Tag: Elon Musk

  • Elon Musk Turun Gunung, Tesla Langsung Keluar dari Dasar Jurang

    Elon Musk Turun Gunung, Tesla Langsung Keluar dari Dasar Jurang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saham Tesla (TSLA) melonjak tajam lebih dari 9% pada Senin (24/6) waktu setempat. Kenaikan ini terjadi setelah CEO Elon Musk resmi meluncurkan uji coba layanan taksi otomatis tanpa pengemudi (robotaxi) di Austin, Texas.

    Langkah ini menjadi sinyal kebangkitan Tesla yang sebelumnya tertekan gara-gara aksi boikot di mana-mana yang berdampak pada penjualan yang lesu. Di saat bersamaan, persaingan dengan pabrikan China seperti BYD dan Xpeng juga kian menggerus dominasi Tesla di industri mobil listrik. 

    Aksi boikot itu dipicu oleh sikap politik Musk dan porsinya sebagai Kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE). Investor Tesla juga menyorot kesibukan Musk di pemerintahan Trump yang membuat prioritasnya ke Tesla berkurang. 

    Setelah mendapat tekanan dari berbagai pihak, Musk akhirnya memutuskan mundur dari pemerintahan Trump untuk fokus ke kerajaan bisnisnya, termasuk Tesla.

    Musk langsung membuat gebrakan saat kembali aktif di Tesla. Proyek robotaxi yang sudah diumbar selama 1 dekade akhirnya makin dekat jadi kenyataan.

    Pada Minggu (22/6), Tesla melakukan uji coba berskala kecil untuk robotaxi di Austin. Tarif layanan ditetapkan sebesar US$4,20 (Rp60 ribuan) untuk zona tertentu. Meski cakupannya masih terbatas dan pengemudi cadangan tetap ada sebagai pengawas, ini jadi momen bersejarah bagi perusahaan.

    Elon Musk memang sudah sejak lama memposisikan teknologi otonom sebagai masa depan Tesla, menggeser ambisi awal untuk mendominasi pasar mobil listrik massal.

    Uji coba ini dinilai menjadi kunci bagi Tesla untuk membuktikan nilai teknologinya di tengah ketidakpastian industri otomotif global.

    “Pengalamannya sangat nyaman dan aman,” ujar Dan Ives, analis dari Wedbush yang menjajal langsung robotaxi tersebut, dikutip dari Reuters, Selasa (24/6/2025).

    Ia menceritakan saat kendaraan dengan tenang menavigasi jalan sempit di bukit, di tengah mobil-mobil yang parkir dan lalu lintas dari arah berlawanan.

    Meski demikian, perjalanan Tesla menuju peluncuran penuh robotaxi masih panjang. Para analis menyebut, Tesla dan kompetitornya seperti Waymo masih menghadapi tantangan serius, mulai dari regulasi hingga teknologi. Sistem Tesla yang mengandalkan kamera dan AI tanpa sensor cadangan seperti lidar dinilai rentan terhadap kondisi cuaca ekstrem.

    Tesla juga harus menyesuaikan diri dengan hukum baru di Texas yang mulai berlaku 1 September. Aturan ini mengharuskan izin khusus bagi kendaraan tanpa pengemudi, mempertegas kebutuhan akan peluncuran yang bertahap dan hati-hati.

    Meski sempat terpukul sentimen negatif akibat sikap politik Elon Musk yang kontroversial, termasuk dukungannya terhadap Donald Trump, nilai pasar Tesla kini bangkit.

    Jika reli saham ini bertahan, Tesla berpotensi menambah kapitalisasi pasar hampir US$100 miliar, mendekati kembali level US$1 triliun.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Starlink Minggir, Penggantinya Makin Ramai Mengudara

    Starlink Minggir, Penggantinya Makin Ramai Mengudara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amazon baru saja meluncurkan 27 satelit Kuiper ke orbit rendah (LEO) Bumi. Penerbangan ini kian meningkatkan persaingan dengan raksasa internet berbasis satelit lain, Starlink yang dimiliki SpaceX.

