Tag: Elon Musk

  • Trump Sebut Partai Politik Buatan Elon Musk Tak Akan Berhasil

    Trump Sebut Partai Politik Buatan Elon Musk Tak Akan Berhasil

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara terang-terangan mengecam peluncuran partai politik baru yang dibentuk mantan sekutunya, Elon Musk. Trump mengatakan partai itu tidak akan berhasil.

    “Menurut saya konyol untuk memulai partai ketiga. (AS) itu memiliki sistem dua partai, dan menurut saya memulai partai ketiga hanya akan menambah kebingungan,” kata Trump.

    “Partai ketiga tidak pernah berhasil, Jadi dia bisa bersenang-senang dengan itu, tetapi menurut saya itu konyol,” imbuhnya.

    Trump juga sebelumnya sudah buka suara di media sosialnya. Dia menyebut Musk telah “keluar jalur”. Musk juga disebut Trump berada di masa kelam selama lima minggu terakhir.

    Dia menilai pembentukan partai ketiga hanya akan menimbulkan gangguan dan kekacauan yang total dan menyeluruh di AS.

    Elon Musk diketahui membentuk partai politik pada Sabtu (5/7) waktu setempat. Dia memberi nama parpolnya ‘America Party’ atau Partai Amerika.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Taktik Elon Musk Lawan Trump: Bikin Partai Politik

    Taktik Elon Musk Lawan Trump: Bikin Partai Politik

    Jakarta

    Elon Musk tiba-tiba membuat gebrakan baru untuk melawan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Orang terkaya di dunia itu meluncurkan partai politik tandingan Trump.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (7/7/2025), Elon Musk meluncurkan partai politik baru di AS. Dia membentuk partai itu untuk melawan apa yang dianggapnya ‘sistem satu partai’ di AS.

    Musk merupakan donor politik terbesar Trump dalam Pilpres AS 2024. Dia kemudian berselisih dengan Trump setelah memimpin upaya Partai Republik untuk memangkas pengeluaran dan memotong pekerjaan federal sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Musk berselisih dengan Trump mengenai rencana pengeluaran domestik besar-besaran. Dia mengatakan hal itu akan meledakkan utang AS dan berjanji untuk melakukan segala daya untuk menggagalkan rencana itu.

    Sekarang, dia mengklaim telah menciptakan apa yang disebut Partai Amerika. Dia menuding politik AS yang selama ini didominasi Partai Demokrat dan Partai Republik bukan demokrasi.

    “Jika menyangkut kebangkrutan negara kita dengan pemborosan & korupsi, kita hidup dalam sistem satu partai, bukan demokrasi,” bos Space X dan Tesla itu memposting di X, platform media sosial miliknya.

    “Hari ini, Partai Amerika dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda,” sambungnya.

    Musk mengutip jajak pendapat, yang diunggahnya sendiri pada Hari Kemerdekaan AS, di mana dia menanyakan apakah responden ‘menginginkan kemerdekaan dari sistem dua partai (ada yang mengatakan satu partai)’ yang telah mendominasi politik AS selama sekitar dua abad. Survei ya-atau-tidak itu memperoleh lebih dari 1,2 juta tanggapan.

    “Dengan faktor 2 banding 1, Anda menginginkan partai politik baru dan Anda akan mendapatkannya!” ia memposting pada hari Sabtu.

    Elon Musk Bikin Parpol Baru

    Foto: Elon Musk dan Donald Trump (REUTERS/Nathan Howard).

    Musk membagikan meme yang menggambarkan ular berkepala dua dan judul ‘Akhiri Satu Partai’. Meski demikian, tidak jelas seberapa besar dampak partai baru tersebut terhadap pemilihan paruh waktu AS di tahun 2026 atau terhadap pemilihan presiden 2 tahun setelah itu.

    Perseteruan Trump-Musk kembali memanas secara dramatis akhir bulan lalu saat Trump mendorong Partai Republik di Kongres untuk memaksakan agenda domestiknya yang besar dalam bentuk RUU One Big Beautiful. Musk menentang keras undang-undang tersebut dan dengan kejam menyerang pendukungnya dari Partai Republik karena mendukung apa yang dianggapnya perbudakan utang.

    Dia kemudian berjanji untuk meluncurkan partai politik baru untuk menantang anggota parlemen yang berkampanye untuk mengurangi pengeluaran federal tetapi malah memilih RUU tersebut. RUU diprediksi para ahli akan menambah defisit AS sebesar USD 3,4 triliun selama satu dekade.

    “Mereka akan kalah dalam pemilihan pendahuluan tahun depan jika itu adalah hal terakhir yang saya lakukan di Bumi ini,” kata Musk awal minggu ini.

