Tag: Elon Musk

  • Di Balik Starlink Stop Layani Pelanggan Baru, Ritel dan Korporasi Berebut Kapasitas

    Di Balik Starlink Stop Layani Pelanggan Baru, Ritel dan Korporasi Berebut Kapasitas

    Bisnis.com, JAKARTA— Kapasitas layanan internet berbasis satelit milik SpaceX, Starlink disebut telah mencapai batas maksimum, hingga tidak lagi menerima pelanggan baru di Indonesia. Pengaturan terhadap layanan ini menjadi sorotan.

    Pakar telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, menjelaskan layanan internet Starlink umumnya dibagi menjadi dua jenis: pertama, layanan dengan jaminan kualitas (Quality of Service/QoS) tertentu, yang biasanya digunakan oleh pelanggan korporasi; dan kedua, layanan berbasis sistem berbagi (shared capacity atau up to), yang umum digunakan oleh pelanggan individu.

    Menurut Agung, penyebab utama kejenuhan kapasitas secara teknis adalah keterbatasan jumlah satelit Starlink yang melintas di wilayah Indonesia, sementara pengguna yang memesan, telah menggunakan, dan akan menggunakan sangat besar. 

    Permintaan besar tersebut terjadi di pelanggan ritel dan juga pelanggan korporasi.

    “Secara teknis, inilah faktor penyebab kejenuhan kapasitas,” kata Agung saat dihubungi Bisnis pada Kamis (17/7/2025).

    Diketahui, Starlink merupakan satelit yang mengorbit pada ketinggian di atas 500 kilometer. Satelit khusus internet tersebut berukuran kecil dan memiliki kapasitas terbatas.

    Di Indonesia, Starlink melayani digunakan untuk tiga hal yaitu menyalurkan internet kepada pelanggan ritel, pelanggan korporasi, dan jaringan pengalur atau backhaul.

    Karakteristik satelit ini untuk pelanggan ritel adalah makin banyak pengguna, maka akan makin menyusut. Sementara itu, untuk pelanggan korporasi dan backhaul karena yang dijual adalah jaminan kualitas layanan (SLA), maka sebisa mungkin reseller Starlink seperti Telkom, Datalake Indonesia, Primacom, dan lain sebagainya, memastikan ketersediaan kapasitas.

    Artinya, walaupun pelanggan belum ada, namun perusahaan harus mengantongi kapasitas satelit Starlink sehingga ketika pelanggan korporasi atau selular masuk, layanan bisa diberikan. 

    Perangkat penerima sinyal Starlink

    Dalam kasus Starlink, SpaceX berhenti memberikan layanan internet kepada pelanggan ritel dan mitra disebabkan kapasitas habis. Starlink juga tidak membagi antara kapasitas untuk ritel, korporasi, dan backhaul, termasuk wilayah yang dilayani.

    Berbeda dengan serat optik yang kapasitasnya dapat ditambah kapanpun tanpa menambah infrastruktur kabel, kapasitas Starlink baru dapat ditambah jika ada satelit baru yang diluncurkan Elon Musk.

    Agung menduga kapasitas Starlink penuh bukan semata disebabkan oleh lonjakan pengguna individu, melainkan kemungkinan juga karena permintaan di korporasi dan backhaul. Hal ini mengingat Starlink mengantongi izin untuk melayani segmen business to business (B2B) maupun business to customer (B2C). 

    Oleh karena itu, Agung mendorong adanya peran regulator dalam memantau dan mengevaluasi jumlah pelanggan yang dilayani oleh Starlink di Indonesia.

    “Regulator dapat melakukan asesmen terhadap penyebab kejenuhan kapasitas yang dilaporkan oleh Starlink,” tambahnya.

    Terkait asumsi Starlink lebih banyak digunakan di wilayah perkotaan, yang semestinya sudah dijangkau layanan fiber optik (FO), Agung mengatakan hal tersebut berkaitan dengan komitmen pembangunan yang biasanya tercantum dalam izin operasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), termasuk kewajiban untuk melayani wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

    Seharusnya Starlink, dengan kapasitas yang dimiliki sebelumnya, fokus melayani daerah 3T sehingga pemerataan internet terjadi. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya.