    Satelit tersebut dibawa Roket United Launch Alliance dari Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS). Puluhan satelit lepas landas pukul 6:54 pagi ET pada hari Senin (23/6/2025).

    “Kami telah menghidupkan dan meluncurkan roket United Launch Alliance Atlas V yang membawa satelit untuk konstelasi Proyek Kuiper milik Amazon, menjadi babak baru pada konektivitas satelit orbit rendah Bumi,” kata ordnance engineer ULA, Ben Chilton, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (24/6/2025).

    CNBC Internasional mencatat misi tersebut sempat dijadwalkan sebanyak dua kali. Karena sempat terkendala cuaca dan masalah pada pendorong roket.

    Kini total satelit Kuiper sebanyak 54 satelit, termasuk 27 satelit yang diluncurkan April lalu. Amazon berencana menerbangkan hingga 3.236 satelit di orbit rendah Bumi.

    Setidaknya hingga Juli 2026, mereka harus meluncurkan setengah dari jumlah tersebut atau 1.618 satelit. Ini karena perusahaan harus memenuhi tenggat waktu yang ditentukan Komisi Komunikasi Federal AS.

    Lebih dari 80 peluncuran telah dipesan Amazon untuk menerbangkan satelitnya. Raksasa teknologi itu akan menggunakan beberapa penyedia transportasi ke luar angkasa, termasuk milik SpaceX.

    Jumlah yang direncanakan Amazon memang belum mendekati Starlink. Layanan milik pengusaha kaya Elon Musk itu telah memiliki sekitar 8.000 satelit di orbit.

    Starlink juga telah membuka layanannya di berbagai negara dunia. Termasuk di Indonesia pada Mei 2024 lalu.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • India Akhirnya Menyerah, Starlink Beroperasi dengan Harga Murah

    India Akhirnya Menyerah, Starlink Beroperasi dengan Harga Murah

    Bisnis.com, JAKARTA – Setelah menunggu selama kurang lebih 3 tahun, akhirnya Starlink, satelit orbit rendah milik Elon Musk, kini resmi mendapatkan lisensi untuk menawarkan layanan internet satelit di India.

    Produk internet tersebut mendapatkan izin operasi setelah menteri komunikasi India, Jyotiraditya Scindia mengadakan pertemuan dengan presiden & COO SpaceX, Gwynne Shotwell pada selasa (17/06/25) lalu.

    Pertemuan tersebut membahas peluang kolaborasi India dengan Starlink dalam hal komunikasi satelit untuk mendukung ambisi digital India.

    “Dengan revolusi digital India di bawah kepemimpinan PM Narendra Modi, teknologi satelit tidak hanya relevan, tetapi juga transformatif.” tulis Jyotiraditya dalam unggahannya di akun X pribadinya.

    Starlink merupakan proyek perusahaan SpaceX, sebuah perusahaan asal Amerika Serikat yang didirikan pengusaha miliarder, Elon Musk, dan bergerak di bidang kedirgantaraan dan transportasi antariksa.

    Layanan internet tersebut menyediakan internet pita lebar (broadband) yang cepat dan berlatensi rendah. Melalui jaringan satelit canggihnya, Starlink sering disebut sebagai “internet dari langit”.

    Internet starlink bekerja dengan cara yang berbeda dari sistem satelit tradisional. Bila satelit tradisional bergantung pada satelit geostasioner yang terletak jauh dari Bumi, Starlink beroperasi dengan menggunakan konstelasi satelit orbit Bumi rendah (LEO) terbesar di dunia, yang diposisikan sekitar 550 kilometer di atas permukaan planet.

    Starlink menjadi perusahaan internet ketiga setelah Eutelsat OneWeb dan Jio Satellite Communications yang memperoleh lisensi dari Departemen Telekomunikasi di India.

    Dilansir The Economic Times, Starlink nantinya akan menyediakan layanan internet mereka dengan harga kurang dari US$10 atau sekitar Rp164.000. Mereka juga berencana menawarkan uji coba gratis selama satu bulan, yang memungkinkan pelanggan menguji layanan tersebut sebelum melakukan pembayaran.