    Setelah Musk mengkritik keras RUU pengeluaran unggulan, yang akhirnya disahkan Kongres dan ditandatangani menjadi undang-undang, Trump mengancam akan mendeportasi taipan teknologi tersebut dan mencabut dana federal dari bisnisnya.

    “Kita harus melihatnya,” kata presiden kepada wartawan ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan untuk mendeportasi Musk, yang lahir di Afrika Selatan dan telah memegang kewarganegaraan AS sejak 2002.

    Setelah mengunggah jajak pendapat, Musk memaparkan kemungkinan rencana pertempuran politik untuk merebut kursi DPR dan Senat yang rentan dan menjadi ‘suara penentu’ pada undang-undang utama.

    “Salah satu cara untuk melaksanakannya adalah dengan berfokus pada hanya 2 atau 3 kursi Senat dan 8 hingga 10 distrik DPR,” ujar Musk.

    Sebagai informasi, 435 kursi DPR AS diperebutkan setiap 2 tahun, sementara sekitar sepertiga dari 100 anggota Senat, yang menjabat selama enam tahun, dipilih setiap dua tahun.

    Beberapa pengamat dengan cepat menunjukkan bagaimana kampanye pihak ketiga secara historis telah memecah suara, seperti yang dilakukan oleh pencalonan presiden independen pengusaha Ross Perot pada tahun 1992 ketika hal itu membantu menghancurkan upaya pemilihan kembali George HW Bush yang mengakibatkan kemenangan Demokrat Bill Clinton.

    Lihat juga Video Trump Skeptis dengan Rencana Elon: Partai Ketiga Tak Pernah Berhasil

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Kecam Elon Musk Bikin Partai Politik Baru: Konyol!

    Trump Kecam Elon Musk Bikin Partai Politik Baru: Konyol!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam partai politik baru yang diluncurkan orang terkaya di dunia, Elon Musk. Trump menyebut langkah Elon Musk itu konyol.

    “Menurut saya, mendirikan partai ketiga itu konyol,” kata Trump dilansir kantor berita AFP, Senin (7/7/2025).

    Trump mengatakan mendirikan partai ketiga di AS itu tidak masuk akal. Dia menyebut hanya ada dua partai politik yang dominan di AS yakni Republik dan Demokrat.

    “Sistemnya selalu dua partai, dan menurut saya mendirikan partai ketiga hanya akan menambah kebingungan,” ujarnya.

    Seperti diketahui, Elon Musk meluncurkan partai politik baru di AS. Dia membentuk partai itu untuk melawan apa yang dianggapnya ‘sistem satu partai’ di AS.

    Musk merupakan donor politik terbesar Trump dalam Pilpres AS 2024. Dia kemudian berselisih dengan Trump setelah memimpin upaya Partai Republik untuk memangkas pengeluaran dan memotong pekerjaan federal sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Musk berselisih dengan Trump mengenai rencana pengeluaran domestik besar-besaran. Dia mengatakan hal itu akan meledakkan utang AS dan berjanji untuk melakukan segala daya untuk menggagalkan rencana itu.

    “Jika menyangkut kebangkrutan negara kita dengan pemborosan & korupsi, kita hidup dalam sistem satu partai, bukan demokrasi,” bos Space X dan Tesla itu memposting di X, platform media sosial miliknya.

    “Hari ini, Partai Amerika dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda,” sambungnya.

    Musk mengutip jajak pendapat, yang diunggahnya sendiri pada Hari Kemerdekaan AS, di mana dia menanyakan apakah responden ‘menginginkan kemerdekaan dari sistem dua partai (ada yang mengatakan satu partai)’ yang telah mendominasi politik AS selama sekitar dua abad. Survei ya-atau-tidak itu memperoleh lebih dari 1,2 juta tanggapan.

    “Dengan faktor 2 banding 1, Anda menginginkan partai politik baru dan Anda akan mendapatkannya!” ia memposting pada hari Sabtu.

    Musk membagikan meme yang menggambarkan ular berkepala dua dan judul ‘Akhiri Satu Partai’. Meski demikian, tidak jelas seberapa besar dampak partai baru tersebut terhadap pemilihan paruh waktu AS di tahun 2026 atau terhadap pemilihan presiden 2 tahun setelah itu.

    Perseteruan Trump-Musk kembali memanas secara dramatis akhir bulan lalu saat Trump mendorong Partai Republik di Kongres untuk memaksakan agenda domestiknya yang besar dalam bentuk RUU One Big Beautiful. Musk menentang keras undang-undang tersebut dan dengan kejam menyerang pendukungnya dari Partai Republik karena mendukung apa yang dianggapnya perbudakan utang.