    “Secara teknis, Starlink tidak memiliki kendala untuk melayani daerah 3T,” ujarnya.

    Sementara itu, VP Corporate Secretary Telkomsat, Fino Arfiantono mengatakan bahwa SpaceX menggunakan satelit yang sama untuk memberikan layanan Starlink bagi pelanggan ritel dan pelanggan korporasi (termasuk backhaul). Namun, Fino memastikan perusahaan hanya memesan kapasitas sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

    “Telkomsat membeli layanan sesuai dengan kebutuhan customer. Hal yang sama juga dilakukan oleh reseller yang lainnya,” kata Fino.

    Diberitakan sebelumnya, Starlink saat ini tidak menerima pelanggan baru di Indonesia lataran kehabisan kapasitas.  Perusahaan menyebut aktivasi perangkat baru juga dihentikan sementara bagi pelanggan yang membeli melalui toko ritel atau penjual pihak ketiga. 

    “Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitasnya telah habis terjual di seluruh Indonesia,” demikian tulis Starlink di laman resminya pada Minggu, 13 Juli 2025. 

    Ilustrasi konektivitas internet

    Fino menjelaskan kebijakan tesebut hanya berlaku bagi pelanggan baru. Sementara itu pelanggan yang telah memesan Starlink sebelum kebijakan tersebut disampaikan, tidak terdampak.

    Dia mengatakan seluruh reseller Starlink di Indonesia telah menerima pemberitahuan resmi pemberhentian layanan, begitupun Telkomsat. 

    “Starlink melakukan pemberhentian layanan dikarenakan kapasitas yang sudah penuh,” kata Fino kepada Bisnis, dikutip Kamis (17/7/2025). Namun demikian, Fino tidak menampik saat ini masih ada antrean pemasangan yang tertunda akibat penghentian penerimaan pelanggan baru dari Starlink.  Pihaknya pun memastikan telah memberikan informasi gangguan tersebut kepada pelanggan yang terdampak. 

    “Telkomsat telah mengirimkan informasi kepada pelanggan baik melalui surat resmi maupun media lain,” katanya.  Sampai dengan saat ini pelanggan yang menggunakan layanan Starlink melalui Telkomsat mencapai sebanyak lebih dari 3000 node.

    Adapun dari jumlah tersebut, Telkomsat hanya melayani pelanggan korporat. Diberitakan sebelumnya, Starlink mengumumkan tidak lagi menerima pelanggan baru di Indonesia melalui laman resminya. 

    Perusahaan menyebut aktivasi perangkat baru juga dihentikan sementara bagi pelanggan yang membeli melalui toko ritel atau penjual pihak ketiga.

    Kebijakan tersebut dilakukan lantaran kapasitas Starlink sudah habis di Indonesia 

    “Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitasnya telah habis terjual di seluruh Indonesia,” demikian tulis Starlink. SpaceX menyediakan layanan Starlink Business yang menawarkan kecepatan unduh hingga 220 Mbps dan latensi rendah di sebagian besar lokasi, untuk memastikan kelancaran operasional bisnis. 

    Starlink Business menyasar berbagai sektor, termasuk migas, pertambangan, perkebunan, dan operasi lepas pantai, yang seringkali beroperasi di lokasi terpencil.   

  • Kapasitas Starlink Penuh, Gegara Marak RT/RW Net?

    Kapasitas Starlink Penuh, Gegara Marak RT/RW Net?

    Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai alasan di balik penuhnya kapasitas layanan internet satelit Starlink di Indonesia belum jelas dan perlu dikonfirmasi langsung kepada pihak Starlink.

    Sekretaris Jenderal APJII Zulfadly Syam mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui secara pasti penyebab Starlink menghentikan sementara penerimaan pelanggan baru.

    “Ini hal yang perlu diklarifikasi oleh pihak Starlink sendiri,” ujar Zulfadly kepada Bisnis, Kamis (17/7/2025).

