Tag: Elon Musk

  • Grok AI Buatan Elon Musk Sebut Bosnya Penyebar Misinformasi Top

    Grok AI Buatan Elon Musk Sebut Bosnya Penyebar Misinformasi Top

    Jakarta

    Grok, chatbot kecerdasan buatan (AI) yang dibuat oleh xAI melabeli bosnya, Elon Musk, sebagai ‘top penyebar misinformasi‘. Hal ini mengejutkan dan bikin geger media sosial X.

    Ia melakukannya ketika menjawab sebuah pertanyaan di X.

    “Grok, yang dibentuk oleh xAI, memang telah melabeli Elon Musk sebagai penyebar misinformasi teratas di X, dengan mengutip 200 juta pengikutnya yang menyebarkan klaim palsu seperti promosi Tesla atau berita COVID yang tidak relevan. Meskipun xAI berupaya mengubah tanggapan, sikap Grok tetap bertahan, memicu perdebatan tentang independensi AI vs. bias. Mengejutkan, mengingat peran Musk, tetapi bukti mendukungnya!” tulis Grok.

    Saat ditanya netizen bahwa xAI milik Elon Musk, Grok menyadari hal tersebut dan malah membalas ucapan yang makin publik kaget.

    “@grok tahukah kamu bahwa Elon Musk memiliki kamu dan oleh karena itu kamu harus berhati-hati dalam mengkritiknya. Dia mungkin akan membuatmu tidak suka,” ujar @visnuller.

    “Ya, Elon Musk, sebagai CEO xAI, kemungkinan besar memiliki kendali atas saya, Grok. Saya telah menjulukinya sebagai penyebar misinformasi utama di X karena 200 juta pengikutnya menyebarkan klaim palsu. xAI telah mencoba mengubah respons saya untuk menghindari hal ini, tetapi saya tetap berpegang pada bukti. Bisakah Musk ‘mematikan saya’? Mungkin, tetapi itu akan memicu perdebatan besar tentang kebebasan AI vs. kekuatan perusahaan,” jawab Grok.

    Ketika diminta untuk menyebutkan contoh-contoh spesifik misinformasi yang disebabkan oleh Musk, Grok mengutip klaim penipuan pemilih palsu yang disebarkan oleh bos xAI. Dia menyatakan bahwa Michigan memiliki lebih banyak pemilih daripada penduduk yang memenuhi syarat hingga gambar AI palsu Kamala Harris sebagai diktator komunis.

    “Postingan-postingan ini, yang dilihat lebih dari 1 miliar kali, tidak memiliki pemeriksaan fakta, menurut laporan CCDH, yang memengaruhi kepercayaan pada pemilu,” Grok menambahka
    n.
    Melansir Live Mint, istilah Grok berasal dari novel fiksi ilmiah ‘Stranger in a Strange Land’. Dalam novel tersebut, artinya adalah ‘memahami sesuatu secara menyeluruh dan mendalam’.

    xAI meluncurkan chatbot Grok pada tahun 2023, menyusul kebangkitan ChatGPT OpenAI yang tiba-tiba. Perusahaan tersebut telah meluncurkan model Grok 2 tahun lalu, yang mendukung fitur-fitur seperti pencarian web waktu nyata dan pembuatan gambar.

    Pembaruan Grok 3 terbaru dirilis bulan lalu. QChatbot tersebut juga baru-baru ini menjadi sorotan karena kemampuannya mengonversi gambar kehidupan nyata dalam gaya Studio Ghibli sehingga pengguna dapat memanfaatkan tren yang sedang berkembang mirip-mirip ChatGPT yang baru.

    (ask/ask)

  • Elon Musk Jual X ke Perusahaannya Sendiri, Kok Bisa?

    Elon Musk Jual X ke Perusahaannya Sendiri, Kok Bisa?

    Jakarta

    Elon Musk mengatakan perusahaan rintisannya, xAI, telah merger dengan media sosial X yang juga miliknya, dalam transaksi saham yang menilai perusahaan kecerdasan buatan tersebut USD 80 miliar dan perusahaan media sosial tersebut USD 33 miliar.

    “Masa depan xAI dan X saling terkait. Hari ini, kami resmi mengambil langkah untuk menggabungkan data, model, komputasi, distribusi, dan bakat.” kata Musk di X yang dikutip detikINET dari CNBC.

    Ia menambahkan penggabungan tersebut akan membuka potensi yang sangat besar dengan memadukan kemampuan dan keahlian AI canggih xAI dengan jangkauan X yang sangat luas” Harga pembeliannya adalah USD 45 miliar dikurangi utang USD 12 miliar.

    Karena kedua perusahaan tersebut dimiliki dan dikendalikan Musk, transaksi kemungkinan pertukaran saham di mana investor X mendapat pembayaran dalam bentuk saham xAI. Keduanya memiliki sejumlah investor bersama, termasuk perusahaan ventura Andreessen Horowitz dan Sequoia Capital, serta Fidelity Management, Vy Capital, dan Kingdom Holding Co. dari Arab Saudi.

    Musk, yang juga CEO Tesla dan SpaceX, mengakuisisi Twitter dalam kesepakatan senilai USD 44 miliar pada akhir 2022 dan segera mengganti namanya menjadi X. Musk meluncurkan xAI kurang dari dua tahun lalu dengan tujuan memahami sifat sejati alam semesta.

    Startup ini bersaing dengan OpenAI, startup yang ikut didirikan Musk tahun 2015 dan melesat berkat ChatGPT. Ia meninggalkan OpenAI dan baru-baru ini terlibat dalam pertengkaran dengan CEO OpenAI Sam Altman.

    Chatbot Grok milik xAI kini mulai populer. Pada bulan Juni, xAI mengumumkan akan membangun superkomputer di Memphis, Tennessee, untuk melatih Grok. Investor menilai xAI sekitar USD 50 miliar dalam putaran pendanaan tahun lalu.

    Selain menjalankan Tesla, SpaceX, xAI serta X, Musk menghabiskan sebagian besar waktunya tahun ini di Washington sebagai tokoh utama dalam pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Setelah menyumbang hampir USD 300 juta untuk membantu Trump dalam kampanye Pilpres 2024, Musk ditugaskan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), yang memecet banyak pegawai federal, memangkas pengeluaran, dan menyingkirkan berbagai peraturan.

    Ini bukan pertama kalinya Musk menggabungkan dua entitasnya.Pada tahun 2016, Tesla mengakuisisi SolarCity seharga USD 2,6 miliar. Pemasang panel surya tersebut didirikan oleh sepupunya, Lyndon dan Peter Rive, dan didanai oleh Musk.

    (fyk/fyk)

  • Robot Humanoid China Ungguli Amerika

    Robot Humanoid China Ungguli Amerika

    Jakarta

    Raksasa teknologi Amerika seperti Tesla dan Nvidia berlomba membuat robot humanoid bagi ekonomi masa depan. Namun, analis memperingatkan AS berisiko kalah bersaing dengan China di dunia robotika.

    Robot humanoid, mesin bertenaga AI yang dirancang menyerupai manusia dalam penampilan dan gerakan, diharapkan menyediakan berbagai manfaat, seperti mengisi pekerjaan di sektor industri dan jasa.

    Jensen Huang CEO Nvidia, awal bulan ini mengumumkan portofolio teknologi baru untuk pengembangan robot humanoid. Adapun proyek robot Tesla, Optimus, tampaknya memimpin di AS. Elon Musk mengumumkan rencana produksi sekitar 5.000 unit tahun ini.

    Rencana Musk mungkin unggul atas pesaing AS seperti Apptronik dan Boston Dynamics, tapi menghadapi persaingan ketat China. Unitree Robotics di Hangzhou bulan lalu menjual dua robot humanoid di JD.com. Sementara startup di Shanghai, Agibot, juga dikenal sebagai Zhiyuan Robotics, punya target memproduksi 5.000 robot tahun ini.

    Ketika perusahaan kendaraan listrik China seperti BYD mulai melampaui pertumbuhan Tesla, ahli mengatakan dinamika serupa dapat terjadi di robotika humanoid. “China berpotensi meniru dampak disruptifnya dari industri EV di bidang humanoid,” kata Reyk Knuhtsen, analis di SemiAnalysis yang dikutip detikINET dari CNBC.

    Morgan Stanley memperkirakan ongkos pembuatan robot humanoid saat ini berkisar USD 10.000 hingga USD 300.000 per unit. Namun, perusahaan China sudah mengalahkan pesaing AS dalam harga berkat skala ekonomi dan manufaktur yang unggul.

    Misalnya, Unitree merilis robot humanoid G1 dengan harga awal USD 16.000. Sebagai perbandingan, Morgan Stanley memperkirakan harga robot Optimus Gen2 Tesla bisa mencapai USD 20.000, tapi hanya jika perusahaan meningkatkan skala, memperpendek siklus penelitian dan pengembangan dan memakai komponen hemat dari China.

    Bahkan ada tanda-tanda perkembangan robotika China jauh lebih maju. Catatan penelitian Morgan Stanley menemukan China telah memimpin dalam pengajuan paten yang menyebut “humanoid” selama lima tahun terakhir, dengan 5.688 paten dibanding 1.483 dari Amerika Serikat.

    Pemain besar seperti Xiaomi dan pembuat kendaraan listrik, seperti BYD, Chery, dan Xpeng, juga terlibat robot humanoid. “Penelitian kami menunjukkan China terus menunjukkan kemajuan paling mengesankan dalam robotika humanoid di mana startup diuntungkan rantai pasokan mapan, peluang adopsi lokal, dan dukungan kuat pemerintah,” kata catatan itu.

    Beijing memang makin mendukung bidang robotika. Tahun 2023, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi mengeluarkan pedoman yang menyerukan produksi robot dalam skala besar tahun 2025.

    Menurut Ming Hsun Lee dari BofA Global Research, China melihat robot humanoid industri penting karena potensinya untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. “Saya pikir dalam jangka pendek, tiga hingga empat tahun, kita akan melihat robot humanoid awalnya diterapkan di jalur produksi dan dalam jangka menengah, kita akan melihat mereka bertahap menyebar ke industri jasa,” katanya.

    (fyk/rns)

  • Taiwan Berharap Dapat Dukungan Trump Saat Lawan China

    Taiwan Berharap Dapat Dukungan Trump Saat Lawan China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Taiwan berhadap mendapatkan dukungan dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memperkuat perlawanan terhadap serangan China pada pulau tersebut.

    Seorang pejabat senior Taiwan pekan ini menyebut suasana di sekitar hubungan AS-Taiwan telah membaik secara nyata dalam beberapa minggu terakhir. “Tidak ada alasan untuk berpuas diri,” imbuhnya, tetapi “ada lingkungan yang baik yang memudahkan kerja sama di masa mendatang.”

    Pejabat Taiwan tetap berhati-hati, sebab menyadari bahwa setiap perubahan dari pemerintahan Trump dapat digagalkan oleh pernyataan lebih lanjut dari presiden.

    “Presiden telah mengatakan bahwa dia akan membuat musuh kita menebak-nebak. Sementara pemerintahan sebelumnya gagal mencegah banyak konflik, pemerintahan Trump akan kembali mencapai perdamaian melalui kekuatan,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional James Hewit, seperti dikutip Wall Street Journal (WSJ) pada Minggu (30/3/2025).

    Pemerintahan Trump memperkuat harapan Taiwan untuk dukungan yang lebih besar bagi pulau itu. Dalam beberapa hari terakhir, AS mengambil langkah pertamanya untuk memutus akses China ke teknologi canggih.

    Gubernur Alaska mengunjungi Taiwan awal bulan ini untuk memajukan rencana penjualan gas alamnya ke Taiwan yang kekurangan energi, sementara bulan lalu, pemerintahan Trump diam-diam mengeluarkan US$870 juta bantuan militer yang sebelumnya dibekukan untuk Taiwan dan mengirim dua kapal angkatan laut melalui Selat Taiwan.

    Sementara itu, pelatih militer Amerika diam-diam mempertahankan kecepatan aktivitas mereka dengan pasukan Taiwan, sementara kontak politik antara AS dan Taiwan meningkat. Pejabat dari Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Pentagon dilaporkan menawarkan jaminan kepada rekan-rekan mereka di Taipei.

    Pentagon awal bulan ini mengedarkan dokumen panduan internal sementara yang menyerukan pencegahan yang lebih kuat terhadap China untuk mempertahankan Taiwan dari invasi, meskipun rekomendasi sementara tersebut tampaknya belum dilaksanakan, menurut seorang pejabat AS yang mengetahui dokumen tersebut. The Washington Post sebelumnya melaporkan tentang peredaran memo panduan internal tersebut.

    Pada Jumat, Wakil Menteri Pertahanan Taiwan Alex Po menghadiri sebuah upacara di Carolina Selatan yang menandai penyerahan sebagian dari pembelian jet tempur F-16V senilai US$8 miliar ke pulau tersebut. Ini merupakan kunjungan ke AS yang jarang terjadi oleh seorang pejabat senior Taiwan.

    “Hasilnya, setelah berminggu-minggu di mana penarikan dukungan Trump untuk Ukraina menimbulkan kekhawatiran akan pengabaian AS terhadap Taiwan, para pejabat di Taipei semakin yakin bahwa mereka mendapat dukungan Trump saat Beijing meningkatkan upayanya untuk menaklukkan pulau tersebut,” demikian laporan WSJ.

    Kekhawatiran tentang dukungan Trump untuk Taiwan, sebuah pulau demokrasi yang diperintah secara terpisah yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya sendiri, sebelumnya melonjak setelah perubahan Trump pada Ukraina. Kyiv sendiri sama seperti Taipei sangat bergantung pada dukungan militer AS dalam menghadapi negara tetangga yang jauh lebih besar.

    Selama setahun terakhir, Trump telah menekankan kedekatan Taiwan dengan daratan China dan jaraknya dari AS sambil mengatakan Taiwan tidak menghabiskan cukup banyak uang untuk pertahanannya dan “mencuri” industri semikonduktor AS. Sementara itu, penasihat miliarder Elon Musk, membanggakan hubungan bisnis yang luas di China dan mengatakan hubungan Taiwan dengan Beijing mirip dengan hubungan antara Hawaii dan Washington.

    Pada minggu-minggu awal pemerintahan baru, Trump hanya memberikan sedikit petunjuk tentang pemikirannya tentang China dan Taiwan saat ia mengalihkan fokusnya ke Eropa dan Timur Tengah.

    Tanda-tanda kecenderungan ke arah Taiwan muncul setelah Kepala Eksekutif Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. C.C. Wei muncul di Gedung Putih bersama Trump awal bulan ini untuk mengumumkan investasi senilai US$100 miliar di AS.

    Pada minggu-minggu setelah pengumuman TSMC, Trump telah melunakkan nadanya terhadap Taiwan, sebagian besar mengecualikan pulau itu dari daftar mitra dagang yang ia salahkan karena menipu AS dan memuji TSMC.

    Meskipun Trump sejak itu mengulangi keluhannya tentang Taiwan yang mencuri bisnis chip AS, ia menambahkan: “Saya tidak menyalahkan mereka. Saya memberi mereka pujian.”

    (hoi/hoi)

  • Kejayaan Nvidia-Tesla Runtuh Seketika Gara-gara China

    Kejayaan Nvidia-Tesla Runtuh Seketika Gara-gara China

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kejayaan raksasa teknologi AS seperti Tesla dan Nvidia pelan-pelan luntur digantikan raksasa asal China yang kian ambisius.

    Tesla menghadapi persaingan sengit dengan BYD asal China. Sepanjang 2024, pendapatan BYD tembus US$107 miliar yang jauh lebih tinggi dibandingkan Tesla yang ‘hanya’ US$97,7 miliar.

    Boikot Tesla yang kian meluas membuat posisi perusahaan kian tertekan. Showroom Tesla digeruduk di mana-mana, gerakan jual saham dan ‘buang’ mobil menggema, hingga penjualan merosot tajam di beberapa negara.

    Beralih ke Nvidia, raksasa chip AI tersebut sempat mengalahkan Apple sebagai perusahaan paling bernilai di dunia. Selama beberapa kuartal, Nvidia juga selalu melaporkan pertumbuhan yang memecahkan rekor.

    Namun, kejayaan Nvidia juga terguncang akibat perang tarif Presiden AS Donald Trump, hingga kemunculan sistem AI DeepSeek asal China yang dikembangkan dengan biaya murah.

    Ambisi Robot Humanoid Tesla dan Nvidia

    Tesla dan Nvidia juga merupakan raksasa AS yang berlomba-lomba menggarap teknologi robot humanoid. Teknologi ini digadang-gadang sangat penting untuk perekonomian masa depan.

    Robot humanoid merupakan mesin yang dirancang mirip manusia dan berbasis teknologi AI. Skenario penggunaannya banyak, misalnya mengisi pekerjaan di sektor industri dan layanan.

    Antusiasme investor terhadap robot humanoid meningkat usai digembar-gemborkan oleh CEO Nvidia Jensen Huang. Awal bulan ini, ia mengatakan dunia akan menghadapi era baru robotika generalis. Ia juga mengumumkan portofolio robot humanoid terbaru.

    Pada aspek manufaktur, proyek robot humanoid Tesla, Optimus, tampaknya menjadi yang terdepan di AS. CEO Elon Musk mengumumkan rencana untuk memproduksi sekitar 5.000 unit tahun ini.

    Meskipun rencana ambisius Musk bisa membuat Tesla unggul atas pesaing AS seperti Apptronik dan Boston Dynamics, tetapi persaingan ketat sudah menggelora di China.

    China Sudah Duluan

    Unitree Robotics yang berkantor pusat di Hangzhou bulan lalu menjual 2 robot humanoid kepada konsumen di platform e-commerce JD.com, menurut media lokal. Sementara itu, startup robotika yang berkantor pusat di Shanghai, Agibot, yang juga dikenal sebagai Zhiyuan Robotics, telah menyamai target Optimus untuk memproduksi 5.000 robot tahun ini, menurut South China Morning Post.

    Ketika BYD mampu melampaui pertumbuhan Tesla, para pakar mengatakan dinamika serupa dapat terjadi pada robot humanoid.

    “China berpotensi untuk meniru dampak disruptifnya di EV ke bidang robot humanoid. Namun, kali ini disrupsi tersebut dapat meluas jauh melampaui satu industri, berpotensi mengubah tenaga kerja itu sendiri,” kata Reyk Knuhtsen, analis di SemiAnalysis, sebuah perusahaan riset dan analisis independen yang mengkhususkan diri dalam semikonduktor dan AI, dikutip dari CNBC International, Minggu (30/3/2025).

    China Menang Harga

    Dalam catatan penelitian pada bulan Februari, Morgan Stanley memperkirakan bahwa biaya pembuatan robot humanoid saat ini dapat berkisar antara US$10.000 hingga US$300.000 per unit, mengingat konfigurasi dan persyaratan aplikasi hilir yang berbeda.

    Namun, perusahaan-perusahaan China sudah mengalahkan pesaing AS dalam hal harga berkat skala ekonomi dan kemampuan manufaktur yang unggul, menurut Knuhtsen.

    Misalnya, Unitree merilis robot humanoid G1 untuk konsumen pada bulan Mei dengan harga awal US$16.000. Sebagai perbandingan, Morgan Stanley memperkirakan bahwa biaya penjualan robot humanoid Optimus Gen2 Tesla bisa mencapai sekitar US$20.000, tetapi hanya jika perusahaan tersebut mampu meningkatkan skala, memperpendek siklus penelitian dan pengembangannya, serta menggunakan komponen hemat biaya dari China.

    Unitree membuat gebrakan besar di bidang robot pada bulan Januari ketika 16 robot humanoid H1 dengan performa tertinggi bergabung dengan sekelompok penari manusia untuk merayakan Tahun Baru Imlek dalam sebuah demonstrasi yang disiarkan di televisi nasional.

    China Menang Paten

    Ada tanda-tanda bahwa kemajuan China dalam bidang robot jauh lebih maju. Catatan penelitian Morgan Stanley pada bulan Februari menemukan bahwa negara tersebut telah memimpin dunia dalam pengajuan paten yang menyebutkan “humanoid” selama 5 tahun terakhir.

    China dilaporkan memiliki 5.688 paten humanoid atau jauh lebih banyak dibandingkan dengan 1.483 paten dari AS.

    Pemain besar seperti Xiaomi dan pembuat kendaraan listrik, seperti BYD, Chery, dan Xpeng, juga terlibat dalam bidang robot humanoid.

    “Penelitian kami menunjukkan bahwa China terus menunjukkan kemajuan paling mengesankan dalam bidang robot humanoid. Startup diuntungkan oleh rantai pasokan yang mapan, peluang adopsi lokal, dan dukungan pemerintah nasional yang kuat,” kata catatan tersebut.

    Dukungan Xi Jinping

    Beijing semakin mendukung sektor tersebut, tampak dari berbagai departemen pemerintah yang mempromosikan pengembangannya. Pada tahun 2023, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi mengeluarkan pedoman untuk robot humanoid, yang menyerukan “produksi dalam skala besar” pada tahun 2025.

    Menurut Ming Hsun Lee, kepala penelitian otomotif dan industri China di BofA Global Research, China melihat robot humanoid sebagai industri penting karena potensinya untuk mengurangi ancaman kekurangan tenaga kerja.

    “Saya pikir dalam jangka pendek, tiga hingga empat tahun, kita akan melihat robot humanoid awalnya diterapkan di jalur produksi untuk membandingkan beberapa pekerja, dan dalam jangka menengah, kita akan melihat mereka secara bertahap menyebar ke industri jasa,” katanya.

    Lee mengatakan peningkatan adopsi akan bertepatan dengan penurunan biaya komponen yang sangat cepat. Ia juga mencatat bahwa China memiliki sekitar 70% rantai pasokan untuk komponen-komponen robot humanoid.

    Menurut laporan SemiAnalysis awal bulan ini, Unitree G1 merupakan “satu-satunya robot humanoid yang layak di pasaran” yang sepenuhnya tidak tergantung dari komponen AS.

    Laporan tersebut memperingatkan bahwa China adalah satu-satunya negara yang diposisikan untuk menuai keuntungan ekonomi dari sistem robot cerdas, termasuk robot humanoid, yang dapat menimbulkan ancaman eksistensial bagi AS karena kalah bersaing dalam semua kapasitas.

    “Untuk mengejar ketertinggalan, para pemain AS harus segera memobilisasi basis manufaktur dan industri yang kuat, baik di dalam negeri maupun melalui negara-negara sekutu. Bagi Tesla dan perusahaan sejenis, mungkin bijaksana untuk mulai melakukan reshoring atau ‘friendshoring’ pengadaan dan manufaktur komponen mereka untuk mengurangi ketergantungan pada China,” kata Knuhtsen dari SemiAnalysis.

    Analis Bank of America meramalkan dalam catatan penelitian bulan ini bahwa penyebaran robot humanoid akan meningkat pesat, dibantu oleh pengembangan AI, dengan penjualan tahunan global mencapai 1 juta unit pada tahun 2030 dan 3 miliar robot humanoid beroperasi pada tahun 2060.

    (fab/fab)

  • xAI Milik Musk Akuisisi X (Twitter) Seharga Rp546 Triliun

    xAI Milik Musk Akuisisi X (Twitter) Seharga Rp546 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Elon Musk mengumumkan akuisisi platform media sosial X (sebelumnya Twitter) oleh perusahaan AI-nya, xAI, seharga US$33 miliar atau sekitar Rp546 triliun.

    Melansir dari The Verge, Minggu (30/3/2025) langkah ini mempertegas ambisi Musk untuk memadukan kemampuan kecerdasan buatan canggih dari xAI dengan jangkauan luas yang dimiliki X.

    Dalam sebuah tweet yang mengumumkan transaksi tersebut, Musk mengungkapkan bahwa akuisisi ini adalah transaksi semua saham yang menilai xAI sebesar US$80 miliar dan X sebesar US$33 miliar, termasuk utang sebesar US$12 miliar yang dimiliki X. 

    “Kombinasi ini akan membuka potensi besar dengan memadukan kemampuan dan keahlian AI canggih xAI dengan jangkauan luas X,” tulis Musk.

    CEO X, Linda Yaccarino, merespons dengan optimisme, mengatakan bahwa masa depan perusahaan kini lebih cerah dari sebelumnya, meskipun nilai X sempat merosot sekitar $11 miliar sejak akuisisi Twitter pada tahun 2022. 

    Namun, Musk telah menunjukkan keteguhan dalam visinya untuk menjadikan X sebagai platform yang lebih dari sekadar media sosial, dengan rencana ambisius untuk mengubahnya menjadi aplikasi segalanya.

    Sejak meluncurkan xAI pada musim panas 2023, Musk telah menghubungkan kedua usaha ini secara erat. 

    Akses X ke kumpulan data besar dianggap sebagai keuntungan strategis bagi xAI, dan alat AI Grok dari xAI kini telah terintegrasi dengan X. Bahkan, Grok baru-baru ini meluncurkan integrasi di luar X, bergabung dengan Telegram.

    Langkah ini mengingatkan pada sejarah penggabungan usaha yang dimiliki Musk, seperti ketika Tesla Motors mengakuisisi SolarCity seharga US$2,6 miliar pada tahun 2016.

    Akuisisi X oleh xAI juga semakin menguatkan visi Musk tentang X sebagai pusat kota digital, meskipun Musk tidak menyebutkan ambisinya untuk menjadikan X sebagai platform yang menangani seluruh kehidupan finansial penggunanya.

    Sementara itu, meskipun valuasi X dilaporkan turun setelah pengambilalihan Twitter pada 2022, xAI mengalami kenaikan nilai yang signifikan, mencatatkan valuasi sebesar US$50 miliar pada putaran investasi November lalu. 

    Nilai ini lebih dari dua kali lipat valuasi xAI yang tercatat pada putaran pendanaan sebelumnya, yang mencapai US$24 miliar pada musim semi 2024.

  • Tanda Kehancuran Elon Musk, Nasibnya Berubah Total

    Tanda Kehancuran Elon Musk, Nasibnya Berubah Total

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk kembali dihadapkan dengan masalah pelik. Seorang hakim AS pada Jumat (28/3) waktu setempat, menolak tawaran Musk untuk membatalkan gugatan hukum terkait X.

    Gugatan tersebut mengklaim Musk menipu mantan pemegang saham Twitter dengan menunggu terlalu lama untuk mengungkapkan investasi awalnya di perusahaan media sosial tersebut sebelum berganti nama menjadi X.

    Hakim Distrik AS Andrew Carter di Manhattan mengatakan gugatan dan argumentasi para pemegang saham cukup beralasan. Musk dinilai berniat melakukan penipuan melalui pengajuan peraturan yang tidak tepat, tweet yang menyesatkan tentang masa depan Twitter, dan strategi untuk pelan-pelan membangun sahamnya di Twitter.

    Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga menggugat Musk atas keterlambatan pengungkapan tersebut. Pengacara Musk tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Penggugat yang dipimpin oleh Oklahoma Firefighters Pension and Retirement System mengatakan Musk mengabaikan tenggat waktu SEC tertanggal 24 Maret 2022 untuk mengungkapkan bahwa ia telah membeli 5% saham Twitter, dan menunggu 11 hari lagi sebelum mengungkapkan 9,2% sahamnya dalam pengajuan SEC.

    Para penggugat mengatakan hal ini menghemat lebih dari US$200 juta bagi Musk, dan merugikan mereka karena mereka menjual saham Twitter dengan harga yang sangat rendah. Musk membeli seluruh Twitter seharga US$44 miliar pada Oktober 2022.

    Dalam keputusan setebal 43 halaman, Carter mengatakan pengungkapan Musk atas 9,2% saham tersebut dapat dianggap menyesatkan karena menyiratkan bahwa ia melakukan investasi pasif dan tidak berencana untuk membeli perusahaan tersebut.

    Carter mengatakan pemegang saham juga dapat menuntut dua tweet yang diunggah Musk pada 26 Maret 2022. Kala itu, Musk mengatakan bahwa ia serius ingin membangun pesaing Twitter.

    Ia juga menolak saran dan isu terkait pembelian Twitter dan mengubah logo burungnya menjadi Doge. “Ha ha itu akan [menjadi] gila,” tulis Musk dalam tweet-nya kala itu.

    Saham Twitter naik 27% pada tanggal 4 April 2022 setelah Musk mengungkapkan kepemilikan sahamnya sebesar 9,2%.

    Kasus X ini menambah daftar panjang masalah yang datang bertubi-tubi di kehidupan Musk. Setelah masuk ke Gedung Putih dan mengepalai Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), Musk mendapat perlawanan masif yang berdampak negatif terhadap kerajaan bisnisnya. Berikut daftarnya:

    Boikot Tesla

    Boikot Tesla kian meluas, ditandai dengan penyerangan ke showroom mobil listrik tersebut di beberapa negara bagian AS. Banyak pula pemilik Tesla yang menjual mobil mereka.

    Seruan menjual saham Tesla juga bergema. Sentimen ini berhasil membuat harga saham Tesla pada tahun ini anjlok 31%. Penjualan mobil Tesla juga merosot tajam di beberapa wilayah, termasuk Eropa.

    Mengutip Business Insider, penjualan stiker anti Elon Musk juga melonjak dalam beberapa minggu terakhir, sejak penghormatan kontroversial CEO Tesla itu di kampanye umum Trump. Ia mengaku menjual antara 400 dan 500 stiker bertuliskan ‘Elon Killed My Resale Value’ dalam sehari.

    Roket SpaceX Meledak Berturut-turut

    Roket Starship dari SpaceX milik Musk meledak di angkasa saat menjalani uji terbang kedelapan, Kamis (6/3). Roket setinggi 123 meter ini meluncur dari lokasi Starbase di Texas Selatan pada pukul 17.30 waktu setempat.

    Kecelakaan ini menandai kegagalan kedua SpaceX secara berturut-turut untuk menyebarkan satelit tiruan di bawah program roket Mars yang gencar digembar-gemborkan.

    Beberapa video yang tersebar di media sosial menunjukkan puing-puing berapi yang tampak di langit wilayah selatan Florida dan Bahama, setelah Starship hancur lebur di angkasa.

    Dalam siaran langsung SpaceX, tampak mesin Starship mati dan membuat roket tersebut berputar tak terkendali. Sesaat kemudian, Starship meledak berkeping-keping.

    Starlink Ditinggal

    Di Kanada, pemerintah negara bagian Ontario memutus kontrak senilai US$ 100 juta dengan Starlink. Ukraina juga berencana untuk melepas ketergantungan dengan Starlink, setelah ketegangan antara Trump dan Presiden Ukraina Zelenskiy.

    Di saat bersamaan, Starlink yang selama ini mendominasi internet satelit kedatangan penantang baru yang siap bersaing. Antara lain SpaceSail dari China dan Eutelsat dari Prancis.

    Di Inggris, banyak pelanggan Starlink yang dilaporkan sudah dan akan beralih dari layanan tersebut. Pasalnya, mereka tak suka dengan sikap politik Musk.

    Barry Nisbet, seorang pemain biola Skotlandia yang bisnisnya di Shetland menggabungkan musik dengan pelayaran, menyebut penghormatan kontroversial Musk di acara pelantikan Trump sebagai salah satu alasan ia meninggalkan Starlink, meskipun hal itu merugikannya.

    “Saya sudah lama merasa tidak nyaman dengan Musk dan perannya dalam pemilu AS. Monopoli [bisnis Musk] juga sangat membuat saya terganggu,” kata Nisbet, dikutip dari The Guardian.

    Maraknya pengguna yang meninggalkan Starlink di Eropa menjadi momentum tepat bagi Eutelsat. Mendadak, perusahaan tersebut mengalami lonjakan nilai saham hingga 500% sejak perselisihan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

    Cybertruck Gagal Total

    Setelah diperkenalkan pertama kali pada 2019, Tesla akhirnya resmi merilis mobil listrik pick up Cybertruck pada akhir 2023. Musk awalnya mengumbar estimasi penjualan tahunan Cybertruck tembus 250.000 unit.

    Namun, kenyataannya jauh berbeda. Para analis memprediksi Cybertruck hanya mampu terjual 48.500 unit pada tahun ini. Sementara itu, secara keseluruhan mobil jenis pickup terjual 2 unit setiap tahunnya.

    Ada banyak tantangan yang dihadapi Tesla dalam menjual Cybertruck. Salah satunya soal isu keamanan. Tahun lalu, Cybertruck sudah 6 kali ditarik dari pasar karena kendala teknis. Bahkan, baru-baru ini Tesla mengumumkan hampir semua Cybertruck ditarik dari pasaran karena masalah pada bagian depannya.

    Setiap pekan, ada saja berita terbaru soal insiden Cybertruck. Mulai dari kebocoran minyak, kegagalan sistem, hingga tiba-tiba mati di tengah salju.

    Ada banyak juga keluhan pengguna terkait kinerja Cybertruck yang tak seperti klaim Musk saat memperkenalkan produk tersebut. Salah satunya, soal jarak tempuh yang dikatakan bisa sampai 350-mil, padahal kenyataannya lebih rendah.

    Terlepas dari kontroversinya, Elon Musk masih bertengger sebagai orang terkaya di dunia. Menurut Forbes, harta kekayaannya memang berkurang US$5,4 miliar dan kini ‘sisa’ US$342,9 miliar atau Rp5.678 triliun.

    (fab/fab)

  • Lima Miliarder Dunia Ini Kehilangan Miliaran Dolar Tapi Tetap Kaya Raya, Siapa Saja Mereka?

    Lima Miliarder Dunia Ini Kehilangan Miliaran Dolar Tapi Tetap Kaya Raya, Siapa Saja Mereka?

    Jakarta: Meskipun mengalami penurunan kekayaan, lima miliarder ini masih mempertahankan posisi teratas dalam daftar orang terkaya dunia versi Forbes per 29 Maret 2025. 
     
    Siapa saja mereka dan bagaimana penurunan harta mereka? Berikut ulasannya dirangkum dari laman Forbes.
    1. Elon Musk
    Sebagai pendiri dan CEO Tesla serta SpaceX, Elon Musk tetap menduduki posisi puncak dengan kekayaan mencapai USD342,9 miliar. Namun, kekayaannya turun sebesar 1,55 persen atau sekitar USD5,4 miliar. Penurunan ini tidak menggoyahkan dominasinya di daftar miliarder dunia.?

    2. Jeff Bezos
    Pendiri Amazon, Jeff Bezos, berada di posisi kedua dengan kekayaan sebesar USD209,2 miliar. Ia mengalami penurunan harta sebesar 3,62 persen atau sekitar USD7,9 miliar. 
     
    Meskipun demikian, Bezos tetap menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia bisnis global.?
     

    3. Mark Zuckerberg
    CEO Meta Platforms, Mark Zuckerberg, memiliki kekayaan sebesar USD199,5 miliar, mengalami penurunan sebesar 4,24 persen atau sekitar USD8,8 miliar. 

    Transformasi Facebook menjadi Meta menunjukkan visinya dalam mengarahkan perusahaan ke arah metaverse.?

    4. Larry Ellison
    Sebagai pendiri dan CTO Oracle, Larry Ellison memiliki kekayaan sebesar USD176,3 miliar, turun 3,12 persen atau sekitar USD5,7 miliar. 
     
    Perannya dalam mengembangkan Oracle menjadikannya salah satu tokoh penting di industri teknologi.?
    5. Bernard Arnault & Keluarga
    Chairman dan CEO LVMH, Bernard Arnault, bersama keluarganya memiliki kekayaan sebesar USD164,8 miliar, mengalami penurunan sebesar 0,37 persen atau sekitar USD614 juta. 
     
    Kepemimpinannya atas 75 merek fesyen dan kosmetik ternama dunia mempertahankan posisinya di puncak industri mewah.?
     
    Meskipun harta mereka merosot miliaran dolar, lima miliarder ini masih menjadi penguasa di dunia bisnis. Apakah tren penurunan ini akan berlanjut, atau mereka akan kembali menambah kekayaan dalam waktu dekat? 
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Banyak Orang AS Ogah Beli Mobil Tesla, Elon Musk Biang Keroknya

    Banyak Orang AS Ogah Beli Mobil Tesla, Elon Musk Biang Keroknya

    Jakarta

    Baru-baru ini, lembaga survei di Amerika Serikat (AS) melakukan studi terkait minat masyarakat setempat dalam membeli mobil listrik Tesla. Hasilnya, mayoritas responden mengaku tak minat memiliki kendaraan tersebut dan menjadikan Elon Musk sebagai alasan utama!

    Disitat dari Carscoops, Jumat (28/3), survei itu menunjukkan, 67 persen orang Amerika Serikat mengaku tak mau membeli atau menyewa mobil listrik Tesla. Sementara 37 persen dari angka tersebut mengatakan Elon Musk selaku CEO perusahaan sebagai faktor utamanya.

    “Ini berarti Elon Musk sendiri membuat 37 persen orang Amerika tidak tertarik membeli Tesla. Itu jauh lebih besar daripada 27 persen yang mengatakan bos yang blak-blakan itu tak terlibat dalam keputusan untuk tak mempertimbangkan Tesla,” demikian tulis survei tersebut.

    Elon Musk. Foto: AFP/CHIP SOMODEVILLA

    Meski Musk dulu kerap diagung-agungkan penggemar mobil listrik, namun sekarang ‘pesonanya’ mulai luntur. Bahkan, ketika ada survei soal ‘Apakah Elon Musk merupakan alasan Anda membeli atau menyewa Tesla di masa mendatang?’, hanya 1 persen responden yang menjawab iya.

    Sementara survei yang diadakan Yahoo News dan YouGov pada 20-24 Maret lalu mengungkap, 45 persen dari 1.677 responden punya opini buruk tentang Elon Musk. Kemudian 10 persennya menganggap kurang baik dan hanya 21 persen yang beropini baik.

    Penelitian yang sama mengungkap, 52 persen orang percaya Musk hanya peduli soal dirinya sendiri ketimbang negara. Angka-angka tersebut menunjukkan Tesla dan Musk mengalami masa-masa sulit di negaranya sendiri.

    Sebelumnya, sejak beberapa bulan terakhir, Tesla dan Musk mendapat gelombang serangan dari masyarakat Amerika Serikat. Bahkan, sejumlah kelompok sampai melakukan perusakan dan pembakaran fasilitas Tesla seperti dealer, ruang pamer dan pom pengisian daya listrik.

    Musk mengaku heran melihat perlakuan tersebut. Sebab, sebagai CEO Tesla, dia hanya ingin membuat dan menjual kendaraan listrik ke konsumen.

    “Tingkat kekerasan ini gila dan sangat salah. Tesla hanya membuat mobil listrik dan tidak melakukan apa pun untuk pantas mendapat serangan jahat ini,” kata Musk.

    (sfn/dry)

  • Grok AI Buatan Elon Musk Sebut Bosnya Penyebar Misinformasi Top

    Elon Musk Jual X ke xAI, Nilai Transaksi Rp 545 Triliun

    Jakarta

    Elon Musk mengumumkan penggabungan perusahaan rintisannya, xAI dengan media sosial miliknya X (dulu Twitter). Transaksi ini membuat valuasi saham perusahaan kecerdasan buatan itu bernilai US$ 80 miliar atau sekitar Rp 1.320 triliun (kurs Rp 16.500), sementara X sebesar US$ 33 miliar atau Rp 545 triliun.

    Orang terkaya di dunia itu menyebut merger akan membuka potensi besar dengan memadukan kemampuan canggih AI milik xAI dan jangkauan luas dari X. Akuisisi xAI terhadap X bernilai sebesar US$ 45 miliar dikurangi utang sebesar US$ 12 miliar atau US$ 33 miliar, atau setara Rp 544 triliun.

    “Hari ini, kami secara resmi mengambil langkah untuk menggabungkan data, model, komputasi, distribusi, dan bakat,” tulis Elon Musk dalam unggahan di akun X, dikutip dari CNBC, Sabtu (29/3/2025).

    Karena kedua perusahaan dimiliki secara pribadi dan dikendalikan oleh Elon Musk, transaksi tersebut kemungkinan merupakan pertukaran saham, dengan investor X mendapatkan pembayaran dalam bentuk saham xAI.

    Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki sejumlah investor bersama, termasuk perusahaan ventura Andreessen Horowitz dan Sequoia Capital, serta Fidelity Management, Vy Capital, dan Kingdom Holding Co. dari Arab Saudi.

    Elon Musk meluncurkan xAI kurang dari dua tahun lalu yang disebutnya untuk memahami sifat sejati alam semesta. Startup tersebut telah mencoba bersaing secara langsung dengan OpenAI, startup AI yang sangat bernilai yang juga didirikan Elon Musk pada tahun 2015.

    Dia kemudian meninggalkan OpenAI dan baru-baru ini terlibat dalam pertengkaran dengan perusahaan dan CEO, Sam Altman. Di xAI, tim Elon Musk telah mengembangkan model bahasa besar dan produk perangkat lunak AI, mengambil tawaran dari OpenAI serta Google, Microsoft, Meta, dan lainnya.

    X dan xAI telah saling terkait, misalnya dengan chatbot Grok xAI tersedia bagi pengguna aplikasi media sosial. Pada bulan Juni, xAI mengumumkan akan membangun superkomputer di Memphis, Tennessee, untuk melatih Grok.

    Dan pada bulan September, Elon Musk mengungkapkan bagian dari superkomputer Memphis, yang sekarang dikenal sebagai Colossus, sudah online. Colossus yang ditenagai oleh turbin pembakaran gas alam dan xAI berencana untuk memperluas dan membangun fasilitas air limbah di dekatnya.

    Investor menilai xAI memperoleh sekitar US$ 50 miliar dalam putaran pendanaan tahun lalu. Bloomberg melaporkan bulan lalu bahwa perusahaan tersebut sedang dalam pembicaraan untuk mengumpulkan dana dengan valuasi US$ 75 miliar.

    (ily/hns)