Tag: Elon Musk

  • Lima Negara Uni Eropa Uji Coba Aplikasi Verifikasi Usia untuk Melindungi Anak-anak

    Lima Negara Uni Eropa Uji Coba Aplikasi Verifikasi Usia untuk Melindungi Anak-anak

    JAKARTA – Prancis, Spanyol, Italia, Denmark, dan Yunani akan menguji coba model aplikasi verifikasi usia untuk melindungi anak-anak di dunia daring. Hal ini dikatakan Komisi Eropa pada Senin, 14 Juluii, di tengah kekhawatiran global yang meningkat tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak-anak.

    Aplikasi verifikasi usia ini dibangun berdasarkan spesifikasi teknis yang sama dengan Dompet Identitas Digital Eropa yang akan diluncurkan tahun 2026. Kelima negara dapat menyesuaikan model ini sesuai kebutuhan mereka, mengintegrasikannya ke dalam aplikasi nasional atau menjadikannya aplikasi terpisah.

    Komisi Eropa juga menerbitkan pedoman bagi platform daring untuk mengambil langkah-langkah melindungi anak di bawah umur sebagai bagian dari kepatuhan terhadap Undang-Undang Layanan Digital (Digital Services Act/DSA) Uni Eropa.

    Undang-undang penting ini, yang mulai berlaku tahun lalu, mewajibkan perusahaan seperti Google milik Alphabet, Meta Platforms, TikTok milik ByteDance, dan perusahaan daring lainnya untuk berbuat lebih banyak dalam menangani konten daring yang ilegal dan berbahaya.

    Platform seperti X milik Elon Musk, TikTok, Facebook dan Instagram milik Meta, serta beberapa situs web konten dewasa sedang diselidiki oleh regulator Uni Eropa terkait kepatuhan mereka terhadap DSA.

    Regulator Uni Eropa menyatakan bahwa pedoman baru ini akan membantu platform daring menangani desain yang menyebabkan kecanduan, perundungan siber, konten berbahaya, dan kontak yang tidak diinginkan dari orang asing.

    “Platform tidak punya alasan untuk melanjutkan praktik yang membahayakan anak-anak,” kata kepala teknologi Uni Eropa, Henna Virkkunen, dikutip VOI dari Reuters.

    Dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak-anak telah menjadi perhatian global yang meningkat. Puluhan negara bagian di Amerika Serikat menggugat Meta, sementara Australia tahun 2024 sudah melarang media sosial untuk anak di bawah usia 16 tahun.

  • Roket Elon Musk Bawa Objek Misterius Milik Israel ke Luar Angkasa

    Roket Elon Musk Bawa Objek Misterius Milik Israel ke Luar Angkasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan antariksa milik Elon Musk, SpaceX, meluncurkan satelit misterius pada Minggu dini hari (13/7/2025). Tidak seperti peluncuran satelit lain, SpaceX tidak mengumumkan rencana peluncuran tersebut.

    Satelit misterius diluncurkan dari Space Coast menuju orbit geostasioner menggunakan roket Falcon 9 dalam misi yang diberi nama Commercial GTO-1.

    Orbit geostasioner berada 35.786 kilometer di atas permukaan Bumi. Pada ketinggian ini, kecepatan orbit sama dengan kecepatan rotasi Bumi sehingga satelit terus menerus berada di posisi yang sama.

    Meskipun tidak diumumkan SpaceX, Space melaporkan bahwa muatan yang dibawa oleh Falcon 9 adalah satelit Dror-1 buatan Israel Aerospace Industries (IAI).

    Menurut Times of Israel, Dror-1 adalah satelit komunikasi paling canggih buatan Israel yang beratnya mencapai 4,5 ton dan dilengkapi oleh sepasang antena atau parabola. Satelit tersebut disiapkan untuk beroperasi selama 15 tahun ke depan.