    Harga paket yang kurang dari US$ 10 tersebut tergolong jauh lebih murah dibanding harga yang ditawarkan di negara lain. Kemungkinan ini adalah sebuah strategi dari Starlink untuk mendapatkan keuntungan sebagai pelopor.

    Ambil contoh di Lagos, Nigeria, menurut situs webnya, paket residential Starlink dengan data tak terbatas dijual seharga US$35 atau sekitar Rp 574 ribu (kurs saat ini). Paket tersebut bahkan memerlukan investasi awal berupa hardware seharga US$371 (sekitar Rp 6,1 juta).

    Sementara itu, dikutip dari Financial Express, kecepatan internet Starlink akan berkisar antara 25 Mbps hingga 220 Mbps. dengan layanan internet yang berfungsi secara independen, Starlink dinilai ideal untuk menyediakan koneksi internet yang baik, bahkan di lokasi terpencil. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Elon Musk Bangun Pabrik Raksasa di China, AS Minggir Dulu

    Elon Musk Bangun Pabrik Raksasa di China, AS Minggir Dulu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla telah meneken kesepakatan untuk membangun fasilitas pembangkit listrik untuk baterai skala grid di China, di tengah ketegangan geopolitik antara Washington dan Beijing.

    Dalam unggahan di Weibo, Tesla mengatakan proyek ini akan jadi yang terbesar di China ketika sudah rampung.

    Sistem penyimpanan energi baterai berskala utilitas membantu jaringan listrik untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Sistem ini dibutuhkan untuk menjembatani ketidaksesuaian pasokan dan permintaan yang disebabkan sumber energi tidak menentu seperti tenaga surya dan angin.

    Media China Yicai pertama kali melaporkan bahwa kesepakatan bernilai 4 miliar yuan (Rp9,1 triliun) tersebut telah ditandatangani oleh Tesla, pemerintah daerah Shanghai, dan perusahaan pembiayaan China Kangfu International Leasing.

    Tesla mengatakan pabrik baterainya di Shanghai telah memproduksi lebih dari 100 Megapack di kuartal-I (Q1) 2025. 1 Megapack bisa menyediakan hingga 1 Megawatt energi dalam 4 jam.

    “Pembangkit listrik ini mrupakan ‘pengatur cerdas’ untuk listrik perkotaan, yang dapat menyesuaikan sumber daya jaringan secara fleksibel,” kata Tesla di Weibo, dikutip dari CNBC International, Senin (23/6/2025).

    “Hal ini akan secara efektif mengatasi tekanan pasokan listrik perkotaan dan memastikan permintaan listrik yang aman, stabil, dan efisien di kota tersebut. Setelah selesai, proyek ini diharapkan menjadi proyek penyimpanan energi sisi jaringan terbesar di China,” Tesla menambahkan.

    Menurut situs web perusahaan, setiap Megapack dijual seharga kurang dari US$1 juta (Rp16,5 triliun) di AS. Harga untuk China belum tersedia.

    Kesepakatan ini penting bagi Tesla, di tengah sengitnya persaingan dengan pemain mobil listrik lokal BYD, dan produsen baterai CATL, yang menawarkan produk yang serupa.

    Kedua perusahaan asal China tersebut telah membuat rencana yang matang dalam pengembangan dan manufaktur baterai. CATL merupakan pemasok baterai kawakan yang meraup 40% pangsa pasar global.

    CATL juga berencana untuk menyuplai sel dan pack baterai yang akan digunakan pada fasilitas Megapack Tesla, menurut sumber dalam Reuters.

    Kesepakatan Tesla dengan pemerintah China juga penting di tengah ketegangan geopolitik dengan AS, setelah Presiden AS Donald Trump melancarkan perang dagang dengan mengenakan tarif impor tinggi dari China.

    Permintaan instalasi baterai skala grid sangat pesat di China. Pada Mei 2024, Beijing menetapkan target untuk menambah hampir 5 Gigawatt suplai listrik berbasis baterai hingga akhir 2025. Target itu menghasilkan kapasitas total hingga 40 Gigawatt.

    Tesla selama ini diketahui telah mengekspor Megapack ke Eropa dan Asia lewat manufakturnya baterainya di Shanghai.

