Tag: Dwikorita Karnawati

  • Antisipasi Banjir Susulan di Sukabumi, BNPB Modifikasi Cuaca per 12 Desember

    Antisipasi Banjir Susulan di Sukabumi, BNPB Modifikasi Cuaca per 12 Desember

    Jakarta

    Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan modifikasi cuaca disiapkan untuk kawasan Sukabumi. Modifikasi cuaca akan dilakukan sejak tanggal 12 Desember nanti.

    Suharyonto lebih dulu menjelaskan prediksi cuaca buruk di kawasan Sukabumi akan berakhir tanggal 9 Desember. Kemudian cuaca buruk akan mulai lagi tanggal 13 hingga 24 Desember.

    “Jadi mulai tanggal 12 (Desember), khusus untuk Sukabumi, supaya tidak terjadi lagi banjir susulan yang lebih besar, BNPB akan menggelar operasi modifikasi cuaca. Bukan menghentikan hujan, susah. Tapi mengurangi atau mengalihkan,” kata Suharyonto usai Rapat Koordinasi Penanganan Bencana di Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).

    Dirinya menyebut ada sekitar 300 pengungsi yang tersebar di 2 titik. Dirinya mengatakan pencarian terhadap orang yang hilang juga terus dilakukan.

    “Sampai detik ini ada sekitar 300 pengungsi di dua titik terpusat,” kata dia.

    “Yang pertama adalah masih ada yang hilang. Berarti pencarian pertolongan itu harus diutamakan. Tadi sepakat Satgas yang mencari sampai ketemu. Golden timenya adalah 7×24 jam,” tambahnya.

    “Dan ini semua daerah Jawa Barat itu dalam 10 tahun terakhir memang menduduki ranking 1 atau 2 yang bencananya tertinggi,” sebutnya.

    Rapat turut dihadiri Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal, Bupati Sukabumi Marwan Hamami, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, serta perwakilan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

    (ial/jbr)

  • Pemprov DKI Lakukan Rekayasa Cuaca Antipasi Curah Hujan Tinggi

    Pemprov DKI Lakukan Rekayasa Cuaca Antipasi Curah Hujan Tinggi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal melakukan rekayasa cuaca mengantisipasi curah hujan tinggi dalam beberapa hari ke depan.

    Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan pihaknya telah mendapat informasi dari BMKG soal potensi curah hujan tinggi hingga tahun depan.

    “Diperkirakan tanggal 6 sampai 9 ini hujannya cukup lumayan, kemudian nanti mulai pertengahan tahun sampai dengan akhir tahun itu juga hujan cukup tinggi. Bahkan wanti-wanti kemungkinan bisa menjadi siklus lima tahunan, seperti tahun 2020. Oleh karena itu ada beberapa langkah. Pertama, Pemprov DKI akan berupaya untuk melakukan rekayasa cuaca,” kata Teguh kepada wartawan, Jumat (6/12).

    Ia menjelaskan rekayasa cuaca bakal dilakukan menggunakan anggaran dari Badan Penanggungalangan Bencana Daerah (BPBD).

    Teguh mengatakan rekayasa cuaca juga bakal dilakukan pertengahan 2025 hingga akhir 2025.

    “Ini sedang dijajaki, kita akan bicarakan dengan BNPB, tentu saja dengan BMKG juga, terkait penggunaan dana BTT untuk rekayasa cuaca. Tapi karena menggunakan dana BTT, maka kita harus ada pernyataan status darurat. Nah ini sedang kita jajaki dan kita koordinasikan,” ujarnya.

    Dari sisi infrastruktur, ia mengatakan Pemprov siap mengantisipasi jika curah hujan di bawah 200 mm. Teguh menjelaskan seluruh organisasi perangkat daerah juga sudah siap jika terjadi banjir.

    “Tapi kalau hujannya itu juga katakanlah misalnya 10 hari betul-betul turut, itu kondisi tanah akan jenuh. Ini juga akan memperlambat aliran. Ini yang juga harus kita lakukan antisipasinya,” katanya.