    ISI menyatakan Dror-1 memiliki kemampuan sebagai “smartphone di luar angkasa. “Ini adalah satelit yang sepenuhnya digital, bisa upload aplikasi. Mereka bisa menyiarkan data dari satu antena ke antena lain,” kata Shiomi Sudri, manajer di IAI. 

    Peluncuran rahasia sangat jarang dilakukan oleh SpaceX, yang selalu menyiarkan peluncuran roket mereka di internet. Selain satelit Israel, peluncuran yang juga dirahasiakan oleh SpaceX adalah misi di bawah National Reconnaissance Office dan divisi luar angkasa tentara AS, Space Force atas nama keamanan nasional.

    SpaceX juga pernah merahasiakan peluncuran untuk perusahaan swasta yaitu misi TD7 pada November 2024. Keterbukaan di bursa saham menyatakan muatan peluncuran tersebut diberi nama Optus-X miliki perusahaan bernama Optus yang terafiliasi dengan SingTel Australia Investment Ltd.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Mau Bunuh ChatGPT, Begini Taktik Barunya

    Elon Musk Mau Bunuh ChatGPT, Begini Taktik Barunya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk kembali bikin gebrakan untuk menguasasi industri kecerdasan buatan (AI). SpaceX miliknya dilaporkan menyuntikkan dana jumbo sebesar US$2 miliar (Rp32 triliun) ke startup kecerdasan buatan xAI yang juga miliknya. Langkah ini disebut sebagai strategi besar Musk untuk menyaingi bahkan mengalahkan dominasi ChatGPT milik OpenAI.

    Laporan Wall Street Journal mengungkap, suntikan dana dari SpaceX itu merupakan bagian dari pendanaan ekuitas senilai US$5 miliar. Sebelumnya, X milik Elon Musk juga mengumumkan merger dengan xAI yang membuat valuasi gabungan kedua perusahaan mencapai US$113 miliar.

    Chatbot besutan xAI yang diberi nama Grok kini mulai dimanfaatkan untuk mendukung layanan pelanggan Starlink. Musk bahkan berencana mengintegrasikan Grok ke dalam robot humanoid Tesla bernama Optimus.

    Menariknya, Musk menyebut Grok sebagai “AI paling cerdas di dunia”, meskipun sebelumnya sempat menuai kritik atas sejumlah respons kontroversialnya.

    Ia juga mengisyaratkan bahwa Tesla berpotensi ikut masuk ke jajaran investor xAI. Namun, dalam unggahannya di X, Musk menyatakan bahwa keputusan akhir tentang investasi Tesla di xAI bukan di tangannya, melainkan di tangan para pemegang saham, demikian dikutip dari Reuters, Senin (14/7/2025).

    Tahun lalu, Musk juga melakukan jajak pendapat kepada pengguna X tentang apakah Tesla harus berinvestasi US$5 miliar di xAI, dan saat itu ia hanya menguji coba.

    “Itu bukan keputusan saya. Jika itu keputusan saya, Tesla pasti sudah berinvestasi di xAI sejak lama. Kita akan mengadakan pemungutan suara pemegang saham mengenai hal ini,” tulis Musk dalam unggahannya di X.

    Hingga kini, pihak SpaceX, xAI, maupun Tesla belum memberikan komentar resmi terkait laporan tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Terungkap Rencana Starlink Usai Setop Layanan RI Buat Pelanggan Baru

    Terungkap Rencana Starlink Usai Setop Layanan RI Buat Pelanggan Baru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Starlink tengah berproses menambah kapasitas jaringannya. Ini dilakukan usai layanan internet berbasis satelit menutup pendaftaran untuk pelanggan baru.

    “Saat ini, Starlink sedang berproses untuk menambah kapasitas jaringannya melalui pita frekuensi E-Band untuk komunikasi dari gateway ke satelitnya,” kata Dirjen Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Wayan Toni kepada CNBC Indonesia, Senin (14/7/2025).

    “Proses evaluasi pun tengah dilakukan terhadap semua kewajiban Starlink di dalam Hak Labuh yang telah diterbitkan sebelumnya,” dia menambahkan.

