Tag: Elon Musk

  • Ini Fitur xAI Grok 3, Platform AI Baru Besutan Elon Musk – Page 3

    Ini Fitur xAI Grok 3, Platform AI Baru Besutan Elon Musk – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Salah satu perusahaan milik Elon Musk, xAI, baru saja mengumumkan peluncuran model kecerdasan buatan (AI) terbaru, Grok 3.

    Selain itu, perusahaan juga memperkenalkan Grok 3 Mini, versi yang lebih kecil, serta Deepsearch, alat pencarian baru yang diklaim sebagai mesin pencari generasi mendatang.

    Pembaruan lainnya mencakup peningkatan fitur pada aplikasi web dan seluler Grok 3, serta layanan berlangganan eksklusif bernama SuperGrok.

    “Kami sangat antusias menghadirkan Grok 3, yang kami yakini jauh lebih unggul dibandingkan Grok 2 dalam waktu yang relatif singkat,” ujar Elon Musk dalam siaran langsung xAI di platform X, dikutip dari CNET, Kamis (20/2/2025).

    Grok 3 dikembangkan menggunakan 200.000 unit GPU Nvidia H100, dua kali lebih besar dibandingkan pendahulunya, Grok 2.

    Tim xAI mengungkapkan diperlukan waktu 92 hari untuk memperluas superkomputer mereka di Memphis, yang diberi nama Colossus, guna mendukung proses pelatihan model baru ini.

    Dalam presentasinya, Musk menyatakan bahwa Grok 3 memiliki daya komputasi 15 kali lebih besar dibandingkan Grok 2.

    Namun, dalam unggahan sebelumnya di X, ia sempat menyebut bahwa peningkatannya mencapai 10 kali lipat.

    Model ini dilatih menggunakan berbagai sumber informasi, termasuk unggahan pengguna di X dan dokumen hukum.

    Grok 3 harus bersaing dengan perusahaan teknologi besar seperti OpenAI, Google, dan Anthropic, yang masing-masing telah atau akan meluncurkan model AI terbaru pada tahun 2025.

    Pada awal Februari 2025, Google merilis Gemini 2.0 dengan sejumlah peningkatan fitur. Sementara itu, OpenAI berencana mengintegrasikan semua model AI mereka saat GPT-5 diluncurkan pada 2025.

    Di sisi lain, mode AI terbaru dari Anthropic diperkirakan akan tersedia dalam beberapa minggu mendatang.

  • Elon Musk ‘Ejek’ Zelensky: Presiden Ukraina Hanya Ingin Uang dan Kekuasaan, Bukan Perdamaian – Halaman all

    Elon Musk ‘Ejek’ Zelensky: Presiden Ukraina Hanya Ingin Uang dan Kekuasaan, Bukan Perdamaian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Secara tidak langsung, Elon Musk dianggap telah mengejek Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Rabu (19/2/2025).

    Dirinya ditengarai telah merespon dan seolah menyetujui unggahan di sosial media X seseorang yang membahas soal Zelensky.

    Dalam unggahan di X tersebut, disebutkan bahwa Zelensky memprioritaskan kekuasaan dan uang daripada mencari perdamaian.

    Terlebih di tengah upaya Amerika Serikat (AS) untuk menegosiasikan diakhirinya perang di Ukraina dengan Rusia.

    Seorang pengguna di platform X, seorang pengamat politik Gunther Eagleman menuliskan:

    “Zelensky tidak menginginkan perdamaian, dia menginginkan uang dan kekuasaan,” ujar Gunther lewat akun X @GuntherEagleman.

    Cuitan tersebut pun ditanggapi Musk dengan emoji “100”, menunjukkan kesepakatan, mengutip Al Mayadeen.

    Diketahui Elon Musk telah menjadi sekutu utama Presiden Donald Trump dalam upaya untuk mengecilkan pemerintah federal sementara juga memperluas pengaruhnya secara internasional.

    Dirinya juga terlibat dalam politik Eropa dan mendukung tokoh-tokoh sayap kanan di Inggris dan Jerman.

    Musk sebelumnya mengkritik Zelensky, menolak bandingnya untuk bantuan Barat dan mengejek pernyataannya bahwa Ukraina independen dan tidak dapat dipaksa melakukan negosiasi dengan Rusia.

    Perlu dicatat bahwa pada awal perang, Musk menyediakan ribuan terminal Starlink ke Ukraina untuk memulihkan komunikasi yang terganggu oleh Rusia.

    Dan hal ini mendapatkan pujian sebagai sekutu utama Kiev.

    Namun, persepsi itu bergeser ketika ia mulai berbagi apa yang digambarkan Ukraina sebagai propaganda pro-Rusia di X.

    Sejak itu, ia telah mengkritik bantuan AS ke Ukraina karena kurang akuntabilitas dan strategi yang jelas sementara menjadi kritikus vokal Zelensky.