    Kapasitas sistem penyimpanan energi baterai global naik 42 Gigawatt pada tahun 2023, hampir dua kali lipat total peningkatan kapasitas yang diamati pada tahun sebelumnya, menurut Badan Energi Internasional.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tamparan Keras Buat Elon Musk Usai Ajak Ribut Trump

    Tamparan Keras Buat Elon Musk Usai Ajak Ribut Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk akhirnya resmi meluncurkan uji coba skala kecil untuk layanan taksi otomatis tanpa pengemudi (robotaxi) di Austin, Texas, pada Minggu (22/6) waktu setempat. Sehari sebelumnya, pemerintah setempat mengeluarkan aturan baru terkait kendaraan otomatis.

    Gubernur Texas yang merupakan politisi Republik, Greg Abott, resmi meneken regulasi yang mengharuskan perusahaan mendapat izin negara bagian untuk mengoperasikan mobil otomatis, dikutip dari Reuters, Senin (23/6/2025).

    Aturan itu mulai berlaku pada 1 September 2025 mendatang. Hal ini akan menambah daftar panjang urusan birokrasi yang harus dilalui perusahaan robotaxi seperti Tesla untuk mengoperasikan layanannya secara komersil di wilayah Texas.

    Padahal, aturan sebelumnya mengizinkan perusahaan kendaraan otomatis mengoperasikan armadanya di mana saja di Texas. Perusahaan hanya perlu memenuhi syarat pendaftaran dan asuransi dasar.

    Aturan baru disahkan dengan dalih untuk menjaga keamanan pengoperasian robotaxi di Texas, demi meningkatkan keselamatan penumpang.

    Sebelum aturan tersebut diteken Gubernur Texas, Musk dan Presiden AS Donald Trump diketahui terlibat adu mulut secara publik. Trump menghujat kebijakan anggaran Trump pasca dirinya mengundurkan diri sebagai Kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Musk yang merupakan pendonor besar dalam kampanye Trump pada Pilpres 2024 memang ramai disorot saat menjadi Kepala DOGE. Ia memangkas anggaran pemerintah besar-besaran yang menyebabkan badai PHK pegawai pemerintahan, serta membatalkan sejumlah kontrak dan program pemerintah.

    Di saat bersamaan, Musk dilaporkan malah mendorong kontrak-kontrak pemerintah yang menguntungkan kerajaan bisnisnya.

    Selain itu, kesibukan Musk di Gedung Putih juga memicu gejolak di kalangan investor Tesla. Pasalnya, Musk dinilai abai dengan tugasnya sebagai CEO, di kala Tesla mengalami penurunan penjualan akibat aksi boikot di mana-mana.

    Musk akhirnya memutuskan mundur dari pemerintahan Trump dan kembali fokus ke kerajaan bisnisnya. Namun, hal ini berarti bisnis-bisnis Musk tak bisa lagi mendapat ‘kemewahan’ dukungan dari pemerintah.

    Peluncuran uji coba robotaxi terbaru Tesla juga menghadapi berbagai tantangan. Beragam organisasi independen menggelar protes besar-besaran untuk menolak robotaxi Tesla karena alasan keamanan dan kurangnya transparansi perusahaan.

    Selain itu, sekelompok anggota parlemen Demokrat di Texas juga dilaporkan meminta Tesla menunda peluncuran uji coba robotaxi. Namun, akhirnya Musk tetap berpegang teguh pada rencana awal.

    Uji coba robotaxi Tesla digelar dalam skala kecil. Tesla mengundang beberapa influencer untuk mencoba menumpangi taksi otomatis tersebut dan membuat konten promosi.

    Menurut laporan Reuters, beberapa robotaxi Tesla terlihat di kawasan South Congress, Austin, pada Minggu (22/6) waktu setempat. Ada sekitar 10 kendaraan dan penumpang di kursi depan yang bertindak sebagai “monitor keselamatan,” meskipun masih belum jelas seberapa besar kendali yang mereka miliki atas kendaraan tersebut.