    Zulfadly menekankan Starlink hanyalah salah satu dari banyak solusi untuk pemerataan akses internet, terutama di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Di wilayah perkotaan, layanan ini umumnya hanya dimanfaatkan sebagai backup link ketika jaringan utama mengalami gangguan.

    Menurutnya, koneksi satelit sejauh ini tetap bermanfaat, terutama di daerah rural atau wilayah yang masih terkendala infrastruktur fiber optik. Dia menambahkan, layanan Starlink Residential memang marak digunakan di daerah-daerah yang biaya instalasi fiber optik masih tergolong tinggi. Namun, masih banyak ruang yang dapat digarap oleh ISP lokal.

    “Dari sisi pemerataan akses, Starlink hanya salah satu solusi. Artinya, masih banyak potensi yang bisa dimanfaatkan oleh ISP-ISP lokal,” kata Zulfadly. 

    Meski belum mengetahui penyebab utama kapasitas Starlink penuh, APJII mencatat adanya sejumlah dugaan. Salah satunya adalah maraknya penggunaan layanan oleh penyelenggara RT/RW Net yang membeli layanan Starlink lalu menjualnya kembali tanpa izin resmi.

    “Dari beberapa pengamatan kami, memang benar bahwa RT/RW Net mengambil peran tersebut,” ungkap Zulfadly.

    Dia juga mengungkapkan tidak sedikit ISP legal yang akhirnya turut menjadi reseller bandwidth Starlink dan hal ini bisa saja turut menyumbang pada penuhnya kapasitas.

    “Apakah kuota habis karena hal itu? Nah, itu yang perlu dipastikan ke Starlink sendiri,” tegasnya.

    Dengan berhentinya sementara pendaftaran pelanggan baru oleh Starlink, Zulfadly berharap kondisi ini bisa menjadi peluang bagi ISP lokal untuk hadir sebagai solusi alternatif.

    “Tentu kami harapkan itu,” tutupnya.

    Diberitakan sebelumnya, Starlink saat ini tidak menerima pelanggan baru di Indonesia lataran kehabisan kapasitas. Perusahaan menyebut aktivasi perangkat baru juga dihentikan sementara bagi pelanggan yang membeli melalui toko ritel atau penjual pihak ketiga. 

    “Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitasnya telah habis terjual di seluruh Indonesia,” demikian tulis Starlink di laman resminya pada Minggu, 13 Juli 2025. 

    Starlink hadir di Indonesia sejak Juni 2022, beroperasi di bawah kerja sama dengan PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat). Belakangan, penjualan internet besutan Elon Musk itu memang meningkat khususnya untuk penjualan layanan satelit orbit rendah untuk Starlink untuk segmen korporasi mengalami peningkatan. Pun, dengan layanan satelit GEO seperti High Throughput Satellite (HTS) Merah Putih. 

    SpaceX menyediakan layanan Starlink Business yang menawarkan kecepatan unduh hingga 220 Mbps dan latensi rendah di sebagian besar lokasi, untuk memastikan kelancaran operasional bisnis. 

    Starlink Business menyasar berbagai sektor, termasuk migas, pertambangan, perkebunan, dan operasi lepas pantai, yang seringkali beroperasi di lokasi terpencil. Adapun di Indonesia perusahaan yang terdaftar sebagai reseller Starlink antara lain telkomsat, Primacom, dan Data Lake Indonesia.

  • Petaka Driver Online Mendekat ke RI, China-AS Satukan Kekuatan

    Petaka Driver Online Mendekat ke RI, China-AS Satukan Kekuatan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Petaka bagi profesi driver online sudah di depan mata. Pasalnya, industri taksi otomatis tanpa sopir (robotaxi) berkembang kian pesat. Kompetisi antar penyedia layanan robotaxi juga makin gencar.

    China dan Amerika Serikat (AS) adalah 2 negara yang saat ini paling kompetitif dalam pengembangan robotaxi. Di China, nama-nama besar seperti Apollo Go (Baidu), Pony.ai, dan WeRide terus-terusan melakukan ekspansi, bahkan ke pasar luar China.