    Negosiator Rusia dan AS bertemu di Arab Saudi pada hari Selasa, tetapi Zelensky menyatakan bahwa Kiev tidak diberitahu atau terlibat.

    Para pejabat Eropa juga dikeluarkan dari pembicaraan.

    Kabarnya, delegasi Rusia terdiri dari Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov dan Penasihat Kebijakan Luar Negeri Yuri Ushakov, dan delegasi AS terdiri dari Sekretaris Negara Marco Rubio, Utusan Khusus untuk Timur Tengah Steve Witkoff, dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Usai Musk Bertemu Modi, Tesla Langsung Buka Lowongan di India

    Usai Musk Bertemu Modi, Tesla Langsung Buka Lowongan di India

    Jakarta

    Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla, mengumumkan 13 lowongan pekerjaan di India pada Senin (17/02). Pengumuman posisi yang dibuka, mulai dari spesialis keterlibatan konsumen hingga manajer toko itu, diunggah di halaman LinkedIn perusahaan.

    Pengumuman ini muncul setelah kunjungan Perdana Menteri India, Narendra Modi, ke AS, di mana ia bertemu dengan CEO Tesla, Elon Musk, yang juga merupakan pegawai pemerintah khusus di bawah Presiden AS Donald Trump.

    Tidak ada rencana resmi yang diumumkan setelah pertemuan tersebut, tetapi Modi menulis di X bahwa ia membahas “ruang angkasa, mobilitas, teknologi, dan inovasi” dengan Musk.

    Sebagian besar lowongan pekerjaan yang diumumkan Tesla tersedia di pusat keuangan India, Mumbai, sementara lima posisi terbuka untuk kandidat di Mumbai atau ibu kota New Delhi.

    Tesla dan India

    Kehadiran Tesla di India sebelumnya masih dalam skala kecil, dan selama ini ada kekhawatiran terkait tingginya bea masuk. Namun, India baru-baru ini mengurangi pajak untuk mobil mewah dengan harga di atas $40.000 (Rp653 juta) dari 110% menjadi 70%, yang dilaporkan oleh surat kabar keuangan India The Economic Times sebagai alasan meningkatnya minat Tesla di negara tersebut.

    Penurunan pajak ini kemungkinan dipengaruhi oleh ancaman Trump untuk memberlakukan tarif balasan.

    India saat ini bukan pasar besar bagi kendaraan listrik, dengan hanya 100.000 unit terjual tahun lalu. Sebagai perbandingan, 11 juta kendaraan listrik terjual di Cina pada tahun yang sama.

    Namun, minat terhadap kendaraan listrik di India semakin meningkat.

    Tesla telah mempersiapkan infrastruktur penjualan di India sejak 2021. Namun, Musk sebelumnya mengatakan bahwa tarif tinggi menjadi penghambat bagi rencana Tesla di India. Harian bisnis lokal Business Standard melaporkan bahwa dalam panggilan pendapatan pada April 2024, Musk berencana untuk “menggunakan jalur produksi saat ini dengan lebih efisien.”

    Belum jelas apakah Tesla akan mendirikan pabrik manufaktur di India. Namun, Musk telah mencari peluang di India selama beberapa waktu. Tahun lalu, terdapat laporan bahwa Tesla sedang mencari lokasi untuk pabrik dan showroom di India.

    Musk juga berencana meluncurkan layanan internet satelitnya, Starlink, di India.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • DeepSeek Minggir, Grok-3 Terbaru Milik Elon Musk Diklaim Lebih Canggih

    DeepSeek Minggir, Grok-3 Terbaru Milik Elon Musk Diklaim Lebih Canggih

    Jakarta, CNBC Indonesia – Startup xAI milik Elon Musk memperkenalkan sistem kecerdasan buatan (AI) terbaru bernama ‘Grok-3’. Sistem AI itu dirancang untuk berkompetisi melawan DeepSeek buatan China, ChatGPT buatan OpenAI, dan Google.

    Grok-3 hadir di tengah momen kritis perlombaan AI. DeepSeek baru saja meluncurkan sistem R1 yang diklaim perkasa dengan biaya murah, sampai mengguncang Silicon Valley.

    Di saat bersamaan, Musk makin agresif memperluas pengaruh xAI miliknya, dikutip dari Reuters, Rabu (19/2/2025).

    Grok-3 langsung tersedia bagi pelanggan X dengan paket ‘Premium+’. X merupakan media sosial milik Musk yang dulunya bernama Twitter.

    Selain memperkenalkan Grok-3, xAI juga meluncurkan paket langganan baru ‘SuperGrok’ yang memungkinkan pengguna mengakses chatbot terbaru melalui aplikasi mobile dan situs resmi Grok.

    “Grok-3 secara keseluruhan berada dalam liga sendiri,” kata Musk dalam sebuah livestream bersama tiga engineer xAI. Hal ini mengindikasikan optimisme Musk dalam memenangkan perlombaan AI di tengah persaingan sengit AS dan China.