    Wayan menjelaskan keputusan itu sepenuhnya berasal dari Starlink. Alasan penghentian sementara karena kapasitas jaringan yang disediakan untuk Indonesia telah penuh.

    “Keputusan untuk menghentikan sementara layanan bagi pelanggan baru sepenuhnya merupakan keputusan dari Starlink. Alasan mereka menghentikan sementara layanan bagi pelanggan baru tersebut adalah karena dinilai kapasitas jaringan starlink yang tersedia untuk Indonesia saat ini telah penuh untuk pelanggan eksisting,” jelasnya.

    Penutupan pendaftaran itu dilakukan lebih dari setahun setelah layanan diluncurkan di Indonesia pada Mei 2024. Elon Musk, bos SpaceX, langsung hadir saat peresmian Starlink di tanah air.

    Untuk beroperasi di Indonesia, Starlink telah memiliki izin operasional bisnis internet satelit (VSAT) dan Layanan Akses Internet (ISP) dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    Starlink, dalam pengumuman resminya, mengatakan belum bisa memberikan kapan layanan akan tersedia lagi di Indonesia. Perusahaan juga melakukan kerja sama dengan pihak lokal agar bisa membawa layananya secepat mungkin.

    Berikut isi pengumuman Starlink tersebut:

    Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitas yang terjual habis di seluruh Indonesia.

    Selain itu, aktivasi kit baru dihentikan sementara untuk pelanggan yang membeli melalui retail atau penjual pihak ketiga.

    Namun, Anda masih dapat menempatkan deposit untuk memesan tempat Anda dalam daftar tunggu dan menerima pemberitahuan segera setelah layanan tersedia kembali.

    Harap dicatat bahwa kami tidak dapat memberikan perkiraan waktu ketersediaan, tetapi tim kami bekerja sama dengan pihak lokal untuk membawa Starlink ke Indonesia secepat mungkin.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Respons Komdigi soal Starlink Hentikan Pendaftaran Pelanggan Baru di Indonesia

    Respons Komdigi soal Starlink Hentikan Pendaftaran Pelanggan Baru di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) merespons langkah Starlink yang menghentikan layanan untuk pelanggan baru di Indonesia

    Keputusan tersebut diumumkan Starlink melalui situs resminya dan mulai berlaku sejak awal Juli 2025.

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni Supriyanto menilai keputusan ini merupakan inisiatif dari penyedia layanan internet berbasis satelit tersebut karena keterbatasan kapasitas jaringan yang mereka miliki saat ini. 

    “Karena memang inisiatif mereka karena kapasitas jaringan mereka sudah habis untuk pelanggan eksisting,” kata Wayan saat dihubungi Bisnis pada Senin (14/7/2025). 

    Wayan juga menekankan pasar layanan satelit Indonesia tidak hanya bergantung pada Starlink. Kehadiran Starlink sebelumnya digadang-gadang sebagai solusi konektivitas di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

    “Masih banyak layanan satelit lainnya misalnya seperti milik Telkomsat, PSN, OneWeb, dan lain-lain,” kata Wayan.

    Terkait dengan tarif layanan Starlink yang selama ini dinilai lebih kompetitif dibandingkan penyedia layanan lainnya, Komdigi menegaskan pihaknya tetap memantau kesesuaian harga dengan regulasi yang berlaku. 

    “Untuk tarif kami melihatnya masih sesuai ketentuan yang ada,” imbuhnya.

    Diberitakan sebelumnya, Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di Indonesia lataran kehabisan kapasitas.  

    Perusahaan menyebut aktivasi perangkat baru juga dihentikan sementara bagi pelanggan yang membeli melalui toko ritel atau penjual pihak ketiga. 

    “Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitasnya telah habis terjual di seluruh Indonesia,” demikian tulis Starlink di laman resminya pada Minggu, 13 Juli 2025. 

