjadi dalam konteks narasi yang sudah berlangsung lama di sayap konservatif garis keras dan libertarian Partai Republik, bahwa AS disebut membuang-buang uang untuk orang asing sambil mengabaikan orang Amerika.

    Badan tersebut menggambarkan dirinya sebagai badan yang bekerja untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dan mempromosikan masyarakat yang tangguh dan demokratis sambil memajukan keamanan dan kemakmuran negara.

    Anggarannya yang lebih dari US$40 miliar merupakan penurunan kecil dalam keseluruhan pengeluaran tahunan pemerintah AS yang hampir mencapai US$7 triliun.

    (naf/kna)

  • Cara Rahasia Elon Musk Menguji Kejujuran Orang saat Wawancara Kerja

    Cara Rahasia Elon Musk Menguji Kejujuran Orang saat Wawancara Kerja

    Jakarta

    Dalam dunia kerja, kejujuran adalah nilai penting yang harus dipegang oleh seluruh karyawan. Nah, hal tersebut juga berlaku bagi Elon Musk. Bahkan, ia memiliki cara tersembunyi untuk menguji kejujuran seseorang.

    Cara tersebut dilakukan Elon saat melakukan wawancara kerja dengan calon pegawai. Dirinya akan menanyakan tiga pertanyaan untuk mengetahui apakah lawan bicaranya adalah berbohong atau tidak.

    Jika calon pegawai tersebut menjawabnya dengan jujur, tentu ia layak untuk diterima bekerja di tempatnya. Namun jika berbohong, hal itu akan menjadi pertimbangan bagi Elon apakah akan merekrut orang tersebut atau tidak.

    Ini Cara Elon Musk untuk Mengetahui Kejujuran Orang

    Cara rahasia Elon Musk untuk menguji kejujuran seseorang terungkap dari sesi tanya jawab dengan majalah Auto Bild pada 2017 silam. Saat itu, ia ditanya soal skill yang diharapkan untuk setiap calon kandidatnya.

    Elon mengakui jika ia tidak berfokus pada gelar sarjana atau kualifikasi suatu kampus. Elon mengaku hanya fokus pada pertanyaan pamungkas yang dapat mengetahui kejujuran seseorang.

    “Saya benar-benar hanya bertanya: Apa masalah tersulit yang pernah Anda alami? Lalu bagaimana Anda mengatasinya? Dan bagaimana mereka membuat keputusan pada titik-titik transisi penting?” kata Elon Musk dilansir situs UNILAD.

    Pertanyaannya cukup sederhana dan sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Namun, dari pertanyaan itu Elon mengaku bisa mendapatkan firasat yang sangat baik tentang seseorang serta dapat mengungkap apakah ia jujur atau berbohong.

    Elon mengatakan biasanya orang yang harus berjuang terhadap suatu masalah, maka mereka benar-benar dapat memahami jalan keluar dan tidak melupakan masalah itu.

    “Jadi, Anda dapat mengajukan pertanyaan yang sangat mendetail kepada mereka tentang hal tersebut dan mereka akan mengetahui jawabannya. Sedangkan orang yang tidak benar-benar bertanggung jawab atas pencapaian tersebut, tidak akan mengetahui detailnya,” ujar bos SpaceX itu.

    Oleh sebab itu, dua pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan pamungkas dari Elon ketika sedang melakukan wawancara kerja dengan kandidat yang potensial.

    Pertanyaan Elon Musk juga Sering Muncul saat Wawancara Kerja

    Mengutip laman Indeed, pertanyaan yang disampaikan Elon Musk itu merupakan salah satu dari delapan pertanyaan yang sering muncul saat wawancara kerja.

    Cara efektif dan terbaik untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan memberikan jawaban secara jujur. Lalu, uraikan dengan jelas bagaimana kamu menghadapi dan mengatasi situasi tersulit itu.

    Ketika menjawab pertanyaan tersebut, berikan contoh spesifik tentang situasi tersulit yang pernah kamu hadapi. Lalu, fokus pada tindakan dan solusi apa yang kamu gunakan dalam mengatasi masalah itu.

    Jadi, apakah kamu pernah mendapatkan pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan Elon Musk?

    (ilf/fds)

  • Elon Musk Bilang Tak Punya Uang, Investor Grab-GoTo Buka Suara

    Elon Musk Bilang Tak Punya Uang, Investor Grab-GoTo Buka Suara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di pengujung Januari 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan program investasi sebesari US$500 miliar atau sekitar Rp8.100 triliun untuk membangun infrastruktur kecerdasan buatan (AI) sebagai upaya melawan China.

    Program investasi yang dinamai ‘Stargate’ tersebut didukung oleh perusahaan kawakan seperti OpenAI, SoftBank, dan Oracle. Mereka berambisi membangun komplek data center dan menciptakan lebih dari 100.000 lapangan kerja.

    Namun, orang terkaya dunia Elon Musk menanggapi program tersebut dengan sinisme. Ia mengatakan Trump tertipu janji para raksasa teknologi untuk berinvestasi AI.

    Pasalnya, Musk mengklaim perusahaan-perusahaan yang mendukung Stargate sejatinya tak punya uang. Secara spesifik, Musk mengatakan SoftBank hanya punya uang kurang dari US$10 miliar atau sekitar Rp160 triliun.

    “Mereka tidak punya uang,” kata Musk menanggapi soal Stargate.

    Menanggapi hal ini, pendiri SoftBank Masayoshi Son mengatakan perusahaannya berkomitmen untuk mewujudkan Stargate. SoftBank diketahui sebagai salah satu perusahaan modal ventura kawakan yang banyak mendanai startup-startup kawakan, termasuk GoJek dan Grab yang populer di Indonesia.

    “Kami bukan bank, kami SoftBank. Saya tak ada keraguan akan mewujudkannya [Stargate],” kata dia.

    Selain itu, Son membahas potensi penciptaan nilai AI yang eksponensial.

    “Hasil dari peningkatan intelijen secara linear bersifat eksponensial dalam hal nilai/ Pendapatannya mengikuti tren yang sama,” ia menuturkan, dikutip dari AnalyticsIndiaMag, Selasa (4/2/2025).

    CEO OpenAI, Sam Altman juga ikut berkomentar soal klaim Musk. Dia membalas langsung unggahan Musk dan mengatakan pernyataan orang terkaya dunia tersebut terkait Softbank salah.

    “Saya menyadari yang baik bagi negara tidak selalu optimal untuk perusahaan Anda, namun untuk peran baru Anda, saya harapkan lebih mengutamakan (emoji bendera Amerika),” tulisnya.

    (fab/fab)