    Dia kemudian berjanji untuk meluncurkan partai politik baru untuk menantang anggota parlemen yang berkampanye untuk mengurangi pengeluaran federal tetapi malah memilih RUU tersebut. RUU diprediksi para ahli akan menambah defisit AS sebesar USD 3,4 triliun selama satu dekade.

    “Mereka akan kalah dalam pemilihan pendahuluan tahun depan jika itu adalah hal terakhir yang saya lakukan di Bumi ini,” kata Musk awal minggu ini.

    Setelah Musk mengkritik keras RUU pengeluaran unggulan, yang akhirnya disahkan Kongres dan ditandatangani menjadi undang-undang, Trump mengancam akan mendeportasi taipan teknologi tersebut dan mencabut dana federal dari bisnisnya.

    “Kita harus melihatnya,” kata presiden kepada wartawan ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan untuk mendeportasi Musk, yang lahir di Afrika Selatan dan telah memegang kewarganegaraan AS sejak 2002.

    Setelah mengunggah jajak pendapat, Musk memaparkan kemungkinan rencana pertempuran politik untuk merebut kursi DPR dan Senat yang rentan dan menjadi ‘suara penentu’ pada undang-undang utama.

    “Salah satu cara untuk melaksanakannya adalah dengan berfokus pada hanya 2 atau 3 kursi Senat dan 8 hingga 10 distrik DPR,” ujar Musk.

    Sebagai informasi, 435 kursi DPR AS diperebutkan setiap 2 tahun, sementara sekitar sepertiga dari 100 anggota Senat, yang menjabat selama enam tahun, dipilih setiap dua tahun.

    Beberapa pengamat dengan cepat menunjukkan bagaimana kampanye pihak ketiga secara historis telah memecah suara, seperti yang dilakukan oleh pencalonan presiden independen pengusaha Ross Perot pada tahun 1992 ketika hal itu membantu menghancurkan upaya pemilihan kembali George HW Bush yang mengakibatkan kemenangan Demokrat Bill Clinton.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk Bentuk Partai buat Lawan Kebijakan Trump

    Elon Musk Bentuk Partai buat Lawan Kebijakan Trump

    Jakarta

    Elon Musk membuat gebrakan baru di Amerika Serikat (AS). Orang terkaya dunia versi Forbes itu mengumumkan pembentukan partai politik bernama America Party, yang disebutnya akan mengembalikan kebebasan rakyat AS.

    “America Party akan memberikan kembali kebebasan Anda. Dengan faktor 2 banding 1, Anda menginginkan partai politik baru dan Anda akan mendapatkannya!” tulis Musk melalui akun X pribadinya, dikutip dari CNBC, Minggu (6/7/2025).

    Bos Tesla itu menjelaskan, partai barunya tidak berambisi besar dalam perebutan kursi, melainkan fokus pada 2 hingga 3 kursi Senat dan 8 sampai 10 kursi DPR. Target ini cukup untuk mempengaruhi keputusan legislasi, khususnya soal undang-undang yang dianggap kontroversial.

    “Mengingat margin legislatif yang sangat tipis, itu akan cukup untuk menjadi suara penentu pada undang-undang yang kontroversial, memastikan bahwa undang-undang tersebut melayani keinginan sejati rakyat,” terang Musk.

    Namun, ia belum mengungkap apakah partai ini sudah terdaftar resmi di Komite Pemilihan Federal AS.

    Sebagai catatan, Musk dikenal aktif dalam dunia politik AS selama beberapa tahun terakhir. Ia pernah menjadi sponsor besar dalam kampanye pemilihan presiden, dengan total sumbangan mencapai US$ 280 juta. Dukungan terbesarnya diberikan kepada Donald Trump saat kampanye presiden.

    Meski sempat dekat, hubungan keduanya kini renggang. Musk dan Trump bahkan kerap saling sindir di media sosial setelah berselisih pandangan soal kebijakan fiskal pemerintah.

    “Jelas terlihat dengan pengeluaran yang gila-gilaan dari RUU ini, yang meningkatkan pagu utang hingga rekor LIMA TRILIUN DOLAR bahwa kita hidup di negara satu partai PORKY PIG PARTY!!” sindir Musk di media sosial.

    (ada/rrd)

  • Mobil Murah Tak Kunjung Datang, Konsumen Kabur

    Mobil Murah Tak Kunjung Datang, Konsumen Kabur

    Jakarta

    Tesla makin keteteran di pasar mobil listrik global. Di saat persaingan makin sengit dan minat konsumen mulai goyah, merek mobil listrik asal Amerika Serikat ini justru belum menepati janjinya untuk menghadirkan kendaraan dengan harga terjangkau.

