Tag: Elon Musk

  • Elon Musk Mengamuk, Blak-blakan Tunjuk Apple dan OpenAI

    Elon Musk Mengamuk, Blak-blakan Tunjuk Apple dan OpenAI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) milik Elon Musk, xAI, menggugat Apple dan OpenAI pada Senin (25/8). Dalam gugatan tersebut, Apple dan OpenAI dituduh melakukan skema antipersaingan untuk menghambat rival di industri AI.

    Dalam dokumen gugatan yang diajukan bersama platform media sosial X, Musk menyebut Apple dan OpenAI telah berkolusi untuk mempertahankan monopoli di pasar smartphone dan AI generatif. Startup xAI sendiri mengakuisisi X pada Maret lalu lewat transaksi berbasis saham.

    Gugatan itu menuding Apple menurunkan peringkat aplikasi super dan pesaing chatbot AI generatif, termasuk Grok milik xAI, di App Store. Sebaliknya, Apple justru memberi keuntungan bagi OpenAI dengan mengintegrasikan ChatGPT ke dalam produk-produknya.

    “Dalam upaya putus asa melindungi monopoli smartphone-nya, Apple telah bergabung dengan perusahaan yang paling diuntungkan dari upaya menekan persaingan dan inovasi AI: OpenAI, monopolis di pasar chatbot AI generatif,” tulis gugatan yang didaftarkan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Utara Texas, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (26/8/2025).

    Juru bicara OpenAI menanggapi bahwa gugatan ini sejalan dengan “pola pelecehan” yang terus dilakukan Musk. Sementara itu, Apple belum memberikan komentar.

    Musk meluncurkan xAI pada 2023 untuk menyaingi OpenAI dan pemain besar lainnya di sektor chatbot. Awal bulan ini, ia juga sempat mengancam menggugat Apple atas “pelanggaran antitrust yang jelas” karena dianggap menghalangi perusahaan AI lain selain OpenAI untuk menempati posisi teratas di App Store.

    Menanggapi ancaman itu, CEO OpenAI Sam Altman mengatakan klaim Musk sangat luar biasa, mengingat ada tuduhan bahwa Musk justru memanipulasi X untuk kepentingan dirinya sendiri dan perusahaannya, sekaligus merugikan pesaing.

    Sebelumnya, Apple menegaskan App Store dirancang agar adil dan bebas dari bias serta menampilkan ribuan aplikasi dengan berbagai indikator. Tahun lalu, Apple menggandeng OpenAI untuk mengintegrasikan ChatGPT ke dalam iPhone, iPad, serta Mac.

    Namun, sejumlah pengguna melalui fitur Community Notes di X menyebut bahwa aplikasi chatbot pesaing seperti DeepSeek dan Perplexity tetap mampu menduduki peringkat pertama di App Store setelah kemitraan Apple-OpenAI diumumkan.

    Gugatan ini menjadi babak terbaru dalam perseteruan panjang Musk dengan Altman. Musk yang ikut mendirikan OpenAI pada 2015 keluar pada 2018 akibat perbedaan visi. Tahun lalu, ia juga menggugat OpenAI dan Altman atas tuduhan melanggar kontrak karena lebih mementingkan kepentingan komersial dibanding misi awal mengembangkan AI untuk “kepentingan umat manusia secara luas.”

    Sebagai balasan, OpenAI menuding Musk dan xAI melakukan pelecehan melalui litigasi, serangan di media sosial, serta tawaran palsu untuk membeli OpenAI senilai US$97,4 miliar yang disebut bertujuan merusak hubungan bisnis perusahaan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Gugat Apple dan Pembuat ChatGPT, Ada Apa?

    Elon Musk Gugat Apple dan Pembuat ChatGPT, Ada Apa?

    Jakarta

    Dua perusahaan milik Elon Musk menggugat Apple dan OpenAI atas tuduhan skema anti-persaingan untuk menciptakan monopoli dan mencegah kompetisi di industri kecerdasan buatan.

    Gugatan tersebut dilayangkan oleh startup AI xAI dan perusahaan media sosial X, dua-duanya milik Musk, yang menuding Apple dan OpenAI telah berkomplot untuk mempertahankan monopoli di pasar ponsel dan AI generatif.

    Dalam gugatan yang diajukan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Utara Texas, perusahaan Musk menuduh Apple mengabaikan ‘super apps’ dan aplikasi chatbot AI kompetitor seperti Grok milik xAI di daftar aplikasi populer App Store.

