Tag: Elon Musk

  • Mundur dari Pemerintah AS, Elon Musk Sempat Frustasi Hadapi Pejabat Federal

    Mundur dari Pemerintah AS, Elon Musk Sempat Frustasi Hadapi Pejabat Federal

    Washington DC

    Miliarder yang juga CEO Tesla Elon Musk mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Selama di pemerintahan, Elon Musk merasa frustasi saat menghadapi penolakan perombakan birokrasi dan pemangkasan anggaran pengeluaran federal.

    Dilansir Associated Press (AP), Kamis (29/5/2025), pengunduran Elon Musk di Departemen Efisiensi Pemerintah ini diumumkan pada Rabu (28/5) malam. Pengunduran ini menandai berakhirnya episode penuh gejolak yang mencakup ribuan PHK, pemusnahan lembaga pemerintah, dan banyaknya tuntutan hukum.

    Meskipun terjadi pergolakan, pengusaha miliarder itu berjuang di lingkungan yang tidak dikenalnya di pemerintahan. Elon Musk tidak mencapai apa yang diharapkannya.

    Ia secara drastis mengurangi targetnya untuk memangkas pengeluaran-dari $2 triliun menjadi $1 triliun menjadi $150 miliar-dan semakin menunjukkan rasa frustrasi tentang penolakan terhadap tujuannya.

    Terkadang ia berselisih dengan anggota senior pemerintahan Trump lainnya, yang merasa kesal dengan upaya pendatang baru itu untuk merombak departemen mereka. Elon Musk menghadapi reaksi politik yang keras dari para pejabat federal.

    Peran Musk yang bekerja untuk Trump selalu dimaksudkan untuk sementara, dan ia baru-baru ini mengisyaratkan bahwa ia akan mengalihkan perhatiannya kembali untuk menjalankan bisnisnya, seperti pembuat mobil listrik Tesla dan perusahaan roket SpaceX.

    “Karena waktu yang dijadwalkan sebagai Pegawai Pemerintah Khusus akan segera berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran,” tulisnya. “Misi @DOGE akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi cara hidup di seluruh pemerintahan.”

    (rdp/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk Ucap Selamat Tinggal pada Pemerintahan Trump

    Elon Musk Ucap Selamat Tinggal pada Pemerintahan Trump

    Washington

    Elon Musk berpisah dengan pemerintahan Donald Trump. Orang terkaya dunia itu mengatakan masa jabatannya sebagai pimpinan Department of Government Efficiency (Doge) akan segera berakhir.

    Seperti dikutip detikINET dari BBC, dalam unggahan di media sosialnya X, Musk berterima kasih kepada Trump lantaran diberi kesempatan untuk membantu menjalankan Doge.

    Ia ditetapkan sebagai pegawai pemerintah khusus, yang memungkinkannya bekerja di pekerjaan federal selama 130 hari setiap tahun. Diukur sejak pelantikan Trump pada 20 Januari, ia mencapai batas waktu tersebut menjelang akhir Mei.

    Pengunduran diri Musk terjadi setelah ia mengkritik rancangan anggaran Trump terbaru yang menurutnya adalah pemborosan dan membuat pekerjaan Doge seperti kurang berguna.

    “Karena masa jabatan saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus akan segera berakhir, saya ingin berterima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran,” tulis Musk di X.

    “Misi @DOGE akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi cara hidup di seluruh pemerintahan,” tambah pria kelahiran Afrika Selatan itu. Pekerjaan Doge akan berlanjut meski ia sudah tidak memimpinnya.

    Keluarnya Musk terjadi setelah ia mengatakan kecewa dengan anggaran Trump, yang mengusulkan keringanan pajak triliunan dolar dan peningkatan belanja pertahanan. Menurutnya, RUU itu akan meningkatkan defisit federal dan merusak pekerjaan yang sedang dilakukan di Doge.

    Kepergian Musk mengakhiri sepak terjangnya yang penuh gejolak di dunia politik yang mengantarkannya menjadi salah satu penasihat terdekat Trump, namun menyebabkan laba Tesla anjlok. Itu lantaran Musk dinilai bertindak serampangan dengan banyak melakukan PHK serta sering mengejek pendukung partai lawan yaitu Demokrat.

    Tesla baru-baru ini memperingatkan investor bahwa kesulitan keuangan dapat berlanjut. Musk pun memberi tahu investor bulan lalu bahwa waktu yang ia alokasikan untuk Doge akan turun signifikan dan bahwa ia akan memeberikan lebih banyak waktu untuk kembali mengurus Tesla.

    (fyk/fyk)

  • Mundur dari Pemerintah, Elon Musk Sempat Selisih dengan Trump soal RUU

    Mundur dari Pemerintah, Elon Musk Sempat Selisih dengan Trump soal RUU

    Washington DC

    Miliarder yang juga CEO Tesla Elon Musk mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Musk meninggalkan perannya di pemerintah AS tak lama setelah berselisih besar dengan Trump terkait rancangan undang-undang (RUU) ‘One Big, Beautiful Bill Act’.

    Musk telah mengumumkan di akun media sosial X mengenai kepergiannya dari pemerintah. Elon Musk juga mengucapkan terima kasih kepada Trump, saat masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) berakhir.

    “Karena jadwal saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus telah berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Donald Trump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran,” tulisnya di platform media sosialnya X, seperti dilansir AFP, Kamis (29/5/2025).

    “Misi DOGE akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi cara hidup di seluruh pemerintahan,” tambahnya.

    Musk sebelumnya sempat tak satu pendapat dengan pemerintah Trump terkait RUU andalan Trump tersebut. Taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan itu mengatakan RUU Trump akan meningkatkan defisit dan merusak kinerja DOGE, yang telah memecat puluhan ribu orang.

    Musk — yang selalu berada di sisi Trump sebelum menarik diri untuk fokus pada bisnis Space X dan Tesla miliknya — juga mengeluh bahwa DOGE telah menjadi ‘kambing hitam’ karena ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

    “Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.

    Namun, para kritikus memperingatkan bahwa RUU itu akan menghancurkan perawatan kesehatan dan membengkakkan defisit nasional hingga USD 4 triliun dalam satu dekade.

    “Sebuah RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa. Itu pendapat pribadi saya,” kata Musk dalam wawancara tersebut.

    Gedung Putih berusaha meminimalisir perbedaan pendapat mengenai pengeluaran pemerintah AS tersebut, tanpa menyebut Musk secara langsung.

    “‘RUU Besar yang Indah’ BUKAN RUU anggaran tahunan,” kata Wakil Kepala Staf Trump, Stephen Miller, di jejaring sosial Musk, X, setelah komentar raksasa teknologi itu ditayangkan.

    Miller mengatakan semua pemotongan DOGE harus dilakukan melalui RUU terpisah yang menargetkan birokrasi federal. Hal itu, kata dia, berdasarkan aturan Senat AS.

    Namun, komentar Elon Musk tersebut merupakan perpecahan yang jarang terjadi dengan presiden dari Partai Republik yang ia bantu untuk kembali berkuasa. Elon Musk diketahui sebagai donor terbesar untuk kampanye pemilihan Trump tahun 2024.

    Penugasan Musk dari Trump di Pemerintah

    Trump menugaskan Musk untuk memangkas pengeluaran pemerintah sebagai kepala DOGE. Namun, pada akhir April lalu, Musk mengumumkan bahwa ia sebagian besar akan mundur untuk menjalankan perusahaannya lagi.

    Musk mengeluh dalam wawancara terpisah dengan Washington Post bahwa DOGE, yang beroperasi di Gedung Putih dengan staf teknisi muda, telah menjadi sasaran kritik.

    “DOGE hanya menjadi kambing hitam untuk segalanya,” kata Musk kepada surat kabar itu di lokasi peluncuran Starbase di Texas menjelang peluncuran terbaru Space X.

    “Sesuatu yang buruk akan terjadi di mana saja, dan kami akan disalahkan untuk itu meskipun kami tidak ada hubungannya dengan itu,” imbuhnya.

    Musk menyalahkan birokrasi AS yang mengakar atas kegagalan DOGE untuk mencapai semua tujuannya, meskipun laporan mengatakan gaya mendominasi dan kurangnya keakraban dengan arus politik Washington juga merupakan faktor utama.

    “Situasi birokrasi federal jauh lebih buruk dari yang saya sadari. Saya pikir ada masalah, tetapi itu benar-benar perjuangan berat untuk mencoba memperbaiki keadaan di DC, setidaknya begitu,” tutur Musk.

    Musk sebelumnya mengakui bahwa ia tidak mencapai semua tujuannya dengan DOGE meskipun puluhan ribu orang telah diberhentikan dari daftar gaji pemerintah dan beberapa departemen dipangkas atau ditutup.

    Bisnis Musk sendiri menderita sementara itu.

    Para pengunjuk rasa yang menentang pemotongan biaya menargetkan dealer Tesla, sementara para pendemo bahkan membakar beberapa kendaraan listrik, dan laba perusahaan merosot.

    “Orang-orang membakar Tesla. Mengapa Anda melakukan itu? Itu benar-benar tidak keren,” kata Musk kepada Post.

    Musk juga telah berfokus pada Space X setelah serangkaian kemunduran yang menggemparkan dalam mimpinya untuk menjajah Mars — yang terbaru terjadi pada hari Selasa lalu ketika prototipe Starship meledak di atas Samudra Hindia.

    Taipan itu minggu lalu juga mengatakan ia akan menarik diri dari pengeluaran kekayaannya untuk politik, setelah menghabiskan sekitar seperempat miliar dolar untuk mendukung Trump.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump

    Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia — CEO Tesla dan orang terkaya dunia, Elon Musk resmi mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Donald Trump usai memimpin program efisiensi besar-besaran yang mengguncang sejumlah lembaga federal di AS. Meski ambisius, upaya Musk gagal mewujudkan penghematan besar seperti yang dijanjikan.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengkonfirmasi kepada Reuters pada Rabu malam (28/5/2025) Waktu setempat, bahwa Musk akan mulai proses keluar dari jabatan pegawai pemerintah khusus di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), dan “off-boarding-nya dimulai malam ini.”

    Lewat akun pribadinya di platform X, Musk juga mengucapkan terima kasih kepada Trump atas kesempatan yang diberikan selama masa tugasnya. Mundurnya Musk terjadi tanpa pembicaraan langsung dengan Trump.

    Sumber internal menyebut keputusan tersebut diambil di tingkat staf senior. Spekulasi makin menguat setelah sehari sebelumnya, Musk mengkritik keras RUU pajak andalan Trump yang menyebutnya terlalu mahal dan kontraproduktif dengan misi efisiensi pemerintah yang ia pimpin.

    Selain itu, Musk juga sempat berselisih dengan sejumlah pejabat kabinet, termasuk menyerang penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro, yang ia sebut sebagai “idiot” karena menolak usulan perdagangan bebas tarif antara AS dan Eropa.

    Selama 130 hari menjabat, Musk bersama tim DOGE telah memangkas hampir 260.000 pegawai sipil federal, atau sekitar 12% dari total pegawai pemerintahan AS. Pemangkasan dilakukan lewat program pensiun dini, pembelian masa kerja, hingga ancaman pemecatan.

    Meski ditinggal Musk, Gedung Putih menegaskan bahwa misi DOGE akan terus berlanjut. “Misi DOGE akan terus menguat sebagai budaya kerja baru dalam pemerintahan,” kata pernyataan resmi.

    Langkah politik Musk belakangan menuai protes, termasuk dari kalangan investor Tesla yang meminta ia lebih fokus mengelola perusahaan setelah penurunan penjualan dan harga saham. Diketahui, Musk menggelontorkan hampir US$300 juta untuk mendukung kampanye Trump dan Partai Republik tahun lalu. Namun awal bulan ini, ia mengatakan akan mengurangi drastis pengeluaran politiknya ke depan.

    “Saya rasa saya sudah cukup banyak berkontribusi,” kata Musk dalam forum ekonomi di Qatar.

    (mkh/mkh)

  • Detik-Detik Roket SpaceX Milik Elon Musk Hancur Lebur

    Detik-Detik Roket SpaceX Milik Elon Musk Hancur Lebur

    Pesawat ruang angkasa Starship milik SpaceX diluncurkan pada uji kesembilan di landasan peluncuran milik perusahaan tersebut di Starbase, Texas, AS, Selasa (27/5/2025). Roket Starship milik SpaceX mengalami kegagalan dalam uji coba kali ini. (REUTERS/Joe Skipper)

  • Dari Sidoarjo, Raja Baja Dunia Ini Bangun Kerajaan Miliaran Dolar

    Dari Sidoarjo, Raja Baja Dunia Ini Bangun Kerajaan Miliaran Dolar

    Jakarta

    Namanya mungkin tak sepopuler Elon Musk atau Bill Gates, tapi ia adalah salah satu orang terkaya dunia yang punya kerajaan bisnis baja. Uniknya, perjalanan bisnis raksasanya justru dimulai dari sebuah pabrik kecil di Sidoarjo, Indonesia. Pria itu adalah Lakshmi Narayan Mittal, yang kini menjadi raja baja dunia sekaligus miliarder papan atas.

    Berdasarkan data real time Forbes, Lakshmi Mittal dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 116 di dunia dengan harta US$ 18,4 miliar. Dia juga dinobatkan sebagai orang paling kaya ke-15 di tanah India.

    Lakshmi Mittal lahir pada 15 Juni 1950 di Churu, Rajasthan, India. Selagi kecil, Mittal besar di rumah kakeknya. Setelah mengecap pendidikan SMA, dirinya pindah bersama orang tuanya ke Calcutta lantaran perusahaan baja rintisan ayahnya menjadi mitra sebuah perusahaan besar.

    Dilansir Britannica, bisnisnya bermula ketika dia dan keluarga pergi meninggalkan India untuk datang ke Surabaya pada 1976. Kedatangan ini terjadi setelah dia lulus kuliah dari jurusan bisnis dan akuntansi dari St. Xavier College. Setelah itu, barulah dia ditugasi mengurusi bisnis baja bapaknya, Mohanlal Mittal, agar bisa berekspansi ke luar negeri. Dan tibalah dia di Surabaya.

    Sesampainya di Surabaya, pria yang kini 74 tahun itu bergegas mendirikan pabrik pengolahan baja di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur. Nama pabriknya PT Ispat Indo yang berlokasi di areal bekas persawahan seluas 16,5 hektare dan berdiri di tahun yang sama ketika tiba di Indonesia.

    Lewat pabrik itu dia memproduksi berbagai jenis batang kawat dan batangan karbon. Namun, yang menjadi titik balik bisnisnya adalah saat mempelopori pengembangan pabrik terintegrasi dan penggunaan Direct Reduced Iron (DRI) sebagai pengganti besi tua yang menjadi bahan dasar pembuatan baja.

    Dari sini, Mittal mengubah perusahaan keluarganya menjadi raksasa global yang menjangkau 14 negara dan berhasil mempekerjakan 150.000 orang. Dengan kerja kerasnya juga dirinya berhasil mempelopori pengembangan pabrik mini terintegrasi dan penggunaan direct reduced iron (DRI) sebagai pengganti besi tua yang menjadi bahan dasar pembuatan baja, serta mampu berkonsolidasi dengan industri baja global.

    Terbukti pada 2004, Mittal Steel menjadi pembuat baja terbesar di dunia dengan pengiriman produksi sebanyak 42,1 juta ton baja dan mampu membukukan keuntungan lebih dari US$ 22 miliar. Lakshmi Mittal kini tercatat sebagai CEO ArcelorMittal dan menjabat sebagai direktur non eksekutif di beberapa perusahaan seperti Goldman Sachs, EADS dan ICICI Bank.

    Mittal juga dilaporkan terus melakukan akuisisi kepada beberapa perusahaan baja di dunia. Seperti Ilva yang merupakan perusahaan baja asal Italia. Lewat ArcelorMittal menawarkan dana US$ 2,1 miliar dam juga mengakuisisi Essar Steel sebesar US$ 5,9 miliar. Proses akuisisi tersebut dilakukan pada tahun 2018.

    Kekayaan Mittal akan terus bertambah seiring grup perusahaannya melakukan diversifikasi bisnis ke perkapalan, batu bara, listrik, dan minyak. Mittal dikenal banyak orang karena keberhasilan mengubah perusahaan sakit menjadi emas.

    (fdl/fdl)

  • Beli Mobil Listrik Rp 2 Miliar, Harga Jual Seken 8 Bulan Sisa Segini

    Beli Mobil Listrik Rp 2 Miliar, Harga Jual Seken 8 Bulan Sisa Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla untuk pertama kalinya membuka program tukar tambah untuk kendaraan listrik produksinya. Skema trade-in hanya berlaku untuk truk listrik premium Tesla, Cybertruck.

    Namun, pemilik Cybertruck yang mengikuti program tukar tambah kaget dengan harga yang ditawarkan Tesla. CarGurus melaporkan depresiasi harga jual Cybertruck paling parah  mencapai 45 persen.

    Pengalaman dua pemilik Cybertruck yang diwawancarai oleh Business Insider menggambarkan penurunan harga drastis produk yang dibangga-banggakan oleh CEO Tesla Elon Musk.

    Seorang pemilik Cybertruck model AWD 2024 yang baru menempuh jarak sekitar 31 ribu kilometer menerima penawaran US$ 63.100 (Rp 1 miliar) dari Tesla. Harga yang ditawarkan Tesla 37 persen lebih rendah dari harga beli US$ 100.000 (Rp 1,62 miliar).

    Pemilik Tesla model termahal yaitu Cyberbeast juga harus menerima depresiasi tinggi, yaitu 38 persen. Truk listrik yang ia beli di harga US$ 127.000 (Rp 2 miliar), dihargai US$ 78.200 (Rp 1,27 miliar) hanya 8 bulan setelah pembelian.

    Program tukar tambah untuk Cybertruck adalah perubahan drastis dari kebijakan standar Tesla yang melarang pembeli menjual kembali mobilnya. Kebijakan ini adalah upaya Tesla untuk mengendalikan harga di tengah permintaan yang tinggi.

    Kebijakan ini, menurut Tech Crunch, mengurangi tekanan terhadap harga jual mobil Tesla dari dampak negatif aktivitas Elon Musk. Kedekatan Musk dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pernyataan kontroversialnya, mendorong banyak pemilik Tesla untuk menutup-nutupi atribut Tesla di mobil milik mereka serta membuat penjualan Tesla anjlok di seluruh dunia.

    Tesla juga melalui banyak permasalahan dalam hal kualitas produksi, seperti pedal gas yang tersangkut hingga aksesori yang rontok.

    Namun, menurut Wired, harga jual mobil listrik seken memang cenderung rendah dibanding mobil bermesin BBM. Harga beberapa merek mobil listrik bisa anjlok hingga separuhnya hanya dalam setahun.

    (dem/dem)

  • Putra Eks Presiden Brasil Diselidiki karena Ancam Hakim-Jaksa-Polisi

    Putra Eks Presiden Brasil Diselidiki karena Ancam Hakim-Jaksa-Polisi

    Brasilia

    Mahkamah Agung Brasil memerintahkan penyelidikan terhadap Eduardo Bolsonaro, putra mantan Presiden Jair Bolsonaro, atas dugaan merintangi penyelidikan terhadap ayahnya. Eduardo dituduh mengancam hakim, jaksa, dan polisi yang melakukan penyelidikan terhadap ayahnya.

    Eduardo, yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS) ini, juga diduga mengupayakan sanksi-sanksi AS untuk para pejabat Brasil yang bekerja di bawah pengganti ayahnya, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.

    Eduardo yang berusia 40 tahun ini, seperti dilansir AFP, Selasa (27/5/2025) pindah ke Washington sejak Februari lalu, di mana dia memulai kampanye untuk menggalang dukungan bagi ayahnya, yang dikenal sebagai sekutu Presiden Donald Trump yang kembali ke Gedung Putih sejak pertengahan Januari.

    Jair Bolsonaro, yang kalah dalam pemilu tahun 2022, sedang menghadapi persidangan di Brasil atas dugaan rencana kudeta terhadap Lula da Silva.

    Awal bulan ini, Mahkamah Agung Brasil yang dipimpin oleh hakim Alexandre de Moraes mulai menggelar sidang dengan agenda mendengarkan keterangan para saksi kunci dalam kasus tersebut.

    Jaksa Agung Brasil Paulo Gonet, dalam dokumen pengadilan yang dilihat AFP, meminta Mahkamah Agung untuk mengizinkan penyelidikan terhadap Eduardo atas tuduhan memberikan “ancaman-ancaman” terhadap hakim, jaksa, dan polisi yang terlibat dalam penyelidikan kasus ayahnya.

    Disebutkan Gonet bahwa Eduardo diduga mengupayakan sanksi terhadap mereka yang menyelidiki ayahnya, termasuk pencabutan visa AS dan pembekuan aset.

    Menurut dokumen pengadilan, hakim Moraes memerintahkan agar Eduardo dan ayahnya diperiksa oleh kepolisian dalam waktu 10 hari ke depan.

    Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Washington mungkin akan menjatuhkan sanksi kepada hakim Morares, yang juga berselisih dengan miliarder AS, Elon Musk, yang kini menjadi sekutu dan penasihat Trump.

    Menanggapi hal itu, Eduardo memberikan sambutan baik via media sosial dengan mengatakan: “Kita akan menang.”

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Taktik Elon Musk Perkuat Takhtanya di Pemerintahan Trump

    Taktik Elon Musk Perkuat Takhtanya di Pemerintahan Trump

    Jakarta

    Meski sudah mengaku menyelesaikan tugasnya di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) AS, Elon Musk ternyata punya taktik agar tetap memperkuat pengaruhnya. Menurut laporan eksklusif Reuters, bos SpaceX ini membuat AI chatbot Grok buatannya mampu mengakses data sensitif pemerintahan.

    Melansir New Republic, seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa DOGE telah mulai menggunakan versi khusus Grok. Grok sendiri adalah chatbot AI generatif yang dikembangkan oleh xAI, yang mana dimiliki orang terkaya di dunia itu.

    “Mereka mengajukan pertanyaan, menggunakannya untuk menyiapkan laporan, memberikan analisis data,” kata orang tersebut kepada Reuters.

    Grok diklaim digunakan untuk menelusuri informasi yang sangat banyak secara lebih efisien dalam pencarian organisasi terhadap dugaan pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan. Tapi tak sampai di situ saja, dua orang sumber lainnya mengatakan bahwa DOGE telah mendesak pejabat di Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menggunakan Grok, meskipun faktanya Grok tidak disetujui untuk digunakan di sana.

    Penggunaan Grok di pemerintah federal menimbulkan kekhawatiran signifikan tentang banyaknya konflik kepentingan Musk dalam pekerjaan dan usaha bisnisnya di pemerintahan. Itu dikarenakan pemerintah harus membayar akses untuk menggunakan chatbot AI tersebut, masih menurut sumber tersebut.

    “Ini memberi kesan bahwa DOGE menekan lembaga untuk menggunakan perangkat lunak untuk memperkaya Musk dan xAI, dan bukan untuk keuntungan rakyat Amerika,” kata Richard Painter, penasihat etika mantan Presiden Republik George W. Bush dan seorang profesor di University of Minnesota. Musk telah dituduh menggunakan Departemen Luar Negeri untuk meningkatkan Starlink di negara-negara asing dan Departemen Perdagangan untuk meningkatkan Tesla.

    Sementara itu, seorang juru bicara Keamanan Dalam Negeri mengatakan bahwa DOGE tidak mendorong karyawan mana pun untuk menggunakan alat atau produk tertentu. Laporan bahwa Grok digunakan di pemerintahan federal juga menimbulkan kekhawatiran lain, tentang kepatuhan DOGE terhadap undang-undang privasi dan penanganannya terhadap data sensitif. Apalagi, situs web xAi mengatakan bahwa mereka mungkin memantau pengguna Grok untuk ‘tujuan bisnis tertentu’.

    Sebelumnya, Elon Musk sudah dikabarkan tidak lagi bekerja secara reguler di Gedung Putih. Nakhoda Tesla itu memimpin DOGE di bangunan yang tidak jauh dari Oval Office, kantor Presiden Donald Trump. Namun saat ini, dia tidak lagi bekerja langsung atau secara fisik di sana.

    (ask/ask)

  • Elon Musk Ancam Pemerintah Trump, AS Dalam Bahaya Besar

    Elon Musk Ancam Pemerintah Trump, AS Dalam Bahaya Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk resmi mundur dari pemerintah Trump sejak akhir Mei 2025. Ia akan fokus menggenjot dinasti bisnisnya, seperti Tesla, SpaceX, hingga X.

    Kendati demikian, pengaruh Musk di Gedung Putih tak sepenuhnya hilang. Musk sendiri mengatakan masih akan mengawasi Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), meski porsinya dikurangi secara signifikan.

    Pengaruh Musk di DOGE dan Gedung Putih secara umum dapat terlihat dari adopsi layanan AI miliknya, Grok, di lingkungan pemerintah federal.

    Laporan Reuters dari 3 sumber dalam menyebut tim DOGE memperluas penggunaan Grok di pemerintah federal untuk menganalisa data. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait data pribadi di lingkungan pemerintah.

    DOGE tampaknya mengesampingkan perlindungan yang telah lama ada atas penanganan data sensitif saat Presiden Donald Trump mengguncang birokrasi AS, menurut laporan Reuters.

    Salah satu dari 3 sumber dalam menyebut tim DOGE menggunakan versi modifikasi dari chatbot Grok. Tujuannya agar DOGE dapat menyaring data dengan lebih efisien.

    Sumber ke-2 dan ke-3 mengatakan staf DOGE juga memberi tahu pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menggunakan Grok, meskipun sistem AI milik Musk belum disetujui di dalam lembaga tersebut.

    Reuters belum bisa mendapatkan perincian soal data apa saja yang digunakan untuk melatih tool AI milik Musk di lingkungan pemerintah. Sebagai informasi, Grok dikembangkan xAI, yakni perusahaan yang diluncurkan Musk pada 2023 lalu dan disematkan ke platform X miliknya.

    Menurut 5 spesialis teknolosi dan etika pemerintah, jika data yang digunakan di Grok bersifat sensitif dan menyimpan informasi rahasia pemerintah, maka penggunaan tool AI tersebut bisa melanggar aturan privasi dan keamanan.

    Para ahli mengatakan, hal itu juga dapat memberi CEO Tesla dan SpaceX akses ke data kontrak federal nonpublik yang berharga di lembaga-lembaga yang bekerja sama dengannya secara pribadi atau digunakan untuk membantu melatih Grok.

    Musk juga dapat memperoleh keuntungan kompetitif yang tidak adil atas penyedia layanan AI lainnya dari penggunaan Grok di pemerintah federal, menurut keterangan mereka, dikutip dari Reuters, Senin (26/5/2025).

    Musk, Gedung Putih, dan xAI tidak menanggapi permintaan komentar.

    Seorang juru bicara Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) membantah DOGE telah mendesak stafnya untuk menggunakan Grok.

    “DOGE tidak mendesak karyawan mana pun untuk menggunakan alat atau produk tertentu,” kata juru bicara tersebut, yang tidak menanggapi pertanyaan lebih lanjut.

    “DOGE hadir untuk menemukan dan memerangi pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan,” ia menambahkan.

    xAI milik Musk terhitung baru dibandingkan pemain AI lainnya di AS, yakni OpenAI dan Anthropic. Dalam laman resminya, xAI mengatakan perusahaan kemungkinan mengawasi pengguna Grok untuk tujuan bisnis tertentu.

    “Pengetahuan AI harus mencakup semuanya dan seluas mungkin,” kata situs web tersebut.

    Sebelumnya, Musk dan perannya di DOGE sudah menuai kontroversi terkait keamanan data. Sebagai bagian dari upaya Musk untuk menghilangkan pemborosan dan inefisiensi pemerintah, miliarder dan tim DOGE-nya telah mengakses basis data federal yang dijaga ketat yang menyimpan informasi pribadi jutaan warga AS.

    Para ahli mengatakan bahwa data biasanya tidak boleh diakses oleh semua orang kecuali segelintir pejabat karena risiko data tersebut dapat dijual, hilang, bocor, melanggar privasi warga AS, atau membahayakan keamanan negara.

    Umumnya, mekanisme pembagian data di pemerintah federal membutuhkan otorisasi lembaga tertentu dan keterlibatan spesialis pemerintah untuk memastikan kepatuhan terhadap privasi, kerahasiaan, dan hukum lainnya yang berlaku.

    Menganalisa data federal yang sensitif dengan Grok akan menandai perubahan penting dalam pekerjaan DOGE. Mereka telah mengawasi pemecatan ribuan pegawai federal, mengambil alih kendali sistem data sensitif, dan berusaha membubarkan lembaga-lembaga atas nama pemberantasan dugaan pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan.

    “Melihat skala data yang dikelola DOGE menimbulkan kekhawatiran besar jika data tersebut diserahkan ke doftware seperti Grok. Menurut saya, ini adalah ancaman privasi yang serius,” kata Albert Fox Cahn, direktur eksekutif di Surveillance Technology Oversight Project, lembaga nirlaba yang mengadvokasi keamanan.

    Kekhawatirannya mencakup risiko bahwa data pemerintah akan bocor ke xAI, sebuah perusahaan swasta, dan kurangnya kejelasan mengenai siapa yang memiliki akses ke versi khusus Grok ini.

    Akses DOGE ke informasi federal dapat memberi Grok dan xAI keunggulan dibandingkan kontraktor AI potensial lainnya yang ingin menyediakan layanan pemerintah, kata Cary Coglianese, pakar regulasi dan etika federal di University of Pennsylvania.

    “Perusahaan memiliki kepentingan finansial dalam mendesak agar produk mereka digunakan oleh pegawai federal,” katanya.

    (fab/fab)