    Dikutip dari Forbes, lesunya penjualan Tesla terjadi hampir di seluruh pasar utama. Di Eropa, Tesla mencatat penurunan selama lima bulan berturut-turut.

    Data menyebutkan, penjualan Tesla di Amerika Serikat yang notabene pasar domestik sekaligus basis produksi utama mereka terus melemah. Bahkan di China yang selama ini jadi pasar kunci, penjualan Tesla turun hingga 15% di bulan lalu.

    Sepanjang kuartal II 2025, Tesla hanya mampu mengirimkan 384.122 unit kendaraan listrik ke pasar global. Angka itu turun 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan jadi penurunan kuartal ketiga berturut-turut.

    Tesla Model Y Foto: (Rangga Rahadiansyah/detikOto)

    Salah satu penyebab utama adalah absennya model entry-level yang sebelumnya dijanjikan Elon Musk. Model Y versi murah yang sempat digadang-gadang meluncur tahun ini, justru ditunda.

    Tak hanya itu, babak belur Tesla di pasar Otomotif ini terjadi karena berkurangnya minat beli masyarakat Amerika Serikat akan mobil listrik.

    Dari studi yang dilakukan oleh AAA (American Automobile Association) pada Juni 2025 minat beli masyarakat Amerika Serikat akan mobil listrik kian menurun. Disebutkan bahwa hanya 16% orang dewasa di Amerika Serikat yang menyatakan ingin membeli EV. Padahal pada 2022, angkanya masih di 25%.

    Reputasi pribadi Elon Musk yang belakangan dekat dengan Presiden AS Donald Trump juga mempengaruhi persepsi konsumen. Business Insider mencatat, banyak konsumen mulai berpaling dari Tesla karena citra politik Musk yang dianggap kontroversial.

    Di sisi lain, persaingan dari merek mobil listrik China semakin tajam. Tesla juga disebut salah strategi untuk menghadapi perang di skena otomotif global. Diketahui bahwa merek lain mulai mengalihkan fokus ke kendaraan hybrid sebagai alternatif, Tesla justru makin fokus ke teknologi futuristik seperti robotaxi dan AI. Padahal, bisnis utamanya saat ini masih bergantung pada penjualan mobil listrik dan baterai.

    Solusi Elon Musk: Pecat Orang Kepercayaannya

    Di tengah situasi sulit ini, CEO Tesla Elon Musk mengambil keputusan drastis. Ia memecat Omead Afshar, Kepala Operasional untuk wilayah Amerika Utara dan Eropa.

    Padahal, Afshar dikenal sebagai salah satu orang kepercayaan Musk. Ia bergabung sejak 2017 sebagai insinyur, lalu naik menjadi Wakil Presiden yang membawahi operasional di dua pasar terbesar Tesla.

    Pemecatan dilakukan menjelang tutup kuartal II 2025, dan diyakini sebagai langkah Musk untuk merespons tekanan yang kian besar dari investor dan publik.
    “Afshar selama ini dikenal sebagai tangan kanan Musk. Bahkan dia yang memimpin perayaan peluncuran robotaxi Tesla di Austin bulan lalu,” tulis Forbes.

    (mhg/din)

  • Trump Teken UU Pajak-Anggaran ‘Big Beautiful’ Saat Seremoni 4 Juli

    Trump Teken UU Pajak-Anggaran ‘Big Beautiful’ Saat Seremoni 4 Juli

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani rancangan undang-undang (RUU) pajak dan belanja negara yang disebut “One Big Beautiful Bill” pada Jumat (4/7), saat seremoni hari kemerdekaan AS 4 Juli di Gedung Putih. Ini menandai RUU itu telah resmi menjadi undang-undang yang akan berlaku di AS.

    Penandatanganan ini, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (5/7/2025), dilakukan setelah parlemen AS, yang didominasi politisi Partai Republik, meloloskan RUU yang menuai kritikan dari Partai Demokrat dan miliarder terkemuka AS, Elon Musk, mantan sekutu dekat Trump.

    “Amerika menang, menang, memang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Trump sebelum menandatangani RUU tersebut dalam seremoni yang digelar di luar ruangan di South Lawn Gedung Putih, tepat saat perayaan 4 Juli.

    Undang-undang itu menjadi perwujudan dari banyak janji kampanye Trump, mulai dari memperpanjang pemotongan pajak sejak masa jabatan pertamanya, meningkatkan pengeluaran militer, dan menyediakan dana baru yang besar untuk upaya deportasi migran oleh pemerintahan Trump.