    Uji coba ini merupakan langkah awal Tesla dalam meramaikan industri robotaxi yang sudah lebih dulu didominasi oleh Waymo milik Alphabet (Google). Waymo juga membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam mematangkan industri robotaxi-nya untuk menggelar layanan secara komersil.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tesla Resmi Luncurkan Robotaxi, Kiamat Driver Online Menggila

    Tesla Resmi Luncurkan Robotaxi, Kiamat Driver Online Menggila

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sesuai omongan Elon Musk, Tesla resmi mengoperasikan taksi otomatis tanpa pengemudi (robotaxi) di Austin, Texas, Amerika Serikat (AS). Untuk tahap uji coba awal, baru sedikit armada yang dikerahkan untuk melayani penumpang.

    Sepertinya Tesla juga menggandeng para influencer untuk mempromosikan robotaxi terbarunya. Banyak influencer yang mengunggah konten terkait pengalaman pertama menumpangi robotaxi Tesla.

    Peluncuran robotaxi di Austin menandai sejarah baru bagi Tesla. Meski Waymo dan banyak perusahaan China sudah lebih dulu meluncurkan robotaxi secara komersil, tetapi upaya Tesla untuk mengejar ketertinggalan akhirnya membuahkan hasil.

    Tesla menyebut robotaxi ini merupakan hasil kerja keras selama satu dekade. Ia mengatakan tim software dan chip AI untuk robotaxi ini dibangun dari nol di internal Tesla.

    Beberapa robotaxi Tesla terlihat di kawasan South Congress, Austin, pada Minggu (22/6) waktu setempat. Tesla menggelar uji coba kecil dengan sekitar 10 kendaraan dan penumpang di kursi depan yang bertindak sebagai “monitor keselamatan,” meskipun masih belum jelas seberapa besar kendali yang mereka miliki atas kendaraan tersebut.

    Dalam beberapa hari terakhir, Tesla telah mengirimkan undangan kepada sekelompok influencer terpilih untuk uji coba robotaxi yang diawasi ketat di zona terbatas. Layanan ini ditawarkan dengan biaya tetap sebesar US$4,20 (Rp69 ribu), kata Musk di X.

    Investor Tesla dan figur publik Sawyer Meritt mengunggah video di X pada akhir pekan lalu. Isinya terkait cara memesan, dijemput, dan menumpangi robotaxi Tesla menuju bar dan restoran, menggunakan aplikasi robotaxi Tesla di HP.

    Kendati demikian, Tesla masih menghadapi tantangan baru usai uji coba skala kecilnya. Sebagai perbandingan, Waymo menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun industri robotaxi-nya karena berbagai kendala keamanan dan regulasi.

    Terlebih, bertepatan dengan uji coba robotaxi Tesla di Austin, pemerintah setempat langsung menggenjot aturan baru terkait kendaraan otomatis.

    Gubernur Texas Greg Abbott, seorang Republikan, pada Jumat (20/6) pekan lalu menandatangani undang-undang yang mewajibkan izin negara bagian untuk mengoperasikan kendaraan tanpa pengemudi.

    Undang-undang tersebut akan mulai berlaku pada 1 September mendatang. Hal ini menandakan bahwa pejabat negara dari kedua partai ingin industri kendaraan tanpa pengemudi berjalan dengan hati-hati.

    Tesla tidak merespons permintaan komentar. Kantor Gubernur juga menolak berkomentar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Tepis Kabar xAI Bakar Rp 16,4 Triliun Perbulan

    Elon Musk Tepis Kabar xAI Bakar Rp 16,4 Triliun Perbulan

    Jakarta

    Startup kecerdasan buatan (AI) xAI besutan Elon Musk disebut menghabiskan setidaknya USD 13 miliar selama tahun 2025, atau setara USD 1 miliar ( Rp 16,4 triliun) setiap bulannya.

    Bloomberg, yang mengutik sumber anonim, menyebut setiap USD 500 juta yang dihasilkan oleh xAI akan terlihat sangat kecil dibanding pengeluaran mereka sebesar USD 13 miliar selama tahun 2025.

    Lewat postingan di X, Elon Musk menyebut laporan tersebut tidak benar. Ia pun mengiyakan postingan lain yang menyebut banyak orang tidak tahu apa yang menjadi pertaruhan di pengembangan xAI ini.

    Bahkan dana sebesar USD 14 miliar yang berhasil dikumpulkan sejak 2023 kini, pada Q1 2025, tersisa USD 4 miliar, dan nyaris tak akan tersisa lagi pada Q2 2025, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (20/6/2025).

    xAI mengaku tengah memfinalisasi suntikan dana sebesar USD 4,3 miliar dalam bentuk pendanaan ekuitas baru, dan berencana menggalan dana sebesar USD 6,4 miliar pada tahun 2026 mendatang. Dana ini di luar utang sebesar USD 5 miliar yang dikumpulkan oleh Morgan Stanley.

    Dana sebesar itu akan dipakai untuk membiayai pengembangan sejumlah data center Colossus xAI. Salah satu fasilitas data center itu, Memphis Supercluster, akan berisi 200 ribu GPU Nvidia Hopper, yang ditenagai dari baterai Tesla Megapack berkapasitas 150MW.

    Pada Q1 2025 valuasi xAI mencapai USD 80 miliar, meningkat jauh dibanding valuasinya pada akhir 2024 yang “hanya” USD 51 miliar. Startup besutan Musk ini sukses menarik banyak investor seperti Andreessen Horowitz, Sequoia Capital, dan VY Capital.

    Beberapa orang memprediksikan kalau xAI sudah bisa meraup keuntungan pada 2027. Prediksi ini lebih cepat ketimbang OpenAI, yang diperkirakan baru bisa mendapat keuntungan pada 2029 mendatang.

    (asj/asj)

  • Misteri Suara Robot Saat Telepon ke Iran: Perang AI Dimulai?

    Misteri Suara Robot Saat Telepon ke Iran: Perang AI Dimulai?

    Jakarta

    Pascaserangan Israel ke Iran seminggu lalu, dunia digemparkan tak hanya oleh gejolak geopolitik, tetapi juga oleh fenomena aneh yang menimpa warga Iran di diaspora. Mereka melaporkan pengalaman ganjil saat mencoba menghubungi keluarga di Teheran dan kota-kota lain: suara robot misterius yang menjawab panggilan, memicu spekulasi apakah ini merupakan permulaan dari perang kecerdasan buatan (AI).

    Salah satunya adalah Ellie, seorang warga Inggris-Iran berusia 44 tahun yang tinggal di Inggris. Ketika ia menelepon ibunya di Teheran, suara robot perempuan menjawab, “Alo? Alo? Siapa yang menelepon?” dalam bahasa Inggris yang kurang sempurna.

    Suara yang mengaku bernama “Alyssia” itu melanjutkan, “Saya tidak bisa mendengar Anda. Anda ingin bicara dengan siapa? Saya rasa saya tidak tahu siapa Anda.”

    Ellie bukan satu-satunya. Setidaknya sembilan warga Iran di diaspora, termasuk di Inggris dan Amerika Serikat, melaporkan pengalaman serupa kepada The Associated Press. Mereka memilih untuk merahasiakan identitas atau hanya menggunakan nama depan karena kekhawatiran akan keselamatan keluarga di Iran.

    Fenomena ini muncul berbarengan dengan serangan Israel yang menargetkan situs nuklir dan militer Iran, yang kemudian dibalas oleh Iran dengan ratusan rudal dan drone. Pemerintah Iran juga memberlakukan pemblokiran internet besar-besaran, yang diklaim untuk melindungi negara, namun justru mengisolasi warga Iran dari dunia luar.

    Suara Robot: AI, Chatbot, atau Rekaman?

    Lima ahli yang menganalisis rekaman suara tersebut untuk AP menduga itu bisa berupa kecerdasan buatan berteknologi rendah, chatbot, atau pesan rekaman yang mengalihkan panggilan dari luar negeri. Namun, siapa dalang di baliknya masih menjadi misteri besar. Empat ahli menduga pemerintah Iran sebagai pelaku, sementara satu ahli menunjuk Israel sebagai pihak yang lebih mungkin.