    Tidak hanya itu, perusahaan Musk juga mengklaim Apple lebih mengutamakan OpenAI dengan mengintegrasikan ChatGPT ke produk Apple. Mereka berargumen pengguna iPhone tidak punya alasan untuk download aplikasi AI pihak ketiga karena Apple memaksa pengguna untuk memakai ChatGPT sebagai aplikasi chatbot default.

    “Dalam upaya putus asa untuk melindungi monopoli ponselnya, Apple telah berkolaborasi dengan perusahaan yang akan paling diuntungkan dengan menghambat persaingan dan inovasi dalam AI: OpenAI, perusahaan monopoli di pasar chatbot AI generatif,” tulis gugatan Musk, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (26/8/2025).

    Beberapa waktu yang lalu, Musk mengancam akan mengambil tindakan hukum terhadap Apple karena produsen iPhone itu dituduh memanipulasi peringkat App Store untuk mengutamakan ChatGPT, dan menyulitkan aplikasi lain untuk mendapatkan peringkat satu.

    Gugatan tersebut menambahkan meskipun aplikasi X dan Grok mendapatkan peringkat tinggi, kedua aplikasi itu tidak muncul di bagian ‘Must Have Apps’ di App Store, di mana ChatGPT diduga sebagai satu-satunya chatbot AI yang ada di bagian tersebut pada 24 Agustus 2025.

    Namun, sejumlah pengguna X membalas postingan Musk dengan mengatakan aplikasi chatbot kompetitor seperti DeepSeek dan Perplexity pernah menjadi aplikasi nomor satu di App Store setelah Apple dan OpenAI mengumumkan kemitraan mereka.

    “Gugatan terbaru ini konsisten dengan pola pelecehan yang terus dilakukan oleh Tuan Musk,” kata juru bicara OpenAI Kayla Wood. Apple belum mengomentari gugatan Musk, namun sebelumnya mereka mengklaim App Store dirancang agar adil dan bebas dari bias, dan mereka menampilkan ribuan aplikasi menggunakan berbagai sinyal.

    (vmp/vmp)

  • Bukan Tesla, Sumber Duit Elon Musk di Ujung Tanduk

    Bukan Tesla, Sumber Duit Elon Musk di Ujung Tanduk

    Jakarta, CNBC Indonesia – SpaceX batal melakukan peluncuran misi kesepuluh Starship dari Texas pada Minggu (25/8/2025) waktu setempat akibat masalah teknis di sistem darat.

    Roket Super Heavy setinggi 70,7 meter dan tahap atas Starship setinggi 52 meter sejatinya dijadwalkan lepas landas pukul 19.35 waktu setempat. Namun sekitar 30 menit sebelum peluncuran, SpaceX melalui X mengumumkan pembatalan tersebut, demikian dikutip dari Reuters, Senin (25/8/2025).

    Perusahaan milik Elon Musk itu tidak menyebutkan kapan jadwal uji coba berikutnya akan dilakukan. Dari pengalaman sebelumnya, penundaan biasanya berlangsung hanya beberapa hari.

    Starship merupakan roket generasi baru yang menjadi kunci ambisi Musk menuju Mars sekaligus proyek penting bagi NASA. Lembaga antariksa AS itu berharap dapat menggunakan Starship untuk misi pendaratan awak ke bulan pertama sejak era Apollo pada 2027.

    Namun, pengembangan Starship masih menghadapi sejumlah hambatan. Tahun ini, uji coba Starship mengalami dua kegagalan di tahap awal penerbangan, satu kegagalan di luar angkasa pada penerbangan kesembilan, serta insiden ledakan di landasan uji pada Juni lalu.

    Starship menjadi kunci ambisi Elon Musk untuk kolonisasi Mars sekaligus andalan NASA dalam misi mengembalikan astronot Amerika ke Bulan dengan versi modifikasi.

    Namun, sejumlah analis menilai tekanan terhadap proyek ini makin besar setelah serangkaian uji coba yang berakhir gagal.

    Sebelum peluncuran yang dibatalkan, Dallas Kasaboski, analis ruang angkasa dari Analysys Mason, menyebut reputasi SpaceX mulai tergerus.

    “Ada banyak tekanan pada misi ini. Sejauh ini, keberhasilan belum melampaui kegagalan,” ujarnya.

    Komentar lebih tajam datang dari Will Lockett, mantan insinyur yang kini menjadi komentator. Ia menilai kegagalan Starship mengirimkan muatan ke orbit menunjukkan konsep roket ini memiliki cacat fundamental.

    Meski begitu, Musk tetap mempertaruhkan masa depan SpaceX pada Starship. Ia berencana menghentikan penggunaan roket generasi lama dan sepenuhnya beralih ke sistem baru tersebut.

    Namun, sekalipun uji coba kesepuluh nantinya berhasil, sejumlah rintangan teknis besar masih menanti, mulai dari memastikan sistem dapat digunakan kembali secara penuh dan cepat dengan biaya rendah, hingga membuktikan kemampuannya mengisi ulang propelan super-dingin di orbit, yang menjadi syarat penting untuk misi ke ruang angkasa jauh.

    Meski demikian, SpaceX terus melaju dengan meningkatkan frekuensi peluncuran, walaupun menuai kritik dari kelompok lingkungan terkait dampak ekologis.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Gugat Apple dan OpenAI, Tuding Hambat Persaingan Chatbot AI

    Elon Musk Gugat Apple dan OpenAI, Tuding Hambat Persaingan Chatbot AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Elon Musk menggugat Apple Inc. dan OpenAI dengan tuduhan memberikan perlakuan tidak adil kepada perusahaan kecerdasan buatan (AI) tersebut di perangkat iPhone serta menghambat persaingan bagi pengembang chatbot lainnya.

    Perusahaan milik Musk, X dan xAI, menuntut ganti rugi miliaran dolar dalam gugatan yang diajukan pada Senin (25/8/2025) waktu setempat di pengadilan federal Fort Worth, Texas. 

    Melansir Bloomberg pada Selasa (26/8/2025), gugatan itu menuding keputusan Apple mengintegrasikan OpenAI ke dalam sistem operasi iPhone menghambat persaingan dan inovasi industri AI serta merugikan konsumen karena terbatasnya pilihan.

    Dalam gugatannya, tim hukum Musk menyatakan bahwa kesepakatan eksklusif Apple dan OpenAI menjadikan ChatGPT satu-satunya chatbot AI generatif yang terintegrasi di iPhone serta mengunci pasar untuk mempertahankan monopoli dan mencegah inovator seperti X dan xAI bersaing.

    “Perilaku Apple menghambat pertumbuhan AI dan super apps dengan cara membiarkan OpenAI mempertahankan monopoli serta menekan inovasi dan investasi di chatbot AI generatif yang berpotensi berkembang menjadi super apps pengganti fungsi iPhone,” demikian isi gugatan Musk.

    Selain ganti rugi finansial, gugatan Musk juga meminta pengadilan memerintahkan Apple dan OpenAI menghentikan apa yang disebut sebagai kesepakatan ilegal.

    Musk, pendiri xAI Holdings yang menaungi tim Grok AI dan platform media sosial X, menuduh Apple membuat aplikasi selain ChatGPT mustahil menembus peringkat teratas App Store, yang selama ini menjadi sorotan global bagi pengembang aplikasi.

    Kasus ini diperkirakan akan menjadi pertarungan hukum besar antara orang terkaya di dunia dan salah satu perusahaan dengan valuasi tertinggi di pasar global.

    Apple dan OpenAI — yang aplikasi ChatGPT-nya menjadi aplikasi iPhone gratis paling banyak diunduh di AS — diketahui menjalin kemitraan AI dalam seri iPhone terbaru. Musk memiliki perseteruan panjang dengan CEO OpenAI Sam Altman sejak keduanya berpisah setelah mendirikan OpenAI bersama sekitar satu dekade lalu.

    “Pengajuan gugatan terbaru ini sejalan dengan pola pelecehan yang terus dilakukan Musk,” kata juru bicara OpenAI dalam pernyataan resminya. 

    Adapun, hingga saat ini Apple belum memberikan komentar terkait gugatan Musk tersebut.

    Apple sebelumnya juga kerap berhadapan dengan regulator di berbagai negara terkait tuduhan bahwa App Store mematikan persaingan aplikasi di ponsel pintar. Produsen iPhone itu juga terlibat sengketa hukum selama lima tahun dengan Epic Games, pembuat gim Fortnite, terkait dominasi App Store.

    Beberapa tuduhan Musk meniru argumen gugatan Departemen Kehakiman AS terhadap Apple. Pada Maret 2023, pemerintah AS menggugat Apple di pengadilan federal New Jersey dengan tuduhan memonopoli pasar ponsel pintar dengan cara memblokir akses pesaing terhadap perangkat keras dan fitur perangkat lunaknya.

    Menurut gugatan pemerintah, Apple menggunakan kontrol distribusi aplikasi untuk menghambat inovasi yang bisa mempermudah konsumen berpindah ponsel, termasuk dengan memblokir “super apps.” Musk juga menuding Apple melakukan praktik serupa yang menghambat pertumbuhan aplikasi serba ada seperti X.

    Apple sendiri pada tahun lalu mengumumkan kerja sama dengan OpenAI untuk mengintegrasikan ChatGPT ke dalam Apple Intelligence di iPhone. Dalam kesaksiannya pada Mei lalu, Eddy Cue, Wakil Presiden Senior Apple untuk Layanan, menyebut kesepakatan itu tidak eksklusif dan Apple bisa mengintegrasikan aplikasi AI lain bila menginginkannya.

    Gugatan Musk ini muncul setelah pada 11 Agustus dia melontarkan kritik di media sosial, mempertanyakan apakah Apple bermain politik dengan tidak menyoroti produk-produknya. 

    Apple menegaskan App Store dirancang adil dan bebas bias. Altman merespons unggahan Musk dengan menyindir cara Musk mengelola X, yang dinilainya digunakan untuk kepentingan pribadi.

  • SpaceX Tunda Uji Terbang Ke-10 Starship karena Masalah Sistem

    SpaceX Tunda Uji Terbang Ke-10 Starship karena Masalah Sistem

    JAKARTA – Uji terbang Starship yang kesepuluh seharusnya digelar pada Senin, 25 Agustus di pagi hari. Namun, peluncuran ini terpaksa ditunda karena adanya masalah yang dihadapi SpaceX.

    Melalui akun resminya di X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, SpaceX mengatakan bahwa mereka harus menunda peluncuran Starship. Penundaan ini pun diumumkan sekitar beberapa menit sebelum peluncuran dilakukan.

    “Berhenti dari penerbangan kesepuluh Starship hari ini untuk memberikan waktu untuk memecahkan masalah dengan sistem darat,” kata SpaceX pada hari peluncuran, tepatnya sekitar pukul 06.13 WIB.

    Pengumuman ini pun disampaikan setelah SpaceX mempersiapkan liputan langsung peluncurannya. Bahkan, perusahaan milik Elon Musk itu telah memuat propelan tahap atas dari roket berukuran raksasa tersebut.

    Roket Starship dan booster Super Heavy sudah berada di landasan peluncuran di fasilitas Starbase, Texas Selatan. Menurut hasil pantauan Space, penundaan terjadi sekitar 17 menit sebelum roket lepas landas.

    Penundaan jadwal peluncuran merupakan hal yang biasa terjadi, baik karena masalah di landasan peluncuran ataupun karena cuaca antariksa yang tidak begitu baik. Jika roket tetap diluncurkan, hal ini akan menimbulkan bahaya.

    Roket bisa saja meledak saat diluncurkan atau saat masih berada di landasan peluncuran. Masalah ini perlu dihindari untuk memastikan keselamatan para pekerja dan lingkungan di sekitarnya.

    SpaceX kini menargetkan peluncuran pada hari berikutnya, yakni pada Selasa, 26 Agustus pada waktu yang sama. Starship dan pendorong Super Heavy akan lepas landas pada pukul 06.30 WIB.

    Tujuan dari uji terbang kesepuluh ini mirip dengan misi penerbangan sebelumnya. Rencananya, booster Super Heavy akan mendarat di Teluk Meksiko sekitar 6,5 menit setelah lepas landas. Sementara itu, bagian atas roket Starship akan mendarat secara terkendali di Samudra Hindia.

    Ada beberapa tujuan tambahan yang sangat penting dalam misi ini. Starship juga akan melepaskan delapan versi tiruan satelit internet Starlink selama perjalanannya. Selain itu, roket akan melakukan uji penyalaan kembali mesin di luar angkasa.

  • Elon Musk Sudah 8 Tahun Tak Digaji, Adiknya Tagih Marah-Marah

    Elon Musk Sudah 8 Tahun Tak Digaji, Adiknya Tagih Marah-Marah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Adik Elon Musk, Kimbal membela kakaknya soal paket upah CEO. Meski mengembalikan keputusan kepada pemegang saham Tesla, dia mengatakan Elon pantas menerima upah fantastis.

    Sebagai CEO, Elon tidak mendapatkan gaji atau bonus tunai, tetapi diberikan ‘penghargaan kinerja’ yang berupa opsi saham. Ini diberikan berdasarkan pencapaian raksasa mobil listrik pada periode tertentu.

    “Saya rasa kakak saya pantas dibayar,” kata Kimbal dikutip dari CNBC Internasional, Senin (25/8/2025).

    “Dia tidak menerima gaji sama sekali selama enam hingga delapan tahun terakhir. Saya rasa itu tidak tepat. Biarkan pemegang saham Tesla yang memutuskan, namun saya yakin itu perlu. Dia harus dibayar,” dia menambahkan.

    Pada awal bulan ini, Tesla telah memberikan paket bayaran interim sebanyak 96 lembar saham atau sekitar US$29 miliar (Rp 471,4 triliun). Anggota komitme Robyn Denholm dan Kathleen Wilson-Thompson mengatakan rencana pembayaran telah disetujui pihak “komite khusus.” Elon dan Kimbal, yang memiliki hak suara, tidak menggunakan hak suaranya dalam voting tersebut.

    Pengadilan Delaware pernah memerintahkan Tesla mencabut paket upah Elon pada Desember. Saat itu dia mendapatkan US$56 miliar (Rp 910,4 triliun) dari 2018, yang disebut terbesar dalam sejarah AS.

    Minggu ini, kelompok investasi yang bekerja dengan dana pensiun, SOC Investment Group mengirimkan surat pada Nasdaq. Mereka meminta dewan direksi seharusnya meminta persetujuan pemegang saham untuk paket baru CEO.

    Elon sendiri pernah meminta gaji dan kendali lebih besar pada Tesla bulan Januari tahun lalu. Kemampuannya saat itu kurang berpengaruh untuk perusahaan.

    “Saya merasa tak nyaman mengembangkan Tesla jadi pemimpin untuk AI dan robotika tanpa punya kendali suara sekitar 25%. Cukup berpengaruh tapi tak terlalu berpengaruh membuat saya tidak bisa digulingkan. Kecuali masalahnya itu, saya lebih senang mengembangkan produk di luar Tesla,” jelasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • TikTok PHK Ratusan Karyawan Moderasi Konten, Bakal Digantikan AI

    TikTok PHK Ratusan Karyawan Moderasi Konten, Bakal Digantikan AI

    Bisnis.com, JAKARTA— TikTok dilaporkan kembali memangkas ratusan karyawan di tim moderasi konten seiring dengan pergeseran perusahaan ke teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

    Melansir laman PC Mag pada Senin (25/8/205) langkah tersebut mengikuti tren sejumlah raksasa media sosial lain, seperti Meta yang mengurangi jumlah karyawan moderasi konten dan menggantinya dengan sistem moderasi berbasis komunitas.

    Tak hanya itu, X milik Elon Musk juga kini hanya memiliki tim moderasi konten jauh lebih kecil dibandingkan era Twitter. Menurut laporan The Wall Street Journal, kebijakan TikTok kali ini terutama berdampak pada anggota tim moderasi konten berjumlah 2.500 orang yang berbasis di Inggris. 

    Namun, sejumlah karyawan moderasi konten dari Asia Selatan dan Asia Tenggara juga diperkirakan ikut terkena dampak, meskipun jumlah pastinya belum diungkapkan. TikTok mengklaim lebih dari 85% konten yang dihapus karena melanggar pedoman komunitas sudah diidentifikasi dan diturunkan oleh AI. 

    Ini bukan kali pertama ByteDance, induk usaha TikTok, memangkas tim moderasinya demi otomatisasi. Pada akhir 2024, perusahaan mem-PHK sekitar 500 karyawan di Malaysia. Sementara pada Juli lalu, serikat pekerja ver.di menyebut sekitar 150 pegawai di kantor TikTok Berlin, Jerman juga akan digantikan AI.

    Belum jelas alasan TikTok memilih saat ini untuk mengurangi tim moderasi konten di Inggris. Namun, keputusan itu muncul tepat setelah Online Safety Act mulai berlaku bulan lalu. 

    Regulasi tersebut mengatur platform daring yang beroperasi di Inggris dapat dikenakan denda hingga 10% dari omzet global, atau sebesar £18 juta (sekitar Rp294,3 miliar). 

    Di sisi lain, Financial Times (FT) mencatat PHK dilakukan hanya sepekan sebelum para pegawai di London menggelar pemungutan suara terkait rencana pembentukan serikat pekerja, yang menurut sumber internal perusahaan kerap mendapat penolakan dari manajemen.

    Juru bicara resmi TikTok kepada FT, mengatakan pihaknya melanjutkan reorganisasi yang telah dimulai sejak tahun lalu untuk memperkuat model operasional global Trust and Safety. 

    “Termasuk dengan memusatkan operasi di lebih sedikit lokasi agar lebih efektif dan cepat, sambil memanfaatkan kemajuan teknologi,” katanya. 

    Namun, John Chadfield, pengurus nasional di Communication Workers Union, menilai langkah TikTok menunjukkan perusahaan sebenarnya ingin menghapus peran moderator manusia.

    “Mereka ingin semuanya ditangani AI. AI membuat mereka terlihat pintar dan mutakhir, tapi kenyataannya mereka hanya ingin mengalihkan pekerjaan itu ke luar negeri,” katanya.

  • RI Butuh Bandar Antariksa Mandiri untuk Luncurkan Satelit LEO, Tekan Ongkos

    RI Butuh Bandar Antariksa Mandiri untuk Luncurkan Satelit LEO, Tekan Ongkos

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkap sejumlah tantangan bagi Indonesia untuk meluncurkan satelit orbit rendah (low earth orbit/LEO) secara mandiri. Salah satunya keberadaan bandar antariksa (spaceport) sebagai tempat peluncuran ratusan satelit tersebut.

    Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sarwoto Atmosutarno, menegaskan pentingnya dukungan pemerintah dalam upaya Indonesia meluncurkan satelit Low Earth Orbit (LEO) secara mandiri.

    Langkah ini dinilai krusial sebagai bagian dari Ketahanan Antariksa Nasional, khususnya di negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau.

    Menurut Sarwoto, realisasi satelit LEO mandiri harus didukung dengan kebijakan dan insentif yang berpihak pada kepentingan rakyat.

    “Inisiatif ini mesti didukung pemerintah karena tugasnya memberi benefit kepada rakyat. Persiapan dari sisi regulasi harus didukung insentif noncash APBN, agar swasta yang mau investasi tidak dibebani biaya di muka,” ujar Sarwoto kepada Bisnis, Minggu (24/8/2025).

    Sarwoto menambahkan pemerintah juga perlu mendukung proses filing slot LEO yang berjumlah lebih dari 1.200 untuk melengkapi administrasi ke International Telecommunication Union (ITU). Di samping itu, identifikasi pasar, pabrikasi satelit, sistem peluncuran, serta penguatan riset juga menjadi aspek krusial sebelum Indonesia bisa meluncurkan satelit LEO mandiri.

    Menjawab tantangan tingginya biaya peluncuran satelit, Sarwoto menyarankan agar Indonesia memanfaatkan lokasi peluncuran dalam negeri seperti di Biak (Papua), Morotai (Maluku Utara), dan daerah lainnya. Wilayah tersebut secara geografis cukup baik untuk tempat peluncuran karena jauh dari pemukiman.

    Di sisi lain, keberadaan tempat peluncuran dalam negeri juga dapat membuat ongkos peluncuran ratusan satelit LEO, yang butuh lebih satu kali peluncuran dalam setahun, menjadi lebih efisien. Sebagai informasi. Elon Musk hanya dapat meluncurkan 24 satelit LEO dalam satu kali peluncuran. Sementara itu total satelit yang dibutuhkan untuk melayani seluruh seluruh dunia mencapai ribuan satelit.

    “Kesiapan infrastruktur peluncuran seperti power, pelabuhan dan utilitas lainnya penting. Kerja sama peluncuran ini akan menekan biaya dan meningkatkan efisiensi,” kata Sarwoto.

    Roket peluncur milik SpaceX mengangkut 24 satelit Starlink

    Terkait peluang dan tantangan pembangunan Space Port di Indonesia, Sarwoto menilai letak geografis Indonesia yang berada di sabuk katulistiwa sangat strategis dan ideal untuk pengembangan fasilitas peluncuran satelit.

    Untuk merealisasikan visi ini, investasi besar diperlukan pada beberapa aspek, antara lain sumber daya manusia—termasuk merekrut diaspora dan membangun kerjasama internasional—segmen ruang angkasa dan segmen darat, fasilitas peluncuran, hasil riset, serta pembiayaan untuk seluruh rangkaian program.

    Sementara itu dalam peresmian Asosiasi Antariksa (Ariksa) di Jakarta, Ketua National Air and Space Power Center of Indonesia (NASPCI) Marsekal Pertama TNI Penny Radjendra mengatakan Indonesia saat ini telah memiliki rencana strategis 2025-2029, yang salah satunya berfokus pada antariksa, termasuk spaceport. Secara perlahan kesadaran tersebut telah dibangun.

    ”Secara informal sudah kita lakukan dan secara formal pun sudah dilakukan pertemuan-pertemuan dengan negara-negara lainnya. Artinya kita tidak bisa sendiri soal-soal seperti ini. Pertama kita perlu pendekatan collaborative effort atau global effort. Di luar kita pun kerja sama antar negara. Misal dengan Amerika Serikat, dengan Prancis dan seterusnya,” kata Penny.

    Sebagai konteks, wacana kehadiran satelit LEO mandiri semakin menguat setelah Asosiasi Antariksa (Ariksa) menyoroti urgensi pengembangan satelit LEO untuk kedaulatan Indonesia sekaligus membuka potensi ekonomi sektor antariksa nasional. Dengan penguasaan teknologi LEO, Indonesia diyakini bisa mengoptimalkan manfaat ekonomi ruang angkasa dan memperkuat posisi strategisnya di masa depan.

    Asosiasi Antariksa Indonesia (Ariksa) berharap pada 2027 atau 2 tahun lagi Indonesia dapat meluncurkan satelit orbit rendah atau low earth orbit (LEO) pertamanya. Sejumlah langkah disiapkan termasuk pengembangan space port atau tempat peluncuran roket untuk satelit LEO. 

    Satelit LEO adalah satelit yang mengorbit di ketinggian 500 kilometer – 2.000 kilometer di atas permukaan bumi. Karena ketinggiannya yang relatif dekat bumi, ongkos roket yang dipakai relatif lebih murah dibandingkan satelit GEO yang mengorbit di ketinggian 36.000 kilometer. 

    Namun harus diingat, satelit GEO cukup diluncurkan satu kali untuk memberi layanan di seluruh antero bumi. Sementara LEO harus beberapa kali konstelasi satelit karena untuk memberikan cakupan layanan di seluruh bumi, dibutuhkan ratusan satelit LEO.

    “Tahun 2027 kita paling lambat meluncurkan LEO atau roket dari Indonesia,” kata Ketua Umum Asosiasi Antariksa Indonesia (Ariksa) Adi Rahman Adiwoso di Jakarta, Kamis (21/8/2025).

    Dia mengatakan untuk mensukseskan langkah besar ini dibutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dan ekosistem. 

    Adi Rahman mengatakan industri antariksa memiliki peranan penting dalam mendukung berbagai sektor di Indonesia mulai dari ekonomi hingga pertahanan. Saat ini fokus dalam pengembangan antariksa masih terpecah belah. Oleh sebab itu Ariksa dibentuk agar seluruh pemangku kepentingan memiliki misi bersama dalam membangun antariksa yang memberikan manfaat bagi Indonesia.

    Ada tiga hal yang harus menjadi fokus dalam pengembangan antariksa dalam negeri. Pertama, kebijakan yang berpihak dan ramah investasi. Kedua, pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang sejalan dengan pertumbuhan industri.

    Terakhir, model bisnis.  “Bisnisnya supaya itu berputar semuanya,” kata Adi.

    Potensi ….

  • Elon Musk Minta Bantuan Zuckerberg untuk Beli Induk ChatGPT

    Elon Musk Minta Bantuan Zuckerberg untuk Beli Induk ChatGPT

    Jakarta

    Elon Musk ternyata meminta bantuan pesaingnya Mark Zuckerberg saat menyusun konsorsium untuk membeli OpenAI senilai USD 97,4 miliar. Namun CEO dan pendiri Meta itu menolak ajakan Musk.

    Hal ini terungkap dokumen pengadilan yang didaftarkan OpenAI terkait kasus hukumnya dengan Elon Musk yang dimulai tahun lalu. Pemilik ChatGPT itu mengklaim Musk pernah berkomunikasi dengan Zuckerberg tentang potensi pembiayaan atau investasi sehubungan dengan tawarannya untuk membeli OpenAI.

    OpenAI mengatakan Musk telah mengungkap komunikasinya dengan Zuckerberg dalam interogasi di bawah sumpah. OpenAI meminta hakim untuk memerintahkan Meta agar menyerahkan dokumen dan komunikasi terkait tawaran untuk OpenAI.

    “Komunikasi Meta dengan penawar lain, atau komunikasi internal, termasuk yang mencerminkan diskusi dengan Musk dan penawar lainnya, juga akan menjelaskan motivasi di balik tawaran tersebut,” kata OpenAI, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (22/8/2025).

    Dalam dokumen pengadilan yang sama, Meta mengatakan OpenAI seharusnya meminta dokumen yang relevan langsung dari Musk dan startup AI-nya, dan meminta hakim untuk menolak permintaan OpenAI.

    Kasus hukum antara Elon Musk dan OpenAI dimulai ketika CEO dan co-founder OpenAI Sam Altman berencana mengubah model bisnisnya menjadi for-profit.

    Musk, yang ikut mendirikan OpenAI bersama Altman pada tahun 2015, tidak setuju dengan rencana tersebut. Pria kelahiran Afrika Selatan itu kemudian menggugat OpenAI dengan tuduhan pelanggaran kontrak dan mencoba menghentikan OpenAI berubah menjadi perusahaan for-profit.

    Belum lama ini, Hakim Yvonne Gonzales Rogers memutuskan bahwa Musk harus menghadapi gugatan balik OpenAI. Dalam gugatan balasannya, OpenAI menuduh ‘tawaran palsu’ dari Musk dan xAI telah merugikan bisnisnya, dan Musk telah melakukan pelecehan melalui tindakan hukum dan serangan di media sosial dan pers.

    (vmp/vmp)

  • Dulu Perang, Elon Musk Sekarang Ajak Zuckerberg Satukan Kekuatan

    Dulu Perang, Elon Musk Sekarang Ajak Zuckerberg Satukan Kekuatan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk ternyata sempat mengajak CEO Meta Mark Zuckerberg untuk bergabung dalam rencana akuisisi OpenAI, pengembang ChatGPT. Musk disebut mencari dukungan dana senilai US$97,4 miliar (sekitar Rp1.500 triliun) pada awal 2025.

    Informasi ini terungkap dalam dokumen pengadilan yang dirilis Kamis (21/8). Dokumen tersebut merupakan bagian dari perkara hukum antara Musk dan OpenAI yang diajukan tahun lalu.

    Kasus ini tengah bergulir di pengadilan federal California Utara, dan hakim baru-baru ini memutuskan bahwa OpenAI dapat melanjutkan gugatan balik terhadap Musk, demikian dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (22/8/2025).

    Musk diketahui ikut mendirikan OpenAI sebagai organisasi nirlaba bersama Sam Altman pada 2015. Namun, hubungan keduanya memburuk setelah OpenAI berkembang menjadi perusahaan AI komersial dengan dukungan miliaran dolar dari Microsoft. Musk disebut kecewa karena Altman mengarahkan OpenAI menjadi entitas profit.

    Pada Februari 2025, Musk melayangkan proposal akuisisi OpenAI melalui xAI, perusahaan AI yang ia dirikan pada 2023 sebagai pesaing langsung. Dalam upaya itu, Musk menghubungi Zuckerberg dengan menyertakan letter of intent (LOI) untuk menanyakan kemungkinan pendanaan atau investasi.

    Namun, dokumen pengadilan menyebutkan bahwa Zuckerberg maupun Meta tidak pernah menandatangani LOI tersebut.

    Seiring berjalannya kasus, OpenAI menuduh Musk dan xAI melakukan “penawaran palsu” yang merugikan bisnis perusahaan, serta menuding Musk melakukan “pelecehan” melalui gugatan hukum, media sosial, dan pemberitaan media.

    Sementara itu, Meta yang diminta menyerahkan dokumen komunikasi dengan Musk menyatakan keberatan. Meta menilai permintaan OpenAI terlalu membebani, dan seharusnya komunikasi terkait dapat diperoleh langsung dari Musk maupun xAI.

    Juru bicara Meta menolak berkomentar. Sementara itu, pengacara Musk, Marc Toberoff, tidak menanggapi permintaan komentar.

    Adapun Meta sendiri diketahui sedang gencar mengembangkan teknologi AI. Perusahaan induk Facebook itu disebut menawarkan paket kompensasi lebih dari US$100 juta untuk peneliti AI papan atas serta berupaya merekrut karyawan OpenAI.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]