    “Peluncurkan Grok-3 membuat xAI kembali berada di perlombaan untuk memimpin model bahasa besar (LLM) terbuka (open source). Grok-3 berhasil mengalahkan performa model AI lain yang ada di pasaran dalam beberapa benchmark. Hal ini membuat xAI kembali relevan,” kata Gil Luria, managing director di D.A. Davidson.

    Tak tanggung-tanggung, xAI juga tengah membangun kapasitas data center untuk melatih model AI super canggih melalui pendanaan miliaran dolar AS. Kluster superkomputernya yang terletak di Memphis, Tennessee, disebut sebagai ‘Colossus’ dan digadang-gadang menjadi yang terbesar di dunia.

    Sistem Grok-3 terbaru juga memperkenalkan mesin pencari cerdas yang dinamai ‘DeepSearch’. xAI mengatakan layanan tersebut merupakan chatbot berbasis pemecahan masalah (reasoning-based) yang mampu mengartikulasikan proses berpikirnya ketika merespons perintah pengguna.

    Dalam demonstrasinya, tool tersebut menawarkan fungsi riset, brainstorming, dan analisis data.

    (fab/fab)

  • Vietnam Buka Jalan bagi Starlink Milik Elon Musk Beroperasi

    Vietnam Buka Jalan bagi Starlink Milik Elon Musk Beroperasi

    JAKARTA – Vietnam berencana mengadopsi aturan yang memungkinkan Starlink milik Elon Musk menyediakan layanan internet satelit di negara tersebut. Hal ini tetap mempertahankan kepemilikan penuh atas anak perusahaannya, menurut rancangan regulasi yang diperoleh Reuters.

    Perubahan ini membuka jalan bagi Starlink untuk beroperasi di Vietnam setelah melalui pembicaraan panjang dengan perusahaan induknya, SpaceX, kata seorang pejabat pemerintah.

    Langkah ini mencerminkan perubahan sikap mendadak yang dapat dilihat sebagai “tanda damai” bagi SpaceX di tengah kekhawatiran Vietnam terhadap ancaman tarif dari Presiden AS Donald Trump.

    “Ini adalah demonstrasi dari pihak Vietnam bahwa mereka juga bisa memainkan permainan diplomasi transaksional jika pemerintahan Trump menginginkannya,” kata sebuah sumber dikutip VOI dari Reuters.

    Upaya SpaceX untuk masuk ke Vietnam—pasar dengan hampir 100 juta penduduk—sebelumnya terhambat pada akhir 2023 setelah pemerintah menolak mencabut larangan kepemilikan asing atas penyedia layanan internet satelit, yang merupakan syarat utama bagi Musk, yang kini menjadi penasihat utama Trump.

    Namun, rancangan aturan baru yang akan disahkan dalam sidang luar biasa parlemen pada Rabu ini akan memungkinkan penyedia internet dengan jaringan satelit orbit rendah untuk sepenuhnya dikendalikan oleh pihak asing. Kebijakan ini akan berlaku dalam skema percontohan hingga akhir 2030.

    Ketentuan ini termasuk dalam resolusi sepanjang 12 halaman yang bertujuan “menghilangkan hambatan dalam aktivitas ilmiah, teknologi, dan inovasi”. Proyek yang diajukan dalam skema ini harus mendapatkan persetujuan dari Perdana Menteri Vietnam.

    SpaceX dan Kementerian Informasi Vietnam belum memberikan komentar terkait hal ini.

    SpaceX terus memperluas jaringan pemasoknya di Vietnam, dan pemerintah Vietnam menyebut bahwa perusahaan tersebut ingin berinvestasi sebesar  1,5 miliar dolar AS (Rp24.4 triliun) di negara tersebut.

    Jika banyak perusahaan dan individu Vietnam berlangganan layanan Starlink, hal itu dapat membantu mengurangi surplus perdagangan besar yang dimiliki negara tersebut terhadap Amerika Serikat, menurut sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.

    Pada tahun lalu, surplus perdagangan Vietnam dengan AS mencapai rekor tertinggi sebesar 123,5 miliar dolar AS, menjadi yang terbesar keempat di antara mitra dagang AS, menurut data pemerintah AS.

    Pekan lalu, Trump menginstruksikan timnya untuk menyusun tarif balasan terhadap setiap negara yang mengenakan pajak atas impor AS, dengan batas waktu hingga 1 April. Ajudan Trump mengatakan bahwa negara-negara dengan surplus perdagangan besar akan menjadi target utama dalam kebijakan tersebut.

    Tarif AS berpotensi mengganggu ekonomi Vietnam yang sangat bergantung pada ekspor, di mana AS merupakan pasar utama. Vietnam juga menjadi tuan rumah bagi banyak produsen asal China yang telah berinvestasi besar di negara Asia Tenggara itu setelah pemerintahan Trump pertama kali memberlakukan tarif pada China pada 2018.