    Teguh mengatakan Pemprov juga tengah mengkaji kebijakan WFH jika banjir bisa diprediksi terjadi pada hari kerja.

    “Misalnya kita prediksi akan terjadi banjir pada waktu weekday, kita akan cermati, kita akan pelajari, pertimbangkan bagaimana misalnya masalah WFH, khususnya untuk diinstansi pemerintah ataupun untuk anak-anak sekolah. Tapi ini masih sedang pencermatan,” katanya.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya menjelaskan sejumlah daerah di Jabodetabek potensi mengalami curah hujan ekstrem hingga banjir bandang seperti yang pernah terjadi di empat tahun lalu.

    Kondisi itu karena musim hujan saat ini turut disertai fenomena La Nina meningkatkan curah hujan hingga 20 persen dari normalnya yang akan terjadi akhir tahun hingga awal 2025.

    “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” kata Dwikorita, Rabu (4/12).

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” ucapnya kemudian.

    (yoa/fra)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tips BMKG Agar Semarang Tidak Dilanda Banjir Parah, Awal Tahun Curah Hujan Tinggi

    Tips BMKG Agar Semarang Tidak Dilanda Banjir Parah, Awal Tahun Curah Hujan Tinggi

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Kota Semarang disebut berpotensi dilanda banjir pada periode Januari-Februari 2025.

    Selain akibat puncak penghujan, penyebab banjir di kota ATLAS tersebut diakibatkan dampak penurunan tanah serta makin berkurangnya daerah-daerah resapan air. 

    Bahkan BMKG, banjir yang terjadi bisa secara ekstrem, sehingga masyarakat diminta waspada dan pemerintah daerah bersiap diri untuk meminimalisir risikonya.

    BMKG menyebut, Kota Semarang berpotensi dilanda banjir tahunan pada Januari-Februari 2025.

    Hal tersebut dikatakan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati berdasarkan peristiwa banjir yang menerjang Semarang pada akhir 2022, awal, dan akhir 2023, serta awal 2024.

    Dwikorita Karnawati mengatakan, Semarang berpotensi dilanda banjir pada awal tahun depan karena tingginya curah hujan di Jawa Tengah.

    Berdasarkan citra yang dirilis BMKG, curah hujan di Jawa Tengah dapat mencapai 300-400 milimeter per bulan.

    Jumlah ini tergolong tinggi untuk suatu wilayah.

    “Puncaknya musim hujan pada Januari-Februari 2025.”

    “Di atas 300 sampai 400 milimeter per bulan.”

    “Curah hujannya potensi tinggi,” ujar Dwikorita Karnawati seperti dilansir dari Kompas.com, Jumat (6/11/2024).

    Faktor Lain Penyebab Semarang Berpotensi Banjir

    Curah hujan tinggi bukanlah satu-satunya faktor yang memicu banjir di Semarang setiap tahunnya.

    Dwikorita Karnawati menerangkan, ada kemungkinan faktor penurunan lahan karena pemompaan air tanah dan tanggul jebol ikut berkontribusi saat banjir di Semarang.

    Pernyataan Dwikorita soal penurunan lahan di Semarang selaras dengan temuan ahli geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM) Heri Sutanta pada Januari 2023. 

    ILUSTRASI Pengendara melitas di jalanan Kota Lama yang tergenang saat terjadi banjir Semarang. (Tribun Jateng/ Iwan Arifianto)

    Dilansir dari laman resmi UGM, Jumat (6/12/2023), dia menyebut bahwa kenaikan air laut global setinggi 3-5 milimeter per tahun dan penurunan tanah di Semarang mencapai 9 sentimeter.

    Karena alasan itulah Semarang kerap dilanda banjir ketika curah hujan tinggi karena posisi daratan lebih tinggi daripada permukaan air laut.

    Dwikorita Karnawati menambahkan, banjir di Semarang bisa diperparah dengan rob saat kemunculan Bulan purnama.

    Rob adalah banjir yang disebabkan oleh masuknya air laut ke daratan karena pasang air laut yang tinggi.

