Tag: Elon Musk

  • Elon Musk Keluar dari Rezim Trump, Masalah Tesla Masih di Depan Mata

    Elon Musk Keluar dari Rezim Trump, Masalah Tesla Masih di Depan Mata

    Jakarta

    Elon Musk keluar dari posisinya sebagai DOGE (Department of Government Efficiency). Meski sudah resmi mundur, masalah Tesla yang perlu diselesaikan sudah menunggu Elon Musk di depan mata.

    Elon Musk melalui platform X nya turut mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump atas kepercayaan yang telah diberikan.

    “Karena masa tugas saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus akan segera berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran,” ujar Musk via @elonmusk.

    Meski Musk sudah mundur, adanya Gerakan Tesla Takedown belum pudar, mereka mengatakan “pertarungan masih jauh dari selesai” karena Musk masih memiliki akses langsung ke Presiden.

    Perlu diketahui “Tesla Takedown” mengacu pada gerakan protes akar rumput yang muncul pada awal tahun 2025. Gerakan ini menargetkan Tesla, Inc. dan CEO-nya, Elon Musk. Gerakan ini melibatkan demonstrasi damai di toko-toko Tesla, mendesak masyarakat untuk melepaskan diri dari Tesla dengan menjual kendaraan dan saham mereka di Tesla. Tujuannya adalah untuk memberikan dampak ekonomi kepada Musk dan menantang pengaruh politiknya melalui cara-cara tanpa kekerasan.

    Asosiasi Produsen Mobil Eropa baru-baru ini merilis data untuk bulan April dan itu menunjukkan pendaftaran Tesla turun 52,6% yang mengejutkan bulan lalu. Perusahaan juga turun 46,1% selama empat bulan pertama tahun ini.

    Itu adalah angka yang mengkhawatirkan dan mereka datang pada saat kendaraan listrik semakin populer.

    “Dalam empat bulan pertama tahun 2025, penjualan mobil baterai-listrik baru tumbuh sebesar 26,4%, menjadi 558.262 unit, menangkap 15,3% dari total pangsa pasar UE,” seperti yang dicatat oleh EAMA.

    masalah Tesla tidak terbatas pada Eropa karena merek tersebut juga mengalami penurunan yang signifikan di tempat lain. Menurut Business Insider penjualan Tesla di provinsi Quebec Kanada anjlok 85% pada kuartal pertama karena pelanggan hanya membeli 524 kendaraan. Model 3 terpukul sangat buruk karena penjualan sedan entry-level turun sebesar 94%.

    (riar/lua)

  • Ditinggal Mundur, Trump Tetap Yakin Musk Akan Kembali

    Ditinggal Mundur, Trump Tetap Yakin Musk Akan Kembali

    Jakarta

    CEO Tesla Elon Musk mundur dari jabatannya di pemerintahan sebagai Kepala Departemen Pemerintahan Federal AS (DOGE). Meski begitu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memastikan bahwa Musk akan tetap menjadi penasihat dekatnya.

    Dilansir dari Reuters, Sabtu (31/5/2025), Musk mengakhiri masa jabatannya setelah empat bulan berada di pemerintahan dan bergelut dengan langkah efisiensi besar-besaran.

    Selama acara perpisahan di Ruang Oval, Trump memuji pekerjaan Musk sebagai Kepala DOGE. Adapun DOGE sendiri telah menghilangkan ribuan pekerjaan dan menghemat pengeluaran miliaran dolar, termasuk sebagian besar bantuan luar negeri AS.

    “Elon benar-benar tidak akan pergi. Dia akan kembali dan segera hadir,” kata Trump dari belakang Resolute Desk, di samping Musk yang berdiri mengenakan topi DOGE hitam dan kaus bertuliskan ‘The Dogefather’ dengan gaya film ‘The Godfather.’

    Musk sebelumnya telah mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan pemerintahan setelah masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus selama 130 hari berakhir atau tepatnya pada tanggal 30 Mei.

    Orang terkaya di dunia itu mengerahkan kekuasaan yang sangat besar selama beberapa minggu pertama masa jabatan Trump. DOGE menjungkirbalikkan birokrasi federal, membubarkan badan-badan, menutup program-program yang sudah lama berjalan, dan mengeluarkan mandat yang luas tanpa peringatan, hingga mengakibatkan puluhan ribu PHK.

    Namun pengaruhnya di Gedung Putih tampaknya memudar di tengah keluhan dari anggota kabinet tentang pendekatannya. Pada saat yang sama, Musk menghadapi peningkatan tekanan dari para pemegang saham yang khawatir bahwa peran politiknya akan menjadi beban bagi perusahaan-perusahaannya.

    Protes anti-Musk yang meluas di gerai-gerai Tesla di seluruh AS dan Eropa berkontribusi terhadap penurunan penjualan dan jatuhnya harga saham perusahaan. Usaha lainnya, termasuk SpaceX dan Starlink, juga mendapat sorotan karena hubungan dekatnya dengan Trump.

    Acara Gedung Putih Jumat kemarin dimaksudkan sebagai unjuk rasa persatuan setelah Musk memicu frustrasi di antara pejabat Gedung Putih dengan kritiknya terhadap rancangan undang-undang pajak dan pengeluaran Trump yang terlalu mahal.

    Beberapa pembantu senior, termasuk Wakil Kepala Staf Stephen Miller dan Kepala Staf Susie Wiles, melihat pernyataan Musk tentang rancangan undang-undang pajak sebagai pemutusan hubungan kerja dari pemerintahan. Miller juga disebut-sebut sangat kesal dengan komentar tersebut.

    Dalam acara itu, Trump memberi Musk sebuah kunci emas besar di dalam kotak kayu bertanda tangannya, hadiah yang katanya hanya ia simpan untuk orang-orang yang sangat istimewa.

    “Ia harus melalui berbagai rintangan, yang sangat disayangkan karena ia seorang patriot yang luar biasa,” kata Trump.

    Sementara itu, Musk mengatakan, ia akan mengarahkan lebih banyak energinya ke bisnisnya. Ia juga menyampaikan rencananya untuk mengurangi sumbangan politiknya. Di kesempatan terpisah, Musk juga mengatakan kepada wartawan bahwa ia akan tetap menjadi bagian dari lingkaran penasihat Trump.

    “Saya berharap untuk tetap menjadi teman dan penasihat, dan tentu saja, jika ada sesuatu yang diinginkan presiden dari saya, saya akan melayani presiden,” ujar Trump.

    (shc/fdl)

  • ASSI Sebut Starlink Terapkan FUP yang Bikin Pengguna Ritel Sulit Berbagi Internet

    ASSI Sebut Starlink Terapkan FUP yang Bikin Pengguna Ritel Sulit Berbagi Internet

    Bisnis.com, JAKARTA — Satelit orbit rendah (low earth orbit/LEO) milik Elon Musk, Starlink, disebut telah menerapkan sistem pemakaian batas wajar atau fair usage policy (FUP), yang membuat penggunanya tidak dapat lagi berbagi layanan Starlink melebih dari ketentuan yang ditetapkan.

    FUP merupakan kebijakan batas pemakaian yang ditetapkan oleh penyedia layanan internet (ISP) untuk memastikan penggunaan bandwidth yang adil di antara semua pelanggan. Ketika pengguna melebihi batas FUP, kecepatan internetnya akan diturunkan. 

    Sebagai contoh, IndiHome dan Biznet membatasi penggunaan internet hingga 1.500 GB. Jika dalam 1 bulan penggunaan melebih batas tersebut, maka kecepatan internet akan melambat secara otomatis.

    Kepala Biro Conference and Event Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) M. Saiful Hidayat mengatakan Starlink telah menerapkan FUP bagi pengguna ritel. Menurutnya, ketika batas kuota FUP tercapai, kecepatan internet pelanggan akan turun drastis.

    “Setahu saya ada FUP-nya. Seharusnya sekarang ketika kuota tercapai itu sudah balik ke speed. 1 Mbps kalau gak salah. Sudah rendah sekarang, harusnya sudah enggak bisa sebelum di-top up lagi, enggak akan bisa balik ke kecepatan awal,” kata Saiful kepada Bisnis, Sabtu (31/5/2025).

    Sementara itu, merujuk pada laman resmi, Starlink membagi paket layanan ritelnya menjadi dua yaitu residensial dan jelajah. Untuk paket residensial, Starlink membandrol mulai Rp479.000 untuk paket lite dan Rp750.000 untuk umum. Fitur utama yang ditawarkan adalah lokasi tetap dan kuota tanpa batas.

    Sementara itu untuk paket Jelajah harganya mulai dari Rp794.000 untuk 50 GB. Jika penggunaan telah melebih batas yang ditentukan, maka pelanggan harus membeli paket baru.

    Kelebihan paket Jelajah adalah pengguna dapat menggunakan layanan Starlink di manapun, cakupan pesisir, hingga perjalanan perjalanan internasional.

    Perangkat penangkap sinyal Starlink

    Dalam Asia Pacific Satellite Conference (Konferensi Satelit Asia Pasifik) isu seputar Starlink menjadi sorotan. Tahun ini, isu tersebut masih menjadi perhatian.

    Perlu FUP?

    Sementara pembebasan penggunaan internet Starlink untuk beberapa pilihan paketnya disebut telah merugikan pemain internet lokal.

    Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyesali ketidakmampuan layanan satelit orbit rendah milik Elon Musk, Starlink, yang tidak mampu mengontrol penggunaan secara bersamaan di masyarakat Indonesia.

    Kegagalan tersebut berdampak pada lahirnya praktik jual kembali jasa internet secara ilegal atau RT/RW Net Ilegal. 

    Satelit khusus internet milik Elon Musk tersebut lalai dalam mengontrol penggunaan bersama.

    Sekjen Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) Zulfadly Syam mengatakan Starlink turut mendorong penetrasi internet di Indonesia. Sayangnya, Starlink belum berhasil dalam mengontrol penggunaan secara berbagi atau sharing, yang kemudian dikomersialisasi oleh penyelenggara internet ilegal (RT/RW net ilegal).  

    “Jadi mereka masih melakukan sharing terhadap satu koneksinya, satu equipment kemudian dibagi dengan beberapa, tetapi dikomersialisasikan. Kalau tidak dikomersialisasikan sebenarnya tidak menjadi satu hal yang masalah, bahkan itu membantu benar-benar membuka mata masyarakat-masyarakat di daerah-daerah tertinggal,” kata Zulfadly beberapa waktu lalu.  

    Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan langkah pertama yang perlu diambil dalam penertiban tersebut adalah mendorong reseler internet di lingkungan RT/RW yang tak berizin itu, untuk mendaftar dan mengurus izin di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), sehingga mereka dapat menjual kembali layanan internet secara ilegal. 

    Langkah selanjutnya, reseler RT/RW Net perlu mengantongi izin dari Starlink atau dari ISP untuk menjual kembali layanan Starlink kepada masyarakat. Tanpa izin, maka praktik jual kembali layanan Starlink adalah ilegal.

    “Kalau misalnya, siapapun, termasuk ISP atau RT RW NET, kalau misalnya dia tidak berizin ini ada ketentuan pidana,” kata Heru kepada Bisnis.

    Dia menambahkan bahwa penertiban RT/RW net ilegal menjadi tugas bersama, mulai dari penyedia jasa internet, hingga pemerintah untuk mendorong mereka agar mereka semua berizin. 

    Sementara itu mengenai penerapan sistem pemakaian batas wajar atau fair usage policy (FUP) untuk menekan pengguna internet ilegal di Starlink, menurut Heru tidak terlalu dibutuhkan. Pasalnya, Starlink merupakan layanan internet berbasis satelit yang memiliki kapasitas terbatas. 

    Jika teknologi tersebut digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam, maka dengan sendirinya kualitas yang diberikan akan berkurang. 

    “Katakanlah dia berlangganan 100 Mbps, tetapi kemudian digunakan oleh banyak pengguna, 10 pengguna, ternyata cuma 10 Mbps. Jadi bisa dikatakan tidak ada hubungannya juga antara Fair Usage Policy dengan tumbuh suburnya RT/RW Net.

    Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward mengatakan seharusnya Starlink memiliki perangkat untuk membaca trafik yang mencurigakan dan mengambil tindakan atas anomali trafik  tersebut.

    Starlink dapat, kata Ian, juga dapat menerapkan FUP. Namun cara itu akan membuat Starlink kalah dengan ISP lain, yang menawarkan paket unlimited. 

    “Memang harus dilihat apakah terjadi pembiaran karena trafik masih rendah ataupun khawatir pengguna berpindah ke ISP lain. Kalau terjadi pembiaran, tentu dalam hal ini ISP ikut serta bersalah. Maka itu bagian pengendalian harus secara aktif diberikan laporan ataupun berapa laporan tersebut yang ditindaklanjuti,” kata Ian. 

  • Tinggalkan Trump, Elon Musk Kini Harus Hadapi Tantangan Berat

    Tinggalkan Trump, Elon Musk Kini Harus Hadapi Tantangan Berat

    Jakarta, Beritasatu.com – Elon Musk kini tengah dihadapkan pada tantangan berat setelah memutuskan keluar dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Miliarder yang dikenal dengan beragam bisnisnya ini kembali menghadapi tantangan besar di berbagai perusahaannya, yang masing-masing tengah berjuang mempertahankan posisi di pasar dan memulihkan citra yang sempat tercoreng.

    Melansir dari AP News, dimulai dari Tesla, perusahaan mobil listrik yang selama ini menjadi kebanggaan Musk. Penurunan laba yang mencapai 71% pada kuartal pertama tahun ini menjadi sinyal kuat bahwa Tesla sedang menghadapi tekanan serius.

    Ditambah lagi, persaingan dari produsen mobil listrik asal China semakin ketat, bahkan mereka kini menjadi penjual mobil listrik terbesar di dunia.

    Masa jabatan Musk di Washington, yang sempat dikaitkan dengan politik sayap kanan, juga dianggap memberi dampak negatif terhadap merek Tesla dan penjualannya.

    Sementara itu, bisnis media sosialnya, X, yang dulu dikenal sebagai Twitter, berusaha bangkit kembali setelah sempat kehilangan banyak pengiklan karena kebijakan kontroversial Elon Musk.

    Meski beberapa merek mulai kembali beriklan di platform tersebut, bisnis periklanan X masih jauh dari posisi sebelumnya dan menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan kestabilan platform tersebut.

    Di sisi lain, SpaceX, perusahaan roket milik Musk, terus menunjukkan potensi finansial besar meski mengalami beberapa kegagalan teknis baru-baru ini, seperti ledakan roket Starship yang menyulitkan misi NASA ke bulan.

    Namun, investor tetap optimis setelah nilai perusahaan meningkat drastis menjadi US$ 350 miliar dalam beberapa bulan terakhir.

    Starlink, layanan satelit internet milik SpaceX, juga tengah berjuang mendapatkan pijakan di pasar global.

    Keberhasilan meraih izin dan membuat kesepakatan di beberapa negara tampaknya masih sangat bergantung pada hubungan politik, terutama dukungan dari masa pemerintahan Trump yang kini sudah ditinggalkan Elon Musk.

    Selain itu, Musk tengah menantikan peluncuran robotaxi Tesla yang telah dijanjikan selama bertahun-tahun. Dengan uji coba awal yang akan digelar di Austin, Texas, keberhasilan taksi tanpa sopir ini sangat menentukan masa depan Tesla.

    Namun, tantangan teknologi dan regulasi masih menjadi hambatan besar, apalagi menghadapi pesaing, seperti Waymo milik Alphabet yang sudah lebih dulu beroperasi secara komersial.

    Kini, setelah meninggalkan pemerintahan Trump, Elon Musk harus membuktikan bahwa bisnisnya dapat bangkit tanpa bergantung pada hubungan politik yang dulu dia miliki.

  • Kata Trump Soal Elon Musk: Dia Tidak Benar-Benar akan Pergi – Page 3

    Kata Trump Soal Elon Musk: Dia Tidak Benar-Benar akan Pergi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan pernyataan mengejutkan dalam konferensi pers di Ruang Oval terkait berakhirnya masa jabatan Elon Musk di pemerintahan. Meski secara resmi selesai, Donald Trump menyiratkan bahwa pendiri Tesla itu belum sepenuhnya angkat kaki dari lingkaran kekuasaan.

    “Dia (Elon Musk) tidak benar-benar akan pergi,” ujar Trump kepada awak media, dikutip dari BBC, Sabtu (31/5/2025). Trump memberikan sinyal Musk masih akan tetap berada di belakang layar. 

    Pernyataan itu disampaikan dalam momen perpisahan yang turut membahas kiprah Musk dalam proyek Doge, akronim dari Departemen Efisiensi Pemerintah, badan penasihat yang bertugas memangkas pengeluaran negara.

    “Itu bayinya,” kata Trump mengenai keterlibatan Musk dalam Doge.

    Masa jabatan Musk secara resmi berakhir setelah 130 hari, sesuai batas maksimal bagi statusnya sebagai “pegawai pemerintah khusus”. Selama itu, Musk memimpin Doge dalam upaya mengurangi pemborosan anggaran pemerintah, menekan pengeluaran, dan menghemat dana pembayar pajak.

    Menurut situs resmi Doge, badan tersebut telah berhasil menghemat hingga USD 175 miliar bagi pemerintah AS hingga 29 Mei. Namun, analisis BBC akhir April lalu mengungkap hanya USD 61,5 miliar dari angka tersebut yang memiliki rincian jelas, dengan bukti penghematan aktual baru sekitar USD 32,5 miliar.

     

  • Nasib Pemerintahan Trump Usai Elon Musk Pamitan

    Nasib Pemerintahan Trump Usai Elon Musk Pamitan

    Jakarta

    CEO Tesla Elon Musk resmi mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Gedung Putih memastikan kebijakan pemangkasan atau efisiensi pemerintah AS tetap berlanjut meski Musk telah mundur.

    Dirangkum detikcom dari beberapa sumber, Jumat (30/5/2025), Musk mundur di tengah masa sulit pemerintahan Trump dalam merestrukturisasi pemerintah federal. Elon Musk sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Pemerintah AS mengatakan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) untuk merestrukturisasi dan mengecilkan pemerintah federal akan terus berlanjut

    Trump dan DOGE telah berhasil memangkas hampir 12%, atau 260.000, dari 2,3 juta tenaga kerja sipil federal yang sebagian besar melalui ancaman pemecatan, pembelian, dan tawaran pensiun dini. Data ini berdasarkan tinjauan Reuters terhadap kepergian pegawai di sejumlah lembaga.

    Musk diketahui sempat berbeda pendapat dengan Trump mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) ‘One Big, Beautiful Bill Act’. Menurut Elon, RUU itu dapat meningkatkan defisit dan merusak kinerja DOGE, yang telah memecat puluhan ribu orang.

    Taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan itu — selalu berada di sisi Trump sebelum menarik diri untuk fokus pada bisnis Space X dan Tesla miliknya — juga mengeluh bahwa DOGE telah menjadi ‘kambing hitam’ karena ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

    “Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.

    RUU ‘One Big, Beautiful Bill Act’ Trump, yang disahkan DPR AS minggu lalu dan sekarang diajukan ke Senat, menawarkan keringanan pajak dan pemotongan belanja yang luas dan merupakan inti dari agenda domestik Tump.

    Namun, para kritikus memperingatkan bahwa RUU itu akan menghancurkan perawatan kesehatan dan membengkakkan defisit nasional hingga USD 4 triliun dalam satu dekade.

    “Sebuah RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa. Itu pendapat pribadi saya,” kata Musk dalam wawancara tersebut.

    Selain bertentangan dengan Trump, Elon dikabarkan kerap kesulitan saat menghadapi pejabat federal AS. Dia disebut frustasi.

    Terkadang ia berselisih dengan anggota senior pemerintahan Trump lainnya, yang merasa kesal dengan upaya pendatang baru itu untuk merombak departemen mereka. Elon Musk menghadapi reaksi politik yang keras dari para pejabat federal.

    Nasib DOGE Usai Musk Mundur

    Foto Elon Musk bersama Donald Trump: (Getty Images)

    Pada Rabu (28/5) lalu, Musk mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump bahwa masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus sebagai bagian dari Departemen Efisiensi Pemerintah akan segera berakhir. Hal itu tulis Musk dalam sebuah unggahan di media sosial X.

    Masa jabatan Musk selama 130 hari sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump akan berakhir sekitar tanggal 30 Mei.

    Seakan membalas ucapan Musk, pihak Gedung Putih menyampaikan terima kasih atas sumbangsih Elon di pemerintahan Trump selama ini.

    “Kami berterima kasih kepadanya atas jasanya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dilansir AFP, Jumat (30/5/2025).

    Lalu, bagaimana dengan nasib DOGE setelah Musk mundur?

    Gedung Putih mengatakan tidak ada yang berubah usai Elon Musk mundur dari pemerintahan. Kebijakan pemotongan anggaran federal yang telah dilakukan pemerintahan Trump akan tetap berlanjut.

    “Kami berterima kasih kepadanya karena telah membuat DOGE berdiri, dan upaya untuk memangkas pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan akan terus berlanjut,” kata Karoline.

    Halaman 2 dari 2

    (zap/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Penduduk Kota SpaceX Elon Musk di Texas Diberi Warning, Ada Apa?

    Penduduk Kota SpaceX Elon Musk di Texas Diberi Warning, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Markas perusahaan roket SpaceX milik Elon Musk di Texas Selatan yakni Starbase sudah resmi menjadi kota. Namun ada “peringatan” yang kini diumumkan ke warganya.

    Warning ini terkait kemungkinan bahwa beberapa penduduk mungkin kehilangan hak untuk terus menggunakan properti mereka seperti yang mereka lakukan saat ini. Pihak otoritas kota tersebut telah memberi tahu warga pekan ini.

    Menurut memo yang diperoleh CNBC International, dikutip Jumat (30/5/2025), kota yang menjadi tempat SpaceX milik Elon Musk ini, sedang mempertimbangkan peraturan zonasi dan peta kota baru. Usulannya akan memungkinkan penggunaan perumahan, kantor, ritel, dan layanan skala kecil.

    Starbase sendiri berencana untuk menyelenggarakan sidang dengar pendapat publik pada tanggal 23 Juni. Menurut ValleyCentral, pemberitahuan tersebut ditandatangani oleh Kent Myers, administrator kota untuk Starbase yang baru-baru ini menerima pekerjaan tersebut.

    Sebagai “perusahaan kota tipe-C”, Starbase secara resmi dibentuk awal bulan ini setelah kontraktor kedirgantaraan dan pertahanan milik Musk menang dalam pemilihan lokal. Sekarang, Starbase dijalankan oleh pejabat yang merupakan karyawan dan mantan karyawan SpaceX.

    Pada awal tahun ini, populasi Starbase mencapai sekitar 500 orang, dengan sekitar 260 orang dipekerjakan langsung oleh SpaceX, menurut laporan Texas Tribune. Sebagian besar penduduk Starbase lainnya adalah kerabat karyawan SpaceX.

    Kota perusahaan tersebut meliputi fasilitas peluncuran tempat SpaceX melakukan uji terbang roket Starship miliknya yang besar, dan tanah milik perusahaan yang meliputi area seluas 1,6 mil persegi. Starbase mengadakan rapat komisi kota pertamanya pada hari Kamis, dua hari setelah SpaceX melakukan uji terbang kesembilan roket Starship yang sangat besar dari fasilitas pantai Texas.

    Sistem Starship dikembangkan untuk mengangkut orang dan peralatan di sekitar Bumi dan ke Bulan, dan Musk membayangkan roket tersebut suatu hari nanti dapat digunakan untuk menjajah Mars. Pembuat roket Musk telah menerima lebih dari US$20 miliar dalam kontrak pemerintah sejak 2008 dan siap untuk menerima beberapa miliar dolar setiap tahunnya selama beberapa tahun mendatang.

    Menetapkan Starbase sebagai kota perusahaan membantu SpaceX memperoleh izin yang hampir tanpa batas untuk membangun, menguji, atau meluncurkan dari kompleks industrinya di Pantai Teluk Texas. Kota tersebut masih berusaha untuk memperoleh izin untuk menutup jalan utama dan pantai untuk aktivitas peluncuran selama seminggu tanpa meminta izin dari pemerintah kota atau otoritas lainnya.

    (sef/sef)

  • Ditinggal Mundur, Trump Tetap Yakin Musk Akan Kembali

    Hal-hal yang Terjadi Sebelum Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump

    Jakarta

    CEO Tesla Elon Musk mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Ada sejumlah hal yang terjadi sebelum Elon Musk mundur.

    Dilansir Reuters, Kamis (29/5/2025), pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Reuters bahwa benar Musk telah meninggalkan pemerintahan. “Pemberhentiannya akan dimulai malam ini,” katanya.

    Pada Rabu kemarin, Musk mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump bahwa masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus sebagai bagian dari Departemen Efisiensi Pemerintah akan segera berakhir. Hal itu tulis Musk dalam sebuah unggahan di media sosial X.

    Masa jabatan Musk selama 130 hari sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump akan berakhir sekitar tanggal 30 Mei. Musk mundur di tengah masa sulit pemerintahan Trump dalam merestrukturisasi pemerintah federal.

    Pemerintah AS mengatakan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) untuk merestrukturisasi dan mengecilkan pemerintah federal akan terus berlanjut.

    “Misi DOGE hanya akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi bagian dari kehidupan di seluruh pemerintahan,” kata Musk.

    Trump dan DOGE telah berhasil memangkas hampir 12%, atau 260.000, dari 2,3 juta tenaga kerja sipil federal yang sebagian besar melalui ancaman pemecatan, pembelian, dan tawaran pensiun dini. Hal ini berdasarkan tinjauan Reuters terhadap kepergian pegawai di sejumlah lembaga.

    Apa saja yang terjadi sebelum Elon Musk mundur? Baca halaman selanjutnya.

    Elon Musk Beda Pendapat dengan Trump

    Foto: Elon Musk dan Anaknya di White House (Getty Images)

    Elon Musk tak sependapat dengan Trump soal rancangan undang-undang (RUU) ‘One Big, Beautiful Bill Act’. Taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan itu mengatakan RUU Trump akan meningkatkan defisit dan merusak kinerja DOGE, yang telah memecat puluhan ribu orang.

    Musk — yang selalu berada di sisi Trump sebelum menarik diri untuk fokus pada bisnis Space X dan Tesla miliknya — juga mengeluh bahwa DOGE telah menjadi ‘kambing hitam’ karena ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

    “Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.

    RUU ‘One Big, Beautiful Bill Act’ Trump, yang disahkan DPR AS minggu lalu dan sekarang diajukan ke Senat, menawarkan keringanan pajak dan pemotongan belanja yang luas dan merupakan inti dari agenda domestik Tump.

    Namun, para kritikus memperingatkan bahwa RUU itu akan menghancurkan perawatan kesehatan dan membengkakkan defisit nasional hingga USD 4 triliun dalam satu dekade.

    “Sebuah RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa. Itu pendapat pribadi saya,” kata Musk dalam wawancara tersebut.

    Elon Musk Sempat Frustasi Saat Hadapi Pejabat Federal

    Foto: Elon Musk (REUTERS/Mike Segar Purchase Licensing Rights)

    Dilansir Associated Press (AP), Kamis (29/5/2025), pengunduran Elon Musk menandai berakhirnya episode penuh gejolak.

    Meskipun terjadi pergolakan, pengusaha miliarder itu berjuang di lingkungan yang tidak dikenalnya di pemerintahan. Elon Musk tidak mencapai apa yang diharapkannya.

    Ia secara drastis mengurangi targetnya untuk memangkas pengeluaran-dari $2 triliun menjadi $1 triliun menjadi $150 miliar-dan semakin menunjukkan rasa frustrasi tentang penolakan terhadap tujuannya.

    Terkadang ia berselisih dengan anggota senior pemerintahan Trump lainnya, yang merasa kesal dengan upaya pendatang baru itu untuk merombak departemen mereka. Elon Musk menghadapi reaksi politik yang keras dari para pejabat federal.

    Halaman 2 dari 3

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ditinggal Mundur, Trump Tetap Yakin Musk Akan Kembali

    Elon Musk Mundur, Kebijakan Pemangkasan Anggaran Era Trump Tetap Lanjut

    Jakarta

    CEO Tesla, Elon Musk, mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pihak Gedung Putih menyampaikan terima kasih atas sumbangsih Elon di pemerintahan Trump selama ini.

    “Kami berterima kasih kepadanya atas jasanya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dilansir AFP, Jumat (30/5/2025).

    Elon Musk sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Departemen itu memiliki andil dalam kebijakan pemangkasan anggaran di pemerintahan Trump.

    Gedung Putih mengatakan tidak ada yang berubah usai Elon Musk mundur dari pemerintahan. Kebijakan pemotongan anggaran federal yang telah dilakukan pemerintahan Trump akan tetap berlanjut.

    “Kami berterima kasih kepadanya karena telah membuat DOGE berdiri, dan upaya untuk memangkas pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan akan terus berlanjut,” kata Karoline.

    Masa jabatan Musk selama 130 hari sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump akan berakhir sekitar tanggal 30 Mei. Musk mundur di tengah masa sulit pemerintahan Trump dalam merestrukturisasi pemerintah federal.

    Pemerintah AS mengatakan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) untuk merestrukturisasi dan mengecilkan pemerintah federal akan terus berlanjut.

    Trump dan DOGE telah berhasil memangkas hampir 12%, atau 260.000, dari 2,3 juta tenaga kerja sipil federal yang sebagian besar melalui ancaman pemecatan, pembelian, dan tawaran pensiun dini. Hal ini berdasarkan tinjauan Reuters terhadap kepergian pegawai di sejumlah lembaga.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk Mundur dari Kursi Departemen Efisiensi DOGE Pemerintahan Trump

    Elon Musk Mundur dari Kursi Departemen Efisiensi DOGE Pemerintahan Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — CEO Tesla Elon Musk secara resmi mundur dari posisinya sebagai pejabat senior di Pemerintahan Presiden AS Donald Trump setelah lima bulan memimpim Tim Departemen Efisiensi atau Department of Government Efficiency/DOGE.

    Hengkangnya Musk dari DOGE ia umumkan langsung melalui akun resmi di platform X @elonmusk, Kamis (29/5/2025) waktu Indonesia. 

    Dalam pengumuman tersebut, Elon Musk turut menyampaikan terima kasih kepada Donald Trump dengan menyebutkan akun Presiden Amerika Serikat tersebut di cuitannya. 

    “Seiring dengan berakhirnya masa jabatan saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas kesempatan untuk mengurangi pengeluaran yang tidak efisien,” tulisnya. 

    Meski dirinya mundur, Elon Musk meyakini efisiensi akan terus dilakukan oleh pemerintah AS. 

    “Misi @DOGE akan semakin kuat seiring waktu karena menjadi bagian dari gaya hidup di seluruh pemerintahan,” lanjutnya. 

    Mengutip Bloomberg, status Musk sebagai pejabat pemerintah sementara akan berakhir pada 30 Mei secara hukum, meski tanggal pasti akhir jabatannya akan tergantung pada perhitungan hari kerja sebenarnya. 

    Seorang pejabat Gedung Putih yang mengetahui hal ini, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah personel, mengatakan Musk memulai proses pengunduran diri pada Rabu malam dan menggambarkan kepergiannya sebagai keputusan yang diambil sendiri dengan dukungan presiden.

    Langkah ini terjadi tak lama setelah Musk memberikan wawancara yang kritis terhadap prioritas legislatif utama Trump—proposal pemotongan pajak yang dikenal sebagai “One Big Beautiful Bill”—yang dianggap tidak cukup untuk mengurangi defisit federal.

    Dalam lima bulan kepemimpinannya, Musk telah melakukan efisiensi melalui pemangkasan pegawai pemerintahan di beberapa bagian. 

    Misalnya, pada pertengahan Februari lalu Musk mengirim notifikasi pemutusan kontrak kerja kepada sejumlah pegawai di bagian US Digital Service (USDS).

    Selain itu, dirinya juga memberhentikan tim pegawai negeri sipil yang ahli dalam teknologi pajak AS pada awal Maret 2025.