Tag: Elon Musk

  • Fitur Baru X Bisa Lihat Tweet Orang yang Blokir Kita

    Fitur Baru X Bisa Lihat Tweet Orang yang Blokir Kita

    Jakarta, CNBC Indonesia – X baru saja mengumumkan fitur baru terkait blokir. Kemampuan baru itu memberikan kebebasan pengguna yang diblokir di platform.

    Sebelumnya saat diblokir, seseorang tidak bisa melakukan atau melihat apapun pada akun yang diblokirnya. Kini pengguna bisa melihat postingan orang yang telah memblokir mereka.

    Perusahaan milik Elon Musk itu juga telah memperbarui laman Support media sosialnya. Sekarang orang yang diblokir bisa melihat daftar following dan follower mereka yang memblokirnya, dikutip dari Tech Crunch, Selasa (5/11/2024).

    Ini berbeda dengan kemampuan sebelumnya. Saat diblokir, pengguna tersebut tidak bisa mengetahui apapun soal akun yang memblokirnya termasuk melihat daftar followers dan following mereka.

    X hanya mempertahankan soal orang yang diblokir tetap tidak bisa mengikuti (follow) akun yang diblokir. Selain itu juga tidak punya kemampuan berinteraksi dengan postingan atau mengirim direct messages kepada mereka.

    Menurut perusahaan, perubahan itu memungkinkan transparansi pada platformnya. Berbeda dengan dulu yang bisa menyembunyikan informasi berbahaya dan pribadi soal seseorang.

    Pembaruan ini cukup kontroversial. Bahkan banyak pihak yang menilai perubahan tersebut akan mendorong aktivitas kejahatan seperti penguntit atau melecehkan pengguna lain.

    Tracy Chou yang merupakan insinyur software dan advokat keberagaman teknologi, mengatakan masalah itu bisa diatasi dengan membuat akun lain. Namun juga mengingatkan akan ada gesekan yang timbul.

    “Memudahkan penguntit menguntit bukan hal baik,” jelas dia.

    (fab/fab)

  • Obrolan Elon Musk-Peraih Nobel Fisika soal Perjalanan ke Mars

    Obrolan Elon Musk-Peraih Nobel Fisika soal Perjalanan ke Mars

    Samuel Chao Chung Ting alias Samuel Ting adalah fisikawan China-Amerika yang terkenal. Ia juga seorang peraih Nobel pada tahun 1976 atas karya perintisnya dalam penemuan partikel baru. Samuel Ting rupanya sempat bertemu dengan Elon Musk di Beijing dan berdiskusi tentang penggunaan energi atom di luar angkasa. Berikut isi obrolannya…

  • Calon Menteri Keuangan Donald Trump Tiba-tiba Sebut Elon Musk

    Calon Menteri Keuangan Donald Trump Tiba-tiba Sebut Elon Musk

    Jakarta, CNBC Indonesia – Miliarder John Paulson mengaku siap bekerja sama dengan Elon Musk dalam pemerintahan Trump jika kandidat partai Republik itu terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat.

    Sebelumnya, investor legendaris sekaligus hedge fund itu masuk dalam kandidat yang dipertimbangkan oleh tim kampanye Donald Trump untuk menjadi Menteri Keuangan, bersama dengan nama-nama seperti mantan duta besar perdagangan Robert Lighthizer dan CEO Key Square Scott Bessent.

    Ia mengatakan, jika dicalonkan sebagai Menteri Keuangan dirinya akan memprioritaskan perpanjangan Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Pekerjaan Trump tahun 2017. Dan akan bekerja sama dengan Musk untuk mengurangi pengeluaran federal. Namun ia mengaku belum berbicara dengan Musk tentang kerja sama ini.

    Ia bertujuan untuk memangkas subsidi Undang-Undang Pengurangan Inflasi untuk energi hijau. Padahal di sisi lain, Musk belum membahas rencana pastinya untuk memangkas anggaran federal tersebut.

    IRA (iInflation Reduction Act) menyediakan US$369 miliar dalam bentuk keringanan pajak dan subsidi untuk energi bersih, dan telah membantu mendorong perusahaan untuk menginvestasikan US$129 miliar dalam proyek-proyek terkait.

    “Semua subsidi pajak ini untuk tenaga surya, angin, sumber energi yang tidak efisien dan tidak ekonomis,” kata Paulson kepada Wall Street Journal.

    “Hilangkan itu. Itu akan menurunkan pengeluaran,” imbuhnya.

    Sebelumnya, Musk telah setuju untuk memimpin Departemen Efisiensi yang bertujuan untuk melakukan audit keuangan dan kinerja menyeluruh terhadap seluruh pemerintah federal dan merekomendasikan sebuah reformasi.

    Meskipun perusahaannya telah menerima banyak dana pemerintah, dan Tesla mendapat manfaat dari kredit pajak IRA untuk kendaraan listrik, ia mendukung penghentian subsidi pajak untuk produsen mobil.

    Awal minggu ini, Musk mengatakan ia akan memangkas pengeluaran federal setidaknya U$2 miliar.

    Menurut Departemen Keuangan AS, pemerintah telah menghabiskan setidaknya US$6,75 triliun pada tahun fiskal 2024, menurut Departemen Keuangan.

    Lebih dari separuh pengeluaran tersebut digunakan untuk Jaminan Sosial dan Medicare, yang menurut Trump tidak akan dipotong satu sen pun, serta bunga utang federal dan pertahanan.

    Forbes mencatat, Paulson saat ini memiliki kekayaan bersihnya mencapai US$3,8 miliar.

    (fab/fab)

  • Elon Musk Ingin Sulap Starship Jadi ‘SPBU’ Luar Angkasa pada 2025

    Elon Musk Ingin Sulap Starship Jadi ‘SPBU’ Luar Angkasa pada 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan dirgantara milik Elon Musk, SpaceX tengah mengembangkan inovasi baru yang memungkinkan pesawat Starship menyalurkan bahan bakar ke pesawat lain di luar angkasa.

    Nantinya, Starship akan memiliki teknologi untuk mentransfer bahan bakar antara satu pesawat dengan yang lainnya paling cepat pada Maret 2025 mendatang.

    Kent Chojnacki, Wakil Manajer Program Sistem Pendaratan Manusia (HLS) NASA mengatakan prestasi teknis utama ini akan membuka jalan bagi demonstrasi pendaratan tanpa awak Starship di bulan.

    Menurutnya, pengembangan teknologi ini sangat penting bagi program Artemis NASA, yang berupaya mengirimkan manusia ke bulan dengan menggunakan pesawat ruang angkasa revolusioner SpaceX.

    Adapun, NASA telah memberikan kontrak senilai US$4,05 miliar kepada SpaceX milik Elon Musk untuk membangun dua pesawat Starship yang dapat dioperasikan manusia.

    Pesawat ruang angkasa itu akan membawa astronot ke permukaan bulan, yang menjadi perjalanan pertama sejak era Apollo. Pendaratan berawak saat ini dijadwalkan pada September 2026.

    NASA pun terus memantau kampanye uji coba Starship SpaceX, yang telah menyelesaikan lima peluncuran roket sejauh ini. Uji coba terakhir dilakukan pada 13 Oktober 2024 yakni SpaceX membuat sejarah dengan menangkap pendorong roket Super Heavy di udara dengan “sumpit” di menara peluncuran.

    “Kami belajar banyak setiap kali [peluncuran roket] terjadi,” kata Chojnacki seperti yang dilaporkan TechCrunch dikutip Minggu (3/11/2024).

    Di lain sisi, Chojnacki juga menekankan perbedaan pendekatan yang diadopsi NASA dengan program Sistem Peluncuran Luar Angkasa (Space Launch System/SLS) dan program Sistem Pendaratan Manusia (Human Landing System/HLS).

    Program pertama yakni SLS, bekerja berdasarkan model biaya tambahan (cost plus), di mana NASA membayar sejumlah biaya dasar ditambah biaya-biaya lainnya. Model ini dikritik karena mendorong waktu pengembangan yang lama dan biaya yang tinggi.

    Sementara itu, kontrak HLS memiliki harga tetap (fixed price) yang berarti SpaceX akan mendapatkan pembayaran satu kali sebesar US$2,99 miliar jika memenuhi target NASA. 

    Sebagai bagian dari kontraknya dengan NASA, SpaceX harus melakukan tinjauan desain wajib dan juga dapat menyarankan inovasi tambahan untuk mendapatkan pembayaran.

    Salah satu tonggak sejarah tersebut adalah demonstrasi transfer bahan bakar atau propelan antar pesawat Starship, yang dijadwalkan akan dimulai sekitar Maret 2025.

  • Segini Besar Emisi Karbon Dari Jet Pribadi Elon Musk, Jeff Bezos, dkk

    Segini Besar Emisi Karbon Dari Jet Pribadi Elon Musk, Jeff Bezos, dkk

    Jakarta

    Banyak perusahaan-perusahaan menggalakkan penggunaan energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon, namun di saat bersamaan, para miliuner seperti Elon Musk dan Jeff Bezon menggunakan pesawat jet pribadi yang emisi karbonnya sangat besar.

    Oxfam, lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Inggris, baru mempublikasikan laporan terbarunya soal ketidakseimbangan jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh manusia. Dalam laporan tersebut diungkap besaran emisi karbon yang dibuang oleh para miliuner lewat kapal pesiar, jet pribadi, dan lain sebagainya.

    Misalnya saja jet pribadi, Oxfam memantau jet pribadi milik 23 dari 50 orang terkaya dunia dan menemukan fakta bahwa para miliuner ini secara rata-rata terbang sebanyak 184 kali atau 425 jam selama tahun 2023.

    Penerbangan selama itu menghasilkan emisi karbon sebesar 2.074 ton setahun, atau setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh orang biasa selama 300 tahun, atau bahkan mencapai 2000 tahun oleh seseorang yang masuk kategori 50% termiskin di dunia.

    Tak cuma pesawat jet, kapal pesiar atau yachts (atau bahkan super yachts) malah menghasilkan emisi karbon yang lebih buruk. Total emisi karbon yang dihasilkan dari 23 yachts milik 18 miliuner mencapai 5.672 ton, tiga kali lebih banyak dibanding emisi karbon dari jet pribadi mereka, atau setara emisi karbon yang dihasilkan orang biasa selama 860 tahun.

    Jika dilihat lebih detil, Jeff Bezos misalnya, dua jet pribadinya terbang selama hampir 25 hari dalam setahun, menghasilkan emisi karbon setara dengan emisi karbon dari seorang pegawai Amazon Amerika selama 207 tahun.

    Lalu dua jet pribadi Elon Musk menghasilkan 5.497 ton emisi karbon selama setahun, atau sekitar 15 ton sehari. Ini setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh rata-rata 11 orang selama mereka hidup.

    Masih ada lagi, Oxfam menemukan dari 50 miliuner yang mereka teliti, sekitar 40% investasinya dilakukan ke industri yang menghasilkan emisi karbon sangat besar, misalnya penambangan, minyak bumi, dan pengapalan, dengan rata-rata emisi karbon mencapai 2,6 juta ton.

    Emisi karbon sebesar ini setara dengan 340 kali emisi karbon yang dihasilkan jet pribadi dan kapal pesiar para miliuner itu, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (1/11/2024).

    Jika ditotal dan dirata-rata, setiap 90 menit, miliuner seperti Bezos, Musk dan lainnya menghasilkan karbondioksida yang lebih banyak dibanding orang rata-rata selama masa hidupnya.

    “Laporan ini menunjukkan bagaimana pajak yang lebih adil untuk kekayaan yang sangat besar sangat penting untuk mempercepat penanganan perubahan iklim dan melawan kesenjangan — dimulai dari jet pribadi dan kapal pesiar,” kata Chiara Liguori, senior climate justice policy adviser di Oxfam.

    (asj/asj)

  • Spekulasi Alasan Elon Musk Mati-matian Dukung Donald Trump

    Spekulasi Alasan Elon Musk Mati-matian Dukung Donald Trump

    Jakarta

    Donald Trump salah satu orang yang menentang keras soal kebijakan dan penggunaan mobil listrik. Di lain pihak, Elon Musk adalah CEO dari Tesla. Uniknya, Musk merupakan seseorang yang mendukung Donald Trump untuk maju menjadi presiden AS kembali, melawan Kamala Harris.

    Alih-alih jadi penghambat upaya Partai Republik untuk menghapus program yang mempromosikan mobil listrik, ahli berpendapat Musk dapat meraih keuntungan lain dengan mendukung Presiden ke-45 AS itu. Dia dapat menggunakan pengaruhnya untuk meringankan pengawasan regulasi terhadap teknologi mobil tanpa pengemudi Tesla atau untuk mempertahankan kredit udara bersih yang telah menambah miliaran dolar pada laba bersih Tesla.

    Pakar juga menekankan bahwa Musk harus memutuskan apakah akan memprioritaskan Tesla atau bisnisnya yang lain, seperti SpaceX. SpaceX sendiri menjadi andalan pemerintah federal untuk peluncuran roket. Intinya, ada banyak kepentingan bisnis Musk yang terkait dengan pemerintah.

    “Ia tidak akan mendukung Trump jika ia tidak merasa ada manfaat bagi dirinya dan perusahaannya. Jelas ia bertaruh karena suatu alasan,” kata Will Rhind, kepala eksekutif GraniteShares, sebuah perusahaan investasi yang menawarkan dana yang difokuskan pada Tesla.

    Saat dimintai komentar oleh NY Times, Tesla tidak menanggapi. Sementara itu, spekulasi mengapa Musk mendukung Trump sudah cukup banyak dibicarakan. Berikut ini beberapa kemungkinannya.

    1. Kredit polusi

    The Environmental Protection Agency and California mewajibkan produsen mobil untuk memenuhi standar polusi atau membeli kredit dari perusahaan seperti Tesla yang melampaui standar tersebut. Memperjuangkan kredit tersebut mungkin menjadi prioritas utama bagi Musk.

    Pada kuartal ketiga, Tesla memperoleh sampai USD 739 juta, atau sepertiga dari labanya, dari penjualan kredit udara bersih. Namun, banyak pihak yang berkepentingan ingin menghentikan kredit tersebut, tidak hanya dari Partai Republik tetapi juga produsen mobil lain yang tidak menjual cukup banyak mobil listrik untuk mematuhi standar polusi.

    2. Subsidi perakitan

    Tesla telah meraup miliaran dolar dari program federal yang dirancang untuk memberi penghargaan kepada produsen yang membuat baterai dan kendaraan listrik. Subsidi tersebut dapat memangkas biaya produksi kendaraan hingga ratusan dolar. Tesla, yang membuat lebih banyak kendaraan listrik daripada produsen mobil lain, mungkin telah memperoleh lebih banyak keuntungan daripada produsen lain dari subsidi tersebut.

    Namun, regulator terkadang jadi penghalang. National Highway Traffic Safety Administration mengatakan bulan ini bahwa mereka sedang menyelidiki apakah sistem Tesla yang disebut sebagai ‘full self-driving (supervised)’ bertanggung jawab atas kasus empat tabrakan, termasuk kasus yang menewaskan seorang pejalan kaki.

    Musk diperkirakan akan menggunakan pengaruhnya di Gedung Putih untuk mengatasi hal ini.

    3. Mengubah pandangan Trump

    Sebagai pendukung Trump, Musk mungkin dapat ‘melunakkan’ penolakan Partai Republik terhadap kendaraan listrik. Survei menunjukkan bahwa Demokrat jauh lebih mungkin membeli mobil bertenaga baterai daripada Republik.

    Namun Mike Murphy, seorang aktivis politik Republik yang sudah lama menjabat dan merupakan kepala eksekutif EV Politics Project, tidak berpikir hal itu bakal mudah.

    “Elon menjadi sosok yang menonjol di dunia MAGA (Make America Great Again),” ujar Murphy. Namun, mengubah pandangan Partai Republik tentang kendaraan listrik, adalah ‘hal yang sangat sulit untuk dilakukan’.

    Terlepas dari spekulasi itu, Musk baru-baru ini mengaku memberi suara untuk Trump karena orang terkaya di dunia itu menilai usaha SpaceX menguasai Planet Mars sangat tergantung pada Trump.

    “Saya merasa lebih optimis tentang hal itu dengan Trump di Gedung Putih daripada tanpa Trump di Gedung Putih,” katanya yang dikutip detikINET dari Daily Mail.

    (ask/ask)

  • Elon Musk Ternyata Imigran Gelap, Status Warga Negara AS Bisa Dicabut

    Elon Musk Ternyata Imigran Gelap, Status Warga Negara AS Bisa Dicabut

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kewarganegaraan Amerika Serikat Elon Musk terancam dicabut. Ia juga akan dituntut pidana jika berbohong kepada pemerintah karena melanggar proses imigrasi.

    Musk lahir dan dibesarkan di Afrika Selatan, kemudian bermigrasi ke Kanada, sebelum akhirnya menetap di AS dan menjadi warga negara di sana.

    Saat ini ia telah menghabiskan lebih dari US$100 juta untuk mendukung kampanye Donald Trump dalam Pilpres AS. Namun ia secara pribadi telah menjelek-jelekkan para imigran.

    Analisis Bloomberg baru-baru ini menemukan bahwa Musk telah mem-posting sekitar 1.300 kali di X tahun ini tentang imigrasi dan penipuan pemilih.

    Banyak dari postingan tersebut mempromosikan teori konspirasi dan menyebarkan informasi yang salah yang menyatakan bahwa Partai Demokrat berusaha mengganti pemilih kulit putih dengan imigran gelap yang suaranya mereka kendalikan.

    Bos Tesla itu juga menggambarkan imigran sebagai pelanggar hukum yang berbahaya, demikian dikutip dari Wired, Jumat (1/11/2024).

    Namun, awal minggu ini, The Washington Post melaporkan bahwa Musk sendiri adalah seorang imigran yang tampaknya telah melanggar hukum.

    Pada 1990-an, ia bekerja secara ilegal di Amerika Serikat, menurut Washington Post yang mengutip mantan rekan bisnis, catatan pengadilan, dan dokumen perusahaan.

    Pada 1995, Musk kemudian diterima di sekolah pascasarjana di Stanford. Tapi alih-alih mendaftar kuliah ia malah bekerja pada perusahaan rintisan layanan daring yang akhirnya dikenal sebagai Zip2.

    Pada 1996, investor membuat perjanjian pendanaan dengan syarat Musk dan saudaranya Kimbal, yang telah menyatakan bahwa kedua bersaudara itu adalah “imigran ilegal, memperoleh izin untuk bekerja di AS dalam waktu 45 hari.

    “Status imigrasi mereka tidak seperti yang seharusnya agar mereka dapat bekerja secara legal menjalankan perusahaan di AS,” kata anggota dewan Zip2 Derek Proudian kepada Washington Post.

    Musk menyangkal bahwa ia pernah bekerja secara ilegal di AS. Pengacaranya, Alex Spiro, dan juru bicara X tidak membalas permintaan komentar.

    Ia mengklaim bahwa pada 1995 ia berstatus sebagai mahasiswa. Saat itu ia berada di AS dengan visa J-1, yang kemudian “beralih” ke visa H1-B.

    Namun, dalam email 2005 yang dimasukkan sebagai bukti dalam gugatan pencemaran nama baik yang kini telah ditutup di California, ia menulis bahwa ia telah mendaftar ke Stanford karena ia tidak memiliki hak hukum untuk tinggal di negara tersebut.

    Musk kemudian dilaporkan tidak mendaftar di Stanford, melainkan mengerjakan proyek yang kemudian menjadi Zip2.

    Jika sesuai aturan, Musk tidak akan memiliki hak untuk bekerja pada saat itu dan harus meninggalkan negara tersebut.

    Melebihi masa berlaku visa pelajar merupakan praktik yang relatif umum. Namun, bekerja tanpa izin dan berbohong tentang hal itu selama proses imigrasi, menjadi tindakan melanggar hukum AS.

    Stephen Yale-Loehr, seorang profesor di Sekolah Hukum Cornell dan direktur fakultas Program Hukum dan Kebijakan Imigrasi, mengatakan tidak jelas apakah jika Musk bekerja di AS tanpa izin dan menyatakan tidak melakukannya, hal itu akan dianggap cukup penting untuk mencabut kewarganegaraannya.

    Namun, katanya, atas dasar hukum semata, hal ini akan membenarkan pencabutan kewarganegaraan, karena jika dia mengatakan yang sebenarnya, dia tidak akan memenuhi syarat untuk mendapatkan H1-B, green card, atau naturalisasi.

    (fab/fab)

  • Bahlil Beri Bocoran Perusahaan RI yang Bakal Pasok Prekursor ke Tesla

    Bahlil Beri Bocoran Perusahaan RI yang Bakal Pasok Prekursor ke Tesla

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyebut pemerintah berencana melakukan ekspor prekursor baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) ke pabrikan Tesla milik Elon Musk.

    Bahlil menuturkan, prekursor yang nantinya diekspor ke Tesla nantinya bakal berasal dari pabrik smelter nikel milik Huayou Indonesia yang berada di di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara. 

    “Huayou (asal prekursor),” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (1/11/2024).

    Lebih lanjut, Ketua Umum Partai Golkar ini menuturkan bahwa persiapan pabrik Huayou sudah berada dalam tahap akhir.

    Untuk peresmian pabrik tersebut, Bahlil menyampaikan bahwa pabrik Huayou dijadwalkan selesai pada November atau paling lambat Desember tahun ini.

    “Sudah, sudah mampir selesai. Mungkin bulan depan ini peresmian pabriknya,” ujarnya.

    Kala Bahlil menjadi Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dia sempat mengungkap kabar tersebut pada kuartal I/2024 lalu. Menurut Bahlil, ekspor ke Tesla akan dilakukan pada 1 Januari 2025. 

    Prekursor yang dibuat di Indonesia tersebut merupakan bahan setengah jadi yang nilai tambahnya telah meningkat 60%-70%.

    “Huayou sedang bangun prekursor di Maluku Utara untuk menyuplai permintaan Tesla. Jadi ke depan 1 Januari 2025, Indonesia akan mengirim material bahan baterai prekusor dari pabriknya [Huayou] di Wedabay,” jelas Bahlil saat paparan Realisasi Investasi Triwulan II/2024 di Jakarta. 

  • Video: Elon Musk Beli Rumah Rp 550 M Untuk Anak, Istri, & Mantan

    Video: Elon Musk Beli Rumah Rp 550 M Untuk Anak, Istri, & Mantan

    Jakarta, CNBC Indonesia- Elon Musk membangun sebuah kompleks perumahan yang sangat luas. Perumahan ini disiapkan sebagai tempat tinggal bagi 11 anaknya dan para ibu yang juga mantan-mantannya.

    Selengkapnya dalam program Power Lunch CNBC Indonesia (Jumat, 01/11/2024) berikut ini.

  • Elon Musk Beli Kompleks Rumah Rp 550 M Buat 11 Anak dan Mantan

    Elon Musk Beli Kompleks Rumah Rp 550 M Buat 11 Anak dan Mantan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk membangun sebuah kompleks perumahan yang sangat luas. Ini disiapkan miliarder pemilik SpaceX sebagai tempat tinggal bagi 11 anak dan para ibu yang juga mantan-mantannya.

    Dalam sebuah laporan disebutkan Musk telah membeli dua rumah besar di Austin, Texas. Salah satunya seluas 14.400 kaki persegi dengan enam kamar tidur.

    New York Times menyebutkan dua rumah yang dibeli itu disebut bernilai US$35 juta atau RP 550 miliar.

    Rumah ketiga juga telah dibeli Musk. Bangunan ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari dua rumah sebelumnya, dikutip dari New York Post, Jumat (1/11/2024).

    Laporan yang sama juga menyebutkan Musk merahasiakan pembelian ini. Ayah 11 anak itu meminta penjual menandatangi perjanjian rahasia sebelum melakukan penawaran.

    Namun baru Shivon Zilis, ibu dari tiga anak Musk, yang telah pindah ke kompleks itu. Ketiga anak dari eksekutif Neuralink diinseminasi dengan sperma Musk lewat fertilisasi in vitro.

    Sementara itu dua perempuan yang juga ibu dari anak-anak Musk, Grimes dan Justine tidak tinggal di perumahan tersebut.

    Justine adalah ibu dari lima anaknya bersama Musk. Dia juga merupakan istri pertama Musk.

    Grimes merupakan penyanyi yang juga ibu dari tiga anak Musk. Saat ini keduanya terlibat masalah hak asuh atas anak-anak mereka.

    Saat masih berhubungan, Grimes dan Musk tinggal di sebuah rumah seluas 6.900 kaki persegi di Austin. Musk juga ingin membeli rumah di sebelahnya untuk tempat tinggal anak-anaknya.

    Namun penyanyi dengan nama asli Claire Boucher memilih meninggalkan rumah. Dia kesal dengan hubungan Musk dan Zilis.

    Musk dilaporkan memberikan sperma pada Zilis tanpa sepengetahuan Grimes pada 2021 lalu. Padahal Grimes juga tengah menunggu anak kedua mereka yang menggunakan ibu pengganti.

    Baik Musk, Grimes, Justine, dan Zilis tidak memberikan komentar terkait laporan tersebut.

    (fab/fab)