    “Itu bagus. One Big Beautiful Bill,” ucap Trump saat menandatangani dokumen UU itu dengan diapit oleh sejumlah anggota parlemen AS dari Partai Republik.

    Trump berusaha mengecilkan kritikan dari kalangan Partai Demokrat yang menilai UU itu akan memangkas program kesejahteraan sosial, dengan mengatakan: “Anda bahkan tidak akan menyadarinya”.

    Undang-undang yang akan mendanai penindakan keras Trump terhadap imigrasi itu, menjadikan pemotongan pajak yang berlaku tahun 2017 permanen, dan diperkirakan akan melepaskan jutaan warga Amerika dari asuransi kesehatan.

    Lihat juga Video ‘Trump Lagi-lagi Ngaku Kecewa ke Putin: Dia Tak Mau Hentikan Perang’:

    DPR AS meloloskan RUU itu dengan 218 suara dukungan melawan 214 suara yang menolak — semua anggota DPR dari Partai Demokrat memberikan penolakan. Dua anggota DPR dari Partai Republik — dari total 220 anggota Republikan — bergabung dengan para anggota DPR dari Partai Demokrat dalam menolak RUU itu.

    “Saya tidak pernah melihat orang-orang begitu bahagia di negara kita karena hal itu, karena begitu banyak kelompok orang yang berbeda yang sedang diurus: militer, warga sipil dari semua golongan, pekerjaan dari semua jenis,” ucap Trump saat berpidato dalam seremoni itu.

    Trump berterima kasih kepada Ketua DPR AS Mike Johnson dan Pemimpin Mayoritas Senat AS John Thune yang membawa RUU itu diloloskan melalui dua majelis dalam Kongres AS.

    “Jadi, Anda memiliki pemotongan pajak terbesar, pemotongan pengeluaran terbesar, investasi keamanan perbatasan terbesar dalam sejarah Amerika,” kata Trump.

    Seremoni penandatanganan itu diwarnai oleh jet-jet militer AS yang terbang di atas kepala dan kehadiran ratusan pendukung Trump. Didampingi Ibu Negara AS, Melania, Trump kemudian menyaksikan dari balkon Gedung Putih saat dua pesawat pengebom B-2 mengudara dengan disertai jet tempur F-35 dan F-22.

    Lihat juga Video ‘Trump Lagi-lagi Ngaku Kecewa ke Putin: Dia Tak Mau Hentikan Perang’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk Ditendang, NASA Bisa Tetap Pergi ke Bulan

    Elon Musk Ditendang, NASA Bisa Tetap Pergi ke Bulan

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA akhirnya mendapatkan alokasi anggaran US$ 10 miliar (Rp 161,7) triliun untuk misi perjalanan ke Bulan, dari pemerintah Amerika Serikat. Program ini sebelumnya ditentang oleh Elon Musk, CEO SpaceX yang kini telah tersingkir dari lingkaran orang terdekat Presiden Donald Trump.

    Hampir setengah dari total anggaran tersebut akan digunakan oleh NASA untuk membangun dua sistem peluncuran roket Space Launch System (SLS) untuk misi Artemis IV dan Artemis V.

    Sisanya akan digunakan untuk membangun stasiun luar angkasa pertama yang mengorbit Bulan. Pembangunan stasiun luar angkasa di Bulan dibutuhkan untuk “memastikan kehadiran manusia secara berkesinambungan di Bulan.”

    Musk sebelum mengkritik roket SLS karena sistem pendorong tersebut hanya bisa dipakai sekali, tidak seperti roket buatan SpaceX yang bisa digunakan berulang kali. “Membuat saya sedih, karena miliaran dolar meledak untuk setiap peluncuran.”

    Presiden AS Donald Trump, saat masih “akrab” dengan Musk, sempat mengusulkan agar misi Artemis dicoret dari anggaran belanja pemerintah AS.

    Dalam anggaran yang baru disepakati oleh kongres, NASA juga mendapatkan dana untuk mengirim sampel yang dikumpulkan oleh robot di Mars kembali ke Bumi. Dana juga disiapkan untuk membangun wahana Orion sebagai kendaraan misi Artemis dan alokasi misi di ISS selama 5 tahun ke depan.

    Berdasarkan hasil riset Pew, hanya sebagian kecil warga Amerika Serikat yang menilai misi perjalanan ke Bulan dan Mars tetap menjadi prioritas NASA. Mereka lebih takut terhadap ancaman hantaman asteroid ke Bumi dan “kiamat” perubahan iklim.

    Berdasarkan hasil survei, hanya 12 persen warga AS yang merasa prioritas anggaran NASA sebaiknya digunakan untuk mengirim astronaut ke Bulan dan ke Mars.

    Mayoritas warga AS memilih prioritas yang lain untuk NASA dalam 5 hingga 10 tahun ke depan yaitu, pemantauan asteroid dan perubahan iklim di Bumi.

    Keinginan penduduk Amerika bertentangan dengan kebijakan kongres AS yang mengalokasikan mayoritas anggaran NASA untuk membiayai misi perjalanan luar angkasa Artemis. Di sisi lain, anggaran misi NASA untuk sains bakal dipangkas.

    Mayoritas warga AS (65 persen), menurut Tech Crunch, menilai posisi negaranya sebagai pemimpin dalam teknologi dan pencapaian luar angkasa sangat penting. Riset Pew juga menunjukkan bahwa penduduk Amerika sangsi kebijakan untuk menarik pihak swasta di industri luar angkasa akan sukses.

    Penduduk AS menilai NASA harus tetap memegang peran kunci di tengah agresivitas perusahaan swasta seperti SpaceX milik Elon Musk dan Blue Origin milik Jeff Bezos.

    SpaceX dan Blue Origin telah bekerja sama erat dengan NASA dalam pengembangan berbagai teknologi. Bahkan, roket milik SpaceX kini menjadi andalan NASA untuk mengirim astronaut ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

    Selain itu, perusahaan swasta mengambil peran utama dalam bisnis “wisata luar angkasa”. Proyek Artemis, yang bertujuan mengirim manusia ke bulan kini juga telah memasuki misi kedua.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tesla Makin Hancur Lebur, Elon Musk Bye!

    Tesla Makin Hancur Lebur, Elon Musk Bye!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla makin terpuruk. Penjualan mobilnya terus mengalami penurunan di saat CEO Elon Musk terlibat perseteruan dengan Presiden AS Donald Trump.

    Dalam laporan Produksi, Pengiriman, dan Penerapan Tesla yang dipublikasikan di situs resmi Tesla, raksasa tersebut melaporkan pengiriman mobil listrik sebanyak 384.122 unit sepanjang kuartal-II (Q2) 2025.

    Angka itu turun 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 443.956 unit.

    Laporan ini sesuai dengan prediksi analis Wall Street yang mengatakan penjualan Tesla lesu di Eropa. Faktornya beragam, mulai dari tekanan persaingan dari merek mobil listrik China, reputasi politik Musk juga membuat konsumen enggan membeli produk Tesla, menurut laporan Business Insider.

    Tak cuma itu, Tesla juga masih menjual produk-produk lawas. Perusahaan sudah berkali-kali mengumbar akan merilis mobil listrik murah, namun belum juga terealisasi.

    Pada April lalu, Tesla mengumumkan penundaan untuk Model Y versi terjangkau. Cybertruck merupakan peluncuran besar terakhir Tesla, tetapi harganya yang dipatok mulai US$60.000 (Rp970 jutaan) kurang diminati secara luas, dikutip dari PCMag, Jumat (4/7/2025).

    Tesla juga berinvestasi besar dalam bidang otonomi dan memperkenalkan 10 robotaxi Model Y yang dapat mengemudi sendiri di Austin bulan lalu. Namun, inisiatif itu dikatakan bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan pendapatan.

    Laporan kinerja Tesla yang buruk sudah menjadi hal normal dalam beberapa periode belakangan. Sepanjang 2024, kinerja perusahaan turun 1%.

    Pada Q1 2025, Tesla menunjukkan penurunan 13% dibandingkan Q1 2024 dan anjlok 20% dibandingkan Q1 2023.

    PCMag mencatat, Musk harus menyiapkan jawaban yang masuk akal pada 23 Juli 2025 mendatang, ketika perusahaan mengumumkan hasil kinerja keuangan dan menghadapi rentetan pertanyaan dari para analis.

    Secara keseluruhan, minat konsumen terhadap mobil listrik memang jatuh ke level terendah sejak 2019, menurut studi pada Juni 2025 dari AAA. Hanya 16% orang dewasa di AS yang mengaku berniat membeli mobil listrik.

    Angka itu turun dari 25% pada 2022 silam. Alasannya beragam, antara lain harga yang mahal, kecemasan jangkauan, hingga kekhawatiran terkait perbaikan baterai mobil yang ribet dan berbiaya tinggi.

    Politik juga memainkan peran kecil, terutama kecemasan atas berakhirnya keringanan pajak federal sebesar US$7.500. Versi terkini dari RUU Big Beautiful, yang sekarang sedang dipertimbangkan di DPR, akan mengakhiri keringanan pajak pada bulan September 2025 mendatang.

    Namun, masih ada kemungkinan untuk meraih kesuksesan dalam bisnis mobil listrik di AS. Penjualan mobil listrik General Motors naik 111% dari tahun-ke-tahun (YoY).

    Namun, produsen mobil lain melaporkan penurunan, termasuk Ford, Kia, dan Hyundai, menurut laporan The Wall Street Journal. Kasus Ford unik, dan terkait dengan pergantian pabrik untuk versi 2025 untuk dua dari tiga modelnya, menurut Bloomberg.

    Di sisi lain, minat terhadap mobil hibrida (bukan EV penuh) tengah tumbuh di AS. Ford kini melaporkan angka penjualan gabungan untuk mobil listrik murni dan hibrida tumbuh 6,6% pada Q2 2025, menurut laporan CNBC International.

    Toyota, pembuat Prius, berencana untuk menawarkan lebih banyak mobil hibrida plug-in (PHEV) yang menawarkan jarak tempuh tertentu dengan tenaga listrik penuh beserta tangki bensin sebagai cadangan.

    Perusahaan tersebut mengumumkan rencana pada bulan Mei untuk meningkatkan kategori penjualan tersebut dari 2,4% menjadi 20% pada tahun 2030.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Mendadak Jadi Idola di China Usai Kritik Trump

    Elon Musk Mendadak Jadi Idola di China Usai Kritik Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Elon Musk dan Donald Trump membawa fenomena baru di China. Ramai-ramai melontarkan dukungan terhadap CEO Tesla dan SpaceX melalui platform media sosial Weibo.

    Pada Rabu (4/7/2025), setelah RUU yang ditentang Musk dan didukung Trump lolos di Senat AS, tanda pagar #MuskWantsToBuildAnAmericaParty (Musk ingin membangun Partai Amerika) viral di Weibo.

    Tak tanggung-tanggung, tagar tersebut menghimpun lebih dari 37 juta views dalam waktu singkat. Para netizen China mengutarakan dukungan mereka terhadap Musk dan inisiatifnya untuk membuat partai baru yang menengahi Demokrat-Republik.

    “Jika Elon Musk mendirikan partai politik, pola pikirnya yang digerakkan oleh teknologi dapat menyuntikkan energi baru ke dalam politik. Potensi perubahannya signifikan dan patut diperhatikan,” tulis seorang pengguna Weibo, dikutip dari The Guardian, Jumat (4/7/2025).

    “Jika Anda sudah merasa muak, Anda tidak perlu lagi terus-terusan menahannya,” tulis yang lain.

    Salah satu komentar merangkum keseluruhan ‘tone’ obrolan di Weibo terkait pertikaian antara Musk dan Trump, serta inisiatifnya membentuk partai.

    “Saudara Musk, Anda mendapat dukungan dari miliaran orang [China],” tulis komentar tersebut.

    Kedekatan Musk dan China

    Musk merupakan sosok yang sangat dihormati di China karena inovasinya di sektor teknologi. Ia merupakan pendiri dan CEO banyak perusahaan seperti Tesla, SpaceX, xAI, dan X.

    Mobil listrik Tesla adalah satu-satunya merek Barat yang mengaspal di jalanan China dan dapat menyaingi perusahaan domestik. Pabrik terbesar Tesla berdasarkan volume berada di Shanghai.

    Musk juga dikenal memiliki hubungan dekat dengan perdana menteri China, Li Qiang. Sementara itu, ibu Musk, Maye Musk, adalah selebritas media sosial di China.

    Popularitas Musk di China juga sejalan dengan tren masyarakat China yang antusias menyambut inovator teknologi AS. Biografi pendiri Apple, Steve Jobs, karya Walter Isaacson menjadi bestseller di China.

    Masalah Elon Musk Vs Trump

    Seperti diketahui, Musk beberapa saat lalu menghujat RUU yang didukung Trump terkait pemotongan pajak, belanja pertahanan, dan penguatan perbatasan.

    Musk mengatakan RUU itu akan menghancurkan ekonomi AS dan mencetak banyak pengangguran. Ia juga menuduh pemerintahan Trump mengutamakan industri masa lalu dan tak berpihak pada inovasi masa depan.

    Sebagai informasi, dalam RUU yang didukung Trump, akan ada kenaikan pajak untuk sejumlah proyek energi surya, baterai, panas bumi, angin dan nuklir. RUU juga akan memberikan subsidi baru pada batu bara yang digunakan dalam produksi baja.

    Menanggapi kritik tajam dari Musk, Trump membalas dengan keras melalui akun Truth Social miliknya.

    Trump mengatakan Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) perlu mengusut tuntas praktik bisnis Musk. Trump mengatakan selama ini Musk adalah sosok pengusaha yang paling banyak mendapatkan subsidi di muka Bumi.

    Seperti diketahui, Musk yang tadinya merupakan penasihat khusus Trump sempat ditunjuk untuk mengepalai DOGE. Musk lantas mengundurkan diri dengan alasan ingin lebin fokus mengurus bisnisnya. DOGE dibentuk untuk memangkas anggaran pemerintah federal.

    “Tanpa subsidi, Elon Musk kemungkinan harus menutup bisnis dan kembali ke Afrika Selatan,” kata Trump, dikutip dari akun Truth Social-nya.

    “Tak ada lagi peluncuran roket, satelit, dan produksi mobil listrik. Negara kita akan menghemat sangat besar,” Trump menambahkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Studi NASA Ungkap Puluhan Ribu Satelit Starlink Bakal Rusak Lapisan Ozon

    Studi NASA Ungkap Puluhan Ribu Satelit Starlink Bakal Rusak Lapisan Ozon

    Bisnis.com, JAKARTA – Satelit orbit rendah (LEO) seperti Starlink dapat mengikis lapisan ozon Bumi saat mereka keluar dari orbit. Hal ini diungkapkan oleh studi yang didanai NASA dan diterbitkan dalam Geophysical Research Letters pada Juni 2024.

    Mengutip Cnet.com, Kamis (3/7/2025)  satelit Starlink yang mencapai akhir masa pakainya terbakar di atmosfer Bumi dan meninggalkan partikel kecil aluminium oksida. Partikel-partikel ini kemudian turun ke lapisan ozon, yang berfungsi menyerap radiasi ultraviolet berbahaya.

    Para peneliti – yang berasal dari University of Southern California – menemukan jumlah oksida ini meningkat delapan kali lipat dari 2016 hingga 2022. Namun, tidak semua dari partikel ini disebabkan oleh Starlink meskipun satelit Elon Musk itu memiliki armada terbesar.

    Menurut data yang dikumpulkan oleh astrofisikawan Jonathan McDowell, dari sekitar 10.000 objek aktif di orbit rendah Bumi, lebih dari 7.750 di antaranya merupakan milik Starlink.

    Laporan Space.com mengatakan perusahaan tersebut saat ini memiliki izin untuk meluncurkan 12.000 satelit lagi dan berencana menambah hingga 42.000 satelit pada masa mendatang.

    Perlu diketahui, satelit-satelit ini dirancang untuk bertahan sekitar 5 tahun. Sebuah satelit seberat 550 pon disebut akan melepaskan sekitar 66 pon partikel nano aluminium oksida saat masuk kembali ke atmosfer.

    Satelit-satelit Starlink juga menjadi semakin berat seiring waktu, dengan versi terbaru memiliki berat sekitar 2.760 pon.

    Aluminium tersebut sebagian besar akan dilepaskan di ketinggian antara 30 hingga 50 mil di atas permukaan Bumi. Namun, kemudian akan melayang turun ke lapisan ozon, yang diperkirakan memakan waktu sekitar 30 tahun.

    Dampaknya dikatakan sudah mulai terlihat — satelit yang terbakar pada tahun 2022 menyebabkan peningkatan kadar aluminium di atmosfer sebesar 29,5% di atas tingkat alami. Para peneliti bahkan menyebut situasinya akan semakin buruk.

    Salah satu penulis studi Geophysical Research Letters Joseph Wang berkomentar kondisi ini menjadi perhatian karena banyaknya satelit yang akan diluncurkan di masa depan.

    “Kami memperkirakan kelebihan tahunan lebih dari 640% dibandingkan tingkat alami. Berdasarkan proyeksi tersebut, kami sangat khawatir,” kata Wang seperti dikutip Bisnis pada Kamis (3/7/2025).

    Peneliti mengatakan berbeda dengan zat lain yang merusak lapisan ozon, partikel aluminium oksida tidak habis dalam proses tersebut. Partikel-partikel ini dinilai terus merusak lapisan ozon hingga akhirnya turun secara alami ke ketinggian yang lebih rendah, yang bisa memakan waktu sekitar 30 tahun.

    Apabila Starlink berkembang sesuai dengan rencana, lebih dari 8.000 satelit dapat terbakar di atmosfer setiap tahunnya.

    Sebagai informasi, para peneliti menggunakan model prediksi untuk memperhitungkan pertumbuhan jumlah satelit di angkasa dan menemukan bahwa jumlah aluminium bisa meningkat hingga 360 metrik ton — atau 640% di atas tingkat alami.