    “Yang berbahaya terutama kalau kondisi ekstrem.”

    “Itu kan (curah hujan) bulannya 300-400 milimeter per bulan.”

    “Tetapi namanya hujan ekstrem bisa saja hujan yang 300 milimeter harusnya turun satu bulan, itu bisa turun dalam waktu 1-2 hari,” imbuh Dwikorita.

    Pihaknya berharap, Pemkot Semarang bisa melakukan langkah antisipasi banjir dengan mengecek drainase dan kondisi tanggul supaya tidak jebol.

    Wilayah lain di pantai utara Jawa, seperti Kabupaten Demak juga diminta mewaspadai potensi banjir pada awal 2025.

    “Jadi mohon diwaspadai, jangan sampai terjadi,” tandas Dwikorita Karnawati.

    Strategi Pemkot Semarang Antisipasi Banjir 

    Menjelang awal 2025, Pemkot Semarang sudah bersiap menghadapi banjir.

    Salah satunya dengan mengintensifkan pembersihan saluran sungai dan melakukan pengerukan sedimen sungai.

    Kepala DPU Kota Semarang, Soewarto mengatakan, fokus pembersihan dan pengerukan dilakukan di Semarang bagian timur, seperti Kali Sringin Lama, Kali Tambi, Kali Tlogosari Wetan, Kali Sodor, Kali Gebang Anom, anak Kali Sodor, samping Tol USM.

    Hal yang sama juga dilakukan di Kali Kokrosono, Kali Semarang Ruas Layur-Yos Sudarso, Kali Barder Bandarharjo, Saluran Tambak Lorok, Kali Asin, dan Long Storage Kali Baru.

    Upaya lain untuk mengantisipasi banjir dilakukan dengan pemasangan 16 alat pendeteksi dini atau early warning system (EWS).

    Kepala BPBD Kota Semarang, Endro P Martono mengatakan, EWS sudah dipasang di sejumlah sungai.

    EWS tersebut bekerja seperti alarm yang berbunyi jika debit air sungai mengalami kenaikan.

    “Sudah kami siapkan dan cek semuanya berfungsi, jadi ini lebih baik,” ujar Endro P Martono. (*)

     

  • Jakarta Berpotensi Dilanda Banjir saat Nataru, Ini Kata BMKG

    Jakarta Berpotensi Dilanda Banjir saat Nataru, Ini Kata BMKG

    Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jakarta berpotensi dilanda banjir saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024. 

    Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu, 4 Desember 2024. 

    Menurutnya, fase puncak musim hujan akan terjadi pada akhir Desember 2024. “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah itu mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” kata Dwikorita. 

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya. 
     

     

    Ancaman badai La Nina di penghujung tahun

    Tak hanya ancaman banjir, BMKG juga mengajak masyarakat untuk mewaspadai ancaman badai La Nina saat libur Nataru.

    Menurut BMKG, pada Desember dan Januari juga ada ancaman adanya fenomena La Nina yang bisa meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.

    BMKG juga sudah mendeteksi potensi masuknya seruak dingin tersebut ke wilayah Indonesia.

    “Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia,” Jelas Dwikorita. 

    “Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember,” pungkasnya. 

    Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jakarta berpotensi dilanda banjir saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024. 
     
    Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu, 4 Desember 2024. 
     
    Menurutnya, fase puncak musim hujan akan terjadi pada akhir Desember 2024. “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah itu mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” kata Dwikorita. 
    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya. 
     

     

    Ancaman badai La Nina di penghujung tahun

    Tak hanya ancaman banjir, BMKG juga mengajak masyarakat untuk mewaspadai ancaman badai La Nina saat libur Nataru.
     
    Menurut BMKG, pada Desember dan Januari juga ada ancaman adanya fenomena La Nina yang bisa meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.
     
    BMKG juga sudah mendeteksi potensi masuknya seruak dingin tersebut ke wilayah Indonesia.
     
    “Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia,” Jelas Dwikorita. 
     
    “Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember,” pungkasnya. 
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • Cuaca Ekstrem Berpotensi Ancam RI hingga April 2025

    Cuaca Ekstrem Berpotensi Ancam RI hingga April 2025

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025 imbas aktifnya fenomena La Nina. Simak penjelasannya.

    Hingga akhir Oktober, pemantauan terhadap suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan kecenderungan yang terus mendingin, dengan indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) sudah melewati ambang batas La Nina, yakni -0,59. Kondisi La Nina yang berstatus lemah ini akan bertahan setidaknya sampai dengan Maret 2025.

    Dalam keterangan di laman resminya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa “cuaca ekstrem diperkirakan berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025, dipengaruhi oleh fenomena La Nina Lemah yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen.”

    Faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi cuaca tersebut adalah dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO). Potensi Cold Surge atau seruak udara dingin yang bergerak dari Siberia menuju wilayah barat Indonesia juga diproyeksikan aktif selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Menurut BMKG, kedua fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, “meskipun skala dan dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut”.

    Dwikorita dalam beberapa kesempatan juga mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai menghadapi cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi yang ditimbulkannya.

    “Pemerintah daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan. Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025. Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi,” ungkap Dwikorita awal November lalu.

    Menurut dia pemerintah harus meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.

    Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.

    Banjir Jakarta 2020 berpotensi terulang

    BMKG juga mengungkap potensi bencana banjir Jakarta pada 2020 terulang imbas pergerakan seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia.

    “Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia,” kata Dwikorita dalam Raker Kesiapan Nataru dengan Komisi V DPR RI, Rabu (4/12).

    “Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember,” ujar dia menambahkan.

    Dwikorita menjelaskan seruak dingin tersebut menyebabkan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, dan peningkatan curah hujan.

    Menurut dia kecepatan angin dan peningkatan gelombang tinggi ini akan terjadi terutama di Laut Natuna.

    Di wilayah barat Indonesia, seruak dingin ini dalam skenario terburuk dapat menyebabkan banjir parah yang menerjang Jakarta pada 2020.

    “Kemudian kalau saat landing ke Indonesia bagian barat yaitu Jawa Barat, Lampung, kemudian Banten, DKI. Skenario terburuk itu meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem. Contoh yang sudah terjadi di tahun 2020 di bulan Januari kondisi terparah adalah Jabodetabek banjir saat itu,” jelas Dwikorita.

    “Itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi,” imbuhnya.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Jakarta Perlu Rekayasa Cuaca Antisipasi Curah Hujan Tinggi

    Jakarta Perlu Rekayasa Cuaca Antisipasi Curah Hujan Tinggi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pj Gubernur Provinsi DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan pihaknya perlu merekayasa cuaca untuk mengantisipasi potensi curah hujan tinggi yang diprediksi bakal terjadi mulai hari ini, Jumat (6/12) hingga Senin (9/12).

    “Setelah mencermati paparan BMKG [dalam rapat koordinasi banjir], yang perlu kita laksanakan saat ini adalah rekayasa cuaca,” kata Teguh di Jakarta, Kamis (5/12).

    Teguh mengatakan untuk pendanaan rekayasa cuaca ini akan menggunakan dana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

    Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga telah melakukan apel kesiapsiagaan bencana dan memastikan infrastruktur penanggulangan banjir dapat bekerja optimal.

    Teguh juga mengimbau agar Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mulai menindaklanjuti potensi penggunaan data biaya tak terduga (BTT) untuk keadaan darurat.

    “Tolong kesiapan dinas-dinas terkait, seperti Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Bina Marga, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan lainnya,” ujarnya, melansir Antara.

    Ia mengimbau dinas terkait bersinergi dengan BMKG untuk terus mendapatkan perkembangan data terkini cuaca.

    Wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, hingga Lampung diprediksi akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat dalam periode tiga hari ke depan, mulai Jumat (6/12) hingga Minggu (8/12).