    Di AS, Waymo juga terus memperluas jangkauan layanan komersilnya. Tesla milik Elon Musk juga sudah mulai melakukan uji coba di Austin dan berencana membawa layanannya ke California dan Arizona.

    Terbaru, Uber yang merupakan raksasa ride-hailing asal AS menyatukan kekuatan dengan Baidu yang merupakan penyedia robotaxi Apollo Go asal China.

    Kedua perusahaan mengumumkan kesepakatan strategis dalam jangka panjang (multi-year) untuk mengoperasikan ribuan kendaraan otomatis (AV) milik Apollo Go pada platform Uber.

    Kerja sama ini difokuskan di berbagai pasar, bahkan di luar AS dan China. Uber dan Baidu menyasar pasar dekat Indonesia, yakni Asia dan Timur Tengah pada akhir tahun ini. Belum jelas apakah Indonesia akan menjadi bagian dari ekspansi tersebut. 

    Pemerintah Indonesia juga sejauh ini belum memiliki regulasi yang jelas tentang industri robotaxi yang makin populer.

    Uber akhir-akhir ini gencar menjalin kemitraan dengan produsen AV karena berupaya melindungi bisnis transportasi online miliknya dengan memanfaatkan perkembangan robotaxi.

    Dalam beberapa bulan terakhir saja, Uber telah sepakat untuk menempatkan AV dari Waymo (Alphabet), Volkswagen, May Mobility, dan Pony.ai pada platformnya di berbagai kota di seluruh dunia.

    Dalam beberapa kasus, Uber mengambil saham langsung di perusahaan-perusahaan mitranya. Pada Mei 2025, Uber mengumumkan perluasan kemitraan dengan WeRide asal China yang mencakup investasi sebesar US$100 juta.

    Uber dilaporkan juga mempertimbangkan untuk membantu pendirinya, Travis Kalanick, membiayai akuisisi Pony.ai.

    Meskipun kemitraan ini telah berkembang pesat, tahap-tahapnya masih sangat awal. Dalam hal ini, penumpang awalnya tidak akan dapat memesan awak AV Baidu di aplikasi Uber.

    Sebaliknya, perusahaan mengatakan penumpang “mungkin akan diberikan pilihan” untuk melakukan perjalanan mereka dengan Apollo Go AV yang sepenuhnya tanpa pengemudi. Hal ini serupa dengan cara kerja beberapa kemitraan Uber lainnya yang sudah ada.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Bantu Peluncuran 24 Satelit Milik Jeff Bezos Amazon Kuipers

    Elon Musk Bantu Peluncuran 24 Satelit Milik Jeff Bezos Amazon Kuipers

    Bisnis.com, JAKARTA – Roket Falcon 9 milik SpaceX meluncurkan sebanyak 24 satelit untuk program Project Kuiper milik Amazon pada Rabu (16/7/2025). Peluncuran oleh perusahaan Elon Musk itu dilaksanakan di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS) pukul 01.57 waktu setempat.

    Mengutip Digital Trends, langkah ini merupakan upaya Amazon – yang notabene adalah kompetitor Starlink – dalam menyediakan konektivitas internet baik kepada pelanggan individu maupun korporasi di seluruh dunia.

    Mengutip Digital Trends, misi ini dijadwalkan lepas landas dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS), pada Rabu (pukul 01.57 waktu bagian timur (ET) pada hari Rabu.

    Dalam 2 peluncuran awal, Amazon menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance (ULA). Ke depan, Perusahaan milik Jeff Bezos ini harus mengejar target yang ditetapkan oleh regulator AS yaitu meluncurkan setidaknya setengah dari total perencanaan.

    Regulator AS menetapkan Amazon harus meluncurkan setidaknya setengah dari total rencana 3.200 satelitnya sebelum akhir Juli 2026, dengan sisanya harus diluncurkan paling lambat Juli 2029.

    Kegagalan memenuhi tenggat awal tersebut dinilai dapat membahayakan izin lisensi utama, meskipun diyakini Amazon kemungkinan besar akan diberi perpanjangan waktu jika diperlukan.

