Video: China Buka Opsi Jual TikTok ke Elon Musk
Tag: Elon Musk
-

X Beri Label Untuk Akun-akun Tiruan Tokoh Publik
Jakarta –
X (sebelumnya Twitter) memiliki banyak akun parodi dan akun penggemar dengan tanda centang biru. Akun-akun tersebut sering kali meniru profil tokoh-tokoh publik dari dunia olahraga, politik, dan industri hiburan.
Salah satu akun juga memparodikan bos X, Elon Musk, yang telah memiliki 1,5 juta pengikut. X tampaknya menyadari hal ini dan sekarang meluncurkan label untuk akun parodi dan satire.
Seperti yang bisa dibayangkan, akun parodi menyebabkan banyak kebingungan, terutama ketika postingan dari akun-akun ini sering disalahartikan sebagai akun asli.
Perubahan terbaru ini bertujuan untuk membantu pengguna membedakan antara akun asli dan akun parodi. Hal ini diumumkan melalui postingan di X.
“Kami meluncurkan label profil untuk akun parodi untuk membedakan dengan jelas jenis akun ini dan konten mereka di platform kami.” sebagaimana dikutip detikINET dari Android Headlines, Selasa (14/1/2025).
X juga mengatakan bahwa label-label ini akan meningkatkan transparansi. Label baru ini juga mencegah pengguna tertipu dengan mengira bahwa akun tersebut milik seorang figur publik.
Label baru ini akan terlihat pada akun dan postingan individu yang dipublikasikan oleh akun parodi di X. X mengatakan bahwa pemilik akun parodi atau sindiran harus mengajukan permohonan untuk label itu sendiri. Untuk melakukannya, seseorang dapat menuju ke Pengaturan dan Privasi X > Akun Anda > Informasi akun.
Pada halaman Informasi Akun, seseorang harus memilih opsi “Parodi, komentar, dan akun penggemar”. Platform ini juga menambahkan bahwa mereka akan segera merilis rincian tentang kapan label baru akan menjadi wajib untuk akun parodi.
Oleh karena itu, akan menarik untuk melihat bagaimana label-label baru ini mengatasi misinformasi yang muncul dari akun-akun parodi.
X, yang merilis laporan transparansi pada bulan September, telah kehilangan pengguna karena beberapa perubahan baru seputar kebijakan pemblokiran dan pelatihan AI.
Di sisi lain, Elon Musk, telah vokal tentang rencananya untuk meluncurkan layanan email bergaya DM yang disebut Xmail.
(jsn/jsn)
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4633783/original/094152400_1698945280-IMG_20231102_165440.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Anggota Parlemen AS Desak Joe Biden Tunda Larangan TikTok pada 19 Januari 2025 – Page 3
Di sisi lain, pemerintah China dikabarkan tengah mempertimbangkan rencana yang memungkinkan Elon Musk mengakuisisi operasi TikTok di Amerika Serikat (AS) guna mencegah aplikasi tersebut dilarang secara efektif.
Rencana kontingensi ini merupakan salah satu dari beberapa opsi yang dieksplorasi China seiring Mahkamah Agung AS yang tengah mempertimbangkan apakah akan menguatkan undang-undang yang menuntut ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di China, untuk melepaskan bisnis TikTok di AS paling lambat 19 Januari 2025.
Setelah tenggat waktu tersebut, penyedia layanan internet pihak ketiga akan dikenai sanksi jika mendukung operasi TikTok di negara tersebut.
“Berdasarkan rencana itu, Elon Musk akan mengawasi X (dahulu Twitter) yang saat ini dimilikinya, maupun bisnis TikTok di AS,” demikian menurut laporan Bloomberg, dikutip Selasa (14/1/2025).
Namun, para pejabat pemerintah China belum memutuskan apakah rencana tersebut akan dilanjutkan. Laporan dari Bloomberg menekankan bahwa rencana itu masih bersifat awal.
Masih belum jelas apakah ByteDance mengetahui rencana pemerintah China serta keterlibatan TikTok dan Musk dalam diskusi tersebut.
Para pejabat tinggi China sedang memperdebatkan rencana kontingensi terkait masa depan TikTok di AS sebagai bagian dari diskusi yang lebih besar tentang kerja sama dengan presiden terpilih Donald Trump.
-

Pemerintah China Diisukan Buka Peluang Jual TikTok ke Elon Musk, ByteDance Buka Suara – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Kabar mengejutkan datang dari dunia sosial media setelah pemerintah China dikabarkan tengah mengevaluasi penjualan TikTok di AS kepada Elon Musk.
Dikutip dari Bloomberg, pemilik media sosial X tersebut dikabarkan akan mengakuisisi operasi TikTok di AS jika perusahaan gagal menghindari larangan kontroversial terhadap aplikasi video pendek tersebut.
Hal tersebut terjadi di tengah langkah TikTok menggugat larangan operasional di AS dengan mengajukan banding ke Mahkamah Agung.
Para hakim Mahkamah Agung dijadwalkan untuk memutuskan sebuah undang-undang yang menetapkan tenggat waktu 19 Januari bagi TikTok untuk menjual operasi AS-nya atau menghadapi larangan di negara tersebut.
Menghadapi resiko terburuk itu, Pejabat senior Cina pun dikabarkan telah mulai membahas rencana kontinjensi untuk TikTok sebagai bagian dari diskusi luas tentang operasi mereka di bawah pemerintahan Donald Trump.
Salah satunya adalah melibatkan Musk yang dekat dengan Trump sebagai salah satu pemilik utama TikTok.
Spekulasi itu disebut menguat setelah pada bulan Desember lalu, Trump mendesak Mahkamah Agung untuk menunda keputusannya hingga ia menjabat sebagai Presiden.
Trump dikabarkan ingin mencari “penyelesaian politik” agar TikTok dapat terus beroperasi di AS.
Pernyataan Trump kala itu dibagikan seminggu setelah dirinya bertemu dengan CEO TikTok, Shou Zi Chew, di kediamannya, Mar-a-Lago, di Florida.
Pada hari Senin, dua anggota legislatif dari Partai Demokrat, Senator Edward Markey dan Wakil Ro Khanna, juga menyerukan agar Kongres dan Presiden Joe Biden memperpanjang tenggat waktu vonis larangan ke TikTok hingga 19 Januari.
Selama sidang Mahkamah Agung minggu lalu, para hakim tampaknya cenderung untuk mendukung undang-undang tersebut dan tetap pada tenggat waktu yang ditetapkan.
Selama hampir tiga jam argumen, kesembilan hakim berulang kali kembali membahas masalah keamanan nasional yang melatarbelakangi undang-undang tersebut.
Pemerintahan Biden berpendapat bahwa tanpa penjualan, TikTok dapat digunakan oleh China sebagai alat untuk mata-mata dan manipulasi politik.
Perusahaan tersebut berulang kali membantah adanya pengaruh dari Partai Komunis China dan mengatakan bahwa undang-undang untuk melarangnya di AS melanggar hak kebebasan berbicara yang dijamin oleh Amandemen Pertama bagi penggunanya.
Bytedance Buka Suara
Menanggapi rumor yang dibagikan Bloomberg pada Senin tersebut (13/1/2025) pihak ByteDance selaku pemilik TikTok pun menyebut laporan tersebut omong kosong belaka.
Dalam pernyataan resminya ByteDance kembali menegaskan bahwa mereka tak akan menjual operasi mereka di AS.
“Kami tidak bisa diharapkan untuk mengomentari fiksi belaka,” kata seorang juru bicara TikTok kepada BBC News.
Di lain pihak, Elon Musk dan X enggan memberikan tanggapan terkait pernyataan dari ByteDance tersebut maupun laporan dari Bloomberg.
Musk adalah sekutu dekat presiden terpilih AS, Donald Trump, yang dijadwalkan kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari.
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa para pejabat di Beijing sendiri dikabarkan mau menjual TikTok ke Musk.
Namun mereka lebih menginginkan akuisisi Elon Musk tersebut bersifat parsial.
Pemerintah China dikabarkan ingin TikTok secara keseluruhan tetap berada di bawah kepemilikan perusahaan induknya yakni ByteDance Ltd., dan sebagiannya dimiliki Elon Musk melalui X kata sumber dari Bloomberg.
(Tribunnews.com/Bobby)
-

Starlink Bawa Petaka Baru, Operator Seluler Jadi Korban
Jakarta, CNBC Indonesia – Starlink yang diluncurkan pada 2019 oleh SpaceX milik Elon Musk, kini telah tersedia di lebih dari 100 negara di dunia. Namun, ternyata layanan internet satelit orbit ini membawa ‘petaka’ bagi perusahaan lain.
Di Kenya misalnya, sejak diluncurkan pada Juli 2023, Starlink telah mendisrupsi industri penyedia layanan internet yang sudah ada.
Starlink menawarkan kecepatan konektivitas yang tinggi dan ketersediaan yang luas di daerah-daerah terpencil, serta harga yang jauh lebih murah.
Menurut angka terbaru yang diterbitkan oleh Otoritas Komunikasi Kenya, pada Juni 2024, lebih dari 8.000 orang Kenya berlangganan Starlink, menjadikannya penyedia layanan terpopuler kesepuluh di negara ini.
Sementara penyedia telekomunikasi lokal seperti Safaricom dan Jamii, harus berjuang dengan menurunkan harga mereka sembari meningkatkan kecepatan internet.
Di daerah pedesaan Kenya, layanan Safaricom dinilai terlalu mahal, sehingga Starlink menjadi penyedia internet pilihan untuk rumah tangga.
Abel Boreto, seorang investor yang tinggal di Nairobi, mengatakan tak bisa mengandalkan jaringan internet dari Safaricom saat ia mengunjungi kampung halamannya, dan beralih ke Starlink pada Agustus lalu. Dia mengatakan bahwa layanan Starlink lebih murah dan mudah.
“Safaricom cukup mahal dan internetnya pun tidak dapat diandalkan, jadi saya memutuskan untuk mencoba Starlink, yang lebih terjangkau ($10 per bulan untuk 50GB) untuk berlangganan dan digunakan dalam jangka panjang,” kata Boreto, dikutip dari Rest of World, Selasa (14/1/2025).
“Ini sangat cepat dan memungkinkan saya untuk berbagi internet dengan orang tua dan kerabat ketika saya tidak berada di rumah,” imbuhnya.
Saking populernya Starlink di Kenya, perusahaan sampai harus menghentikan sementara langganan baru di kota-kota besar pada awal November karena kapasitas jaringan tak mampu membendung kebutuhan yang membludak.
Starlink berencana untuk menyebarkan lebih banyak infrastruktur di Nairobi dan Johannesburg untuk membawa lebih banyak orang menggunakannya.
Mohan, profesor ilmu komputer di Delft University, menilai ledakan Starlink secara global menimbulkan kekhawatiran monopoli.
Satu pemain dominan tidak hanya membuat pelanggan rentan terhadap kenaikan harga dan penurunan kualitas layanan, tetapi juga memberikan satu perusahaan kekuatan untuk mengontrol akses internet untuk seluruh negara.
Perusahaan telekomunikasi Kenya juga telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Starlink akan mengambil pangsa pasar dari perusahaan lokal yang mempekerjakan ribuan orang di benua Afrika.
(fab/fab)
-

Heboh Elon Musk Caplok TikTok, Manajemen Buka Suara
Jakarta, CNBC Indonesia – China dilaporkan sedang mempertimbangkan potensi untuk menjual aplikasi TikTok ke miliarder Elon Musk agar bisa terus beroperasi di Amerika Serikat (AS).
Pasalnya, AS menetapkan aturan yang memaksa TikTok lepas dari induk ByteDance asal China atau diblokir permanen secara nasional.
Laporan soal kemungkinan Elon Musk mencaplok Twitter dilaporkan pertama kali oleh Bloomberg. Media tersebut menyebut pemerintah China sedang mengevaluasi opsi potensial yang melibatkan Musk mengakuisisi operasi TikTok di AS.
Namun, hal ini langsung dibantah Tiktok. Juru bicara TikTok mengatakan kepada Variety bawah “kami tak bisa berkomentar soal cerita fiksi,” kata dia, dikutip dari Variety, Selasa (14/1/2025).
Musk belum buka suara terkait laporan Bloomberg yang menguti sumber anonim. Namun, Musk sebelumnya memiliki rekam jejak mencaplok platform media sosial yang tengah dilanda masalah.
Pada 2022, CEO Tesla dan SpaceX sekaligus orang terkaya di dunia tersebut membeli Twitter senilai US$44 juta. Ia lalu mengubah Twitter menjadi X.
Menurut laporan Bloomberg, ada satu skenario yang tengah didiskusikan pemerintah China. Tak lain adalah X mengambil alih TikTok di AS dan sama-sama [dengan China] menjalankan bisnis di negara yang sebentar lagi dipimpin oleh Donald Trump.
Bloomberg menegaskan bahwa hingga kini belum jelas apakah Musk, TikTok, dan ByteDance sudah berbicara terkait syarat dan ketentuan kesepakatan tersebut.
Kebijakan AS yang mengancam TikTok akan efektif mulai 19 Januari mendatang atau sehari sebelum pelantikan Trump. Trump sendiri menegaskan posisinya yang ingin pemblokiran TikTok ditangguhkan.
TikTok mengatakan hukum yang mengancam eksistensinya di AS melanggar ketentuan Amandemen Pertama yang mengatur hak kebebasan berpendapat 170 juta pengguna di AS.
Namun, regulator agaknya masih bersikukuh untuk melanjutkan aturan yang telah diteken Presiden Joe Biden tersebut. AS berdalih TikTok membahayakan keamanan nasional jika masih di bawah ByteDance. Dikhawatirkan, pemerintah China bisa mengakses data pengguna AS karena aturan negara tersebut yang meminta perusahaan menyerahkan data ke pemerintah.
(fab/fab)
-
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-gray-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/4637144/original/096598900_1699247288-WhatsApp_Image_2023-11-06_at_10.45.43_AM.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
China Pertimbangkan Jual TikTok ke Elon Musk di Pasar AS – Page 3
Dengan Mahkamah Agung yang tampaknya berpihak pada pemerintah, TikTok bisa mengandalkan putusan Donald Trump, ketika masa jabatan keduanya dimulai pada 20 Januari 2025.
Trump, yang mendukung larangan TikTok selama pemerintahan pertamanya, sejak saat itu berubah pikiran tentang masalah tersebut.
Akhir Desember 2025, ia mendesak Mahkamah Agung untuk campur tangan dan menunda secara paksa penerapan larangan Joe Biden terhafap TikTok untuk memberinya waktu menemukan ‘resolusi politik’.
Retorika Trump tentang TikTok mulai berubah setelah ia bertemu pada bulan Februari dengan miliarder Jeff Yass, seorang megadonor dari Partai Republik dan investor utama di ByteDance yang juga memiliki saham di Truth Social, perusahaan media sosial milik Trump.
-

Geger TikTok Mau Dijual ke Elon Musk
Jakarta –
TikTok terancam diblokir di Amerika Serikat dalam hitungan hari. Untuk menyelamatkan bisnis TikTok di AS, petinggi China kabarnya mempertimbangkan untuk menjual aplikasi video pendek itu kepada Elon Musk.
Kabar ini datang dari Bloomberg yang mengatakan petinggi pemerintahan China sebenarnya sangat menginginkan TikTok area AS tetap dimiliki oleh ByteDance. Tapi, dalam sidang banding dengan Mahkamah Agung AS pada 10 Januari lalu, sejumlah hakim agung AS memberi sinyal akan melanjutkan pemblokiran TikTok pada 19 Januari 2025.
Menurut sumber Bloomberg yang tidak disebutkan namanya, sejumlah petinggi China mulai membahas rencana darurat untuk TikTok sebagai bagian dari diskusi tentang cara bekerja sama dengan pemerintahan Donald Trump, yang salah satunya melibatkan Musk.
Musk dipertimbangkan oleh pemerintah China sebagai calon pembeli TikTok karena hubungannya yang dekat dengan Trump. Saat pemilihan presiden AS lalu, Musk menghabiskan lebih dari USD 250 juta untuk membantu Trump terpilih kembali, dan sudah ditunjuk mengisi posisi penting di pemerintahannya.
Salah satu skenario yang dibahas oleh pemerintah China adalah X, perusahaan media sosial milik Trump, akan mengambil alih bisnis TikTok di AS. Musk kemudian akan memimpin kedua platform secara bersamaan.
Dengan lebih dari 170 juta pengguna di AS, TikTok bisa mendorong bisnis iklan X yang sedang lesu setelah ditinggal banyak pengiklan. Musk juga mendirikan perusahaan kecerdasan buatan xAI yang akan diuntungkan dengan banyaknya data yang dikumpulkan dari TikTok.
Petinggi China belum mencapai konsensus tentang bagaimana melanjutkan rencana tersebut, dan pertimbangan mereka masih dalam tahap awal. Tidak diketahui seberapa banyak ByteDance mengetahui rencana ini, dan seberapa jauh TikTok dan Musk terlibat dalam diskusi ini.
Dalam email kepada CNBC, juru bicara TikTok mengatakan mereka tidak bisa mengomentari laporan yang hanya fiksi belaka, seperti dikutip detikINET, Selasa (14/1/2025).
Salah satu faktor yang membuat ByteDance kesulitan menjual bisnis TikTok di AS adalah aturan pemerintah China yang melarang perusahaan menjual algoritma platform-nya ke perusahaan asing. Karena itu pemerintah China memiliki peran besar dalam menentukan nasib TikTok.
Sejumlah perusahaan dan investor AS sebelumnya pernah mengajukan diri untuk membeli TikTok. Saat Trump pertama kali mencoba memblokir TikTok pada tahun 2020, Microsoft dan Oracle berupaya mengakuisisi bisnis tersebut. Belum lama ini, miliarder Frank McCourt dan investor Kevin O’Leary merupakan bagian dari penawaran yang diajukan oleh Project Liberty untuk mengakuisisi TikTok.
(vmp/vmp)
-

Tesla Mobil Pembunuh, 239.000 Unit Gagal Total-Ditarik dari Pasar
Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla kembali melakukan penarikan (recall) mobil listrik dari pasaran. Raksasa milik Elon Musk tersebut secara sukarela melakukan recall terhadap 239.000 unit mobil listrik di Amerika Serikat (AS) untuk memperbaiki masalah pada kamera kaca spion.
Hal itu terungkap dalam dokumen yang diunggah Lembaga Keamanan Lalu Lintas Nasional AS (NHTSA) dalam laman resminya.
“Kamera kaca spion yang tak menampilkan gambar akan menurunkan penglihatan pengemudi, sehingga meningkatkan risiko tabrakan,” tulis Tesla dalam suratnya ke regulator.
Adapun recall terbaru Tesla berdampak pada unit sedan Model 3 dan Model S keluaran 2024-2025, serta SUV Model X dan Model Y keluaran 2023-2025.
Perusahaan juga mengatakan telah merilis pembaruan software otomatis alias over-the-air (OTA) untuk memperbaiki masalah kamera pada beragam mobil listriknya.
Sepanjang 2024, Tesla mengeluarkan 16 kali recall di AS yang berdampak pada jutaan unit mobil listriknya, menurut data NHTSA, dikutip dari CNBC International, Senin (13/1/2025).
Adapun recall yang dilakukan termasuk melakukan pembaruan software OTA dan penggantian komponen pada mobil listrik. Lebih dari 40% dari recall Tesla tahun lalu berkaitan dengan model-model terbaru, seperti Cybertruck.
Berbarengan dengan pengumuman recall terbaru, Tesla mengatakan perusahaan telah menerima 887 klaim garansi dan puluhan laporan dari lapangan. Namun, Tesla menegaskan kepada NHTSA bahwa pihaknya tidak mendeteksi dampak korban luka parah, atau kecelakaan fatal lainnya yang diakibatkan kegagalan pada kamera spion.
Tesla mengatakan pengguna dengan unit mobil listrik yang mengalami kegagalan pada papan sirkuit yang dapat menyebabkan kegagalan pada kamera cadangan, dapat mengganti komputer mobil mereka secara gratis.
Perusahaan tak segera merespons permintaan komentar dari CNBC International.
(fab/fab)
-

Saingan Starlink Makin Banyak, Komdigi Punya Rencana Buat RI
Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Komunikasi dan Digital berencana menata alokasi frekuensi, termasuk pemanfaatan teknologi baru seperti satelit, untuk mendorong penetrasi internet ke seluruh Indonesia.
Dirjen Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto memaparkan rencana pemerintah untuk memperluas jaringan internet ke seluruh wilayah agar semua warga RI bisa memanfaatkan akses internet yang berkualitas.
“Jangka pendeknya pasti dalam waktu singkat kami akan coba mau melakukan penataan terhadap alokasi frekuensi ya,” katanya.
Dalam penataan frekuensi, Komdigi juga akan memperhatikan perkembangan teknologi dan potensi pemanfaatannya. Salah satu teknologi yang disorot adalah internet berbasis satelit orbit rendah (LEO).
Dia mengungkapkan perusahaan penyedia jaringan internet LEO saat ini bukan hanya Starlink milik Elon Musk.
“Apakah akan tumbuh lagi satelit-satelit orbit. Katanya kayak Kuiper akan sudah mulai masuk dari China juga sudah akan mulai masuk,” kata Wayan.
Menurut laporan Cloudflare, trafik internet dari Starlink belum signifikan. Puncak trafik Starlink justru terlihat jelang ketersediaan resminya di Indonesia, ketika masih dalam tahap uji coba.
Secara umum, Starlink menyasar wilayah-wilayah yang sulit dijangkau jaringan internet dengan infrastruktur tradisional. Di Indonesia, pemerintah juga menganjurkan Starlink untuk melayani wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), bukan di kota-kota besar seperti Jakarta.
Selain itu, Starlink juga berfungsi untuk mengalirkan konektivitas dalam kondisi darurat bencana dan perang. Pasalnya, infrastruktur jaringan telekomunikasi biasanya ambruk dalam situasi-situasi tersebut.
Starlink juga menyediakan konektivitas penerbangan antar-pesawat, konektivitas pelayaran, serta kereta. Untuk akses portabel, konsumen dengan mudah berlangganan ‘Starlink Mini’.
Wayan menyatakan pemerataan konektivitas adalah salah satu fokus utama Komdigi, baik di wilayah komersial maupun di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Komdigi akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan pembangunan infrastruktur konektivitas bisa berjalan dengan lancar, bahkan dipercepat.
Konektivitas tersebut akan dibangun menggunakan semua jenis teknologi, mulai dari kabel fiber optik hingga lewat gelombang radio.
“Tentu kalau kabel fiber optic berkoordinasi dengan pemda. Kalau karena frekuensi, ya kami akan mengupayakan bagaimana regulasi ini bisa, frekuensi ini bisa digunakan dengan sebaik-baiknya dan dimanfaatkan sebaik-baiknya,” kata Wayan.
(dem/dem)
