Tag: Elon Musk

  • Trump Bertemu Bos-bos Perusahaan Teknologi, Elon Musk Tak Tampak

    Trump Bertemu Bos-bos Perusahaan Teknologi, Elon Musk Tak Tampak

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggelar jamuan makan malam di Gedung Putih pada Kamis malam bersama pengusaha, bos-bos perusahaan teknologi hingga politisi. Namun, CEO Tesla Elon Musk tak tampak dalam pertemuan tersebut.

    Menurut keterangan Gedung Putih, lebih dari belasan tokoh besar teknologi masuk daftar undangan, termasuk pendiri Meta Mark Zuckerberg, CEO Apple Tim Cook, pendiri Microsoft Bill Gates, pendiri OpenAI Sam Altman, CEO Google Sundar Pichai, dan CEO Microsoft Satya Nadella.

    Dikutip dari CBS News, Sabtu (6/9/2025), dalam acara itu, Trump duduk bersebelahan dengan Zuckerberg, sementara Gates berada di samping Ibu Negara Melania Trump.

    Trump yang belakangan dekat dengan pimpinan Apple dan Nvidia serta berupaya menarik komitmen investasi mereka melontarkan pujian dengan sebutan ‘pemimpin revolusi dalam bisnis dan kecerdasan’.

    “Ini jelas kelompok dengan IQ tinggi, dan saya sangat bangga pada mereka,” kata Trump.

    Beberapa tokoh diminta Trump untuk berbicara, termasuk Zuckerberg, Nadella, dan Pichai. Gates menggunakan kesempatan tersebut untuk menyoroti kemajuan teknologi vaksin. Gates memuji inisiatif vaksin COVID-19 Operation Warp Speed yang diluncurkan Trump, seraya menekankan kebutuhan riset baru untuk penyakit seperti HIV dan anemia sel sabit.

    U.S. President Donald Trump, first lady Melania Trump and Microsoft cofounder Bill Gates attend a private dinner for technology and business leaders in the State Dining Room at the White House in Washington, D.C., U.S., September 4, 2025. REUTERS/Brian Snyder Foto: REUTERS/Brian Snyder

    Elon Musk Tak Bisa Hadir

    Sementara itu, Elon Musk menulis di X bahwa ia sebenarnya diundang tetapi tidak bisa hadir dan mengutus perwakilannya. Pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa orang terkaya di dunia itu memang masuk daftar undangan.

    Hubungan Musk dan Trump sendiri sempat retak awal tahun ini. Elon Musk keluar dari lingkaran pemerintahan sambil mengkritik keras Trump terkait belanja negara dan kasus Epstein, bahkan berjanji membentuk partai politik baru bernama America Party meski hingga kini belum terwujud.

    Meski begitu, awal pekan ini Trump kembali meramalkan bahwa Elon Musk akan balik ke Partai Republik. “Saya rasa dia tidak punya pilihan,” ujar Trump dalam wawancara radio.

    “Masa iya dia mau gabung dengan kaum radikal kiri yang gila? Mereka gila. Dia orang dengan akal sehat, dia orang baik,” tambah Trump.

    Trump menyebut Elon Musk sebagai sosok yang 80% super jenius, tapi 20% bermasalah. Menurutnya, jika bagian yang 20% itu bisa diselesaikan maka Elon Musk akan jadi luar biasa.

    “Dia memang sempat salah langkah, tapi itu wajar, kadang hal-hal begitu terjadi,” ujar Trump.

    Halaman 2 dari 2

    (ily/ara)

  • Harta Orang Kaya Singapura Meledak Rp 3.900 Triliun, Ini 10 Sultannya!

    Harta Orang Kaya Singapura Meledak Rp 3.900 Triliun, Ini 10 Sultannya!

    Jakarta

    Pada peringatan 60 tahun kemerdekaan Singapura, negara tersebut mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,3% pada paruh pertama 2025. Hal ini disinyalir berkat lonjakan ekspor di tengah ketidakpastian terkait tarif.

    Efeknya, orang-orang terkaya di negara ini memiliki kekayaan bersih yang naik hampir seperempatnya, melonjak ke rekor US$ 239 miliar atau setara Rp 3.934 triliun. Berikut adalah daftar 10 orang terkaya di Singapura versi Forbes, dikutip Sabtu (7/9/2025):

    1. Eduardo Saverin

    Selama tiga tahun berturut-turut, Eduardo Saverin menjadi peraih kekayaan terbesar dalam dolar dan memimpin kelompok 41 orang yang kekayaannya meningkat. Salah satu pendiri Facebook dan warga negara Singapura yang telah lama tinggal di sana ini menambahkan US$ 14 miliar sehingga kekayaan bersihnya menjadi US$ 43 miliar, atau setara Rp 707 triliun. Hal ini berkat lonjakan iklan berbasis AI yang menyebabkan saham perusahaan Meta Platforms melonjak.

    2. Kwek Leng Beng dan keluarga

    Taipan real estat Kwek Leng Beng naik dua peringkat ke posisi kedua berkat kekayaannya yang ia bagi bersama keluarganya, naik 24% menjadi US$ 14,3 miliar atau setara Rp 235 triliun. Hal ini terutama karena informasi baru tentang kepemilikan keluarganya.

    Sebagai informasi, Kwek menggugat putranya, Sherman Kwek, CEO perusahaan unggulan City Developments, ke pengadilan karena menunjuk direktur baru tanpa mengikuti proses hukum. Dua minggu kemudian ia berdamai serta mencabut gugatan tersebut.

    3. Robert & Philip Ng

    Dua bersaudara pemilik properti ini turun ke posisi 3 dan kekayaan gabungan mereka turun menjadi US$ 14,1 miliar atau setara Rp 232 triliun. Hal ini akibat krisis properti di Hong Kong yang berdampak pada saham mereka di sana.

    4. Keluarga Goh

    Keluarga Goh, yang terdiri dari ahli waris taipan di bidang cat Goh Cheng Liang, masuk urutan ke-4 dengan kekayaan senilai US$ 13,1 miliar atau setara Rp 215 triliun. Goh Cheng Liang meninggal dunia pada bulan Agustus di usia 98 tahun.

    Saham Nippon Paint Holdings, yang dipimpin oleh putra mendiang sang patriark, Goh Hup Jin, naik hampir 30% dibandingkan tahun lalu setelah mengakuisisi produsen bahan kimia khusus dari Amerika Serikat (AS), AOC, pada 2024.

    5. Li Xiting

    Li Xiting adalah salah satu pendiri dan ketua Shenzhen Mindray Bio-Medical Electronics, sebuah perusahaan pemasok alat kesehatan. Mindray didirikan pada 1991 dan berkantor pusat di Shenzhen. Li, yang merupakan warga negara Singapura, membagi waktunya antara Shenzhen dan Singapura.

    Perusahaan tersebut mengakuisisi 21% saham APT Medical, produsen peralatan kardiologi yang berbasis di Shenzhen, dengan nilai lebih dari US$ 900 juta pada tahun 2024. Salah satu pendiri dan direktur Mindray, Xu Hang, juga seorang miliarder. Kekayaannya saat ini senilai US$ 13,2 miliar atau setara Rp 217 triliun.

    10 Sultan Singapura 2025! Siapa yang Paling Tajir?

    Foto: Getty Images/Chris McGrath

    6. Forrest Li

    Lulusan Stanford, Forrest Li, mendirikan dan mengelola perusahaan game daring dan e-commerce Sea, yang juga memiliki saham di bidang pembayaran elektronik dan jasa keuangan. Li masuk dalam jajaran orang terkaya di Singapura setelah mencatatkan Sea di Bursa Efek New York pada 2017.

    Didukung oleh Tencent, yang memiliki saham cukup besar, Sea juga menarik investor lain seperti perusahaan ekuitas swasta General Atlantic dan putra miliarder Malaysia Robert Kuok, Kuok Khoon Hua. Pada 2023, Sea membukukan laba bersih tahunan pertamanya sejak IPO. Sea juga meluncurkan layanan perbankan digital di Asia Tenggara, Taiwan, dan Brasil. Kini, kekayaan Li tercatat sebesar US$ 12,1 miliar atau setara Rp 199 triliun.

    7. Keluarga Khoo

    Keluarga Khoo adalah ahli waris mendiang bankir Khoo Teck Puat, yang berinvestasi di Standard Chartered Bank pada 1986. Sebagian besar kekayaan mereka berasal dari penjualan saham di Standard Chartered Bank senilai US$ 4 miliar pada 2006.

    Keluarga Khoo juga mengendalikan Goodwood Group of Hotels, yang memiliki Goodwood Park Hotel yang bersejarah di Singapura dengan Mavis Khoo-Oei sebagai ketuanya. Khoo Foundation, badan amal keluarga tersebut, juga mendanai Rumah Sakit Khoo Teck Puat di Singapura yang dibuka pada 2010. Kekayaan mereka tercatat sebanyak US$ 10,1 miliar atau setara Rp 166 triliun.

    8. Keluarga Wee

    Keluarga Wee adalah ahli waris mendiang bankir Wee Cho Yaw, yang menjabat sebagai ketua emeritus United Overseas Bank (UOB) ketika beliau meninggal dunia pada 2024 di usia 95 tahun. Putra tertua Wee, Wee Ee Cheong, menjabat sebagai wakil ketua dan CEO UOB, sementara putra bungsunya, Wee Ee Lim, memiliki kursi di dewan direksi.

    Pada 2022, UOB-bank dengan aset terbesar ketiga di Singapura-setuju untuk membeli bisnis perbankan konsumen Citibank yang tersebar di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dengan harga sekitar US$ 3,6 miliar. Kekayaan keluarga ini berasal dari kepemilikan saham di UOB, pengembang properti UOL Group dan Kheng Leong, serta Haw Par, produsen salep Tiger Balm yang ikonis.

    Pada April 2025, UOB dan Yayasan Wee, yayasan filantropi milik keluarga, menjanjikan sumbangan gabungan sebesar US$ 110 juta kepada NTU Singapura untuk inisiatif pendidikan baru seperti pengembangan kewirausahaan. Kini, kekayaan mereka tercatat sebesar US$ 10 miliar atau setara Rp 164 triliun.

    9. Leo KoGuan

    Leo KoGuan adalah pendiri dan ketua perusahaan penyedia teknologi informasi SHI International senilai US$ 9,5 miliar (penjualan), yang dipimpin oleh mantan istrinya, Thai Lee, yang juga seorang miliarder.

    KoGuan, yang pernah mengklaim sebagai pemegang saham individu terbesar ketiga Tesla, kini menjadi kritikus Elon Musk dan mengatakan ia telah menjual sebagian besar sahamnya. Ia lahir di Indonesia, meraih gelar master dari Universitas Columbia serta gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum New York.

    Ia mengatakan investasi pertamanya adalah di real estat Manhattan, yang kemudian ia jual untuk membeli perusahaan penjual perangkat lunak, pendahulu SHI, dengan harga kurang dari US$ 1 juta pada 1989. Pada awal kekacauan pasar akibat pandemi, ia menjual sebagian besar kepemilikan sahamnya, termasuk saham Baidu dan Nvidia, untuk membeli opsi beli jangka panjang Tesla.

    KoGuan membayar sekitar US$ 50 juta pada 2020 untuk membeli penthouse terbesar di Singapura di Wallich Residence, Guoco Tower, dari miliarder Inggris James Dyson. Harta kekayaannya kini tercatat sebesar US$ 8,4 miliar atau setara Rp 138 triliun.

    10. Zhang Yong dan Shu Ping

    Zhang Yong adalah ketua jaringan restoran hot pot Sichuan, Haidilao, yang melantai di bursa pada 2018. Istrinya, Shu Ping, adalah salah satu pendirinya. Haidilao memiliki hampir 1.400 restoran di China dan ratusan lainnya di seluruh dunia.

    Perusahaan ini memisahkan bisnis luar negerinya, Super Hi, yang melantai di bursa Hong Kong pada 2022 dan mencatatkan saham perdananya di Nasdaq pada 2024. Super Hi memiliki lebih dari 120 restoran di seluruh dunia; Shu adalah ketuanya.

    Zhang, yang tidak pernah tamat SMA, tidak tahu cara memasak hot pot khas Sichuan ketika ia memulai bisnis ini. Tiga temannya, termasuk Shu yang kemudian menjadi istrinya, membantu dengan modal awal, tetapi ia yang mengelola tempat tersebut.

    Pada 2022, ia mengundurkan diri sebagai CEO untuk fokus pada strategi jangka panjang. Kini, kekayaan mereka tercatat sebesar US$ 7,8 miliar atau setara Rp 128 triliun.

    Halaman 2 dari 2

    (fdl/fdl)

  • Lebih Kaya dari Elon Musk, Orang Ini Pernah Bikin 1 Negara Krisis

    Lebih Kaya dari Elon Musk, Orang Ini Pernah Bikin 1 Negara Krisis

    Jakarta

    Namanya mungkin tidak sepopuler Elon Musk atau Jeff Bezos, tapi kekayaannya disebut-sebut jauh melampaui mereka. Dialah Mansa Musa, penguasa Afrika Barat di abad ke-14 yang hartanya sampai bikin satu negara krisis gara-gara emas!

    Melansir laman History yang tayang pada 19 Maret 2018 dan diperbarui 28 Mei 2025, dikisahkan Mansa Musa menjadi penguasa Kekaisaran Mali pada tahun 1312. Dia naik tahta setelah pendahulunya, Abu-Bakr II, hilang dalam perjalanan yang ditempuh melalui laut di Samudra Atlantik.

    Pemerintahan Mansa Musa datang pada saat negara-negara Eropa sedang berjuang karena perang saudara yang berkecamuk dan kurangnya sumber daya. Selama periode itu, Kekaisaran Mali berkembang berkat sumber daya alam yang melimpah seperti emas dan garam.

    Di bawah pemerintahan Mansa Musa, kawasan kekuasaannya makmur dan tumbuh hingga menjangkau sebagian besar Afrika Barat. Wilayah kekuasaan terdiri dari pantai Atlantik hingga pusat perdagangan pedalaman Timbuktu dan sebagian Gurun Sahara.

    Mansa Musa merupakan seorang Muslim yang taat. Dia pernah melakukan perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Dia berlayar sekitar 4.000 mil bersama 60.000 rombongannya yang terdiri dari tentara dan budak. Rombongan itu membawa ratusan pon emas yang diangkat menggunakan unta dan kuda.

    Dalam perjalanan itu rombongan Mansa Musa menjadi tontonan untuk setiap wilayah yang dilaluinya. Bahkan sosoknya menjadi tersohor di Mesir selama lebih dari satu dekade.

    Sesampainya di Kairo, Mansa Musa bertemu dengan penguasa Kairo, al-Malik al-Nasir. Menurut teks-teks dari sejarawan kuno Shihab al-Umari, Mansa Musa disambut di Kairo oleh bawahan al-Nasir, yang mengundangnya untuk bertemu dengan sesama raja. Mansa Musa menolak proposisi sambutan mewah itu dan mengatakan bahwa dia hanya numpang lewat dalam perjalanan haji ke Mekah.

    Salah satu alasan Mansa Musa menolak adalah karena dia diharuskan tunduk dan mencium kaki sultan. Dia memilih untuk menyapa al-Nasir dengan layak dalam pandangannya. Dalam percakapan keduanya al-Nasir menawarkan penginapan kepada Mansa Musa dan semua orang yang menemaninya. Namun Mansa Musa menolak dan justru meninggalkan sebagian hartanya di sana.

    Saat melalui Kairo dari pusat kerajaan hingga kawasan pemukiman miskin, Mansa Musa menebar hartanya berupa emas dengan membeli barang-barang asing. Hal itulah yang membuat dia begitu terkenal dan dihargai.

    Meski bermaksud baik, pemberian emas Mansa Musa sebenarnya menurunkan nilai logam di Mesir, dan perekonomian kerajaan mengalami pukulan besar. Butuh waktu 12 tahun bagi ekonomi Mesir untuk pulih.

    The Sun yang melansir SmartAsset.com menyebut Timur Tengah mengalami kerugian ekonomi sebesar 1,1 miliar Euro gara-gara harga emas yang jatuh.

    Dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci, Mansa Musa coba membantu ekonomi Mesir yang anjlok ‘gara-gara’ dia. Mansa Musa mengambil kembali emas di peredaran dan meminjamnya dengan bunga tinggi.

    Beberapa waktu kemudian dia kembali ke Mekah dengan beberapa ulama termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad SAW dan seorang penyair asal Andalusia. Mansa Musa membayar mereka dengan 200 kg emas yang jika sekarang diuangkan menjadi 6,3 juta Euro.

    (fdl/fdl)

  • Trump Kumpulkan Zuckerberg Sampai Bill Gates, Minus Elon Musk

    Trump Kumpulkan Zuckerberg Sampai Bill Gates, Minus Elon Musk

    Washington

    Presiden Donald Trump mengundang sejumlah tokoh penting dari kalangan elit dunia teknologi untuk makan malam di Gedung Putih. Namun Elon Musk, orang terkaya dunia pemilik Tesla dan SpaceX, tidak kelihatan batang hidungnya.

    Di antara mereka yang hadir dalam makan malam pada 4 September itu adalah pendiri Meta Mark Zuckerberg, pendiri Microsoft Bill Gates, CEO Apple Tim Cook, Sergey Brin dan Sundar Pichai dari Google, dan pendiri OpenAI Sam Altman.

    Dikutip detikINET dari USA Today, Elon Musk yang pernah menjadi sekutu terdekat Trump sebelum berselisih tidak datang. Di X, dia mengaku diundang, tetapi sayangnya tidak dapat hadir.

    Setelah hubungan yang dulunya dingin dengan Silicon Valley, Trump diterima oleh banyak pemimpin teknologi di masa jabatan keduanya. Dia mempromosikan mata uang kripto, memperingatkan negara-negara asing agar tidak meregulasi teknologi, dan mendorong dominasi Amerika dalam AI.

    Para tamu makan malam itu pun bergantian memuji Trump selama acara tersebut. Para pemimpin teknologi yang diundang ke Gedung Putih mewakili beberapa perusahaan AI terbesar di dunia. Zuckerberg duduk di sebelah presiden, sementara Gates duduk di sebelah ibu negara Melania Trump.

    Trump duduk bersama Mark Zuckerberg. Foto: REUTERS/Brian Snyder

    “Merupakan suatu kehormatan berada di sini bersama sekelompok orang ini, mereka memimpin revolusi dalam bisnis, kejeniusan, dan dalam setiap kata yang saya pikir dapat Anda bayangkan,” kata Trump saat membuka acara.

    Melania Trump menyelenggarakan acara Gedung Putih yang berfokus pada AI pada hari sebelumnya yang dihadiri Altman dan Pichai. “Robot sudah ada di sini. Masa depan kita bukan lagi fiksi ilmiah,” kata Melania Trump di acara tersebut.

    Perusahaan-perusahaan AS berlomba membangun dominasi AI atas China, dan Trump menjadi pendorong utama. Ia menunjuk kapitalis ventura David Sacks sebagai kepala AI dan kripto Gedung Putih. Sacks menguraikan upaya pemerintahan Trump untuk memastikan AS mendominasi AI dan berterima kasih ke para pemimpin teknologi yang hadir karena mengutamakan Amerika.

    Trump telah menerapkan program tarif agresif dan mendorong perusahaan untuk mengalihkan manufaktur ke Amerika Serikat, membuat banyak perusahaan untuk mengumumkan investasi baru di AS.

    Pemerintahan Trump merilis cetak biru kecerdasan buatan pada bulan Juni, bertujuan untuk melonggarkan aturan lingkungan dan memperluas ekspor AI ke negara-negara sekutu. Itu sebagai upaya mempertahankan keunggulan Amerika atas China dalam teknologi penting tersebut.

    Daftar undangan makan malam tersebut juga termasuk dua lusin tokoh teknologi terkemuka. Mereka antara lain CEO Figma, Dylan Field, Presiden Groq, Sunny Madra, pendiri Social Capital, Chamath Palihapitiya, pendiri Zynga, Mark Pincus, pendiri Ring, Jamie Siminoff, dan CEO Oracle, Safra Catz.

    Juga ada CEO Blue Origin, David Limp, CEO Micron Technology, Sanjay Mehrotra, Presiden OpenAI, Greg Brockman, CEO Microsoft, Satya Nadella, pendiri Tibco, Vivek Ranadive, dan Chief Technology Officer Palantir, Shyam Sankar.

    (fyk/fyk)

  • Di Tengah Era Satelit LEO, Bagaimana Nasib Bisnis GEO?

    Di Tengah Era Satelit LEO, Bagaimana Nasib Bisnis GEO?

    Bisnis.com, JAKARTA— Kehadiran satelit Low Earth Orbit (LEO) yang kian marak dengan berbagai layanan internet satelit global tidak serta-merta membuat keberadaan satelit Geostationary Orbit (GEO) terpinggirkan. 

    Para pengamat menilai, baik LEO maupun GEO memiliki karakteristik, keunggulan, dan tantangan masing-masing, sehingga bisnis keduanya masih akan beriringan.

    Pengamat telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai persaingan antara penyedia layanan satelit LEO dan GEO kini semakin terbuka. Namun, pasar untuk masing-masing teknologi sesungguhnya berbeda.

    “Ya memang kini terjadi persaingan antara penyedia layanan satelit LEO dan GEO. Tapi sebenarnya, masing-masing punya karakteristik dan keunggulan serta tantangan masing-masing, sehingga pasarnya sebenarnya juga berbeda-beda,” kata Heru saat dihubungi Bisnis pada Kamis (4/9/2025). 

    Menurutnya, kehadiran kedua jenis satelit tersebut tidak saling meniadakan. Dia mengatakan dua-duanya bisa jalan beriringan dan saling komplementer. Heru menjelaskan, satelit LEO memiliki kecepatan dan kapasitas lebih tinggi dibandingkan GEO, tetapi membutuhkan ribuan satelit sehingga investasinya besar. 

    Sementara itu, satelit GEO dengan satu unit saja sudah bisa mencakup wilayah Indonesia meski kapasitas dan kecepatannya tidak setinggi LEO.

    “Satelit masih dibutuhkan, baik LEO maupun GEO karena wilayah Indonesia yang luas dan geografisnya membuat tidak semua dapat dijangkau dengan serat optik atau seluler,” katanya.

    Senada, pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, menyebut saat ini industri satelit tengah berada dalam masa transisi, dengan tiga konstelasi satelit GEO, LEO, dan Medium Earth Orbit (MEO) yang masih beroperasi dengan kelebihan masing-masing.

    “Saat ini merupakan masa transisi terkait bisnis berbasis teknologi satelit. Ketiga konstelasi satelit, GEO-MEO-LEO, masih berjalan, dengan kelebihan masing-masing,” kata Agung.

    Dia mencontohkan, dari sisi kecepatan transfer data, satelit GEO juga telah mengadopsi teknologi High Throughput Satellite (HTS), salah satunya adalah Satelit Satria. Dengan begitu, perkembangan GEO tetap berkelanjutan di tengah gempuran satelit LEO.

    “Kondisi transisi ini akan mencapai kesetimbangan sekitar 10 tahun ke depan. Kurun waktu ini akan terdapat koeksistensi tiga layanan GEO-MEO-LEO. Ke depan, kesetimbangan dari sisi jumlah masing-masing teknologi,” kata Agung.

    Secara umum, satelit dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan ketinggian orbitnya, yaitu LEO dengan ketinggian 160–1.000 km dari permukaan Bumi, MEO dengan orbit menengah yang banyak dimanfaatkan untuk navigasi seperti GPS, dan GEO yang berada pada ketinggian sekitar 35.780 km sehingga bisa mencakup wilayah yang luas.

    Satelit LEO populer digunakan untuk telekomunikasi dan pencitraan karena orbitnya yang rendah mendukung kualitas gambar resolusi tinggi dan kecepatan tinggi, meski membutuhkan ribuan satelit untuk memastikan cakupan stabil. 

    Beberapa satelit LEO yang cukup dikenal antara lain Starlink milik Elon Musk dan OneWeb. Sementara MEO kerap digunakan untuk navigasi global. Adapun GEO lebih banyak dimanfaatkan untuk telekomunikasi dan pemantauan cuaca karena posisinya yang konstan dari perspektif Bumi.

  • Parah, Elon Musk Dukung Warga Jepang Demo Anti Imigran

    Parah, Elon Musk Dukung Warga Jepang Demo Anti Imigran

    Tokyo

    Elon Musk kembalii bikin kontroversi. Dia menyuarakan dukungannya terhadap demonstrasi anti imigrasi di Jepang. Meskipun masih kecil, gerakan anti imigran di Jepang semakin mendapatkan dukungan dan partai yang menyuarakannya juga makin populer.

    Pimpinan Tesla dan SpaceX sekaligus mantan penasihat Presiden AS Donald Trump ini memang sebelumnya telah mendukung partai-partai sayap kanan di negara lain, seperti Alternative for Germany (AfD).

    Mengomentari video demonstrasi kecil-kecilan di Jepang yang diunggah di X oleh akun bernama The British Patriot, Musk yang lahir di Afrika Selatan berkata, “Bagus.”

    Akun tersebut, yang menggambarkan dirinya sebagai “Pria kulit putih Inggris yang bangga dengan akar pribumi,” mengatakan bahwa klip tersebut menunjukkan para pengunjuk rasa Jepang menuntut deportasi semua imigran ilegal.

    “Dari Australia hingga Eropa hingga Jepang, warga negara bersatu untuk remigrasi,”sebut akun itu yang dikutip detikINET dari Japan Times.

    Video tersebut tampaknya direkam di Osaka pada 30 Agustus dan memperlihatkan orang-orang memegang bendera dan spanduk Jepang yang menentang imigrasi massal, termasuk satu spanduk bertuliskan, “Jangan jadikan Jepang Afrika.”

    Sebenarnya tingkat imigrasi di Jepang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Survei juga menempatkannya jauh di bawah daftar kekhawatiran pemilih.

    Namun, dengan populasi yang menua, salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, dan kekurangan tenaga kerja di banyak industri, jumlah imigran memang kian meningkat.

    Pada bulan Juli, partai anti imigrasi Sanseito meraih hasil baik dalam pemilihan Majelis Tinggi, menambah perolehan kursi jadi 15 dari dua. Di majelis rendah, partai ini punya tiga anggota parlemen. Agendanya menggemakan gerakan populis lain di seluruh dunia yang menentang globalisme dan menyatakan akan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat.

    (fyk/fyk)

  • Bocor! Rencana Trump ‘AS Kuasai Gaza’ Dibongkar Washington Post

    Bocor! Rencana Trump ‘AS Kuasai Gaza’ Dibongkar Washington Post

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah rencana yang beredar di Gedung Putih untuk membangun “Gaza Riviera” sebagai rangkaian kota-kota megah berteknologi tinggi kembali bocor di media. Hal ini terjadi saat Gaza masih dalam serangan dan gempuran pasukan Israel.

    Washington Post mempublikasikan bocoran prospektus untuk rencana tersebut, yang akan melibatkan pemindahan paksa seluruh 2 juta penduduk Gaza dan menempatkan wilayah itu di bawah perwalian Amerika Serikat (AS) setidaknya selama satu dekade.

    Dinamakan the Gaza Reconstitution, Economic Acceleration and Transformation Trust atau GREAT, proposal tersebut dilaporkan dikembangkan oleh beberapa orang Israel yang turut menciptakan dan menggerakkan Gaza Humanitarian Foundation yang didukung AS dan Israel. Perencanaan keuangannya disumbangkan oleh Boston Consulting Group.

    Secara rinci, rencana setebal 38 halaman itu menyarankan apa yang disebutnya sebagai “relokasi sementara seluruh populasi Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta orang”. Nantinya, warga Palestina akan didorong untuk “secara sukarela” pindah ke negara lain atau ke zona-zona aman yang dibatasi selama rekonstruksi.

    “Mereka yang memiliki tanah akan ditawari token digital oleh perwalian tersebut sebagai imbalan atas hak untuk membangun kembali properti mereka, yang akan digunakan untuk membiayai kehidupan baru di tempat lain,” tulis laporan itu.

    Skema tersebut, yang digambarkan tidak memerlukan dana dari AS dan dimaksudkan untuk didanai oleh investor hingga US$ 100 miliar (Rp 1.642 triliun). Gaza nanti akan dibuat menjadi sebuah kota pelabuhan yang ramai yang dibelah oleh aliran air dan dikelilingi oleh hingga delapan kota megah berteknologi tinggi yang ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI) yang rindang, yang tampaknya meniru proyek Neom di Arab Saudi.

    Rencana itu juga membayangkan sebuah taman manufaktur “Elon Musk” yang terletak di atas reruntuhan zona industri Erez. Diketahui, zona industri ini dibangun dengan investasi Israel untuk mengeksploitasi tenaga kerja murah di wilayah Palestina dan kemudian ditutup dan dihancurkan oleh pasukan Israel.

    Tidak jelas apakah rencana tersebut mencerminkan kebijakan AS, dan baik Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri tidak menanggapi permintaan komentar. Namun, prospektus tersebut tampaknya mencerminkan ambisi Donald Trump yang sebelumnya telah dinyatakan untuk “membersihkan” Gaza dan membangunnya kembali.

    Rencana ini pun menuai kritik. Philip Grant, Direktur Eksekutif Trial International, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Swiss, yang menyebut rencana tersebut sebagai cetak biru untuk deportasi massal, yang dipasarkan sebagai pembangunan.

    “Ini adalah cetak biru untuk deportasi massal, yang dipasarkan sebagai pembangunan. Hasilnya? Sebuah kasus buku teks tentang kejahatan internasional dalam skala yang tak terbayangkan: pemindahan paksa penduduk, rekayasa demografi, dan hukuman kolektif,” kata Grant.

    Trial adalah salah satu dari lima belas kelompok yang sebelumnya telah memperingatkan bahwa kontraktor swasta yang beroperasi di Gaza bekerja sama dengan pemerintah Israel berisiko membantu dan bersekongkol atau terlibat dalam kejahatan menurut hukum internasional, termasuk kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, atau genosida.

    “Mereka yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana semacam itu, termasuk aktor perusahaan, dapat menghadapi tanggung jawab hukum selama beberapa dekade mendatang,” tambah Grant.

    (tps/șef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • China Makin Ganas Tanam Chip Otak, Elon Musk Minggir

    China Makin Ganas Tanam Chip Otak, Elon Musk Minggir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kemampuan menanam chip ke otak manusia atau diistilahkan ‘Brain Computer Interface’ (BCI) menjadi populer saat diperkenalkan Neuralink, startup milik Elon Musk. Bahkan, sudah dilakukan pengujian ke manusia dengan gangguan motorik, sehingga bisa tetap berinteraksi melalui komputer.

    Ke depan, teknologi ini diprediksi akan tumbuh pesat. Terlebih, China turut serta mengembangkan BCI dengan uji klinis pertama dilakukan pada Maret 2025, terhadap pasien yang mengalami kelumpuhan total (tetraplegia).

    Komitmen China dalam perlombaan mendominasi BCI tampaknya kian serius. Dikutip dari Digitimes Asia, Selasa (2/9/2025), sektor BCI China didukung penuh oleh kebijakan negara dan kecanggihan sektor swasta.

    Beberapa saat lalu, lembaga gabungan pemerintah China merilis ‘Rencana Implementasi untuk Mempromosikan Inovasi dan Pengembangan Industri BCI’.

    Roadmap tersebut menargetkan terobosan teknologi BCI pada 2027 mendatang, berbarengan dengan penciptaan ekosistem yang komprehensif antara teknologi canggih, industri, dan standar yang disusun.

    Pada 2027, China berambisi elektroda BCI dan sistem terintegrasinya mencapai tingkat kinerja global, dengan dua hingga tiga klaster industri khusus yang mengembangkan kasus penggunaan dan model bisnis baru.

    Pada 2030, otoritas China berencana untuk membina dua hingga tiga perusahaan terkemuka dan pemain khusus di bidang ini.

    Implementasi Chip Otak China

    Rencana ini menyerukan pengembangan sistem akuisisi sinyal fisiologis yang menggabungkan sinyal otak dengan input multimodal, termasuk elektromiografi (EMG), elektrookulografi (EOG), elektrokardiografi (EKG), dan spektroskopi inframerah dekat (NIRS), untuk meningkatkan presisi dalam kontrol interaksi dan evaluasi sensorik.

    Rencana ini juga membayangkan robot bedah presisi tinggi untuk implantasi BCI, yang mampu melakukan kontrol submikron dan penyesuaian dinamis, dipadukan dengan pencitraan real-time canggih dan rekonstruksi 3D untuk mendukung penerapan klinis.

    Pada Juli 2025, menjelang peluncuran roadmap BCI, regulator juga memperkenalkan standar nasional pertama China untuk perangkat medis BCI non-invasif.

    Standar ini membahas desain produk, keselamatan, stabilitas sinyal, penempatan elektroda, transmisi data, dan verifikasi sistem, untuk menutup kesenjangan regulasi yang telah lama ada dan secara resmi menempatkan perangkat tersebut di bawah pengawasan.

    Ambisi China Saingi AS

    Bersamaan dengan ini, perusahaan-perusahaan China menggenjot upaya pengembangan chip inti BCI, demi mempersempit ketimpangan dengan AS dan negara-negara lain.

    NeuroXess (Hengqin, Zhuhai) Technology yang merupakan perusahaan spinoff dari Neuroxess berbasis Shanghai, telah menciptakan chip akusisi multi-channel EEG yang memroses sinyal dari puluhan ribu elektroda, mengintegrasikan aplifikasi, penyarian, dan fungsi konversi.

    Wuhan Zhonghua BCI Technology Development mengatakan pihaknya telah mengembangkan chip antarmuka channel 65.000 di atas standar channel 3.000 yang bisa meningkatkan sinyal otak lebih mumpuni dan interaksi mesin manusia yang lebih stabil.

    Chinese Institute for Brain Research (CIBR) dan Beijing Xinzhida Neurotechnology (NeuCyber) juga berkolaborasi mengembangkan chip otak semi-invasif ‘Beinao No.1’ dan telah mengimplementasikannya ke 3 pasien pada awal 2025. Ditargetkan pasien akan mencapai 50 orang pada 2026 mendatang.

    Neuracle, bekerja sama dengan Universitas Tsinghua, telah menyelesaikan beberapa uji klinis sistem implan minimal invasif ‘NEO’. Dengan ukuran yang kurang lebih seukuran koin, chip ini dapat secara presisi menemukan dan menangkap sinyal EEG dengan andal, dengan tujuan penggunaan pada epilepsi, stroke, dan rehabilitasi neurologis.

    Di bidang non-invasif, BrainCo telah merilis produk komersial yang disetujui FDA dan membangun pijakan di pasar alat bantu rehabilitasi dan interaksi manusia-komputer.

    BCI merupakan bagian dari program “Pengembangan Inovasi Industri Masa Depan” China, dengan MIIT dan lembaga lainnya memberikan dukungan kebijakan dan subsidi. Dari menetapkan standar nasional hingga meningkatkan skala produksi chip dan uji klinis, China sedang membangun rantai nilai BCI yang lengkap, mencakup chip, algoritma, peralatan bedah, dan platform aplikasi.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • OpenAI Berencana Bangun Pusat Data di India dengan Kapasitas Minimal 1 Gigawatt

    OpenAI Berencana Bangun Pusat Data di India dengan Kapasitas Minimal 1 Gigawatt

    Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan pengembang ChatGPT, OpenAI, dikabarkan tengah menjajaki kerja sama dengan mitra lokal untuk membangun pusat data di India dengan kapasitas minimal 1 gigawatt. 

    Kabar tersebut menurut laporan Bloomberg pada Senin, (1/9/2025) Namun demikian, melansir laman Reuters pada Selasa (2/9/2025) OpenAI belum memberikan tanggapan resmi atas informasi ini. 

    OpenAI, yang didukung oleh Microsoft (MSFT.O), telah resmi mendaftarkan badan hukumnya di India dan mulai membentuk tim lokal. 

    Pada Agustus lalu, perusahaan mengumumkan rencana membuka kantor pertamanya di New Delhi pada akhir tahun ini, memperluas kehadirannya di pasar terbesar kedua berdasarkan jumlah pengguna.

    Rencana pembangunan pusat data berskala besar ini disebut sebagai langkah signifikan bagi ekspansi OpenAI di Asia, sekaligus menjadi bagian dari dorongan infrastruktur kecerdasan buatan dengan merek Stargate. 

    Namun, lokasi pasti dan jadwal pembangunan pusat data tersebut masih belum ditentukan. Bloomberg juga melaporkan, kemungkinan CEO OpenAI Sam Altman akan mengumumkan proyek ini secara resmi saat kunjungannya ke India pada September mendatang.

    Sebagai catatan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Januari lalu mengumumkan inisiatif Stargate, yaitu investasi sektor swasta hingga US$500 miliar atau sekitar Rp8,21 kuadriliun untuk pengembangan infrastruktur AI. Proyek besar ini didukung oleh SoftBank, OpenAI, dan Oracle (ORCL.N).

    Sebelumnya, OpenAI lebih agresif dalam mengembang teknologi kecerdasan buatan di tengah persaiangan mereka dengan Meta. 

    CEO OpenAI, Sam Altman dalam proses mendirikan perusahaan startup antarmuka brain-to-computer baru bernama Merge Labs. Sam membutuhkan dana sebesar Rp13,8 triliun untuk membangun perusahaan rintisan pesain Neuralink.

    Untuk menyukseskan usaha tersebut, Altman menggalang dana dengan modal yang kemungkinan besar berasal dari tim ventura OpenAI. 

    Merge Labs diperkirakan akan bernilai US$850 juta atau sekitar Rp13,8 triliun (Kurs: Rp16.233), tetapi pembicaraan masih dalam tahap awal dan OpenAI belum berkomitmen untuk berpartisipasi, sehingga persyaratan dapat berubah.

    Dilansir TechCrunch, Rabu (13/8/25), Selain OpenAI, perusahaan startup tersebut juga dilaporkan akan bekerja sama dengan Alex Blania, yang menjalankan Tools for Humanity (sebuah proyek ID digital pemindai mata milik Sam Altman, yang memungkinkan siapapun memverifikasi kemanusiaan mereka).

    Merge Labs nantinya akan bersaing dengan Neuralink milik Elon Musk, yang sedang mengembangkan chip antarmuka komputer dan dirancang untuk ditanamkan ke dalam otak.

    Musk sendiri sudah mendirikan Neuralink pada 2016, meski keberadaannya baru diketahui pada 2017, dan hingga kini, mereka telah membuat kemajuan signifikan.

    Saat ini, Neuralink sedang diujicobakan pada penderita kelumpuhan parah. Tujuannya agar mereka dapat mengendalikan perangkat dengan pikiran mereka. Untuk tujuan itu, Neuralink telah meraih pendanaan Seri E sebesar US$600 juta atau Rp9,7 triliun dengan valuasi US$9 miliar atau Rp146,1 triliun (Kurs: Rp16.233) pada Juni.

  • Investor Tesla Elon Musk Puji CEO Nvidia Huang: 90% Pemimpin, 10% Politisi

    Investor Tesla Elon Musk Puji CEO Nvidia Huang: 90% Pemimpin, 10% Politisi

    Bisnis.com, JAKARTA — Investor perusahaan Tesla milik Elon Musk, Dan Ives, mengungkapkan pandangannya terkait CEO Nvidia, Jensen Huang, yang menuai pencapaian positif di tengah kondisi geopolitik yang memanas antara Amerika Serikat dan China. 

    Ives mengatakan Jensen Huang sebagai sosok pemimpin murni, bukan politikus. Jensen berani dalam mengambil langkah saat Nvidia berada di tengah-tengah ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China.

    “Jika melihat Jensen, dia itu 10 persen politisi, 90 persen CEO,” kata Ives dikutip dari India Times, Senin (1/9/2205). 

    Menurut Ives, friksi dagang kedua negara menjadi ancaman utama bagi ekspansi dan pertumbuhan bisnis Nvidia ke depan. Kendati demikian, dia optimistis masalah ini akan menemukan titik terang dalam 45 hari hingga 60 hari ke depan. 

    “Ini hanya masalah waktu hingga [izin] diberikan lampu hijau,” kata Ives. 

    Dalam paparan kinerja keuangan terbarunya, CEO Nvidia Jensen Huang juga menyinggung soal potensi pasar China yang sangat besar. Dia mengatakan potensi ratusan triliun lenyap akibat perusahaan tidak diperbolehkan menjual chip ke China. 

    Huang mengatakan jika tidak terkendala aturan ekspor, China berpotensi menjadi pasar senilai US$50 miliar bagi perusahaan. “Pasar China bisa mencapai US$50 miliar setahun jika kami diperkenankan menjual produk kompetitif,” kata Huang dikutip dari Register.

    Nvidia mengungkap hingga saat ini masih harus menunggu persetujuan Washington untuk mengekspor AI generasi terbaru Blackwell ke pasar China. Produk chip sebelumnya, yakni H20, juga belum bisa menembus pasar Negeri Tirai Bambu lantaran izin ekspor yang berlarut-larut.

    Meskipun sejumlah pelanggan di China telah memperoleh lisensi beberapa pekan terakhir, Nvidia mengakui tidak ada satu pun unit H20 yang berhasil dikirim. Pemerintah AS juga meminta potongan 15% dari setiap transaksi berlisensi, namun belum ada kejelasan aturan tertulis mengenai pungutan tersebut.

    Menurut Nvidia, bila hambatan regulasi dapat diselesaikan, tambahan pendapatan sebesar US$2 miliar – US$5 miliar dapat diraih di luar proyeksi kuartal III yang kini dipatok mencapai US$54 miliar.

    Walau menghadapi kendala ekspor, Nvidia tetap melaporkan kinerja keuangan yang cemerlang. Pada kuartal II/2025, perusahaan membukukan pendapatan US$46,7 miliar dengan laba bersih US$26,4 miliar.

    Unit bisnis pusat data (datacenter) menjadi penyumbang terbesar dengan pendapatan US$41,1 miliar, naik 56% dibanding periode sama tahun lalu. Penjualan jaringan (networking) tercatat sebesar US$7,3 miliar, melesat 98% secara tahunan.

    Di segmen lain, bisnis gim tumbuh 49 % menjadi US$4,3 miliar, sementara itu grafis profesional naik 32% menjadi US$601 juta.