Tag: Elon Musk

  • Australia Resmi Larang Anak di Bawah 16 Tahun Main Medsos

    Australia Resmi Larang Anak di Bawah 16 Tahun Main Medsos

    Jakarta

    Australia resmi mengesahkan undang-undang yang melarang remaja di bawah usia 16 tahun menggunakan media sosial. Undang-undang ini ditujukan untuk melindung kesehatan mental anak-anak di ruang online.

    Undang-undang ini disetujui oleh Senat Australia dengan perolehan suara 34 berbanding 19. Legislasi ini akan dikembalikan ke DPR Australia yang perlu menyetujui amandemen sebelum menjadi undang-undang.

    Setelah disetujui oleh DPR Australia, undang-undang ini akan berlaku dalam 12 bulan, yang memberikan waktu bagi perusahaan media sosial untuk memenuhi persyaratan. Pemerintah Australia akan melakukan uji coba pada Januari 2025 sebelum undang-undang ini resmi berlaku.

    Salah satu persyaratan yang harus dilakukan perusahaan media sosial adalah mengambil langkah-langkah yang wajar untuk mencegah anak-anak yang belum mencapai usia minimum memiliki akun.

    Anak-anak yang melanggar batasan ini tidak akan dijatuhi hukuman, begitu juga dengan orang tuanya. Perusahaan media sosial yang bertanggung jawab mencegah anak-anak bergabung ke platform-nya.

    “Kami ingin anak-anak Australia memiliki masa kecil, dan kami ingin orang tua tahu bahwa Pemerintah mendukung mereka,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam keterangan resminya pekan lalu, seperti dikutip dari The Verge, Jumat (29/11/2024).

    “Kami tahu sejumlah anak-anak akan menemukan jalan pintas, tapi kami mengirimkan pesan kepada perusahaan media sosial untuk memperbaiki tindakan mereka,” sambungnya.

    Undang-undang ini tidak menyebut nama media sosial tertentu, namun aturan ini diperkirakan akan berlaku untuk platform seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Snapchat. Situs yang dipakai untuk edukasi, seperti YouTube, akan dikecualikan. Begitu juga aplikasi perpesanan seperti WhatsApp.

    Undang-undang ini tidak menyebutkan bagaimana perusahaan media sosial harus menegakkan batasan umur tersebut. Namun perusahaan yang gagal mengikuti aturan akan didenda hingga 50 juta dolar Australia atau sekitar Rp 515 miliar.

    Survei yang dilakukan YouGov menemukan 77% warga Australia mendukung undang-undang ini. Proposal serupa juga sedang dijajaki di Norwegia dan negara bagian Florida, Amerika Serikat.

    Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, mengkritik undang-undang ini dan menyebutnya tidak konsisten dan tidak efektif. Pemilik X Elon Musk juga menuding undang-undang ini merupakan “backdoor untuk mengontrol akses ke internet oleh seluruh warga Australia.”

    (vmp/fay)

  • Australia Resmi Larang Anak Pakai TikTok, X, Instagram, Cs

    Australia Resmi Larang Anak Pakai TikTok, X, Instagram, Cs

    Jakarta, CNBC Indonesia – Australia resmi melarang anak berusia di bawah 16 tahun menggunakan media sosial seperti TikTok, Instagram, X, dan Facebook. Parlemen Australia mengesahkan undang-undang larangan anak di media sosial pada Jumat (29/11/2024) waktu setempat.

    Reuters melaporkan bahwa UU tersebut memaksa perusahaan teknologi raksasa seperti Meta dan TikTok untuk mencegah anak berusia di bawah 16 tahun menggunakan platform media sosial milik mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut terancam denda hingga US$ 32 juta (Rp 507 miliar) jika ditemukan pelanggaran.

    Metode pencegahan anak mengakses media sosial mulai diuji coba pada Januari 2025 dan larangan anak menggunakan media sosial berlaku efektif setahun setelahnya.

    Kebijakan Australia dan implementasinya diperhatikan oleh pemerintah di seluruh dunia yang juga ingin membatasi usia pengguna media sosial untuk melindungi anak dan remaja dari risiko gangguan kesehatan mental.

    Pemerintah lain, seperti Prancis, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah menerbitkan pembatasan usia pengguna media sosial dengan pengecualian izin orang tua. Aturan di Australia berbeda karena melarang total akses anak ke media sosial meskipun atas izin orang tua.

    Menurut survei yang dikutip Reuters, 77 persen penduduk Australia mendukung larangan anak mengakses di media sosial.

    Langkah Australia telah dikritik keras oleh Elon Musk, orang terkaya dunia yang merupakan pemilik dan CEO media sosial X. Musk dalam waktu dekat juga menjadi orang berpengaruh di pemerintah Amerika Serikat karena kedekatannya dengan presiden terpilih AS, Donald Trump.

    Menurut Musk, kebijakan Australia adalah “jalan belakang untuk mengendalikan akses internet seluruh penduduk Australia.”

    Australia punya rekam jejak sebagai pelopor aturan yang bertentangan dengan kepentingan bisnis perusahaan teknologi raksasa. Negara tetangga RI ini juga menjadi pemerintah pertama yang memaksa platform digital untuk membayar konten milik perusahaan berita. Pemerintah Australia juga punya rencana untuk mendenda perusahaan digital atas kejahatan penipuan yang dilakukan lewat platform milik mereka. 

    (dem/dem)

  • Elon Musk Panik Banyak Orang Tinggalkan X, Begini Reaksinya

    Elon Musk Panik Banyak Orang Tinggalkan X, Begini Reaksinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemilik X, Elon Musk, tampaknya mulai waswas dengan fenomnea pengguna ramai-ramai pindah ke aplikasi pesaing seperti BlueSky dan Threads.

    Musk langsung bereaksi dengan mengumumkan perombakan pada platform media sosial miliknya. Pengguna bisa menyembunyikan like, share, dan repost.

    Dikutip dari TheByte, Kamis (28/11/2024), langkah dadakan ini seperti ingin menghapus ‘dosa’ Musk dalam menjadikan X sebagai platform propaganda untuk memenangkan Donald Trump dalam Pilpres AS.

    “Anda kini bisa menyembunyikan tombol engagement dan jumlah orang yang berinteraksi pada unggahan dengan gestur geser (swipe),” kata developer X May Ly, melalui akun X personalnya.

    Musk sendiri mengatakan perubahan ini untuk membuat tampilan X lebih segar dan simpel.

    “Fitur ini membuat X lebih bersih dengan jumlah engagement yang dimatikan. Anda masih bisa melihat jumlah view jika menginginkannya,” Musk menuturkan.

    Alasan Musk tiba-tiba peduli dengnan tampilan platform yang lebih ‘bersih’ masih menjadi misteri. Sejak mencaplok Twitter dan mengubahnya menjadi X, Musk telah mencecoki X dengan banyak simbol, informasi tak penting, dan iklan yang dinilai disruptif.

    Namun, Musk sepertinya merasa perlu membuat gebrakan setelah BlueSky mendapat penambahan pengguna signifikan dari X. Menurut SimilarWeb, peningkatan pengguna BlueSky naik 300% di hari pemilu di AS.

    Sepanjang pekan lalu saja, jumlah pengguna aktif BlueSky sudah melonjak menjadi 3,5 juta. Banyak netizen yang mengaku meninggalkan X dan beralih ke platform lain karena cawe-cawe Musk dalam Pilpres AS via X.

    (fab/fab)

  • Elon Musk Mulai Tebar Teror ke Para PNS di Amerika

    Elon Musk Mulai Tebar Teror ke Para PNS di Amerika

    Washington

    Kehidupan para PNS pemerintahan federal Amerika Serikat tampaknya akan menjadi tidak tenang setelah Donald Trump menunjuk Elon Musk bersama politisi Partai Republik Vivek Ramaswamy, sebagai kepala Departement of Government Efficiency (DOGE). Tujuannya untuk memangkas pengeluaran pemerintah.

    Elon Musk dan Vivek Ramaswamy pun telah mengusulkan mengakhiri kerja jarak jauh bagi pegawai federal, menyebutnya hak istimewa yang tersisa dari pandemi. Keduanya mengemukakan gagasan itu dalam opini di Wall Street Journal. Malah menurut mereka, itu akan jadi cara mudah untuk mengecilkan jumlah tenaga kerja federal karena mungkin akan ada banyak yang resign.

    “Mewajibkan pegawai federal datang ke kantor lima hari seminggu akan mengakibatkan gelombang pemutusan hubungan kerja sukarela yang kami sambut baik. Jika pegawai federal tak ingin datang, pembayar pajak Amerika tidak boleh membayar mereka untuk hak istimewa era Covid untuk tinggal di rumah,” tulis mereka yang dikutip detikINET dari NBC.

    Memang para PNS federal itu sudah terbiasa kerja remote sehingga mungkin tak nyaman jika harus kembali ke kantor. Sekitar 1,1 juta pegawai sipil federal memenuhi syarat kerja jarak jauh. Pemerintahan Joe Biden memang memerintahkan untuk meningkatkan pekerjaan langsung di kantor tapi juga memberi beberapa fleksibilitas.

    Musk, CEO Tesla dan SpaceX, memang tidak pro pekerjaan jarak jauh, terutama sejak pandemi Covid-19 mereda. Musk mengumumkan kebijakan kembali ke kantor di Tesla dan SpaceX pada tahun 2022, memerintahkan karyawan untuk kembali bekerja minimal 40 jam per minggu di lokasi.

    Beberapa pekerja federal yang tergabung dalam serikat pekerja mengkritik Musk dan Ramaswamy, menyebut mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. “Jelas Musk dan Ramaswamy sama sekali tak paham bagaimana tenaga kerja federal dikelola atau dioperasikan,” kata Randy Erwin, presiden National Federation of Federal Employees.

    Dalam opini mereka, Musk dan Vivek juga menyarankan cara lain untuk memangkas pekerjaan federal termasuk pemberhentian besar-besaran para PNS dan relokasi lembaga federal keluar dari wilayah Washington.

    Elon Musk memang dikenal suka penghematan dan efisiensi, serta tak segan memecat pegawai perusahaannya. Setelah membeli Twitter yang sekarang bernama X di 2022, Musk langsung melakukan perubahan dramatis. Dalam hitungan minggu, ia memberhentikan banyak karyawan X, dari yang semula sekitar 8.000 jadi hanya 1.500 orang.

    Nah dengan sikap seperti itu, apakah Elon Musk nanti juga akan banyak memangkas PNS Amerika Serikat saat memimpin DOGE? Jikalaupun dilakukan, hal itu sangat sulit karena seperti di Indonesia, PNS di AS pun sukar diberhentikan, tidak seperti di perusahaan swasta.

    (fyk/rns)

  • xAI Luncurkan Grok Terbaru untuk Rebut Pasar OpenAI, Perang AI Memanas

    xAI Luncurkan Grok Terbaru untuk Rebut Pasar OpenAI, Perang AI Memanas

    Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence(AI) milik Elon Musk, xAI akan segera meluncurkan aplikasi mandiri untuk chatbot Grok. Digadang-gadang bakal ganggun pasar OpenAI milik Sam Altman.

    Melansir dari The Verge, Kamis (28/11/2024) aplikasi ini dirancang untuk bersaing langsung dengan ChatGPT milik OpenAI. 

    Rencananya, aplikasi baru dari xAI ini bakal diluncurkan pada Desember mendatangi dan menandai langkah signifikan Elon Musk untuk mengukir posisi baru di industri AI.

    Adapun, berdasarkan laporan dari The Wall Street Journal, xAI berencana mengembangkan aplikasi terpisah yang memungkinkan pengguna mengakses Grok secara langsung, tanpa melalui platform X.

    Saat ini, Grok hanya tersedia bagi pengguna X yang berlangganan layanan premium, membuatnya berbeda dari chatbot besar lainnya seperti ChatGPT, Gemini dari Google, dan Claude dari Anthropic.

    Sebab, chatbot tersebut diketahui sudah memiliki aplikasi dan produk gratis yang bisa diakses lebih luas oleh masyarakat tanpa perlu berlangganan.

    Selain berfokus pada Grok, xAI juga dilaporkan turut berperan dalam pengembangan fitur dukungan pelanggan untuk Starlink, layanan internet satelit dari SpaceX yang juga dimiliki oleh Musk. Namun, pihak xAI belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan tersebut.

    Sebelumnya, memperkenalkan model multimodal generasi pertama perusahaan, yaitu Grok-1.5V atau Grok 1.5 Vision.

    xAI ditujukan untuk pengguna premium aplikasi X (dahulu bernama Twitter), menyaingi ChatGPT milik OpenAI.

    Hal itu terungkap saat xAI membagikan pratinjau Grok-1.5V pada 12 April 2024, dengan memperkenalkan versi model bahasa Grok yang dapat memproses visual. Model chatbot AI pertama milik Elon Musk ini memproses video dan teks.

    Ini artinya, kini Grok dapat memproses informasi visual seperti dokumen, foto, diagram, dan lainnya, serta menjadikan model tersebut kompetitif dengan platform multimoda lainnya.

    “Selain kemampuan teksnya yang kuat, Grok kini dapat memproses berbagai macam informasi visual, termasuk dokumen, diagram, bagan, tangkapan layar, dan foto. Grok-1.5V akan segera tersedia untuk penguji awal kami dan pengguna Grok yang sudah ada,” demikian yang dikutip dari laman resmi xAI, Minggu (14/4/2024).

  • Elon Musk Bikin Aplikasi Baru Usai X Ramai Ditinggal Pengguna

    Elon Musk Bikin Aplikasi Baru Usai X Ramai Ditinggal Pengguna

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan AI milik Elon Musk, xAI, dilaporkan sedang bersiap untuk merilis aplikasi konsumen yang berdiri sendiri.

    The Wall Street Journal melaporkan bahwa aplikasi tersebut akan mirip dengan ChatGPT milik OpenAI, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses chatbot Grok milik xAI dari perangkat pribadi.

    Aplikasi ini kemungkinan akan hadir setelah xAI menutup putaran pendanaan berikutnya, yang dapat mencapai US$5 miliar dan nilai perusahaan mencapai US$50 miliar, dua kali lipat dari nilai valuasinya enam bulan yang lalu, demikian dikutip dari TechCrunch, Kamis (28/11/2024).

    Musk disebut telah memberikan investor yang mendukung akuisisi X (dulunya Twitter) senilai US$44 miliar 25% (atau akses hingga 25%) saham di xAI untuk menghargai kesetiaan mereka.

    Menurut Financial Times, beberapa pendukung Musk, termasuk Fidelity, salah satu pendiri Oracle Larry Ellison, dan pendiri Twitter Jack Dorsey, dapat memperoleh keuntungan dari saham di xAI berkat peningkatan nilai perusahaan rintisan ini.

    Ketika putaran pendanaan xAI ditutup, perusahaan ini akan mengumpulkan sekitar US$11 miliar.

    Sebelumnya dikabarkan X sedang ditinggal banyak penggunanya. Hal ini menyusul kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS). X dinilai menjadi salah satu alat propaganda yang dimanfaatkan Musk untuk memenangkan Trump. 

    Dilaporkan banyak orang yang meninggalkan X dan berpindah ke aplikasi penggantinya. BlueSky dan Threads saling berkejaran untuk mengumpulkan jumlah pengguna yang lebih banyak.

    BlueSky merupakan aplikasi yang memiliki kaitan dengan pendiri X (dulunya Twitter) Jack Dorsey. Sementara Threads adalah aplikasi milik raksasa teknologi Meta, yang dari segi tampilan mirip dengan X.

    Dalam sebuah laporan terbaru, Bluesky memperkecil ketertinggalan dari Threads. Mashable menyebutkan BlueSky memiliki 3,5 juta pengguna aktif harian.

    Jumlah itu memperkecil ketertinggalannya menjadi hanya 1,5 kali lipat dari Threads. Basis pengguna BlueSky mengalami peningkatan signifikan selama pemilu Amerika Serikat (AS) 5 November 2024 lalu. Data Similarweb yang dikutip Financial Times menyebutkan peningkatan sejak saat itu mencapai 300%.

    (fab/fab)

  • Pakar Tepis Ide Elon Musk Ganti Jet Siluman F-35 dengan Drone

    Pakar Tepis Ide Elon Musk Ganti Jet Siluman F-35 dengan Drone

    Jakarta

    CEO Tesla Elon Musk mengkritik jet tempur siluman F-35 yang menurutnya mahal dan tidak efisien, serta lebih memilih drone tempur. Akan tetapi banyak yang tak sepakat dengannya.

    Dalam serangkaian unggahan media sosial di X, ia menyebut terus dibuatnya F-35 adalah bodoh dan mengkritik desainnya. Menurutnya, jet yang dipiloti manusia sudah ketinggalan zaman dan hanya akan membuat pilot terbunuh.

    Dalam perang antara Rusia dan Ukraina, drone memang makin penting fungsinya. Namun pakar menilai bahwa sejauh ini, drone bukanlah pengganti jet tempur yang sepadan.

    Drone kecil dan murah memang menyediakan opsi baru untuk pengintaian taktis, manuver dan serangan. Namun untuk situasi di mana pertempuran udara dan laut di wilayah yang luas, misalnya di wilayah Indo-Pasifik yang menjadi prioritas militer AS, drone ini terlalu lambat dengan muatan dan jangkauan tidak memadai.

    “Sebagian besar drone yang diinvestasikan Pentagon tidak sekuat pesawat berawak,” kata Stacie Pettyjohn, direktur Program Pertahanan di Center for a New American Security yang dikutip detikINET dari AOL.

    “Drone tidak memiliki jangkauan, kemampuan bertahan hidup, dan kapasitas muatan seperti jet berawak yang lebih besar dan lebih mahal. Drone ini, khususnya, tidak akan dapat menggantikan kemampuan yang disediakan oleh pesawat berawak seperti F-35 atau pembom B-2,” paparnya.

    Di wilayah seperti Indo-Pasifik, AS juga membutuhkan platform yang cepat dan lincah untuk membawa sensor canggih dan persenjataan jarak jauh melintasi jarak yang jauh dan melalui wilayah udara yang diperebutkan.

    “Itu bukan sesuatu yang dapat dilakukan oleh UAV kecil,” kata Justin Bronk, analis dari Royal United Services Institute.

    Jet siluman generasi kelima seperti F-35 bukan hanya pesawat militer AS tapi juga digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia. Itu karena F-35 bukan hanya jet tempur tetapi juga pesawat pembom, pesawat perang elektronik, alat pengintaian, platform manajemen pertempuran, dan sarana komunikasi utama.

    Pesawat nirawak belum dapat menandingi kemampuan itu. “Teknologi itu sama sekali tidak ada (di drone),” kata Mark Gunzinger, seorang pensiunan pilot Angkatan Udara AS dan direktur Future Concepts and Capability Assessments di Mitchell Institute for Aerospace Studies.

    (fyk/fyk)

  • Megaproyek Elon Musk Bawa Petaka, Krisis Baru Mengintai

    Megaproyek Elon Musk Bawa Petaka, Krisis Baru Mengintai

    Jakarta, CNBC Indonesia – Megproyek Elon Musk yang disebut ‘xAI Colossus’, yakni pusat data center AI super besar, telah menerima persetujuan dari Tennessee Valley Authority (TVA) pada awal November ini.

    Megaproyek itu akan menerima pasokan listrik negara bagian tersebut sebanyak 150MW. Jumlah itu meningkat 20 kali lipat dari suplai awal yang dikatakan hanya 8MW.

    Hal ini memicu kekhawatiran dari pemangku kebijakan lokal terkait dampaknya pada suplai kebutuhan listrik di Tennessee Valley, dikutip dari TomsHardware, Selasa (26/11/2024).

    Terlebih, Power Grid International melaporkan Musk berencana untuk meningkatkan kapasitas komputasi megaproyeknya hingga dua kali lipat. Artinya, ke depan kebutuhan listriknya juga akan dobel.

    Sebagai informasi, xAI hanya membutuhkan 19 hari untuk memegang izin pasokan listrik untuk megaproyeknya. Sebagai perbandingan, Nvidia membutuhkan waktu 4 tahun untuk proyek serupa, menurut CEO Nvidia Jensen Huang.

    “Kami khawatir Dewan TVA memenuhi permintaan xAI untuk kebutuhan listrik tanpa melakukan studi terkait dampaknya terhadap komunitas lokal,” kata pengacara senior dari Southern Environmental Law Center, Amanda Garcia.

    “TVA harus memprioritaskan keluarga ketimbang data center seperti xAI,” ia menambahkan.

    Sementara itu, Power Grid International melaporkan bahwa MLGW, perusahaan yang mendistribusikan listrik ke supercomputer xAI, telah meyakinkan Dewan Kota Memphis bahwa kebutuhan listrik xAI tak akan mengurangi kebutuhan penduduk lokal.

    CEO MLGW Doug McGowen mengatakan penambahan kapasitas 150MW yang diberikan ke perusahaan Musk masih dalam batas atas kemampuan negara bagian tersebut. Jika kurang, Musk juga masih bisa membeli kapasitas lebih ke TVA.

    Pakar mengatakan data center untuk melatih AI di masa depan membutuhkan pasokan listrik yang kemungkinan tak mampu diberikan oleh pemerintah. Untuk itu, banyak perusahaan seperti Amazon, Google, Microsoft, dan Oracle yang berinvestasi pada tenaga nuklir untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang.

    Namun, Musk sepertinya mendapat ‘jalur khusus’ dalam mengantongi izin dari TVA untuk mendapatkan pasokan listrik 150MW.

    (fab/fab)

  • Google-Meta Desak Australia Tunda Aturan Anak Dilarang Main Medsos

    Google-Meta Desak Australia Tunda Aturan Anak Dilarang Main Medsos

    Jakarta, CNN Indonesia

    Google dan Meta mendesak pemerintah Australia menunda aturan yang akan melarang anak-anak berumur di bawah 16 tahun menggunakan media sosial. Simak alasannya.

    Kedua raksasa teknologi itu meminta pemerintah Australia untuk mengkaji ulang dan menilai potensi dampak penggunaan media sosial bagi anak-anak. Google dan Meta, dalam pengajuan pendapat mereka, mengatakan bahwa pemerintah harus menunggu hasil uji coba verifikasi usia sebelum melangkah lebih jauh.

    Sistem verifikasi usia dapat mencakup biometrik atau identifikasi pemerintah untuk memberlakukan batasan usia di media sosial.

    “Dengan tidak adanya hasil seperti itu, baik industri maupun warga Australia tidak akan memahami sifat atau skala jaminan usia yang disyaratkan oleh RUU tersebut, atau dampak dari tindakan tersebut terhadap warga Australia,” kata Meta, mengutip Reuters, Selasa (26/11).

    “Dalam bentuknya yang sekarang, RUU ini tidak konsisten dan tidak efektif,” lanjut mereka.

    Aturan ini akan memaksa platform media sosial, dan bukan orang tua atau anak-anak, untuk mengambil langkah-langkah yang wajar untuk memastikan perlindungan verifikasi usia. Perusahaan dapat didenda hingga US$32 juta untuk pelanggaran sistemik.

    Partai Liberal yang menjadi oposisi pemerintah diperkirakan akan mendukung RUU ini, meskipun beberapa anggota parlemen independen menuduh pemerintah terburu-buru dalam menyelesaikan seluruh prosesnya dalam waktu sekitar satu minggu.

    Komite Senat yang bertanggung jawab atas legislasi komunikasi dijadwalkan untuk menyampaikan laporan pada hari Selasa ini.

    Sementara itu, TikTok menilai RUU tersebut tidak memiliki kejelasan dan bahwa mereka memiliki “keprihatinan yang signifikan” dengan rencana pemerintah untuk mengesahkan RUU tersebut tanpa konsultasi yang terperinci dengan para ahli, platform media sosial, organisasi kesehatan mental, dan kaum muda.

    “Ketika kebijakan baru diajukan, penting bahwa undang-undang dirancang dengan cara yang menyeluruh dan penuh pertimbangan, untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat mencapai tujuannya. Hal ini tidak terjadi pada RUU ini,” kata TikTok.

    Platform media sosial X milik Elon Musk juga menyuarakan hal serupa. Menurut mereka RUU ini akan berdampak negatif terhadap hak asasi manusia anak-anak dan remaja, termasuk hak-hak mereka atas kebebasan berekspresi dan akses terhadap informasi.

    Musk, yang menganggap dirinya sebagai pejuang kebebasan berbicara, minggu lalu menyerang pemerintah Australia dengan mengatakan bahwa RUU tersebut tampak seperti cara untuk mengontrol akses ke internet.

    Sebelumnya, Australia bakal melarang anak-anak di bawah usia 16 tahun menggunakan media sosial. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengumumkan mereka berencana melarang anak di bawah 16 tahun menggunakan media sosial.

    Langkah ini digadang sebagai paket kebijakan terdepan yang bisa mulai berlaku pada akhir tahun depan.

    Sebagai bagian dari upaya pembatasan yang cukup ketat, Australia kini tengah menguji sistem verifikasi usia yang dirancang untuk mencegah anak-anak mengakses platform medsos. Ini merupakan salah satu dari serangkaian kebijakan yang diyakini paling kuat dibandingkan negara-negara lain.

    “Media sosial merusak generasi muda kita, dan ini saatnya kita hentikan,” ucap Albanese dalam konferensi pers, mengutip NBC, Kamis (7/11).

    Albanese menjelaskan penggunaan media sosial yang berlebihan memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental anak-anak, khususnya bagi remaja perempuan yang terpapar standar tubuh tidak realistis dan bagi remaja laki-laki yang terkena konten misoginis.

    “Jika Anda adalah anak 14 tahun yang mendapatkan konten seperti itu saat mereka tengah menjalani fase pertumbuhan, ini bisa menjadi masa yang sangat sulit, dan yang kami lakukan adalah mendengarkan [masukan] dan kemudian bertindak,” lanjutnya.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Elon Musk Kritik Keras Jet Siluman F-35: Usang-Bikin Pilot Terbunuh!

    Elon Musk Kritik Keras Jet Siluman F-35: Usang-Bikin Pilot Terbunuh!

    Kritikan Musk ini sejalan dengan dorongannya dan co-leader DOGE Vivek Ramaswamy untuk melakukan reformasi belanja federal AS secara menyeluruh. Tujuan ambisius mereka adalah memotong anggaran federal setidaknya US$ 2 triliun telah menempatkan Pentagon di bawah pengawasan khusus.

    Jet tempur F-35 Lightning II Joint Strike Fighter, yang dikembangkan oleh Lockheed Martin, merupakan program senjata paling mahal dan paling ambisius dari Pentagon atau Departemen Pertahanan AS.

    Meskipun menuai pujian sebagai program yang paling penting bagi keamanan nasional AS, program jet siluman F-35 menuai banyak kritikan karena melonjaknya biaya dan banyaknya penundaan. Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS memperkirakan biaya seumur hidup program ini mencapai lebih dari US$ 2 triliun, yang menjadikannya sebagai proyek militer paling mahal dalam sejarah.

    Drone atau UAV memang memainkan peran penting dalam perang modern, khususnya di Ukraina, di mana drone berperan penting dalam melawan pasukan Rusia.

    Musk yang sejak lama mendukung penggantian jet tempur berawak dengan drone, berpendapat bahwa UAV — baik yang dikendalikan dari jarak jauh atau otonom — menawarkan presisi yang lebih baik dan menghilangkan risiko yang dihadapi oleh pilot manusia. Dia sering membahas peran tersebut.

    Terlepas dari kritikan Musk, jet siluman F-35 dibela oleh para pendukungnya. Para pakar militer menyoroti kinerja jet siluman itu dalam pertempuran dunia nyata, menyinggung penggunaannya oleh jet tempur varian F-35I Adir Israel saat menyerang aset militer Iran dan menetralisir pertahanan udara canggih buatan Rusia.

    Juru bicara Pentagon untuk program F-35 membela nilai jet tempur siluman tersebut. “Kita memiliki pesawat berkemampuan tempur yang beroperasi saat ini, dan mereka memiliki kinerja sangat baik melawan ancaman yang dirancang untuk mereka. Para pilot terus menekankan bahwa ini ada jet tempur yang ingin mereka terbangkan saat perang jika diperlukan,” jelasnya.

    (nvc/ita)