    Starlink hadir di Indonesia sejak Juni 2022, beroperasi di bawah kerja sama dengan PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat). Belakangan, penjualan internet besutan Elon Musk itu memang meningkat khususnya untuk penjualan layanan satelit orbit rendah untuk Starlink untuk segmen korporasi mengalami peningkatan. Pun, dengan layanan satelit GEO seperti High Throughput Satellite (HTS) Merah Putih. 

    SpaceX menyediakan layanan Starlink Business yang menawarkan kecepatan unduh hingga 220 Mbps dan latensi rendah di sebagian besar lokasi, untuk memastikan kelancaran operasional bisnis. Starlink Business menyasar berbagai sektor, termasuk migas, pertambangan, perkebunan, dan operasi lepas pantai, yang seringkali beroperasi di lokasi terpencil.  Adapun di Indonesia perusahaan yang terdaftar sebagai reseller Starlink antara lain telkomsat, Primacom, dan Data Lake Indonesia.

  • Komdigi Buka Suara Starlink Tutup Layanan Buat Pelanggan Baru di RI

    Komdigi Buka Suara Starlink Tutup Layanan Buat Pelanggan Baru di RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Layanan internet berbasis satelit Starlink memutuskan untuk menghentikan layanan untuk pelanggan baru. Keputusan itu dikonfirmasi oleh pihak Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    “Keputusan untuk menghentikan sementara layanan bagi pelanggan baru sepenuhnya merupakan keputusan dari Starlink,” kata Dirjen Infrastruktur Digital, Wayan Toni kepada CNBC Indonesia, Senin (14/7/2025).

    Dia mengatakan alasan menghentikan layanan karena kapasitas jaringan yang disediakan untuk penggunaan di Indonesia telah penuh.

    “Alasan mereka menghentikan sementara layanan bagi pelanggan baru tersebut adalah karena dinilai kapasitas jaringan Starlink yang tersedia untuk Indonesia saat ini telah penuh untuk pelanggan eksisting,” jelasnya.

    Starlink juga tengah berproses menambah kapasitas jaringannya. Penambahan dilakukan dengan pita frekuensi E-band untuk komunikasi dari gateway ke satelit layanan milik pengusaha Elon Musk itu.

    Wayan menambahkan evaluasi tengah dilakukan untuk semua kewajiban Starlink.

    “Saat ini, Starlink sedang berproses untuk menambah kapasitas jaringannya melalui pita frekuensi E-Band untuk komunikasi dari gateway ke satelitnya. Proses evaluasi pun tengah dilakukan terhadap semua kewajiban Starlink di dalam Hak Labuh yang telah diterbitkan sebelumnya,” kata Wayan.

    Dalam situs resminya, Starlink mengumumkan menutup pendaftaran pengguna baru di Indonesia. Aktivasi kita baru sementara yang dibeli melalui retail atau penjual pihak ketiga juga ditutup sementara.

    “Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitas yang terjual habis di seluruh Indonesia,” kata Starlink.

    Masyarakat Indonesia bisa masuk daftar tunggu hingga layanan tersedia kembali. Namun Starlink tak memberikan informasi kapan layanannya akan tersedia lagi untuk pengguna baru di Indonesia.

    Dalam keterangannya itu, Starlink hanya mengatakan tengah bekerja sama dengan pihak lokal agar bisa membuka layanannya secepat mungkin.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Starlink Tutup Pendaftaran Pelanggan Baru di RI, Ini Alasannya

    Starlink Tutup Pendaftaran Pelanggan Baru di RI, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Anda yang ingin menggunakan Starlink di Indonesia sayangnya tak bisa lagi melakukan pendaftaran pengguna baru. Sebab layanan milik Elon Musk itu lagi menerima pelanggan baru di tanah air.

    Dalam pengumumannya di situs resmi, Starlink menuliskan layanannya tidak tersedia untuk pelanggan baru. Pihak perusahaan hanya menjelaskan alasannya karena kapasitasnya sudah terjual habis.

    “Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitas yang terjual habis di seluruh Indonesia,” kata Starlink dikutip Senin (14/7/2025).

    Bukan hanya itu, Starlink juga menghentikan aktivasi kit baru sementara bagi pelanggan yang membeli melalui retail atau penjual pihak ketiga.

    Namun bagi masyarakat Indonesia masih bisa masuk dalam daftar tunggu hingga layanan tersedia kembali. Caranya dengan mendaftar dan memberikan deposit untuk memesan tempat dalam daftar tersebut.

    Starlink tak memberikan informasi kapan layanannya bisa tersedia lagi. Pihak perusahaan hanya mengatakan tengah bekerja sama dengan pihak lokal agar bisa membuka layanannya lagi secepat mungkin.

    Pengumuman ini dilakukan setelah Starlink resmi diluncurkan di Indonesia lebih dari setahun lalu. Pada Mei 2024, bos SpaceX Elon Musk datang langsung ke Bali untuk meresmikan perilisan layanannya di tanah air.

    Starlink juga telah mengantongi izin operasional bisnis internet satelit (VSAT) dan Layanan Akses Internet (ISP) dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Starlink Setop Tambah Pelanggan Baru di RI Kala Kapasitas Menipis

    Starlink Setop Tambah Pelanggan Baru di RI Kala Kapasitas Menipis

    Bisnis.com, JAKARTA — Starlink, satelit orbit rendah (LEO) milik Elon Musk, memutuskan berhenti melayani pelanggan baru di Indonesia akibat kapasitas yang tersedia sudah penuh. 

    Perusahaan dinilai terlalu sibuk melayani pelanggan perkotaan dan daerah ‘gemuk’ yang terjangkau fiber optik, serta luput dalam mengemban misi teknologi satelit yaitu, menyalurkan internet ke daerah yang sulit disentuh serat optik. 

    SpaceX mengungkapkan layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di Indonesia lataran kehabisan kapasitas. Sebagai infrastruktur penyalur internet berbasis satelit, Starlink memiliki kapasitas terbatas untuk memberikan internet kepada pengguna. 

    Pada Juni 2024, layanan internet berbasis satelit orbit bumi rendah Starlink milik Elon Musk diperkirakan memiliki kapasitas total throughput yang sangat besar hingga 23,7 Terabits per second (Tbps), lebih besar dibandingkan dengan satelit orbit rendah (low earth orbit/LEO) lainnya seperti OneWeb.

    Berdasarkan pemaparan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) saat berkunjung ke Bisnis Indonesia, setiap satelit Starlink memiliki kapasitas total throughput mencapai 23,7 Terabits per detik (Tbps). Sementara itu, OneWeb memiliki estimasi kapasitas mencapai 1,56 Tbps per satelit. Telesat memiliki 15 Tbps per satelit. 

    Starlink memiliki kapasitas internet terbesar. Namun, hal tersebut tidak menjamin kapasitas yang tersedia cukup jika pengguna internet di Indonesia terus bertambah. 

    Dilansir dari laman resmi Starlink, Minggu (13/7/2025), perusahaan menyebut aktivasi perangkat baru juga dihentikan sementara bagi pelanggan yang membeli melalui toko ritel atau penjual pihak ketiga.

    “Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitasnya telah habis terjual di seluruh Indonesia,” demikian tulis Starlink.

    Satelit Starlink mengorbit di luar angkasa

    Pada September 2024, Elon Musk mengeklaim Starlink telah menghubungkan 4 juta masyarakat di 100 negara dengan internet. Jumlah pengguna terus bertambah sementara kapasitas terbatas. 

    Terbaru, SpaceX tengah mencari pendanaan hingga Rp6,5 triliun, salah satunya untuk mengatasi masalah kapasitas satelit yang makin terbatas.

    Adapun para pelanggan di Indonesia dapat melakukan deposit untuk memesan daftar tunggu atau pre-order.  Setelah itu, pelanggan yang mengikuti pre-order akan notifikasi segera setelah layanan tersedia kembali.

    “Harap diperhatikan bahwa kami tidak dapat memberikan perkiraan waktu ketersediaan, tetapi tim kami sedang bekerja sama dengan otoritas setempat untuk menghadirkan Starlink ke Indonesia sesegera mungkin,” tulis Starlink.

  • Kapasitas Starlink Penuh, Akademisi Soroti Komitmen Pemerataan Internet Elon Musk

    Kapasitas Starlink Penuh, Akademisi Soroti Komitmen Pemerataan Internet Elon Musk

    Bisnis.com, JAKARTA — Akademisi mengkritisi langkah Elon Musk yang membatasi masyarakat Indonesia untuk mendapat layanan satelit orbit rendah Starlink dengan alasan kapasitas yang tersedia sudah penuh.

    Kehadiran Starlink belum memberikan dampak signifikan terhadap pemerataan internet, karena diduga terlalu sibuk melayani pelanggan di wilayah gemuk atau wilayah dengan nilai ekonomi tinggi. 

    Diketahui, untuk menggunakan layanan Starlink, masyarakat harus membeli perangkat VSAT Starlink dengan harga sekitar Rp4,6 jutaan untuk yang standard.

    Setelah memiliki perangkat, pengguna dikawasan residensial dapat harus membayar layanan senilai Rp750.000 per bulan untuk mendapat akses internet Starlink. Harga tersebut dinilai cukup mahal dan tidak dapat diakses oleh seluruh lapisan. 

    Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward mengaku telah memperkirakan sejak lama akan ‘tragedi’ ini. Bandwidth satelit Starlink terbatas dan akan mencapai titik jenuhnya, sehingga tidak bisa lagi melayani masyarakat. 

    Dia mengatakan langkah Starlink membatasi masyarakat untuk berlangganan Starlink, sangat merugikan masyarakat Indonesia. Di sisi lain, dia juga mempertanyakan komitmen atas izin labuh dan frekuensi yang diberikan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengingat Starlink tidak memberikan pemerataan di seluruh wilayah Indonesia karena kapasitasnya keburu habis  atau penuh. 

    “Seharusnya memang ada kewajiban untuk USO nya. Harus dicek kembali apakah kewajibannya sudah dijalankan?” kata Ian kepada Bisnis, Minggu (13/7/2025). 

    USO (Universal Service Obligation) adalah program pemerintah untuk menyediakan layanan dasar telekomunikasi dan informatika, termasuk internet, di daerah terpencil, perbatasan, dan tertinggal yang tidak terjangkau oleh layanan komersial. Penyelenggara internet memiliki kewajiban untuk melakukan hal ini. 

    Ian juga memperkirakan dampak dari kebijakan Elon Musk, kemungkinan pembangunan hub tidak akan terpenuhi, cakupan seluruh wilayah tidak akan terlaksana, pendapatan negara berkurang dan tidak ideal dengan izin labuh yang diberikan. 

    “Seharusnya dari awal sudah ada berapa trafik yang akan diberikan ke Indonesia. Ini akibat semua sistem bukan dibangun di Indonesia. Penjual perangkat VSAT di Indonesianya yang masih belum terjual, menjadi tidak punya nilai. Harus ditinjau ulang untuk izin labuh dan kewajibannya; perlu dilihat bandwidth yang diberikan dengan kewajaran trafik yang diberikan,” kata Ian. 

    Sementara itu Kepala Bidang Media Asosiasi Satelit Indonesia (Assi) Firdaus Adinugroho menyarankan kepada para pengguna Starlink—baik yang sudah menggunakan maupun yang berencana menggunakan— untuk menunggu kejelasan lebih lanjut terkait langkah teknis maupun kebijakan dari pihak penyedia layanan dan otoritas terkait. 

    Assi juga mendorong agar pemerintah memastikan bahwa kapasitas yang tersedia dari penyedia layanan satelit global seperti Starlink diprioritaskan untuk mendukung konektivitas di wilayah-wilayah yang belum terlayani, khususnya di daerah 3T. 

    “Prinsip keadilan akses dan pemerataan digital tetap harus menjadi pegangan utama dalam setiap kebijakan konektivitas nasional. Di saat yang sama, Assi juga mendorong perlindungan dan pemberdayaan industri satelit nasional agar tetap memiliki ruang tumbuh yang adil dan berkelanjutan, demi menjaga kedaulatan dan ketahanan infrastruktur digital Indonesia,” kata Daus.

  • Konsumen Diuntungkan, Kompetitor punya Peluang

    Konsumen Diuntungkan, Kompetitor punya Peluang

    Bisnis.com, JAKARTA  — Langkah Starlink, layanan internet satelit milik SpaceX, membatasi akses bagi masyarakat Indonesia karena keterbatasan kapasitas dinilai sebagai langkah tepat untuk menjaga kualitas layanan internet. 

    Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan jika kapasitas sudah penuh, maka memang seharusnya pendaftaran pelanggan baru dihentikan sementara hingga kapasitas tersedia kembali. 

    “Sebab kalau dipaksakan konsumen akan rugi tidak mendapatkan layanan sesuai kualitas yang dijanjikan,” ujar Heru kepada Bisnis, Minggu (13/7/2025). 

    Heru menuturkan dengan penghentian sementara ini, pelanggan tidak akan mengalami penurunan kualitas akibat kelebihan beban jaringan.

    Selain itu, kata Heru, dengan berhenti menyasar pelanggan baru, pasar internet Indonesia juga menjadi lebih kompetitif.

    Pembatasan Starlink membuka kesempatan bagi penyedia layanan lain, baik dari sektor satelit maupun seluler, untuk menawarkan solusi alternatif kepada masyarakat yang membutuhkan akses internet.

    “Ini jadi kesempatan bagi pemain lainnya seperti satelit dan seluler untuk memberikan layanan,” kata Heru. 

    Diketahui, saat ini harga layanan Starlink di Indonesia bervariasi tergantung pada paket yang dipilih. Ada dua jenis paket utama: paket residensial (untuk penggunaan rumah tangga) dan paket bisnis. Paket residensial dibandrol dengan harga mulai dari Rp750.000 per bulan hingga Rp5.378.000 per bulan.  

    Sementara itu pemain satelit menilai langkah Starlink yang membatasi layanannya di Indonesia dan menutup diri atas pelanggan baru sempat dikhawatirkan berdampak pada harga layanan yang diberikan ke konsumen. 

    Kepala Bidang Media Asosiasi Satelit Indonesia (Assi) Firdaus Adinugroho mengatakan hukum ekonomi, khususnya hukum suplai dan permintaan (supply and demand), berlaku di mana saja termasuk pada kasus Starlink. 

    “Jadi ketika demand tinggi dan supply Starlink terbatas, maka harga layanannya bisa saja naik,” ujar Firdaus kepada Bisnis, Minggu (13/7/2025). 

    Sebelumnya, pada Juni 2024, layanan internet berbasis satelit orbit bumi rendah Starlink milik Elon Musk diperkirakan memiliki kapasitas total throughput yang sangat besar hingga 23,7 Terabits per second (Tbps), lebih besar dibandingkan dengan satelit orbit rendah (low earth orbit/LEO) lainnya seperti OneWeb.

    Berdasarkan pemaparan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) saat berkunjung ke Bisnis Indonesia, setiap satelit Starlink memiliki kapasitas total throughput mencapai 23,7 Terabits per detik (Tbps). Sementara itu, OneWeb memiliki estimasi kapasitas mencapai 1,56 Tbps per satelit.

    Telesat memiliki 15 Tbps per satelit. Perbandingan kapasitas throughput ini menegaskan posisi Starlink sebagai pemimpin dalam industri jaringan satelit, terutama di konstelasi satelit LEO.