    Untuk mengurangi surplusnya dengan AS, Vietnam juga telah menawarkan untuk mengimpor lebih banyak produk pertanian dari AS dan sedang berdiskusi mengenai potensi impor lainnya.

  • Petaka Trump Nyata, Negara Tetangga RI Berubah Total

    Petaka Trump Nyata, Negara Tetangga RI Berubah Total

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sikap Vietnam terhadap layanan internet Starlink milik Elon Musk berubah. Sebelumnya, upaya SpaceX yang menaungi Starlink untuk masuk ke Vietnam terhenti pada akhir 2023 silam.

    Kala itu, Vietnam menolak mencabut larangan kontrol asing atas penyedia internet satelit. Hal ini menghambat masuknya Starlink ke negara tetangga RI yang memiliki 100 juta penduduk.

    Terbaru, Vietnam berencana mengadopsi aturan baru yang memungkinkan Starlink menyediakan layanan internet di negaranya, sembari mempertahankan kepemilikan penuh atas operasionalnya.

    Dilaporkan Reuters, Selasa (18/2/2025), perubahan tiba-tiba ini bisa dilihat sebagai ‘jalan damai’ yang menguntungkan SpaceX di tengah kegelisahan terkait ancaman tarif dari Presiden AS Donald Trump.

    Musk sendiri merupakan orang dekat Trump yang mendanai kampanye Presiden AS ke-47 tersebut dan kini memimpin Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) AS.

    “Perubahan ini menunjukkan Vietnam bisa memainkan diplomasi transaksional jika pemerintahan Trump menginginkan hal tersebut,” kata sumber dalam kepada Reuters.

    Dalam draf undang-undang baru yang direncanakan akan dibahas di parlemen pada pekan ini, Vietnam mengizinkan kontrol asing secara penuh untuk operasional penyedia layanan internet satelit. Skema baru ini akan berlaku hingga akhir 2030 mendatang.

    Ketentuan tersebut termasuk dalam resolusi setebal 12 halaman yang berupaya “menghilangkan hambatan dalam kegiatan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi”. Proyek-proyek yang diajukan berdasarkan skema percontohan memerlukan persetujuan Perdana Menteri (PM) Vietnam.

    SpaceX dan Kementerian Informasi Vietnam tidak merespons permintaan komentar.

    SpaceX telah memperluas jaringan pemasoknya di Vietnam. Pemerintah Vietnam mengatakan raksasa AS tersebut ingin berinvestasi sebesar US$1,5 miliar (Rp24,4 triliun) di negaranya.

    Jika banyak perusahaan dan masyarakat Vietnam berlangganan Starlink, hal ini dapat membantu mengurangi surplus barang dan jasa yang dimiliki negara tersebut dengan AS, menurut sumber yang familiar dengan hal tersebut.

    Surplusnya tahun lalu mencapai rekor tertinggi sebesar US$123,5 miliar (Rp2000 triliun), terbesar keempat di antara mitra-mitra AS, menurut data AS.

    Pada pekan lalu, Trump mengarahkan timnya untuk merancang tarif timbal balik pada setiap negara yang mengenakan pajak impor AS pada tanggal 1 April. Timnya mengatakan negara-negara dengan ketidakseimbangan yang besar akan diawasi dengan cermat.

    Bea masuk AS berpotensi mengganggu perekonomian Vietnam yang bergantung pada ekspor, yang menjadikan AS sebagai pasar utamanya. Vietnam juga menjadi tuan rumah bagi banyak produsen asal China yang telah banyak berinvestasi di negara tersebut setelah pemerintahan Trump yang pertama memberlakukan tarif terhadap China pada 2018 silam.

    Untuk menyeimbangkan surplusnya dengan AS, Vietnam secara terpisah juga menawarkan impor barang lebih banyak dari AS. Salah satunya produk-produk agrikultur.

    (fab/fab)

  • Oposisi Khawatirkan Tim Elon Musk yang Dibentuk Trump, Kini Minta Akses Data Pembayar Pajak

    Oposisi Khawatirkan Tim Elon Musk yang Dibentuk Trump, Kini Minta Akses Data Pembayar Pajak

    PIKIRAN RAKYAT – Kehadiran satuan tugas pemangkasan biaya milik Elon Musk, Departemen Efisiensi Pemerintah, di IRS (Internal Revenue Service—lembaga pengumpulan pajak di AS) memicu kekhawatiran baru dari anggota parlemen Demokrat.

    Mereka mengkhawatirkan keamanan informasi pembayar pajak, dan apakah pekerjaan kelompok tersebut dapat menyebabkan keterlambatan dalam penerimaan pengembalian pajak oleh pembayar pajak.

    Dalam surat tertanggal 17 Februari kepada IRS, Senator Ron Wyden dan Elizabeth Warren, keduanya dari Demokrat, mengutip laporan bahwa DOGE menekan IRS untuk menyetujui nota kesepahaman (“MOU”) yang akan memberikan akses luas kepada para insinyur perangkat lunak yang bekerja untuk Elon Musk di DOGE ke sistem, properti, dan kumpulan data IRS yang mencakup informasi pengembalian pajak pribadi dari ratusan juta warga negara dan bisnis Amerika.

    DOGE dan IRS

    DOGE dilaporkan meminta akses ke Sistem Pengambilan Data Terpadu IRS, atau IDRS, yang akan memberi kelompok tersebut akses ke data pajak untuk individu dan bisnis. DOGE saat ini berada di IRS. IRS tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Para pendukung DOGE memandang upayanya sebagai cara untuk memangkas apa yang mereka lihat sebagai pengeluaran federal yang membengkak pada saat pengeluaran negara melampaui pendapatan pajaknya.

    Namun, upaya kelompok tersebut juga telah memicu beberapa tuntutan hukum, dengan para advokat konsumen dan anggota parlemen Demokrat membunyikan peringatan awal bulan ini setelah DOGE memperoleh akses ke sistem pembayaran Departemen Keuangan, yang menyimpan data pribadi sebagian besar warga Amerika.

    Data IRS sangat sensitif, mengingat data tersebut mencerminkan rincian keuangan bagi jutaan warga Amerika dan bisnis, mulai dari pendapatan, pemberi kerja, kerugian, investasi, tanggungan, dan item lainnya. Berdasarkan hak-hak pembayar pajak IRS, informasi yang pembayar pajak berikan kepada IRS tidak akan diungkapkan kecuali diizinkan oleh pembayar pajak atau oleh hukum.

    “Insinyur perangkat lunak yang bekerja untuk Musk yang ingin mendapatkan akses ke informasi pengembalian pajak tidak memiliki hak untuk mengumpulkan data pembayar pajak dan mengirimkan data tersebut kembali ke bagian lain dari pemerintah federal dan dapat melanggar hukum jika mereka melakukannya,” tulis Wyden dan Warren dalam surat tertanggal 17 Februari.

    Perlindungan Data Pembayar Pajak

    Para senator menunjuk pada peraturan privasi dalam undang-undang pajak yang menurut mereka memberikan perlindungan hukum yang kuat untuk data pembayar pajak, dengan mencatat bahwa pelanggaran terhadap undang-undang tersebut dapat mengakibatkan penahanan atau hukuman pidana lainnya.

    Mereka menambahkan bahwa meskipun karyawan DOGE bekerja di Departemen Keuangan, yang mengawasi IRS, mereka mungkin tetap melanggar hukum dengan mengakses data pembayar pajak.

    “Ada pembatasan hukum dan peraturan yang serius tentang kapan karyawan di luar Departemen Keuangan dapat memperoleh akses ke informasi pengembalian pajak,” kata surat itu.

    Perlindungan terhadap data pembayar pajak ditingkatkan pada tahun 1970-an setelah mantan Presiden Nixon berupaya menggunakan IRS untuk melawan lawan politiknya, menurut blog Hukum Pajak Universitas New York.

    “Kongres bertindak untuk memberikan jaminan yang kuat terhadap penyalahgunaan tersebut dan konsensus bipartisan muncul untuk memastikan privasi informasi pajak setiap warga Amerika,” Robert Weissman, wakil presiden kelompok advokasi konsumen Public Citizen.

    “Upaya Musk dan DOGE untuk memperoleh akses ke data IRS menimbulkan pertanyaan mendalam tentang apakah perlindungan tersebut kini sedang dihancurkan,” tambahnya.

    Pembelaan Tim Trump

    Dalam wawancara dengan Fox News, Stephen Miller, wakil kepala staf Gedung Putih, mengatakan DOGE tengah berupaya menemukan tanda-tanda penipuan pajak.

    “Kami berbicara tentang melakukan tinjauan antipenipuan dasar untuk memastikan bahwa orang-orang tidak terlibat dalam pencurian besar-besaran atas manfaat pembayar pajak federal,” katanya.

    “Maksud saya, misalnya, kami membayar miliaran dolar setahun dalam bentuk pembayaran keringanan pajak anak kepada imigran gelap, miliaran dengan nilai B. Jadi ini adalah reformasi sistematis dan terprogram yang sedang kita bicarakan di sini,” tandasnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Tidak Ada Raja, Kami Lawan Tirani

    Tidak Ada Raja, Kami Lawan Tirani

    PIKIRAN RAKYAT – Pada Hari Presiden AS yang diperingati setiap Senin ketiga di bulan Februari atau 17 Februari 2025 waktu setempat, ribuan pengunjuk rasa menentang sebagian besar agenda Presiden Trump.

    Para pengunjuk rasa itu turun ke jalan di seluruh Amerika Serikat, menjuluki Trump sebagai “raja” pada Hari Presiden atas upayanya memberhentikan ribuan pekerja federal dan memecat jaksa penuntut dan pengawas independen dalam pemerintahan federal.

    Pada hari Sabtu, Trump mengisyaratkan di media sosial bahwa ia tidak akan mengindahkan kekhawatiran bahwa tindakannya yang besar-besaran dapat melanggar hukum, dengan mengunggah petikan kalimat yang sering dikaitkan dengan Napoleon Bonaparte, ia mengatakan bahwa mereka yang menyelamatkan negaranya tidak melanggar hukum apa pun.

    “Tidak ada raja, tidak ada mahkota, kami tidak akan mundur,” teriak mereka yang berkumpul beberapa ratus kaki dari Gedung DPR AS di National Mall di Washington.

    Penentangan terhadap Trump

    Banyak pengunjuk rasa yang menentang agenda Trump memeluk simbol-simbol patriotisme, mengibarkan bendera dan mengenakan anting-anting berbentuk hati dan beanie yang dihiasi dengan bendera AS. Para anggota kelompok a cappella menyanyikan lagu kebangsaan di dekat Capitol Reflecting Pool.

    “Itu lagu kebangsaan kita. Itu bendera kita. Itu milik kita,” kata Shawn Morris, presiden Gay Men’s Chorus of Washington, D.C.

    Morris mengatakan dia sangat terganggu oleh langkah Trump untuk mengeluarkan orang transgender dari militer dan menghapus penyebutan mereka dari situs web pemerintah federal. Dia menyatakan kekhawatiran bahwa perlindungan untuk pernikahan sesama jenis dapat terancam selanjutnya.

    “Tidak ada yang lebih patriotik daripada melawan tirani,” kata Kat Duesterhaus, yang melakukan perjalanan dari Miami untuk bergabung dengan protes di Washington.

    “Kita di sini karena kita adalah patriot,” lanjutnya.

    Krisis Konstitusional

    Kaitlin Robertson, seorang peserta protes yang melakukan pekerjaan advokasi untuk korban kekerasan dalam rumah tangga, membawa bendera Amerika yang terbalik dan mengatakan negara itu berada dalam “krisis konstitusional,” sebuah istilah yang menurut beberapa pakar hukum sesuai dengan ruang lingkup pernyataan otoritas eksekutif pemerintahan Trump dalam menghadapi tantangan hukum.

    “Itu adalah simbol kesusahan,” katanya tentang bendera terbalik, yang juga diadopsi oleh para pendukung Trump dalam upayanya untuk membatalkan pemilihan 2020 yang kalah.

    Kelompok utama yang mengorganisasi protes tersebut mengidentifikasi dirinya sebagai gerakan 50501, sebuah upaya akar rumput untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai keterlaluan Trump pada masa jabatan kedua dalam membentuk kembali pemerintahan.

    Pelampiasan Rasa Frustrasi

    Sarah Parker, direktur eksekutif organisasi anggota 50501, Voices of Florida, mengatakan protes nasional tersebut dipicu oleh sebuah unggahan di Reddit. Unggahan tersebut mendapat perhatian karena semakin banyak orang yang mencari cara untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka terhadap pemerintahan Trump.

    Kekhawatiran terhadap agenda Trump di antara para pengunjuk rasa beragam, termasuk kebijakan luar negerinya. Joseph Schiarizzi, seorang pengunjuk rasa yang memegang bendera NATO dan menggambarkan dirinya sebagai penganut paham libertarian, mengatakan pemerintahan Trump telah berusaha untuk membubarkan dan menyabotase aliansi militer dengan menenangkan Rusia terkait Ukraina.

    Unjuk rasa serupa dengan berbagai ukuran dan nama, beberapa disebut sebagai “Bukan Hari Presiden Saya” dan yang lainnya disebut “Hari Tanpa Raja,” terjadi di seluruh negeri, termasuk di Union Square di New York; kantor pos di Nantucket, di Massachusetts; Gedung Federal Poff di Roanoke, Va.; dan Gedung DPR Negara Bagian California di Sacramento.

    Departemen Kepolisian Sacramento memperkirakan jumlah massa di Gedung DPR sekitar 1.200 hingga 1.500 orang.

    Di New York, ribuan orang berbaris dari Union Square ke Washington Square Park pada Senin sore. Di bawah lengkungan itu, mereka mengibarkan bendera Amerika dan plakat-plakat tulisan tangan seperti “Hentikan Kudeta” dan “Tidak Ada Raja Miliarder,” yang merujuk pada peran miliarder teknologi Elon Musk dalam upaya Trump untuk mengecilkan dan membangun kembali tenaga kerja federal.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Top 3 Tekno: Peluncuran Xiaomi 15 Ultra hingga Nubia V70 dan V70 Design – Page 3

    Top 3 Tekno: Peluncuran Xiaomi 15 Ultra hingga Nubia V70 dan V70 Design – Page 3

    Dewan direksi OpenAI menolak tawaran akuisisi senilai USD 97,4 miliar (sekitar Rp 1.594 triliun) dari Elon Musk. Penolakan ini disampaikan secara tegas oleh Bret Taylor, ketua dewan direksi OpenAI.

    “OpenAI tidak untuk dijual, dan dewan telah dengan suara bulat menolak upaya terbaru Mr. Musk untuk mengganggu kompetisinya,” kata Taylor, dikutip dari AP News, Senin (17/2/2025).

    Pengacara OpenAI, William Savitt, dalam suratnya kepada pengacara Elon Musk, menyatakan bahwa proposal tersebut “tidak sesuai dengan kepentingan misi OpenAI.”

    Elon Musk, yang merupakan investor awal OpenAI, telah melancarkan serangan hukum terhadap pendiri ChatGPT Sam Altman hampir setahun lalu.

    Ia menggugat OpenAI atas tuduhan pelanggaran kontrak, terkait dengan apa yang ia sebut sebagai pengkhianatan terhadap tujuan awal perusahaan sebagai organisasi nirlaba.

    Saat ini, OpenAI sedang berupaya untuk mengubah statusnya menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan. Namun, mereka harus terlebih dahulu membeli aset-aset dari organisasi nirlaba tersebut.

    Elon Musk dan startup AI-nya sendiri, xAI, bersama sekelompok perusahaan investasi, mengumumkan tawaran pada Senin (10/2/2025) untuk membeli organisasi nirlaba yang mengendalikan OpenAI.

    Baca selengkapnya di sini 

  • Efesiensi APBN: Menuju Budaya Fiskal yang Berkualitas

    Efesiensi APBN: Menuju Budaya Fiskal yang Berkualitas

    Jakarta

    Adalah tidak lazim bagi seorang presiden mendatangi Kementerian Keuangan untuk memantau kegiatan tutup buku APBN pada akhir tahun 2024. Seperti yang dikemukakan Sri Mulyani, Presiden Prabowo Subianto menaruh perhatian detail pada realisasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Kunjungan ini kemudian ditindak lanjuti dengan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2025 yang memerintahkan penghematan anggaran sebesar minimal Rp 306.6 triliun (8.4% Rencana Belanja Negara tahun 2025). Tindak lanjut instruksi ini diharapkan dapat diselesaikan pada tanggal 14 Februari 2025.

    Kebijakan penghematan patut diapresiasi karena 2 hal. Pertama penulis belum pernah menemukan seorang presiden yang mau “menguliti” rimba angka di belakang APBN. Di banyak negara, presiden cukup memberikan “petunjuk” dan “tahu beres” soal detailnya. Dari kegiatan “menguliti” tadi presiden dan timnya mendapati banyak program yang disemati gelar “konyol” serta menitahkan agar program semacam itu dihapus. Dalam perkembangannya kemudian tidak hanya program yang “konyol”; pemangkasan juga meliputi program lain seperti “cipaka cipiki”, konsumsi rutin, perjalanan dinas, training dan konsultasi. Kedua, dibutuhkan suatu keberanian dan energi besar untuk mengubah arah dari mesin raksasa birokrasi apalagi untuk “berhemat”.

    Pemerintah yang baru memiliki janji politik yang sangat ambisius. Target pertumbuhan ekonomi tahun 2029 sebesar 8% (angka yang terakhir terlihat pada tahun 1996). Tentu memerlukan dukungan “super” dari APBN. Penghematan yang diperoleh akan disalurkan kepada program-program andalan seperti Makanan Begizi Gratis (MBG), Hilirisasi Industri, Swasembada Pangan dan Energi. Semua program tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tentunya pihak swasta dan luar negeri dapat dilibatkan untuk pembiayaan ekonomi ini, tetapi pemerintah harus tetap jadi motornya.

    Kondisi kesehatan fiskal Indonesia saat ini tidak dapat dikatakan prima tetapi juga tidak mengalami penyakit berat. Defisit total (headline deficit) dalam 20 tahun terakhir kecuali era Covid dapat dijaga di bawah 3%, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Namun demikian sejak tahun 2012, APBN sering mengalami primary deficit (penerimaan lebih kecil dari pengeluaran, di luar cicilan utang: pokok dan bunga). Hal ini disebabkan karena belanja pemerintah yang besar terutama untuk infrastruktur dan subsidi. Defisit primer adalah masalah serius yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak dapat menutupi kebutuhan operasional sehari-hari sehingga harus berhutang. Keberadaan primary deficit memiliki implikasi tambahan utang pemerintah.

    Rasio utang pemerintah (% Produk Domestik Bruto; PDB) per November 2024 adalah sebesar 39.20%. Rasio ini dapat dikatakan cukup prudent dari standar internasional (rekomendasi Bank Dunia) yang sebesar 60% PDB. Rasio ini harus disikapi secara hati-hati karena lonjakan tiba-tiba dapat terjadi terutama jika memiliki denominasi valas dan kepercayaan investor anjlok secara tiba-tiba. Sekitar 28% utang pemerintah memiliki denominasi valas. Melihat indikator defisit primer fiskal serta utang pemerintah dapat dikatakan ada urgensi bagi penghematan yang sebaiknya dilakukan dalam dosis sedang (moderate).

    Pemerintah memiliki peran kunci bagi pertumbuhan ekonomi melalui fungsi penyediaan barang publik, stabilisasi dan kesejahteraan sosial (Stiglitz, 2000). Dampak langsung (melalui belanja operasional dan modal), porsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) berada pada kisaran 10%-15%. Dampak tidak langsung melalui multiplier effect diperkirakan lebih besar lagi. Dampak multiplier terjadi melalui penciptaan nilai ekonomi baru terkait (umumnya) realisasi investasi pemerintah (misalnya jalan dan bendungan). Dime et al (2021) memperkirakan porsi multiplier ini mencapai 12%-28% dari pertumbuhan ekonomi.

    Langkah penghematan (8.4% total belanja) ini belum dapat dikatakan drastis (austerity) hingga dampak terhadap perekonomian mestinya tidak besar. Tujuan pengalihan dana; di atas kertas, merupakan program yang mulia. Kurang gizi (apalagi stunting) hanya pantas terjadi pada negara gagal (atau sedang perang). Demikian pula hilirisasi, banyak anekdot di mana Indonesia mengkonsumsi suatu produk impor yang input pentingnya justru banyak diproduksi di dalam negeri (contoh LNG, gula, garam dan olahan mineral). Urgensi swasembada pangan dan energi tidak perlu dipertanyakan lagi.

    Terdapat beberapa catatan kritis untuk program ini. Pertama perhatian pada aspek teknis. Isu terbesar APBN terletak pada “hutan angkanya” (The Devil is in the details). Perlu ada tim pada level kementerian/lembaga yang dedicated, terlatih dan “ikhlas” membedah angka-angka tersebut untuk memastikan tidak ada “kecolongan”. Kedua pemangkasan harus dilakukan dengan pertimbangan yang komprehensif (serta forward looking). Efisiensi beberapa jenis pos misalnya perawatan jalan, kesehatan dan pendidikan justru menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar di masa depan (dibandingkan manfaat penghematannya kini).

    Ketiga, dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dikurangi dengan bauran kebijakan penyeimbang (counter cyle) seperti penurunan policy rate (berkoordinasi dengan Bank Indonesia) dan stimulus fiskal. Keempat, efisiensi harus disertai dengan peningkatan penerimaan utamanya perpajakan. Tulang punggung kebijakan fiskal adalah perpajakan yang optimal yang disertai dengan belanja yang berkualitas (Stiglitz dan Rosengard, 2015). Yang terpenting, Prabowo telah memberikan sinyal kuat bahwa kebijakan efisiensi APBN akan menjadi suatu budaya. Dengan demikian Suri Teladan adalah hal yang mutlak dan ini harus berasal dari RI-1. Javier Milei (Argentina), Joachim Gauck (Jerman) dan John Magufuli (Tanzania) adalah segelintir pimpinan negara yang mampu walk the talk sehingga membawanya sukses melakukan reformasi fiskal.

    Momen efisiensi anggaran dapat dijadikan langkah awal budaya fiskal yang berkualitas (anggaran hemat tetapi efektif). Pemerintah memang telah lama dikenal dan dimodelkan sebagai agen ekonomi yang boros dan tidak efisien. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara maju. Niskanen (1971) memandang pemerintah lebih mengutamakan besarnya budget dibandingkan efektivitasnya sehingga terjadi misalokasi dalam sumberdaya. Wolf (1979) menambahkan bahwa inefisiensi tersebut disebabkan tidak adanya “pesaing”. Teori Leviathan dari Brennan dan Buchanan (1980) mengemukakan peran prestise dan privilese politik yang diperoleh dari peningkatan ukuran suatu instansi pemerintah. Afonso et al (2013), Hood dan Dixon (2015) serta Afonso dan Kazemi (2017) adalah beberapa studi empiris utama yang mendukung teori-teori tersebut.

    Literatur di atas menunjukkan akar masalah (root cause) dari inefisiensi anggaran sehingga perlu menjadi perhatian, agar APBN yang efisien dan berkualitas dapat menjadi budaya. Negara adi daya seperti Amerika Serikat saja sampai harus membentuk “Kementerian Efisiensi-DOGE” yang dipimpin taipan teknologi besar dunia: Elon Musk. Bagaimana ceritanya Indonesia masih tenang dengan business as usual?

    Moch. Doddy Ariefianto
    Pengamat Ekonomi
    Dosen Binus University

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu