Tag: Dwikorita Karnawati

  • Libur Sekolah, Kepala BMKG Ingatkan Waspada Wisata ke Bandung-Batu

    Libur Sekolah, Kepala BMKG Ingatkan Waspada Wisata ke Bandung-Batu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem sepanjang liburan sekolah.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, meskipun Indonesia telah memasuki periode musim kemarau, kondisi atmosfer yang masih labil menyebabkan sejumlah wilayah tetap berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat, disertai angin kencang dan petir.

    Ia menjelaskan, musim kemarau tahun ini belum merata karena angin Monsun Australia, yang menjadi pendorong utama kemarau, masih relatif lemah.

    Selain itu, suhu muka laut yang lebih hangat dari normal di selatan Indonesia turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan deras meskipun secara klimatologis sudah memasuki musim kemarau.

    “Seharusnya, pada periode Maret hingga Mei angin Monsun Australia sudah dominan membawa massa udara kering dari selatan. Namun tahun ini, kekuatannya tertahan, sehingga sistem atmosfer skala mingguan seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin masih aktif dan turut mendorong pembentukan awan-awan hujan,” ujar Dwikorita di Jakarta, Sabtu dalam keterangan resminya, Sabtu (28/6/2025).

    Hati-Hati Liburan ke Puncak, Bandung Utara-Yogyakarta

    Dwikorita menerangkan, dalam sepekan ke depan, wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk beberapa destinasi wisata utama, diprakirakan mengalami peningkatan tutupan awan dan curah hujan.

    Aktivitas MJO yang saat ini berada di wilayah Indonesia, terutama meliputi Jawa bagian tengah dan timur, Bali, Nusa Tenggara, serta sebagian Kalimantan, menjadi pemicu utama kondisi ini.

    Selain itu, kelembapan atmosfer yang masih tinggi serta angin timuran yang belum stabil menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya hujan, bahkan di kawasan yang biasanya sudah kering di musim kemarau. Di wilayah pegunungan, hujan berpotensi memicu longsor atau tumbangnya pohon, sementara di wilayah laut, angin kencang dan gelombang tinggi dapat mengancam keselamatan aktivitas wisata air.

    Dwikorita menekankan, kewaspadaan masyarakat sangat penting dalam merencanakan perjalanan liburan, terutama menuju destinasi seperti kawasan Puncak, Bandung Utara, Yogyakarta, Malang, dan Batu, yang berpotensi mengalami hujan pada siang hingga malam hari.

    Waspadai Gelombang Tinggi

    Sementara itu, kawasan wisata pesisir seperti Bali dan Lombok juga perlu diwaspadai karena potensi gelombang tinggi dan angin kencang dari arah timur yang dapat membahayakan aktivitas di laut. Di wilayah Labuan Bajo dan Nusa Tenggara Timur, hujan lebat dan angin kencang juga diperkirakan dapat terjadi, terutama pada sore hingga malam hari.

    “Masyarakat yang hendak bepergian ke tempat wisata agar selalu memperhatikan informasi cuaca terkini dari BMKG. Jangan hanya mengandalkan prediksi berdasarkan musim, karena dinamika atmosfer saat ini sangat aktif dan cepat berubah. Kami terus memutakhirkan prakiraan cuaca harian dan peringatan dini untuk memastikan masyarakat dapat berwisata dengan aman dan nyaman,” tegas Dwikorita.

    Dwikorita juga mengingatkan, dengan kondisi cuaca yang masih dinamis, masyarakat diminta untuk menyesuaikan aktivitas wisata dengan perkembangan cuaca terkini, termasuk membawa perlengkapan seperti jas hujan dan pakaian hangat, serta menghindari aktivitas luar ruang jika terdapat peringatan cuaca buruk.

    “BMKG terus memantau perkembangan sistem atmosfer secara real-time dan akan menyampaikan peringatan dini apabila terindikasi adanya peningkatan risiko cuaca ekstrem,” pungkasnya.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tol Jakarta-Tangerang Banjir, Jasa Marga Imbau Kendaraan Golongan 1 Keluar Karawaci

    Tol Jakarta-Tangerang Banjir, Jasa Marga Imbau Kendaraan Golongan 1 Keluar Karawaci

    Bisnis.com, JAKARTA — Jasa Marga mengimbau agar pengendara dengan kendaraan golongan 1 untuk keluar melalui jalur off ramp Karawaci imbas genangan air yang meluap di ruas tol Jakarta-Tangerang pada Sabtu (28/6/2025).

    Melansir dari akun Instagram resmi Jasa Marga Regional Metropolitan, Sabtu (28/6/2025), kendaraan golongan 1 diimbau untuk keluar melalui off ramp Karawaci untuk menghindari kepadatan di ruas tol Jakarta—Tangerang di sekitar KM 24.

    “Imbas genangan air di Ruas Tol Jakarta-Tangerang di sekitar KM 24 atas diskresi kepolisian, kendaraan golongan 1 diimbau untuk keluar melalui off ramp Karawaci untuk menghindari kepadatan. Hati-hati di jalan dan ikuti arahan petugas di lapangan,” demikian pengumuman di Instagram @official.jmmetropolitan.

    Jasa Marga juga mengimbau agar pengendara tetap waspada dan berhati-hati selama berkendara, serta mengikuti arahan petugas di lapangan.

    Beberapa jam sebelumnya, tepatnya pada pukul 16.21 WIB, Jasa Marga memberikan peringatan akan adanya genangan air di ruas tol Jakarta—Tangerang imbas Kali Sabi yang meluap.

    “Imbas tingginya curah hujan di wilayah Tangerang dan sekitarnya, terjadi luapan air dari Kali Sabi dan menggenangi sebagian Jalan Tol Jakarta—Tangerang, tepatnya di KM 24 arah Jakarta dan arah Tangerang,”

    Namun, Jasa Marga menyatakan para petugas telah berada di lokasi untuk melakukan pengaturan lalu lintas. Adapun, Jasa Marga juga mengimbau pengendara agar tetap tertib di antrean dan mengikuti arahan petugas di lapangan.

    Lebih lanjut, pengendara dapat memperoleh pembaruan informasi (update) informasi lalu lintas secara langsung dengan mengakses CCTV di aplikasi Travoy.

    Terpisah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di sejumlah daerah tujuan wisata selama libur panjang sekolah.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan kondisi atmosfer yang masih labil menyebabkan sejumlah wilayah tetap berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat, disertai angin kencang dan petir, meski Indonesia telah memasuki periode musim kemarau.

    Namun, Dwikorita menjelaskan bahwa musim kemarau tahun ini belum merata lantaran angin Monsun Australia, yang menjadi pendorong utama kemarau, masih relatif lemah.

    Selain itu, dia menerangkan bahwa suhu muka laut yang lebih hangat dari normal di selatan Indonesia turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan deras meskipun secara klimatologis sudah memasuki musim kemarau.

    Dalam sepekan ke depan, BMKG memprakirakan wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk beberapa destinasi wisata utama mengalami peningkatan tutupan awan dan curah hujan.

    Selain itu, lanjut dia, kelembapan atmosfer yang masih tinggi serta angin timuran yang belum stabil menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya hujan, dan di kawasan yang biasanya sudah kering di musim kemarau.

    “Di wilayah pegunungan, hujan berpotensi memicu longsor atau tumbangnya pohon, sementara di wilayah laut, angin kencang dan gelombang tinggi dapat mengancam keselamatan aktivitas wisata air,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/6/2025).

    Lebih lanjut, dia mengimbau agar masyarakat tetap waspada dalam merencanakan perjalanan liburan, terutama menuju destinasi seperti kawasan Puncak, Bandung Utara, Yogyakarta, Malang, dan Batu yang berpotensi mengalami hujan pada siang hingga malam hari.

    Sementara itu, kawasan wisata pesisir seperti Bali dan Lombok juga perlu diwaspadai lantaran adanya potensi gelombang tinggi dan angin kencang dari arah timur yang dapat membahayakan aktivitas di laut.

    Kemudian, di wilayah Labuan Bajo dan Nusa Tenggara Timur, BMKG memprakirakan hujan lebat dan angin kencang juga diperkirakan dapat terjadi, terutama pada sore hingga malam hari.

    “Kami terus memutakhirkan prakiraan cuaca harian dan peringatan dini untuk memastikan masyarakat dapat berwisata dengan aman dan nyaman,” pungkasnya.

  • Gempa Megathrust Tinggal Tunggu Waktu Hantam RI, Ini Zona Merahnya

    Gempa Megathrust Tinggal Tunggu Waktu Hantam RI, Ini Zona Merahnya

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan bencana gempa dan tsunami. Pasalnya, letak geografis Indonesia berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang mempertemukan beberapa lempeng.

    Salah satu yang perlu diwaspadai adalah ancaman gempa Megathrust. Setidaknya ada 13 segmen Megathrust yang tersebar di wilayah Indonesia.

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, sudah memberikan peringatan bahwa gempa dari 2 zona Megathrust tinggal menunggu waktu.

    Masing-masing adalah Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Pasalnya, 2 xona itu sudah lama tak mengalami gempa atau seismic gap, yakni berabad-abad. Biasanya, gemba besar memiliki siklus sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.

    Gempa Megathrust Ancam Jawa Barat

    Terpisah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan perlu diwaspadai dampak Megathrust untuk selatan Jawa Barat yang memanjang hingga Selat Sunda.

    Para peneliti memperingatkan, energi yang terkunci di zona subduksi ini terus bertambah seiring waktu. Jika energi ini dilepaskan sekaligus, dampaknya bisa memicu gempa besar hingga magnitudo 8,7.

    Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan, pelepasan energi ini tidak hanya memicu guncangan kuat, tapi juga menggerakkan kolom air laut dan membentuk tsunami besar.

    Menurut hitungannya, jika Megathrust di wilayah Pangandaran pecah, gelombang tsunami setinggi 20 meter bisa terjadi dan menjalar ke berbagai wilayah, termasuk Banten, Lampung, bahkan sampai ke Jakarta.

    “Semua pesisir Banten akan terdampak, hanya saja tinggi tsunaminya berbeda-beda,” ujar Rahma kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

    Di kawasan pesisir Banten, tsunami diprediksi bisa mencapai ketinggian antara 4 hingga 8 meter. Sementara di pesisir Lampung, kata ia, seluruh wilayah yang menghadap Selat Sunda disebut akan terkena dampaknya.

    Tsunami 1,8 Meter Ancam Jakarta

    Untuk Jakarta, tsunami diperkirakan mencapai pesisir utara dengan ketinggian sekitar 1 hingga 1,8 meter. Namun, waktu kedatangannya lebih lambat dibanding daerah lain, tsunami baru diperkirakan tiba di Jakarta setelah 2,5 jam sejak gempa terjadi.

    “Kalau di selatan Jawa, tsunami sampai dalam waktu 40 menit, bahkan di Lebak hanya 18 menit. Tapi di Jakarta Utara, tsunami datang 2,5 jam setelah gempa,” jelas Rahma.

    BRIN pun mengajak masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap risiko Megathrust. Risiko Megathrust bukan hanya gempa dan tsunami, tapi juga kerusakan infrastruktur, gangguan layanan dasar, dampak sosial ekonomi, hingga korban jiwa.

    Terpisah, BMKG menyebut belum dapat memastikan kapan bencana alam besar tersebut akan terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya terus membicarakan isu ini agar masyarakat bersiap menghadapi efek dari megathrust di Indonesia.

    “Sebetulnya isu Megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Dwikorita, dikutip dari CNN Indonesia.

    “Jadi tujuannya ke sana; mitigasi dan edukasi, persiapan, kesiapsiagaan,” imbuh dia.

    Langkah Antisipasi Megathrust di RI

    Dwikorita melanjutkan pihaknya sudah melakukan berbagai langkah antisipasi megathrust. Pertama, menempatkan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap ke zona-zona megathrust.

    “InaTEWS itu sengaja dipasang untuk menghadap ke arah megathrust. Aslinya tuh di BMKG hadir untuk menghadapi, memitigasi megathrust,” jelasnya.

    Kedua, edukasi masyarakat lokal dan internasional. Salah satu bentuk nyatanya adalah mendampingi pemerintah daerah (pemda) buat menyiapkan berbagai infrastruktur mitigasi, seperti jalur evakuasi, sistem peringatan dini, hingga shelter tsunami.

    Selain itu, bergabung dengan Indian Ocean Tsunami Information Center, yang juga berkantor di kompleks BMKG. Komunitas ini bertujuan buat mengedukasi 25 negara di Samudra Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami.

    “Kami edukasi publik bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemda sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang menyebabkan tsunami,” kata dia.

    Ketiga, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemda.

    “Sirine [peringatan tsunami] harusnya tanggung jawab pemerintah daerah, hibah dari BNPB, hibah dari BMKG, tapi pemeliharaan dari pemerintah daerah, kan otonomi daerah. Ternyata sirine selalu kita tes tanggal 26 [tiap bulan], kebanyakan bunyi tapi yang macet ada,” bongkarnya.

    Keempat, menyebarluaskan peringatan dini bencana. Menurut Dwi, jika masyarakat harus siap, berarti harus ada penyebarluasan informasi. “Kami dibantu Kominfo,” pungkasnya.

    13 Segmen Megathrust di RI

    Mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, berikut daftar 13 segmen megathrust yang mengancam Indonesia:

    1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9

    2. Megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4

    3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7

    4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7

    5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7

    6. Megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5

    7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2

    8. Megathrust Nias-Simelue denga potensi gempa M8,7

    9. Megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8

    10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9

    11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5

    12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2

    13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.

    (fab/fab)

  • Kemarau Basah Ancam Lumbung Padi, PUPR-BMKG Siaga Banjir

    Kemarau Basah Ancam Lumbung Padi, PUPR-BMKG Siaga Banjir

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menjalin kerja sama aktif dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengantisipasi potensi banjir di daerah lumbung padi nasional akibat fenomena kemarau basah yang diprediksi berlangsung hingga Agustus 2025.

    “Jadi kita kerjasama dengan BMKG apa saja yang kami harus lakukan,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Lilik Retno Cahyadiningsih kepada Beritasatu.com, Jumat (30/5/2025).

    Melalui koordinasi tersebut, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) telah memasang sistem peringatan dini di berbagai daerah lumbung padi. Tujuannya adalah untuk memantau perkembangan curah hujan dan mengambil langkah mitigasi cepat jika diperlukan.

    “Teman-teman di BBWS dan BWS sudah memasang peringatan dini, lalu kita siapkan mitigasi, terutama di wilayah-wilayah lumbung padi,” jelas Lilik.

    Lilik menyebutkan, saat ini terdapat 14 provinsi yang menjadi fokus utama Kementerian PUPR dalam menghadapi potensi banjir selama musim kemarau basah.

    Sebelumnya, BMKG menyatakan tahun 2025 tergolong sebagai musim kemarau basah, yakni musim kemarau yang tetap disertai hujan dengan intensitas bervariasi di sejumlah wilayah Indonesia.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, curah hujan pada April umumnya tergolong menengah hingga tinggi.

    Beberapa wilayah bahkan mencatat curah hujan sangat tinggi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, hingga Papua.

    Memasuki bulan Mei, curah hujan mulai menurun menjadi kategori rendah-menengah, tetapi masih tinggi di sejumlah daerah, termasuk sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

    Pada bulan Juni dan Juli, sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi mengalami hujan kategori rendah-menengah, tetapi potensi hujan tinggi tetap ada di kawasan timur Indonesia, seperti Sulawesi dan Papua.

    Dwikorita juga mengingatkan, mulai akhir Juli hingga Agustus, potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera bagian selatan dan Kalimantan bagian selatan diperkirakan meningkat.

    “Juli sudah memasuki musim kemarau monsunal di beberapa wilayah dengan peningkatan intensitas serta perluasan wilayah terdampak dibanding bulan sebelumnya,” ujar Dwikorita.

    Dengan kolaborasi antara Kementerian PU dan BMKG ini, pemerintah berharap dampak negatif dari perubahan pola cuaca ekstrem dapat ditekan, terutama terhadap ketahanan pangan nasional.

  • Indonesia Kembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Pakai Kabel Optik

    Indonesia Kembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Pakai Kabel Optik

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah Indonesia terus memperkuat sistem peringatan dini tsunami nasional melalui pengembangan teknologi inovatif berbasis kabel optik bawah laut yang mampu mendeteksi aktivitas seismik, khususnya di zona megathrust yang rawan gempa.

    Teknologi mutakhir ini merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada (UGM), Telkom Indonesia, dan akan diintegrasikan dengan sistem peringatan dini milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, kabel optik bukan hanya berfungsi sebagai media komunikasi, tetapi juga dapat difungsikan sebagai sensor tekanan untuk mendeteksi gelombang bawah laut yang menjadi indikator awal terjadinya tsunami.

    “Penggunaan kabel optik bukan hanya sebagai alat komunikasi, namun juga sebagai sensor tekanan yang bisa mendeteksi gelombang bawah laut sebagai indikator awal tsunami,” kata Dwikorita pada Jumat (30/5/2025).

    Dwikorita menegaskan, BMKG memiliki peran sebagai lembaga otoritas tunggal dalam mengoperasikan dan menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009. Hal ini penting untuk menghindari kebingungan publik akibat informasi yang tidak sinkron dari berbagai sumber.

    “Peringatan tsunami dapat memicu evakuasi massal dan menghentikan kegiatan industri, sehingga konsekuensi finansialnya sangat besar. Oleh sebab itu, koordinasi dan keakuratan informasi menjadi sangat krusial,” tambahnya.

    BMKG juga terbuka untuk mendorong riset dan inovasi dari perguruan tinggi, lembaga riset, dan sektor swasta. Namun, setiap teknologi baru yang akan digunakan dalam sistem InaTEWS harus melewati uji kelayakan dan memenuhi standar nasional agar dapat diandalkan dalam kondisi darurat nyata.

    “Sistem ini bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga kecepatan respon, ketepatan data, serta koordinasi yang baik antar lembaga, yang langsung berpengaruh pada keselamatan rakyat dan ekonomi,” tegas Dwikorita.

    Untuk mendukung proses ini, BMKG siap memfasilitasi uji coba, validasi, serta integrasi teknologi hasil kolaborasi UGM dan Telkom ke dalam sistem peringatan dini yang sudah berjalan.

    Dengan ancaman megathrust yang terus mengintai Indonesia, sinergi multipihak menjadi kunci utama untuk menciptakan sistem peringatan dini yang adaptif dan berdaya lindung tinggi.

    “Inilah momentum memperkuat ekosistem inovasi nasional agar dapat menghadapi tantangan kebencanaan secara terintegrasi dan efektif,” tutup Dwikorita.

  • Cuaca Hari Ini Jumat 9 Mei 2025: Langit Jakarta Pagi Hari Berawan Tebal – Page 3

    Cuaca Hari Ini Jumat 9 Mei 2025: Langit Jakarta Pagi Hari Berawan Tebal – Page 3

    Sebelumnya, BMKG memprakirakan musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi akan datang lebih cepat di beberapa wilayah, dimulai pada April, hingga Mei dan Juni. Meskipun durasi musim kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya, potensi risiko tetap ada dan perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat dan sektor terkait.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati seperti dikutip dari laman resmi BMKG mengatakan, secara umum puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025.

    BMKG telah menganalisis data iklim dan cuaca, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia. 

    Pada bulan April, sekitar 115 Zona Musim (ZOM) memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, meliputi sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua. Nusa Tenggara diperkirakan mengalami kemarau lebih awal. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus 2025.

    Wilayah Jawa bagian tengah dan timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada bulan Agustus. Wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan mengalami puncak kemarau lebih awal, yaitu Juni-Juli.

  • Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 7 Mei 2025: Sebagian Besar Wilayah Berpotensi Hujan – Page 3

    Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 7 Mei 2025: Sebagian Besar Wilayah Berpotensi Hujan – Page 3

    Sebelumnya, BMKG memprakirakan musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi akan datang lebih cepat di beberapa wilayah, dimulai pada April, hingga Mei dan Juni. Meskipun durasi musim kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya, potensi risiko tetap ada dan perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat dan sektor terkait.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati seperti dikutip dari laman resmi BMKG mengatakan, secara umum puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025.

    BMKG telah menganalisis data iklim dan cuaca, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia. 

    Pada bulan April, sekitar 115 Zona Musim (ZOM) memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, meliputi sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua. Nusa Tenggara diperkirakan mengalami kemarau lebih awal. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus 2025.

    Wilayah Jawa bagian tengah dan timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada bulan Agustus. Wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan mengalami puncak kemarau lebih awal, yaitu Juni-Juli.

  • Cuaca Hari Ini Rabu 7 Mei 2025: Jakarta Berpotensi Hujan Ringan pada Siang Hari – Page 3

    Cuaca Hari Ini Rabu 7 Mei 2025: Jakarta Berpotensi Hujan Ringan pada Siang Hari – Page 3

    Sebelumnya, BMKG memprakirakan musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi akan datang lebih cepat di beberapa wilayah, dimulai pada April, hingga Mei dan Juni. Meskipun durasi musim kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya, potensi risiko tetap ada dan perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat dan sektor terkait.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati seperti dikutip dari laman resmi BMKG mengatakan, secara umum puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025.

    BMKG telah menganalisis data iklim dan cuaca, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia. 

    Pada bulan April, sekitar 115 Zona Musim (ZOM) memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, meliputi sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua. Nusa Tenggara diperkirakan mengalami kemarau lebih awal. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus 2025.

    Wilayah Jawa bagian tengah dan timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada bulan Agustus. Wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan mengalami puncak kemarau lebih awal, yaitu Juni-Juli.

  • Cuaca Besok Rabu 7 Mei 2025: Langit Jabodetabek Pagi dan Siang Akan Berawan – Page 3

    Cuaca Besok Rabu 7 Mei 2025: Langit Jabodetabek Pagi dan Siang Akan Berawan – Page 3

    Sebelumnya, BMKG memprakirakan musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi akan datang lebih cepat di beberapa wilayah, dimulai pada April, hingga Mei dan Juni. Meskipun durasi musim kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya, potensi risiko tetap ada dan perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat dan sektor terkait.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati seperti dikutip dari laman resmi BMKG mengatakan, secara umum puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025.

    BMKG telah menganalisis data iklim dan cuaca, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia. 

    Pada bulan April, sekitar 115 Zona Musim (ZOM) memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, meliputi sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua. Nusa Tenggara diperkirakan mengalami kemarau lebih awal. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus 2025.

    Wilayah Jawa bagian tengah dan timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada bulan Agustus. Wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan mengalami puncak kemarau lebih awal, yaitu Juni-Juli. 

  • Cuaca Indonesia Hari Ini Senin 5 Mei 2025: Sebagian Wilayah Berpotensi Diguyur Hujan – Page 3

    Cuaca Indonesia Hari Ini Senin 5 Mei 2025: Sebagian Wilayah Berpotensi Diguyur Hujan – Page 3

    Sementara itu diberitakan sebelumnya, BMKG memprakirakan musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi akan datang lebih cepat di beberapa wilayah, dimulai pada April, hingga Mei dan Juni. Meskipun durasi musim kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya, potensi risiko tetap ada dan perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat dan sektor terkait.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati seperti dikutip dari laman resmi BMKG mengatakan, secara umum puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025.

    BMKG telah menganalisis data iklim dan cuaca, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia. 

    Pada bulan April, sekitar 115 Zona Musim (ZOM) memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, meliputi sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua. Nusa Tenggara diperkirakan mengalami kemarau lebih awal. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus 2025.

    Wilayah Jawa bagian tengah dan timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada bulan Agustus. Wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan mengalami puncak kemarau lebih awal, yaitu Juni-Juli.