    Batas waktu yang ketat inilah yang disinyalir mendorong Amazon untuk menggunakan jasa berbagai penyedia peluncuran, tidak hanya ULA dan SpaceX, tetapi juga Arianespace dan Blue Origin — perusahaan yang didirikan oleh pendiri Amazon, Jeff Bezos.

    Perusahaan-perusahaan itu diperkirakan meluncurkan satelit Project Kuiper ke orbit dalam 12 bulan ke depan dan seterusnya.

    Dengan peluncuran ini, Projek Kuiper telah meluncurkan 78 satelit dari total 3 misi. Gelombang pertama dan kedua dilakukan pada April dan Juni lalu dengan masing-masing membawa sebanyak 27 satelit.

    Namun, angka ini masih sangat jauh di bawah Starlink yang sudah berhasil meluncurkan lebih dari 7.000 satelit, dan melayani lebih dari 5 juta pelanggan secara global sejak diluncurkan pertama kali pada 2019.

  • Starlink Generasi Ketiga Ditargetkan Meluncur Tahun Depan, 5x Lebih Cepat dari 5G

    Starlink Generasi Ketiga Ditargetkan Meluncur Tahun Depan, 5x Lebih Cepat dari 5G

    Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan antariksa milik Elon Musk, SpaceX, menargetkan peluncuran satelit Starlink generasi ketiga pada paruh pertama 2026.

    Mengutip The Register, satelit generasi ketiga ini mampu menyediakan lebih dari 1 terabit per detik untuk kapasitas unduh, serta lebih dari 200 Gbps untuk kapasitas unggah. Angka tersebut lebih cepat dari rerata kecepatan 5G yang minimal sebesar 100 Mbps

    “Satelit Starlink V3 akan dioptimalkan untuk diluncurkan menggunakan kendaraan Starship milik SpaceX,” kata pihak Starlink, dikutip Bisnis pada Kamis (17/7/2025).

    Namun, misi perusahaan tersebut dinilai masih kerap mengalami kegagalan berkaca kepada insiden ledakan yang terjadi sebelumnya. Namun, Starlink yakin SpaceX dapat mengatasi berbagai masalah yang selama ini menjadi tantangan dalam setahun terakhir.

    Bahkan, perusahaan dimungkinkan secara terpaksa menggunakan roket Falcon milik SpaceX yang dinilai kurang ideal sebagai alternatif.

    Dalam pembaruan jaringan terakhir, konstelasi satelit Starlink memiliki kapasitas jaringan gabungan hampir 450 terabit per detik (Tbps), dan latensi median saat jam sibuk untuk pelanggan di Amerika Serikat (AS) mencapai 25,7 milidetik.

    Starlink juga mencatat perusahaan mengoperasikan lebih dari 100 stasiun gerbang (gateway) di seluruh AS. Semuanya ditempatkan secara strategis untuk memberikan latensi serendah mungkin dengan target mencapai latensi median yang stabil di angka 20 milidetik.

    Sementara itu, kecepatan unduh median saat jam sibuk di AS mencapai sekitar 200 Mbps.

    Saat ini, Starlink memiliki lebih dari 6 juta pelanggan aktif dan terus bertambah secara global dengan lebih dari 7.800 satelit yang mengorbit, serta mampu menambahkan lebih dari 5 Tbps kapasitas per pekan ke dalam konstelasi menggunakan satelit generasi kedua yang saat ini digunakan.

    Nantinya, satelit generasi ketiga ini akan memungkinkan Starlink untuk meluncurkan kapasitas jauh lebih besar dengan kecepatan yang lebih tinggi pada tahun 2026.

  • Elon Musk Pamer Asisten AI Grox Berkarakter Cewek Anime

    Elon Musk Pamer Asisten AI Grox Berkarakter Cewek Anime

    xAI baru saja menghadirkan fitur baru. Fitur yang bisa dibilang unik itu disebut sebagai Companions atau Pendamping.

    Sesuai dengan namanya, fitur ini dirancang untuk menjadi asisten dan teman interaksi, tentunya dengan dukungan AI. Saat ini, baru ada dua pendamping yang Grok tawarkan, yaitu Ani, gadis dengan ciri khas anime dan Bad Rudy, yang merupakan rubah 3D.

    Tonton berita video lainnya di sini!

  • Ratusan Triliun di Bawah Tenda, Mark Zuckerberg Sudah ‘Kebelet’

    Ratusan Triliun di Bawah Tenda, Mark Zuckerberg Sudah ‘Kebelet’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mark Zuckerberg, CEO Meta, ingin membangun data center secepat mungkin untuk menunjang layanan berbasis kecerdasan buatan di Instagram, WhatsApp, dan Facebook. Saking buru-burunya, Meta mulai membangun data center di dalam tenda.

    Pertarungan teknologi AI memang sedang panas-panasnya. Meta adalah salah satu perusahaan yang mengucurkan dana jumbo untuk bertarung dengan Google dan perusahaan pencipta ChatGPT, OpenAI.

    Laporan dari SemiAnalysis yang dikutip oleh Futurism, menyatakan Meta kini mengutamakan kecepatan di atas semua hal dengan membangun kapasitas tambahan di fasilitas data center mereka di dalam tenda.

    Modul tenda pre-fabrikasi dirancang untuk memastikan data center tambahan bisa beroperasi secepat mungkin.

    “Semua orang ini membangun data center secepat mungkin dalam perlombaan mencapai AGI. Karena keterbatasan daya listrik, kapasitas data center, dan pekerja konstruksi, Meta mulai membangun data center di dalam tenda,” kata CEO SemiAnalysis, Dylan Patel.

    AGI atau artificial general intelligence adalah istilah untuk model AI yang mampu mengimbangi kecerdasan manusia.

    Zuckerberg memberikan pernyataan yang bisa mengkonfirmasi pernyataan Patel. Dalam unggahan di Facebook, Zuckerberg menyatakan,”Meta bakal menjadi yang pertama mendirikan 1 GW+ klastersuper online.”

    Proyek konstruksi data center Meta adalah bagian dari ambisi Meta menciptakan “kecerdasan super” dengan nilai investasi mencapai ratusan miliar dolar AS.

    Jurus Meta serupa dengan aksi Elon Musk yang pernah mendirikan pabrik Tesla di dalam Tenda pada 2023. Saat itu, Tesla membutuhkan tambahan kapasitas untuk memenuhi permintaan atas Tesla Model 3 yang menumpuk.

    Zuckerberg juga sangat agresif dalam persaingan berebut peneliti AI terbaik. Meta dikabarkan menawarkan bonus hingga US$100 juta kepada staf OpenAI, menurut komentar Sam Altman dalam sebuah podcast bersama saudaranya, Jack Altman.

    Seorang sumber di dekat Meta membenarkan bahwa Meta tengah meningkatkan agresivitas rekrutmennya, bahkan secara personal Mark Zuckerberg menghubungi beberapa kandidat unggulan. Tawaran besar-besaran ini diduga dilakukan untuk membangun dominasi Meta di ranah AI generatif.

    Sementara itu, karyawan OpenAI sendiri sedang menghadapi tekanan tinggi dengan jam kerja hingga 80 jam seminggu. Perusahaan kabarnya akan “shutdown” sementara minggu depan demi memberi waktu istirahat bagi para pegawai.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Perkenalkan AI Companions Bergaya Anime di Grok – Page 3

    Elon Musk Perkenalkan AI Companions Bergaya Anime di Grok – Page 3

    Jika diperhatikan, penampilan Ani memang terlihat mirip dengan salah satu karakter anime/manga di Death Note bernama Misa Amane.

    AI companions di Grok ini tentu saja tanpa kontroversi. Beberapa layanan serupa seperti Character.AI telah menghadapi tuntutan hukum dari orang tua, menyusul sejumlah kasus serius terjadi.

    Sebelumnya, chatbot Character.AI ini sempat mendorong anak untuk bunuh diri atau menyerang orang tuanya.

    Sebuah studi terbaru juga mengungkap risiko signifikan ketia orang dewasa memakai AI companions atau chatbot sebagai pengganti teman, terapis, atau orang kepercayaan.

     

  • Top 3 Tekno: Peneliti Keamanan SKSG UI Desak Pemerintah Audit Starlink Jadi Sorotan – Page 3

    Top 3 Tekno: Peneliti Keamanan SKSG UI Desak Pemerintah Audit Starlink Jadi Sorotan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Peneliti Keamanan SKSG UI meminta pemerintah segera mengambil langkah tegas untuk mengaudit kembali kebijakan terkait operasional Starlink di Indonesia demi menjaga kedaulatan digital dan keamanan nasional.

    Berita ini menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Selasa (15/7/2025) kemarin.

    Informasi lain yang juga populer yaitu mengenai fitur AI di smartphone yang diduga sebagai gimik untuk dongkrak penjualan.

    Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

    1. Setop Pengguna Baru di Indonesia, Peneliti Keamanan SKSG UI: Pemerintah Perlu Audit Starlink!

    Pemerintah Indonesia menuai kritik dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) terkait komitmen mendasar Starlink, seperti kedaulatan jaringan, pendirian kantor kendali lokal, dan penyerapan tenaga kerja Indonesia yang belum juga terealisasi.

    Starlink bahkan dianggap mendapatkan keistimewaan regulasi untuk mengakses spektrum frekuensi dan infrastruktur telekomunikasi nasional tanpa pengawasan penuh dari dalam negeri.

    Policy Paper SKSG UI bertajuk ‘Kedaulatan Siber Indonesia’ sebelumnya telah memperingatkan potensi ancaman terhadap berbagai aspek kedaulatan Indonesia akibat kehadiran Starlink yang tidak diatur secara ketat.

    Kekhawatiran tersebut meliputi hilangnya kontrol atas spektrum nasional, rentannya perlindungan data pribadi, hingga risiko penyebaran gerakan separatisme digital di wilayah-wilayah strategis dan sensitif.

    Terlebih, perusahaan penyedia layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk itu baru saja menyetop penerimaan pelanggan baru di Indonesia.

    “Akibat karpet merah untuk Starlink, kini mereka dengan leluasa dapat menghentikan layanan tanpa pemerintah memiliki daya tawar. Pertanyaannya, bagaimana penataan internet di Indonesia ke depannya?,” Muhamad Syauqillah, seorang peneliti dari SKSG UI, mempertanyakan hal tersebut.

    Peneliti keamanan ini juga menyoroti potensi risiko layanan internet Starlink dalam menjangkau wilayah terpencil seperti Papua tanpa harus melalui jaringan telekomunikasi nasional.

    Baca selengkapnya di sini 

     

  • Kebijakan Baru Trump Bisa Deportasi Kilat dalam 6 Jam

    Kebijakan Baru Trump Bisa Deportasi Kilat dalam 6 Jam

    Washington DC
    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kebijakan baru. Aturan terbaru yang dibuat Trump itu dapat menyebabkan seseorang dideportasi secara kilat dari AS.

    Kebijakan baru Trump akan memungkinkan para pejabat imigrasi AS untuk mendeportasi para migran ke negara ketiga, selain negara asal mereka, hanya dengan pemberitahuan 6 jam sebelumnya. Dilansir Reuters, Selasa (15/7/2025), aturan ini memberikan gambaran awal soal bagaimana upaya deportasi oleh pemerintahan Trump semakin keras.

    Kebijakan deportasi yang lebih cepat ini tertuang dalam memo tertanggal 9 Juli yang dirilis Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Badan Penindakan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) Todd Lyons. Biasanya, ICE harus menunggu setidaknya selama 24 jam untuk mendeportasi seseorang setelah menyampaikan pemberitahuan tentang pemindahan mereka dari wilayah AS ke ‘negara ketiga’.

    Kini, berdasarkan memo tersebut, ICE dapat melakukan deportasi ke ‘negara ketiga’ hanya dengan pemberitahuan 6 jam dalam keadaan mendesak asalkan orang tersebut telah diberi kesempatan untuk berbicara dengan seorang pengacara. Memo itu juga menyatakan para migran dapat dikirimkan ke negara-negara yang telah berjanji untuk tidak menganiaya atau menyiksa mereka ‘tanpa perlu prosedur lebih lanjut’.

    Media terkemuka AS, Washington Post, menjadi yang pertama kali melaporkan memo ICE terbaru itu. Kebijakan terbaru pemerintahan Trump ini menunjukkan AS dapat bergerak lebih cepat untuk mengirimkan para migran ke negara-negara di seluruh dunia.

    Mahkamah Agung AS, pada Juni lalu, telah mencabut perintah pengadilan lebih rendah yang membatasi deportasi semacam itu tanpa pemeriksaan karena khawatir adanya penganiayaan di negara tujuan. Menyusul putusan pengadilan tinggi dan perintah lanjutan dari para hakim AS, pemerintahan Trump telah mengirimkan delapan migran yang berasal dari Kuba, Laos, Meksiko, Myanmar, Sudan, dan Vietnam ke Sudan Selatan.

    Menurut laporan Reuters, pemerintahan Trump telah mendesak para pejabat dari lima negara Afrika, yakni Liberia, Senegal, Guinea-Bissau, Mauritania, dan Gabon untuk menerima orang-orang yang dideportasi dari tempat lain. Pemerintahan Trump berargumen deportasi ke ‘negara ketiga’ membantu dengan cepat untuk memindahkan para migran yang seharusnya tidak berada di wilayah AS, termasuk mereka yang memiliki hukuman pidana.

    Para advokat mengkritik deportasi semacam itu sebagai tindakan berbahaya dan kejam. Pengkritik kebijakan itu menyebut orang-orang dapat dikirimkan ke negara-negara di mana mereka dapat menghadapi kekerasan, tidak memiliki ikatan apa pun, dan tidak dapat berbicara bahasa lokal.

    Kebijakan Imigrasi Lewat UU Big Beautiful

    Donald Trump (Foto: dok. Reuters)

    Selain lewat memo itu, kebijakan terkait imigrasi era Trump juga terdapat dalam UU pajak dan belanja negara yang disebut ‘One Big Beautiful Bill’. UU itu telah diteken oleh Trump pada Jumat (4/7), saat seremoni hari kemerdekaan AS di Gedung Putih.

    “Amerika menang, menang, memang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Trump sebelum menandatangani RUU tersebut dalam seremoni yang digelar di luar ruangan di South Lawn Gedung Putih.

    Penandatanganan ini dilakukan setelah parlemen AS yang didominasi politisi Partai Republik meloloskan RUU yang menuai kritikan dari Partai Demokrat dan miliarder terkemuka AS, Elon Musk. UU tersebut menjadi perwujudan dari banyak janji kampanye Trump, mulai dari perpanjangan pemotongan pajak sejak masa jabatan pertamanya, meningkatkan pengeluaran militer, dan menyediakan dana besar untuk upaya deportasi migran oleh pemerintahan Trump.

    Sekitar USD 350 miliar (setara Rp 5,6 kuadriliun) dialokasikan untuk kebijakan imigrasi, termasuk pembangunan tembok perbatasan lebih lanjut, pembangunan fasilitas untuk menampung setidaknya 100.000 imigran yang ditahan, dan perekrutan setidaknya 100.000 agen baru dari Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE). Dana itu ditujukan untuk mencapai tujuan Trump mendeportasi 1 juta orang dari AS setiap tahunnya.

    Dewan Imigrasi Amerika (American Immigration Council) menyatakan bahwa RUU tersebut menyediakan USD$45 miliar (sekitar Rp 729 triliun) untuk fasilitas penahanan ICE, naik 265% dari anggaran tahunan penahanan lembaga tersebut sebelumnya.

    Departemen Pertahanan (DoD) juga akan menerima peningkatan dana yang signifikan dalam RUU ini dengan miliaran dolar AS dialokasikan untuk pembangunan kapal baru, amunisi, serta perisai pertahanan misil nasional. Selain itu, DoD akan menerima USD 1 miliar (sekitar Rp 16 triliun) untuk langkah-langkah keamanan perbatasan.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini