Tag: Elon Musk

  • 8 ‘Senjata’ Trump untuk Paksa Zelensky Mundur, Salah Satunya Bekukan Aset Presiden Ukraina – Halaman all

    8 ‘Senjata’ Trump untuk Paksa Zelensky Mundur, Salah Satunya Bekukan Aset Presiden Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump punya sejumlah “senjata” untuk memaksa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk turun takhta.

    Saat ini hubungan Trump dengan Zelensky sedang buruk-buruknya. Tempo hari ketika sedang berkunjung ke AS, Zelensky bahkan diusir dari Gedung Putih oleh Trump.

    Tak lama kemudian, setelah cekcok dengan Zelensky, Trump memutuskan untuk menghentikan semua bantuan militer AS ke Ukraina.

    Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz menyarankan Zelensky untuk lengser saja demi memuluskan perjanjian antara AS dan Ukraina.

    Masa jabatan Zelensky sebagai presiden sebenarnya sudah berakhir pada bulan Mei 2024. Namun, pilpres di Ukraina terpaksa belum digelar lantaran negara sedang dalam kondisi perang.

    Media Rusia bernama Sputnik menyebut Trump punya sejumlah cara untuk memaksa Zelensky mundur jika dia keras kepala menolak. Berikut cara-cara itu.

    Tekanan langsung

    1. Menghentikan semua bantuan AS

    Tanpa bantuan AS untuk Ukraina, Zelensky barangkali tak punya pilihan selain mengundurkan diri. Eks pejabat CIA bernama Philip Giraldi mengatakan mantan komedian itu bisa digantikan oleh seseorang yang bersedia merundingkan perdamaian.

    2. Mengaudit bantuan AS

    Oleg Tsarev, mantan anggota dewan Ukraina, mengatakan penyelidikan mendalam tentang penggunaan bantuan AS oleh Ukraina bisa mengungkap korupsi dan “melumpuhkan” Zelensky.

    ZELENSKY DIUSIR – Tangkapan layar YouTube The White House menunjukkan momen di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump terlibat adu mulut di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat (28/2/2025). Setelah terjadi adu mulut itu, Zelensky ‘diusir’ oleh Trump untuk segera meninggalkan Gedung Putih. (Tangkapan Layar YouTube The White House)

    3. Membekukan uang Zelensky

    Tsarev mengatakan tindakan membekukan rekening luar negeri Zelensky dan timnya bisa melemahkan rezim Ukraina saat ini.

    4. Menghentikan layanan Starlink di Ukraina

    Reuters melaporkan bahwa Trump dan kawan-kawannya mungkin menghentikan akses Ukraina terhadap Starlink milik Elon Musk. Gedung Putih dilaporkan sudah membuat ancaman ini.

    5. Memanfaatkan masa jabatan Zelensky yang sudah habis

    Zelensky sebenarnya sudah harus lengser tahun lalu. Hanya saja, sambil menyinggung situasi darurat militer, dia belum bersedia mundur. Tindakan Zelensky bisa dipertanyakan secara hukum.

    Tekanan secara tidak langsung

    Di samping bisa menekan secara langsung, Trump juga bisa memberikan tekanan secara tidak langsung. Berikut tiga caranya.

    1. Menekan rekan AS di Eropa

    Ekonom Paul Craig Roberts mengatakan Eropa tetap bergantung pada AS. Jika sudah tidak ada senjata yang tersisa, Eropa harus segera mengambil tindakan.

    2. Mengancam keluar dari NATO

    Trump bisa mengancam akan menarik keluar AS dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Eks pejabat Kemenhan AS bernama David Pyne mengatakan ancaman itu bisa mendorong Eropa untuk mengendalikan Zelensky.

    3. Penerapan tarif impor

    Bloomberg menyebut pengenaan tarif 25 persen terhadap impor dari Eropa bisa mengurangi 1,5 persen PDB Uni Eropa. Trump sendiri sudah mengancam akan mengenakan tarif itu.

    STARMER DAN ZELENSKY. Foto yang diambil dari akun Twitter/X dari PM Inggris Keir Starmer pada Minggu (2/3/2025) ini menunjukkan momen pertemuan Starmer dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di London. (X/@Keir_Starmer)

     

    Zelensky pernah mengaku siap mundur

    Beberapa waktu lalu Zelensky mengaku siap mundur dari jabatan Presiden Ukraina.

    Pernyataan ini cukup mengejutkan karena Zelensky sebelumnya bahkan menolak mundur meski masa jabatannya sudah berakhir.

    Zelensky kini mengatakan bersedia melengserkan diri apabila pengunduran dirinya itu bisa membawa perdamaian bagi Ukraina dan memastikan negara itu menjadi anggota NATO.

    “Jika demi perdamaian untuk Ukraina, jika kalian menginginkan saya untuk meninggalkan jabatan saya, saya siap. Saya bisa melakukannya demi keanggotaan NATO, jika ada syarat seperti itu,” kata dia dalam forum “Ukraina Tahun 2025” di Kiev hari Sabtu, (22/2/2025), dikutip dari Russia Today.

    “Saya ini memfokuskan keamanan Ukraina, tidak dalam 20 tahun, dan saya tidak ingin berkuasa selama puluhan tahun.”

    Lalu, dia menyinggung perselisihannya dengan Amerika Serikat (AS) mengenai usul tentang kesepakatan logam tanah jarang. AS meminta kesepakatan itu sebagai imbalan atas bantuan militer untuk Ukraina.

    Zelensky mengaku sudah menerima usul tentang kesepakatan senilai $500 miliar itu.

    “Sudah jelas bahwa kita berbicara tentang utang, ini bukan investasi. Jika uang ini lari ke pendanaan itu, dan tidak ada yang datang dari luar negeri, maka kita membayar utang itu,” katanya.

    “Kita punya $100 miliar. Saya tidak siap membayar $500 miliar. Dan saya bahkan tidak siap untuk mengaturnya di angka $100 miliar karena saya tidak mengakui pemberian itu sebagai utang. Kita seharusnya tidak membayar utang itu.”

    Seandainya Rusia tidak menyerbu Ukraina, Zelensky harus maju kembali dalam pilpres jika tetap ingin berkuasa.

    Namun, karena perang dengan Rusia, Ukraina segera memberlakukan situasi darurat militer. Artinya, pemilu untuk memilih presiden dan anggota dewan bisa ditunda.

    Para pengkritik menuding Zelensky sengaja memperpanjang konflik dengan Rusia agar bisa terus berkuasa. Di samping itu, Rusia sudah tidak lagi menganggap Zelensky sebagai perwakilan Ukraina.

    (*)

  • Saham Tesla Anjlok, Kekayaan Elon Musk Menguap USD116 Miliar

    Saham Tesla Anjlok, Kekayaan Elon Musk Menguap USD116 Miliar

    Jakarta: Elon Musk, yang pernah menjadi orang terkaya di dunia, kini harus menerima kenyataan pahit. Kekayaannya merosot drastis akibat anjloknya harga saham Tesla. 
     
    Dalam beberapa bulan terakhir, saham pabrikan mobil listrik tersebut terus tertekan, menyebabkan penurunan besar dalam kekayaan bersih Musk. 
    Apa yang sebenarnya terjadi?
    Melansir laman Forbes, Rabu, 5 Maret 2025, kekayaan Musk susut USD116 miliar. Berdasarkan data real-time dari Forbes, kekayaan Elon Musk anjlok sebesar USD7,1 miliar (sekitar Rp111 triliun) hanya dalam satu hari, membuat total kekayaannya kini berada di angka USD347,7 miliar (sekitar Rp5.448 triliun). 
     
    Padahal, pada Desember lalu, kekayaannya sempat mencapai rekor USD464 miliar (sekitar Rp7.272 triliun). Artinya, dalam beberapa bulan saja, Musk kehilangan sekitar USD116,3 miliar (sekitar Rp1.800 triliun).
     

    Saham tesla merosot, apa penyebabnya?
    Turunnya kekayaan Musk ini sejalan dengan anjloknya harga saham Tesla. Pada 17 Desember 2024, saham Tesla sempat mencapai puncak USD480 per lembar. Namun, kini nilainya telah jatuh ke USD272 per lembar, menandai titik terendah sejak Hari Pemilu di AS.

    Penyebab utama kejatuhan saham Tesla adalah kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump terhadap China, Kanada, dan Meksiko. 
    Kebijakan ini memicu gejolak di pasar saham, termasuk indeks S&P 500 yang turun lebih dari 1 persen ke level terendah tahun 2025.
     
    Tesla sangat terdampak karena Tiongkok merupakan pasar terbesar kedua bagi kendaraan listriknya. Selain itu, produsen mobil asal AS ini juga bergantung pada suku cadang impor dari Kanada. 
     
    Chief Financial Officer Tesla, Vaibhav Taneja, telah memperingatkan bahwa kebijakan tarif tersebut bisa memengaruhi bisnis dan profitabilitas perusahaan.
     

    Seberapa besar kerugian Elon Musk?
    Sebagai gambaran, total kerugian kekayaan Musk sebesar USD 116 miliar (Rp1.800 triliun) lebih besar dari total kekayaan pendiri Microsoft, Bill Gates, yang saat ini memiliki USD 108,1 miliar (sekitar Rp1.693 triliun). 
     
    Bahkan, jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari kekayaan orang terkaya di Asia, Mukesh Ambani, yang memiliki USD 85,6 miliar (sekitar Rp1.340 triliun).

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Peluncuran Roket Ariane 6 Ditunda, Misi Eropa ke Luar Angkasa Terhambat – Page 3

    Peluncuran Roket Ariane 6 Ditunda, Misi Eropa ke Luar Angkasa Terhambat – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Peluncuran roket Ariane 6, andalan baru Eropa untuk misi luar angkasa, mengalami penundaan di menit-menit terakhir.

    Misi komersial pertama yang dijadwalkan pada Senin, 3 Maret 2025 terpaksa ditunda karena masalah teknis yang ditemukan pada sistem darat di Centre Spatial Guyanais, Kourou, Guyana Prancis.

    Kegagalan ini menjadi pukulan bagi ambisi Eropa untuk kembali menguasai pasar peluncuran satelit dan menandai sebuah kemunduran setelah keberhasilan peluncuran perdananya pada Juli 2024. Adapun penundaan peluncuran roket ke luar angkasa dilakukan karena adanya anomali di darat. 

    “Satu-satunya keputusan yang mungkin sekarang adalah menunda peluncuran, yang tidak akan terjadi hari ini. Saya yakin kamu akan segera melakukan penerbangan lagi,” kata CEO Arianespace David Cavailoles, dikutip dari France24, Rabu (5/3/2025). 

    Tentang Ariane 6

    Ariane 6, generasi terbaru roket pengangkut satelit, dikembangkan oleh ArianeGroup atas arahan European Space Agency (ESA). Adapun tujuan adanya roket Ariane 6 adalah untuk mengurangi ketergantungan Eropa terhadap roket milik Amerika Serikat. Selain itu, pengembangan Ariane 6 membuktikan upaya Arianespace ingin tetap kompetitif dari SpaceX milik Elon Musk. 

    Roket ini dirancang untuk menggantikan Ariane 5 yang telah dipensiunkan pada 2023, dengan target pengurangan biaya hingga 50 persen dan peningkatan jumlah peluncuran hingga dua kali lipat per tahun.

    Adapun peluncur roket ini dimaksudkan untuk menempatkan satelit militer Prancis di orbit pada ketinggian 800 Km di atas Bumi. 

     

  • Segini Harga Modem WiFi Saku Starlink dan Biaya Langganan, Langsung Nyambung ke HP dan Anti Lemot

    Segini Harga Modem WiFi Saku Starlink dan Biaya Langganan, Langsung Nyambung ke HP dan Anti Lemot

    TRIBUNJATENG.COM – Berikut harga langganan internet Starlink dari Elon Musk.

    Starlink menyediakan layanan internet cepat, yang dirancang untuk terhubung langsung ke konstelasi satelit Starlink.

    Dengan Starlink Anda dapat bepergian ke mana saja di negara Anda dan melakukan perjalanan internasional di wilayah Starlink tersedia.

    Starlink terhubung dalam hitungan menit dan dapat dikemas dengan cepat saat Anda harus berpindah ke tujuan berikutnya.

    Melansir laman Starlink, Starlink menawarkan internet berkecepatan tinggi hampir di semua tempat di seluruh dunia.

    Bahkan Starlink mengklaim adanya koneksi internet berkecepatan tinggi di wilayah terpencil di dunia sekalipun. 

    Tidak hanya dapat digunakan di darat yang tidak terjangkau kabel optik, modem saku Starlink juga dapat digunakan di perairan.

    Starlink dirancang untuk tahan dalam berbagai kondisi – perangkat ini dapat mencairkan salju dan tahan hujan es, hujan lebat, serta angin kencang yang ekstrem.

    Paket Langganan Starlink

    Starlink memiliki beberapa layanan yang terbagi jadi 2 tipe, yakni personal dan bisnis.

    Personal cocok digunakan untuk penggunanaan pribadi. Terdapat 2 pilihan layanan untuk tipe personal:

    Residensial: Seharga Rp750.000 per bulan. Cocok untuk penggunaan rumah tangga di lokasi yang tetap dengan kuota tanpa batas.

    Jelajah: Cocok untuk orang-orang yang selalu bepergian dengan jangkauan di seluruh dunia hingga pesisir dan lautan.

    Paket jelajah dibanderol dengan harga Rp1.215.000 per bulan.

    Bagi yang membutuhkan sambungan internet atau wifi guna kepentingan bisnis, Starlink menyediakan 3 paket, yakni: 

    Lokasi Tetap: Cocok untuk bisnis dan pengguna dengan permintaan tinggi. Harganya mulai Rp 1.100.000,- sampai Rp 6.116.000,- per bulan.

    Mobile-Darat & Maritim: Cocok untuk maritim, tanggap darurat, dan bisnis mobile. Harga langganan per bulan mulai Rp 4.345.000,- hingga Rp 86.130.000,-.

    Selain itu ada juga modem saku Starlink yang cocok digunakan untuk bepergian, berkemah dan berlayar.

    Wi-Fi saku starlink adalah modem universal yang jaringannya ada di mana saja di seluruh dunia.

    Selama ada pemandangan langit yang jelas.

    Jaringan tersebut dapat menghasilakan koneksi internet di seluruh dunia.

    Starlink dapat digunakan hingga 32 perangkat secara bersamaan.

    Meski begitu ukuran WiFi aku cukup mungil yang dapat di masukkan ke dalam saku dengan kecepatan unduh Hingga 120 Mbps dan kecepatan unggah 40 Mbps.

    Harga Wi-Fi Saku Starlink

    Harga Promo Rp.1.150.000

    Bulanannya 350.000

    Jika kamu sedang butuh sambungan wifi sekarang bisa kamu lihat dengan mudah melalui aplikasi dan layanan WiFi Map.

    Melalui aplikasi WiFi Map, pengguna dapat melihat password WiFi di lingkungan sekitar secara gratis.

    Aplikasi WiFi Map dapat diunduh secara gratis untuk iPhone dan Android.

    WiFi Map sendiri pada dasarnya merupakan aplikasi berbasiscrowd-source.

    Artinya, data password yang tertera di aplikasi WiFi Map ini di-input atau dimasukan oleh seseorang yang mengetahui password WiFi tertentu.

    Aplikasi WiFi Map ini legal digunakan karena data password WiFi yang diperoleh bukanlah data curian.

    Namun password yang terdapat di aplikasi tersebut dimasukan oleh pihak yang mengetahui password jaringan WiFi tertentu.

    Berikut Cara Melihat Password WiFi Terdekat via WiFi Map:

    1. Download dan install aplikasi WiFi Map di iPhone atau Android kamu.

    2. Buka aplikasi WiFi Map dan login menggunakan akun Facebook/Google/Apple dan izinkan aplikasi untuk mengakses lokasimu.

    3. Klik kolom pencarian pada bagian atas, kemudian masukan kota tempat tinggalmu.

    4. Klik opsi “Menelusuri” pada lokasi WiFi Map yang sudah kamu pilih.

    5. Nantinya akan muncul jaringan WiFi beserta passwordnya di sekitar lingkunganmu.

    6. Pilih jaringan WiFi yang terdekat denganmu dengan cara mengklik ikon berwarna biru.

    7. Jaringan WiFi dan passwordnya akan secara otomatis muncul dan kamu bisa mengkoneksikan HP ke WiFi tersebut. (*)

  • Trump Cetak Rekor Pidato Terlama di Kongres AS

    Trump Cetak Rekor Pidato Terlama di Kongres AS

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan pidato terlama yang pernah disampaikan oleh presiden AS mana pun dalam sidang Kongres pada Selasa (4/3) waktu setempat. Pidato Trump ini mencetak rekor baru untuk pidato terlama mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang mantan Presiden Bill Clinton.

    Trump, seperti dilansir AFP dan Associated Press, Rabu (5/3/2025), menyampaikan pidato membahas berbagai isu dengan durasi mencapai lebih dari 1 jam 40 menit di hadapan para anggota Kongres AS dari Partai Republik dan Partai Demokrat.

    Laporan CBS News menyebut durasi itu mencakup jeda untuk tepuk tangan dan reaksi-reaksi lainnya.

    Pidato Trump ini mengalahkan rekor Clinton yang menyampaikan pidato kenegaraan, atau State of the Union, dengan durasi mencapai 1 jam 28 menit tahun 2000, atau 25 tahun lalu.

    Data ini didasarkan pada American Presidency Project pada Universitas California di Santa Barbara, yang telah mencatat durasi pidato Presiden AS sejak era Presiden Lyndon B Johnson tahun 1964 silam.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Pidato Trump pekan ini secara teknis bukan pidato kenegaraan karena dia baru menjabat kembali sejak enam pekan lalu. Namun durasi pidatonya memecahkan rekor sebagai pidato terlama yang pernah disampaikan dalam sidang gabungan Kongres AS.

    Pidato dalam sidang gabungan Kongres AS ini merupakan pidato pertama yang disampaikan Trump sejak kembali ke Gedung Putih pada pertengahan Januari lalu.

    Dalam pidatonya, menurut CBS News, Trump menegaskan bahwa “Amerika telah kembali” sambil membanggakan tindakan-tindakan yang diambilnya selama enam minggu pertama masa jabatan keduanya.

    Tonton juga Video Geramnya Trump Gegara Zelensky Bilang Perang Ukraina Bakal Panjang

    Trump, dalam pidatonya, menyoroti rentetan perintah eksekutif yang diterbitkan dirinya dan memaparkan visi tentang bagaimana Kongres seharusnya mulai melaksanakan agenda legislatif yang luas. Dia juga memuji kinerja Elon Musk dan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) atas pemangkasan drastis yang dilakukan di seluruh cabang eksekutif.

    Selama berpidato, Trump menuai tepuk tangan meriah dari para politisi Partai Republik, dan dicemooh oleh Partai Demokrat. Bahkan salah satu anggota Kongres dari Partai Demokrat harus dikawal keluar ruangan karena mengganggu pidato Trump.

    Beberapa anggota Kongres lainnya dari Partai Demokrat melakukan walkout dari ruang sidang saat pidato Trump berlangsung, sedangkan yang lain melakukan protes diam-diam dengan membawa poster bertuliskan kecaman mereka.

    Trump mengakhiri pidatonya dengan mengatakan: “Rekan-rekan Amerika saya, bersiaplah untuk masa depan yang luar biasa karena era keemasan Amerika baru saja dimulai. Ini tidak akan seperti yang pernah disaksikan sebelumnya. Terima kasih, Tuhan memberkati Anda, dan Tuhan memberkati Amerika.”

    Tonton juga Video Geramnya Trump Gegara Zelensky Bilang Perang Ukraina Bakal Panjang

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kekayaan Elon Musk Susut Rp 116,5 Triliun dalam Satu Hari, Ini Penyebabnya – Page 3

    Kekayaan Elon Musk Susut Rp 116,5 Triliun dalam Satu Hari, Ini Penyebabnya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Siapa yang tak kenal Elon Musk? Miliarder eksentrik ini sempat menyandang gelar orang terkaya di dunia dengan kekayaan fantastis. Pada puncaknya, kekayaan bersih Elon Musk atau sekitar Rp 7.613 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.408)

    Namun, seperti roller coaster, kekayaan Musk mengalami penurunan drastis. Pada Maret 2025, kekayaan Elon Musk anjlok hingga di bawah USD 400 miliar.  Kekayaan Elon Musk sentuh USD 347,7 miliar atau sekitar Rp 5.709 triliun pada 4 Maret 2025. Hal ini membawa posisi Elon Musk berada di posisi dua dari daftar orang terkaya dunia berdasarkan Forbes.

    Kekayaan Elon Musk Turun

    Pada 12 Februari 2025, kekayaan Elon Musk turun USD 12,5 miliar atau Rp 204,6 triliun (kurs Rp 16.371 per USD), menjadi USD 378,8 miliar atau sekitar Rp 6,188 triliun. Untuk pertama kali, kekayaan Elon Musk di bawah USD 400 miliar saat itu.

    Penurunan ini terutama disebabkan oleh anjloknya harga saham Tesla hingga 27 persen. Tesla mengalami penurunan penjualan year over year pertamanya di tahun 2024, dengan penjualan 20.000 kendaraan lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

    Persaingan ketat dengan produsen mobil China, BYD, yang menawarkan harga lebih terjangkau dan teknologi AI yang lebih maju, juga menjadi faktor penyebabnya. Hal ini menjadi pukulan bagi Tesla yang belum mampu mewujudkan janji teknologi AI-nya, sebagian karena hambatan regulasi.

    Koreksi saham Tesla berlanjut pada Maret 2025 sehingga menekan kekayaan Elon Musk. Harga saham Tesla turun 4,43 persen menjadi USD 272,04 pada Selasa, 4 Maret 2025.

    Seiring hal itu, kekayaan Elon Musk turun USD 7,1 miliar atau sekitar Rp 116,5 triliun pada Selasa, 4 Maret 2025 menjadi USD 347,7 miliar. Hal ini berdasarkan real time Forbes.

    Harta Elon Musk turun USD 116,3 miliar atau sekitar Rp 1.908 triliun dari rekor sekitar USD 464 miliar pada 17 Desember.  Saat itu, saham Tesla tembus rekor USD 480 per saham.

  • Tuai Kontroversi, Elon Musk Dukung AS Keluar NATO dan PBB – Page 3

    Tuai Kontroversi, Elon Musk Dukung AS Keluar NATO dan PBB – Page 3

    Sementara itu, dukungan Elon Musk terhadap penarikan AS dari PBB juga menimbulkan kekhawatiran yang serupa. PBB berperan penting dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional, serta dalam memberikan bantuan kemanusiaan.

    Keluarnya AS dari PBB akan melemahkan organisasi ini dan dapat berdampak negatif pada upaya-upaya global untuk mengatasi berbagai masalah internasional.

    Mengutip DW, Presiden Donald Trump pada Selasa kemarin menandatangani perintah eksekutif untuk menarik AS dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR). Perintah ini juga mendorong peninjauan kembali pendanaan AS untuk PBB. 

    Bukan hanya itu, Trump juga memerintahkan penarikan AS dari badan bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA). Ia mengatakan, AS juga bermaksud meninjau keterlibatan mereka di Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). 

    Sekadar informasi, Trump pernah menarik AS keluar dari UNHCR pada 2018, yakni masa jabatan pertamanya. Lalu, Presiden AS berikutnya, Joe Biden, mengembalikan keanggotaan AS di organisasi ini pada 2021. 

     

  • Elon Musk Terus Berpolitik, Tesla Babak Belur

    Elon Musk Terus Berpolitik, Tesla Babak Belur

    Jakarta

    Saat ini, Elon Musk secara penuh terjun ke dalam politik sayap kanan dan membuat beberapa kontroversi. Menurut beberapa ahli, hal itu menjauhkan calon pelanggan perusahaannya, yang tidak sependapat dengannya.

    “Jangan libatkan diri Anda dalam politik. Orang-orang akan berhenti membeli produk Anda,” kata konsultan merek asal New York. Robert Passikoff.

    Penjualan Tesla anjlok 45% di Eropa bulan Januari, menurut firma riset Jato Dynamics, bahkan saat penjualan kendaraan listrik secara keseluruhan meningkat. Itu terjadi setelah laporan penurunan penjualan di California, pasar Amerika Serikat terbesarnya, dan penurunan tahunan pertama secara global tahun lalu.

    “Saya bahkan tidak ingin mengendarainya,” kata pemilik Model 3 John Parnell, seorang Demokrat dari Ross, California. Ia juga membatalkan pesanan Cybertruc dan merelakan uang jaminan USD 100. “Ia menghancurkan merek tersebut dengan politiknya,” tambahnya yang dikutip detikINET dari Associated Press.

    Analis industri mengatakan masih terlalu dini menilai seberapa besar kerusakan alibat politik Musk pada Tesla karena banyak faktor lainnya. Kendaraan terlarisnya, Model Y, akan keluar versi barunya tahun ini, yang mungkin saja menyebabkan calon konsumen menunda pembelian saat ini.

    Persaingan juga memanas dari produsen asal China yang menawarkan mobil dengan daya tahan baterai dan keandalan yang kompetitif. Namun mungkin saja kiprah Musk di bidang politik memperparah keadaan.

    “Musk merasa ia dapat mengatakan apa pun yang ia inginkan dan tidak berpikir Tesla akan menanggung konsekuensi apa pun,” kata analis Morningstar Seth Goldstein.

    Angka penjualan Tesla sangat buruk di Jerman dan Prancis bulan Januari, masing-masing turun sekitar 60%. Penjualan di Prancis turun 26% lagi di Februari. Penjualan Model 3 Tesla juga turun 33% di semua negara Eropa. “Sebagian dari populasi tidak senang dengan pandangannya, aktivisme politiknya,” kata analis senior Jato Felipe Munoz.

    Banyak pembeli Tesla dulunya adalah profesional yang kaya, sadar lingkungan, sering kali liberal, yang tertarik dengan pembicaraan Musk tentang bagaimana EV-nya dapat membantu menyelamatkan planet ini dari kehancuran bahan bakar fosil.

    “Saya dulu dipuja oleh kaum kiri. Tidak demikian saat ini,” kata Musk dalam wawancara dengan Tucker Carlson pada tanggal 18 Februari ketika sahamnya berada di tengah-tengah penurunan hampir 30%.

    Keputusannya menghabiskan USD 270 juta untuk kampanye presiden Donald Trump dan mendukungnya secara terbuka cukup berisiko bagi bisnisnya. Kemudian dia menjalankan strategi PHK massal sebagai kepala tim efisiensi pemerintahan Trump dan banyak mengomentari politik luar negeri.

    Dia mendukung partai sayap kanan, pro-Rusia, dan anti-Muslim di Jerman, menyebut Perdana Inggris sebagai tiran jahat yang menjalankan “negara polisi dan baru-baru ini menyatakan Kanada bukanlah negara yang sebenarnya.

    Dealer Tesla di AS dikepung pengunjuk rasa, kendaraannya dirusak dan stiker menempel di mobil Tesla dengan tulisan seperti, “Saya membelinya sebelum Elon gila.” Sebuah patung Musk digantung di Milan dan gambar dirinya memberi hormat dengan lengan lurus diproyeksikan di pabrik Tesla di Jerman. Seorang menteri pemerintah Polandia menyerukan boikot Tesla.

    “Saya takkan membeli Tesla lagi,” kata Jens Fischer, warga di Witten, Jerman, yang menganggap Musk mengganggu stabilitas demokrasi. Ia menempelkan stiker “Elon menjadi gila” di Model 3-nya. “Saya akan menjual jika mendapat tawaran yang bagus,” katanya.

    Investor Tesla Ross Gerber mengatakan Musk entah bagaimana mengawinkan produk terbaik dunia dengan pemasaran terburuk di dunia. “Orang ingin membeli barang yang membuat mereka senang, Anda tidak ingin politik terlibat,” kata Gerber.

    Namun ada juga yang tidak terpengaruh. Warga London Harry Chathli mengatakan idak berniat menyingkirkan Tesla S miliknya. Ia memuji Musk sebagai visioner karena mengubah cara kita berpikir tentang transportasi dan masa depan Bumi.

    (fyk/afr)

  • Analis Militer Israel: Trump Pimpin Koalisi Preman, Netanyahu Potensial Dikadali – Halaman all

    Analis Militer Israel: Trump Pimpin Koalisi Preman, Netanyahu Potensial Dikadali – Halaman all

    Analis Militer Israel: Trump Pimpin Koalisi Preman, Netanyahu Potensial Dikadali
     
    TRIBUNNEWS.COM – Israel saat ini bisa jadi tengah dihinggapi euforia dan kepercayaan diri tinggi menghadapi berbagai front peperangan seiring dukungan penuh dari Amerika Serikat (AS).

    Namun, analis militer Israel, Nahum Barnea, mengingatkan, Israel, khususnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, potensial terperangkap oleh sosok yang sejauh ini dia sanjung-sanjung, Presiden AS, Donald Trump.

    Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di media Israel, Yedioth Ahronoth, Barnea menggambarkan Donald Trump sebagai pemimpin “koalisi preman” atau “aliansi penjahat”.

    Menurutnya, koalisi para preman ini terdiri dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping.

    Barnea beralasan, ketiga sosok pemimpin negara kaya ini berupaya untuk, “Menggambar ulang lingkup pengaruh global menurut visi yang didasarkan pada kekuasaan dan ekspansi, jauh dari nilai-nilai demokrasi tradisional.”

    Sayangnya, kata Barnea, pemerintah Israel kini mendapati dirinya menjadi bagian dari aliansi ini.

    “Israel menjadi bagian dari koalisi preman ini karena diuntungkan oleh pendekatan yang dilakukan Trump dalam mengelola politik internasional, tetapi Barnea juga memperingatkan bahwa Israel mungkin dikhianati oleh perilaku Trump yang tidak menentu,” tulis Khaberni, mengulas analisis Barnea di Yedioth Ahronoth, dikutip Rabu (5/3/2025).

    ZELENSKY DIUSIR – Tangkapan layar YouTube The White House menunjukkan momen di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump terlibat adu mulut di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat (28/2/2025). Setelah terjadi adu mulut itu, Zelensky ‘diusir’ oleh Trump untuk segera meninggalkan Gedung Putih. (Tangkapan Layar YouTube The White House)

    Trump dan Aliansi Kekuasaan, Insiden Penghinaan Zelensky

    Barnea mengatakan kalau apa yang terjadi di Amerika Serikat sejak pemilu terakhir adalah “revolusi” yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik Amerika.

    Hal itu, kata dia, karena Trump sedang mengatur ulang prioritas, nilai-nilai, dan kebijakan, melewati aturan tradisional dalam hubungan dalam dan luar negeri.

    Trump yang mengusung tagline ‘Make America Great Again’, digambarkan menabrak semua aturan dan etika dalam pemerintahan baik di lingkup nasional maupun internasional.

    “Barnea menunjukkan, lembaga politik Amerika dan juga masyarakat internasional berada dalam keadaan terguncang karena pendekatan (pola dan cara) Trump yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata ulasan tersebut.

    Sang analis militer mengemukakan dua teori untuk menjelaskan perilaku presiden AS tersebut saat ini.

    “Sebagian percaya bahwa gerakannya (Trump) yang keras hanyalah taktik negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik, sementara yang lain percaya bahwa ia (Trump) sedang membawa Amerika dan dunia menuju bencana, dan mungkin menuju perang dunia ketiga,” kata Barnea dari ulasan tersebut.

    Barnea mencontohkan pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Trump di Gedung Putih, yang dianggapnya sebagai penghinaan yang disengaja.

    Menurut CNN, ketika Trump menyambut Zelensky keluar dari mobilnya dengan mengenakan seragam militernya yang biasa presiden Ukraina itu kenakan, Trump dengan sinis berkomentar kepada wartawan, “Lihat dia, dia datang dengan menyamar.”

    “Tidak berhenti di situ, Zelensky pun ditanyai pertanyaan-pertanyaan yang mengejek tentang pakaiannya, kemudian ia dihina oleh Trump dan wakilnya, JD Vance, sebelum ia diusir dari Gedung Putih, dan tiba-tiba dikeluarkan dari jamuan makan siang yang dijadwalkan,” ulas Barnea.

    Berdasarkan dua teori yang diajukannya, analis militer itu mencoba menjelaskan konsekuensi dari posisi Trump terhadap Zelensky, dengan mengatakan, “Bagi sebagian orang, reaksi presiden Ukraina – yang dengan cepat mengeluarkan pernyataan menyanjung Trump dan menyusun rencana gencatan senjata baru – merupakan bukti bahwa semua itu hanyalah taktik negosiasi.”

    “Namun bagi yang lain, episode itu merupakan tanda jelas bahwa Trump mengkhianati sekutu tradisionalnya, yang menimbulkan kekhawatiran di Eropa dan kegembiraan di Moskow,” kata Barnea.

    Selama ini, AS dan Eropa, khususnya NATO, dianggap sebagai sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan, hal yang kini penuh keraguan atas metode yang dilakukan Trump dalam memimpin AS.

    Guna memperjelas betapa hipokritnya AS di bawah kepemimpinan Trump saat ini, Barnea menunjukkan kalau miliarder Elon Musk -sosok pendukung utama Trump- mengunggah sebuah tweet yang menyerukan pembubaran NATO, dengan bertanya, “Ketika Amerika dan Rusia sepakat, siapa yang butuh NATO?”

    Barnea yakin bahwa cara Trump memperlakukan Zelensky menyampaikan pesan yang jelas kepada sekutu Washington, bahwa: “Dukungan Amerika tidak terjamin, dan bisa menguap kapan saja.”

    Barnea menjelaskan bahwa perilaku ini tidak dapat dipisahkan dari pendekatan Trump dalam mengelola kebijakan luar negeri AS.

    “Karena ia (Trump) berupaya memaksakan dirinya sebagai poros utama dalam menentukan masa depan aliansi internasional,” kata Barnea.

    PASUKAN ISRAEL – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Selasa (18/2/2025) menunjukkan pasukan israel berada di pos di Lebanon Selatan pada 15 Februari 2025. Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani pada hari Senin (17/2/2025) mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menarik pasukan dari 5 pos di Lebanon Selatan. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    Israel Bagian dari “Koalisi Preman”

    Barnea mengadopsi teori kalau Trump berusaha membentuk “koalisi preman’ yang mencakup Amerika Serikat, Rusia, dan Cina, di mana negara-negara adidaya tersebut membagi wilayah pengaruh di dunia menurut persamaan kekuatan dan bukan hukum internasional.

    Menurut visi ini, menurut Barnea, “Putin akan mendapatkan Ukraina dan mungkin negara-negara Baltik, presiden Tiongkok akan menginvasi Taiwan, sementara Trump mungkin berusaha menguasai Greenland.”

    Ia juga meramalkan kalau Uni Eropa “akan menyusut atau runtuh, dan partai-partai sayap kanan akan mengambil alih Eropa, sehingga memudahkan Trump dan Putin untuk berbagi kendali atasnya, sebuah skenario yang menakutkan bagi negara-negara seperti Jerman dan Prancis yang masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip tradisional Uni Eropa.”

    Barnea yakin kalau Israel dapat dengan mudah berintegrasi ke dalam “dunia baru” ini, dengan mengatakan, “Trump menghormati kekuasaan (kekuatan), yang saat ini berada di tangan Israel, dan menghormati kendali atas wilayah, yang juga dikuasainya. Ia juga membenci nilai-nilai demokrasi tradisional, hak asasi manusia, dan keadilan, yang juga telah menjadi bagian dari pendekatan pemerintah Israel.”

    Analis militer ini menegaskan bahwa pemerintah Israel bertindak saat ini dengan keberanian yang belum pernah terjadi sebelumnya, melewati batas merah yang berlaku pada masa jabatan presiden Amerika sebelumnya, baik dari Partai Republik maupun Demokrat.

    Analisis Barnea tersebut mengindikasikan kalau pemerintah Benjamin Netanyahu saat ini sedang mengeksploitasi dukungan tanpa syarat dari pemerintahan Trump pada tahap ini untuk memaksakan fakta di lapangan, yaitu sebagai berikut:

    Pelanggaran perjanjian yang disepakati Israel dalam kerangka kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.
    Memelihara lokasi militer dan keberadaan pasukan IDF di dalam wilayah Suriah dan secara terbuka menyatakan kalau pasukan Israel akan tetap berada di sana selamanya.
    Israel mengancam akan campur tangan dalam konflik antara rezim Suriah dan komunitas Druze di Jaramana, meskipun kedua pihak menolak intervensi Israel.
    Mempertahankan posisi militer di Lebanon meskipun ada perjanjian gencatan senjata.
    Ribuan warga Palestina diusir dari kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, termasuk wilayah dalam “Area A” Otoritas Palestina.
    Mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
    Meninggalkan tahap kedua negosiasi kesepakatan pertukaran tahanan, yang menghasilkan pembebasan 59 tahanan, baik yang hidup maupun yang telah meninggal.

    Harus digarisbawahi, rentetan hal-hal di atas berisiko besar terhadap situasi perang menyeluruh di kawasan.

    Israel yang saat ini terlena dalam buaian AS dengan dukungan penuhnya, bisa jadi terjebak dalam pusaran konflik yang kesemuanya menjadikannya sebagai ‘target bersama’ alias common enemy.

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Senin (10/2/2025) dari publikasi resmi YouTube The White House pada Jumat (7/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), berbicara kepada wartawan di Gedung Putih. (YouTube The White House)

    Dukungan yang Tidak Pasti

    Meskipun pendekatan Trump ini tampaknya bermanfaat bagi Israel dalam jangka pendek, Barnea memperingatkan kalau “dukungan yang diberikan Trump sama sekali tidak terjamin,” dengan mencatat bahwa “Zelensky mengira ia mendapat dukungan Trump, tetapi ia menemukan bahwa dukungan ini dapat berubah menjadi penghinaan yang tiba-tiba.”

    Ia menambahkan, “Netanyahu mengikuti apa yang terjadi pada presiden Ukraina, dan mungkin ia merasa khawatir bahwa situasi tersebut dapat terjadi lagi kepadanya kapan saja, dan oleh karena itu ia bergegas untuk memaksakan lebih banyak fakta di lapangan di Gaza, Tepi Barat, Suriah, dan Lebanon untuk mengantisipasi perubahan mendadak posisi Trump.”

    Barnea bertanya-tanya tentang risiko yang dihadapi Israel dengan menggambarkan, “Apakah Israel telah menaruh semua telurnya dalam satu keranjang dengan bertaruh sepenuhnya pada Trump?”

    Dalam situasi perjudian itu, Barnea memperingatkan Israel bahwa setiap perubahan mendadak dalam suasana politik AS dan Trump dapat membuat Tel Aviv menghadapi dilema yang tak terduga.

    Barnea menegaskan kalau “tidak adanya kesamaan nilai di antara para ‘teman’ membuat pengkhianatan menjadi masalah waktu,” seraya menekankan kalau “Netanyahu sangat menyadari kalau suasana hati sahabat karibnya (Trump) dapat berubah setiap saat, yang mendorongnya untuk mempercepat langkah-langkah pencegahannya sebelum terlambat.”

    Barnea juga menekankan kalau sejarah telah membuktikan kalau aliansi yang didasarkan pada kepentingan jangka pendek sering kali runtuh pada ujian serius pertama.

    Dia memperingatkan, “Israel tidak tahu seperti apa suasana hati sahabat terbesarnya (AS) besok.”

     

    (oln/YA/khbrn/*)

     

  • Kata Para Ahli soal AI Bisa Kalahkan Kecerdasan Otak Manusia

    Kata Para Ahli soal AI Bisa Kalahkan Kecerdasan Otak Manusia

    Jakarta

    Kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) terus berkembang dengan pesat hingga dianggap mampu menyaingi cara manusia bekerja, belajar, dan berinteraksi. Dari mengolah data dalam hitungan detik hingga menciptakan gambar atau teks yang menyerupai karya manusia, AI kini semakin mendekati kemampuan otak manusia. Namun, apakah mungkin AI benar-benar bisa melampaui kecerdasan manusia?

    Kekhawatiran terhadap AI sempat disuarakan ribuan pakar yang menyuarakan keprihatinan mereka terhadap perkembangan teknologi ini. Pada Maret 2023, organisasi Future of Life Institute bahkan mengajukan petisi untuk menangguhkan pengembangan AI selama enam bulan. Mereka menekankan bahwa sebelum AI dikembangkan lebih lanjut, perlu dipastikan bahwa dampaknya positif dan risikonya dapat dikendalikan, terutama setelah perilisan GPT-4 oleh OpenAI.

    Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa AI pada akhirnya akan mampu menyaingi bahkan melampaui otak manusia dalam banyak aspek, seperti kecepatan memproses informasi dan kapasitas menyimpan data. Namun, ada juga yang percaya bahwa otak manusia tetap memiliki keunggulan yang sulit ditandingi, terutama dalam hal intuisi, kreativitas, dan pemahaman konteks sosial. Lalu, di titik mana AI dapat dikatakan lebih unggul dari manusia?

    Kata Para Ahli soal Kecerdasan AI Terkini

    Pengembangan kecerdasan buatan (AI) semakin masif dan mendapat perhatian besar dari berbagai tokoh teknologi dunia, termasuk Elon Musk. Di tengah kemajuan AI, muncul kekhawatiran bahwa teknologi ini bisa menggantikan peran manusia dalam berbagai bidang. Dikutip dari laporan The Sun, beberapa peneliti menemukan bahwa manusia dapat memproses informasi baru lebih cepat dibandingkan AI.

    Hal ini berkaitan dengan grey matter atau “area abu-abu” di otak manusia, yang memungkinkan kita menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan ingatan sebelum menyempurnakan koneksi saraf untuk mengurangi kesalahan saat mengingat kembali informasi. Sebaliknya, AI belajar melalui proses eliminasi yang dikenal sebagai backpropagation, di mana kesalahan terus diblokir hingga mencapai jawaban yang benar. Proses ini membuat AI harus memproses data ratusan hingga ribuan kali sebelum bisa memahami suatu konsep.

    Sebaliknya, manusia cerdas seperti Albert Einstein dapat menghubungkan ide-ide secara instan. Dr. Yuhang Song dari Oxford University, dalam jurnalnya menjelaskan bahwa pembelajaran dalam otak manusia memiliki banyak keunggulan dibandingkan AI. Ia menyoroti bahwa AI membutuhkan lebih banyak paparan data untuk belajar dan sering mengalami gangguan saat menerima informasi baru. Sementara itu, sistem biologis manusia lebih mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

    Sementara itu, disadur dari laman The University of Queensland Australia, Profesor Pankaj Sah mengatakan bahwa AI kini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Namun, untuk benar-benar memahami AI dan bagaimana perkembangannya di masa depan, kita juga perlu memahami otak kita sendiri.

    “AI ada di sekitar kita-setiap kali Anda menggunakan filter foto, memilah email spam, atau melihat informasi lalu lintas di ponsel, AI sedang bekerja. Otak manusia adalah mesin paling canggih yang pernah ada, sehingga tidak mengherankan jika AI dan robotika banyak mengambil inspirasi dari cara kerja otak. Dengan efisiensi luar biasa serta kemampuan belajar dan beradaptasi, otak menjadi model utama dalam pengembangan AI,” katanya.

    Di lain sisi dikutip dari Stanford Medicine, para ahli saraf otak juga mengungkap hal senada. Ivan Soltesz, Profesor Bedah Saraf dan Ilmu Saraf di Stanford, mengatakan bahwa AI suatu saat akan mampu melakukan semua yang bisa dilakukan manusia, bahkan lebih cepat dari yang kita duga. Tidak ada alasan AI tidak bisa mempelajari humor, memahami sesuatu hanya dengan sekali belajar, atau bahkan berpura-pura bertindak konyol untuk menyamarkan identitasnya sebagai mesin.

    Namun, salah satu kelemahan utama AI saat ini adalah kebutuhan akan komputer berdaya besar yang perlu energi tinggi. Sehingga, penelitian harus terus dilakukan untuk menciptakan komputer yang lebih efisien, bahkan yang dapat beroperasi hanya dengan mengkonsumsi gula, seperti cara kerja otak manusia.

    Kecerdasan AI Masih Jauh Tertinggal dari Otak Manusia

    Kekhawatiran bahwa robot akan menggantikan manusia sering muncul dalam film-film fiksi ilmiah seperti Terminator, 2001: A Space Odyssey, dan Westworld. Nyatanya, kita masih jauh dari menciptakan robot yang benar-benar cerdas. Memang ada beberapa tugas yang bisa dilakukan AI lebih baik dari manusia, seperti menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat. Namun, banyak hal yang terlihat sederhana bagi manusia, seperti berjalan ke dapur yang belum dikenal dan membuat secangkir kopi, masih sulit dilakukan oleh AI.

    Profesor neurobiologi Stanford, Lisa Giocomo juga menekankan bahwa keunggulan utama otak manusia adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan cepat dalam situasi baru. Ini adalah sesuatu yang masih sulit dilakukan AI saat ini. Otak manusia jauh lebih kompleks dibandingkan dengan mesin cerdas mana pun yang ada saat ini. Tak heran, sebab otak kita telah berevolusi selama ratusan juta tahun dengan memiliki sekitar 100 miliar sel saraf. Sementara itu, pengembangan AI modern saja baru dimulai pada 1950-an.

    Perkembangan AI juga berpotensi mengalami pasang surut, tergantung pada dukungan pendanaan dan minat masyarakat. Meski memang dalam beberapa tahun terakhir, AI berkembang pesat berkat ketersediaan data besar (big data) dan kemajuan teknologi komputer, tapi AI masih membutuhkan banyak data untuk belajar.

    AI berbeda dengan otak manusia yang dapat memahami sesuatu hanya dari satu pengalaman. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa untuk mengembangkan AI lebih lanjut, kita harus terlebih dahulu memahami cara kerja otak dengan lebih baik.

    Di masa depan, AI dan robotika diyakini akan lebih banyak membantu manusia. Teknologi seperti stimulasi otak, sudah digunakan untuk memahami fungsi otak dengan lebih baik dan bahkan dapat membantu dalam pengobatan berbagai penyakit. Jadi, alih-alih menjadi ancaman, AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

    Meskipun AI terus berkembang pesat, manusia masih memiliki keunggulan dalam hal kesadaran, emosi, dan kemampuan adaptasi. Namun, seiring waktu, siapa yang tahu sejauh mana AI akan berkembang?

    (aau/fds)