    Amir Rashidi, pakar keamanan siber Iran yang berbasis di AS, menyebut suara itu sebagai bagian dari pola pemerintah Iran dalam menangani situasi darurat, seperti pesan suara dan teks massal yang dikirimkan untuk menyebarkan kepanikan selama dua hari pertama serangan Israel. “Ini mirip dengan taktik yang digunakan selama perang Iran-Irak pada 1980-an,” ujar Rashidi, direktur Miaan, sebuah kelompok yang memantau hak digital di Timur Tengah.

    Namun, Marwa Fatafta dari Access Now, sebuah organisasi hak digital di Berlin, berpendapat bahwa ini bisa menjadi bentuk perang psikologis oleh Israel. Ia melihat kemiripan dengan pesan langsung yang pernah dikirimkan ke warga Lebanon dan Palestina selama konflik di Gaza dan melawan Hizbullah. “Pesan ini seolah dirancang untuk menyiksa warga Iran di diaspora yang sudah cemas,” katanya.

    Dampak Emosional pada Diaspora Iran

    Foto: Getty Images/miniseries

    Bagi warga Iran di luar negeri, pengalaman ini sangat mengganggu. Seorang wanita berusia 30 tahun di New York menyebutnya sebagai “perang psikologis.” “Menelepon ibumu, berharap mendengar suaranya, tapi malah mendengar suara AI adalah salah satu hal paling menakutkan,” ujarnya.

    Pesan-pesan yang sering muncul pun aneh, seperti satu rekaman yang mengucapkan, “Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mendengarkan. Hidup ini penuh dengan kejutan yang tak terduga…” atau bahkan meminta penelepon membayangkan “berjalan di hutan yang tenang” atau “di tepi pantai.”

    Ellie, yang ibunya menderita diabetes dan kekurangan insulin di pinggiran Teheran, merasa putus asa karena tak bisa menyampaikan pesan untuk mengungsi. “Saya tidak tahu mengapa mereka melakukan ini,” katanya. Ia akhirnya berhasil berkomunikasi melalui seseorang di perbatasan Iran-Turki yang memiliki dua kartu SIM, memungkinkan panggilan domestik di Iran disambungkan ke luar negeri.

    Upaya Menembus Blokade Komunikasi

    Pemblokiran internet oleh pemerintah Iran telah mempersulit komunikasi. Banyak panggilan hanya berdering tanpa jawaban atau diarahkan ke pesan robot. Beberapa warga Iran terpaksa menggunakan antena parabola ilegal untuk mengakses berita internasional. Di sisi lain, Elon Musk mengklaim telah mengaktifkan Starlink di Iran, meskipun penggunaannya dianggap ilegal dan diawasi ketat oleh otoritas setempat.

    Bagi sebagian diaspora, seperti M., seorang wanita di Inggris, pengalaman ini meninggalkan rasa tak berdaya. Ia gagal menghubungi ibu mertuanya, yang kini dirawat di ICU di Teheran akibat masalah pernapasan setelah serangan Israel. “Ketika saya menelepon, saya hanya mendengar pesan aneh tentang hutan dan ombak. Itu hanya membuat saya merasa semakin tidak berdaya,” katanya.

    Siapa di Balik Suara Robot?

    Hingga kini, belum ada kejelasan tentang tujuan atau pelaku di balik suara robot ini. Colin Crowell, mantan wakil presiden Twitter, menduga perusahaan telekomunikasi Iran mengalihkan panggilan ke sistem pesan default. Sementara itu, Mehdi Yahyanejad, aktivis kebebasan internet, menyebut sistem telekomunikasi Iran yang diawasi ketat oleh Kementerian Informasi dan Teknologi Komunikasi membuat peretasan oleh pihak luar, termasuk Israel, menjadi sulit.

    Baik misi Iran di PBB maupun militer Israel tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait fenomena ini. Yang jelas, fenomena suara robot ini telah memperdalam kecemasan dan isolasi warga Iran, baik di dalam negeri maupun di diaspora, di tengah ketegangan geopolitik yang terus memanas.

    Apakah ini pertanda awal dari perang AI yang semakin canggih, ataukah hanya taktik psikologis di tengah konflik yang memanas? Misteri ini masih menunggu jawaban.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Iran Usai Diserang AS: Kami Akan Konsultasi dengan Putin”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Detik-Detik Roket SpaceX Milik Elon Musk Meledak dan Kebakaran

    Detik-Detik Roket SpaceX Milik Elon Musk Meledak dan Kebakaran

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }

  • Rusia Segera Luncurkan Satelit LEO Pesaing Starlink Elon Musk

    Rusia Segera Luncurkan Satelit LEO Pesaing Starlink Elon Musk

    Bisnis.com, JAKARTA —  Badan antariksa Rusia, Roscosmos, berencana meluncurkan batch pertama terminal internet satelit pada akhir 2025 guna menyaingi jaringan Starlink Elon Musk. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Roscosmos Dmitry Bakanov pada Kamis (19/6/2025).

    Mengutip The Moscow Times, Bakanov mengatakan misi tersebut akan membawa 16 satelit, sama dengan bagaimana Starlink diluncurkan. “Peluncuran pertama dijadwalkan pada akhir tahun ini,” kata Bakanov seperti dikutip Bisnis pada Jumat (20/6/2025).

    Rassvet, sebagaimana satelit orbit rendah tersebut dijuluki, dikembangkan oleh perusahaan kedirgantaraan Rusia Bureau 1440 serta dirancang untuk menyediakan cakupan internet broadband.

    Lebih dari 900 satelit diperkirakan akan diluncurkan hingga 2035, dengan layanan komersial yang melibatkan lebih dari 250 satelit dimulai pada 2027.

    Bakanov mengungkapkan Roscosmos akan secara rutin meluncurkan satelit-satelit tersebut pada Desember tahun ini.

    Sebagai informasi, Rassvet merupakan bagian dari program pengembangan antariksa Rusia yang lebih luas senilai 4,4 triliun rubel (setara US$57 miliar), dan telah disetujui oleh Presiden Vladimir Putin pekan lalu.

    Putin pertama kali mengumumkan proyek pesaing Starlink, bernama Sfera, pada tahun 2018. Namun, proyek tersebut dibatalkan akibat sanksi terhadap Roscosmos.

    Roscosmos juga meluncurkan 3 satelit di bawah proyek Rassvet-1 pada Juni 2023, di bawah kepemimpinan direktur sebelumnya Yury Borisov, yang diberhentikan pada Februari lalu menyusul serangkaian kegagalan dan program yang mandek.

    Kekuatan Militer

    Adapun Starlink saat ini kerap terlibat dalam menjaga konektivitas di sejumlah konflik mulai dari konflik Rusia versus Ukraina, hingga konflik Iran dan Israel.

    Dalam konflik Iran versus Israel, Iran membatasi akses internet di seluruh negeri menyusul serangan udara besar-besaran Israel yang menargetkan berbagai kota dan fasilitas strategis Iran, termasuk program nuklir dan pangkalan militer. 

    Imbas serangan dan kekhawatiran akan potensi kerusuhan dalam negeri, pemerintah Iran langsung membatasi konektivitas internet nasional.

    Kementerian Informasi dan Komunikasi Iran menyatakan pembatasan ini diberlakukan karena situasi luar biasa dan akan dicabut setelah kondisi kembali normal.

    Dilansir dari The National dan Financial Express, Senin (16/6/2025) NetBlocks, organisasi global yang berfokus pada pemantauan internet, mengungkap sejak kebijakan itu dilakukan jaringan internet di Iran anjlok drastis hingga tersisa hanya 10–20 persen, membuat masyarakat hampir sepenuhnya terputus dari informasi dan komunikasi digital. 

    Pembatasan ini berdampak pada seluruh wilayah, kecuali sebagian kecil di utara negara tersebut.

    Di tengah pemadaman ini, CEO SpaceX Elon Musk mengumumkan aktivasi layanan internet satelit Starlink di Iran sebagai solusi darurat. SpaceX merupakan perusahaan satelit yang bermarkas di Florida Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu dari Israel.

    Starlink hadir melampaui batas dan kemampuan pemerintah Iran yang ingin internet dipadamkan. DI sisi lain, untuk menjangkau Starlink, rudal Iran tidak memiliki kemampuan dan jumlahnya terlalu banyak.