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan potensi cuaca tersebut akibat dinamika atmosfer yang terjadi di wilayah Indonesia. Salah satunya adalah dampak bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia sebelah barat daya Banten.

    “Khusus untuk dampak berupa ujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Bahkan diprediksi dapat mencapai sangat lebat disertai angin kencang ini diprediksi akan terjadi di wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat hampir merata dan di Jabodetabek,” kata Dwikorita dalam konferensi pers, Kamis (5/12).

    Merujuk laporan BMKG, bibit siklon tropis 91S terpantau berada di Samudera Hindia sebelah selatan Banten, tepatnya di sekitar 9,5 derajat Lintas Selatan dan 105,0 derajat Bujur Timur dengan kecepatan angin maksimum 15 knot (28 km/jam) dan tekanan udara minimum 1006 hPa.

    Kendati begitu, menurut BMKG secara umum potensi bibit siklon tropis 91S menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan cukup rendah. Begitu juga untuk periode 48 hingga 72 jam ke depan.

    Selain itu, fenomena itu juga bisa menimbulkan angin kencang disertai dengan kilat dan petir.

    “Serta dampak langsung berupa gelombang tinggi di wilayah Indonesia,” ucapnya.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • 3 Warga Tewas Imbas Cuaca Ekstrem Terjang Lebak

    3 Warga Tewas Imbas Cuaca Ekstrem Terjang Lebak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Banten, menerima laporan tiga orang meninggal dunia imbas banjir dan pohon tumbang akibat cuaca ekstrem yang terjadi sejak Selasa (3/12) hingga Kamis (5/12).

    “Cuaca ekstrem, hujan deras disertai angin kencang terjadi di Lebak dari hari Selasa (3/12) sampai hari ini,” kata Kepala BPBD Lebak Febby Rizky Pratama, Kamis (5/12).

    Febby menjelaskan, warga berinisial R (64) meninggal dunia karena tertimpa pohon tumbang di Kecamatan Cibeber, Kamis (5/12). Menurut Febby, korban meninggal ketika perjalanan pulang dari kebun ke rumah.

    “Kondisi hujan deras disertai angin kencang, yang bersangkutan sedang perjalanan pulang dari kebun ke rumah. Di perjalanan itu korban tertimpa pohon dan cukup lama ditemukan warga,” jelas dia, mengutip Detik.

    Febby mengatakan korban sudah dievakuasi dan langsung dimakamkan oleh keluarga.

    “Sudah dibawa ke rumah dan sudah dimakamkan,” tuturnya.

    Selain peristiwa hari ini, Febby mengatakan bahwa BPBD Lebak juga menerima dua laporan lain terkait warga yang meninggal karena cuaca ekstrem. Warga berinisial D (13) meninggal dunia karena tenggelam ketika banjir di Kecamatan Banjarsari, Rabu (4/12).

    Sementara, warga berinisial DA (14) meninggal dunia karena tertimpa tanah longsor di Cipanas pada Selasa (3/12).

    “Cuaca ekstrem selama tiga hari ini, kita menerima laporan tiga orang meninggal,” kata dia.

    Cuaca ekstrem saat Nataru

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya juga sudah mewanti-wanti potensi cuaca ekstrem sepanjang Desember ini. Bahkan, momen libur Natal dan Tahun Baru akan dibarengi dengan curah hujan cukup tinggi karena berada di puncak musim hujan yang disertai dengan fenomena La Nina lemah.

    “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Raker Kesiapan Nataru dengan Komisi V DPR RI, Rabu (4/12).

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya.

    Dwikorita mengatakan pada Desember puncak musim hujan terjadi di sebagian Jawa terutama bagian selatan. Kemudian, pada Januari itu puncak musim di Jawa terjadi di bagian tengah hingga utara.

    Oleh karena itu, Dwikorita meminta pihak terkait untuk memberi perhatian pada peningkatan curah hujan yang cukup tinggi ini karena mungkin berdampak pada mobilitas masyarakat di momen libur Nataru, khususnya di Sumatera dan Jawa.

    Selain berada pada puncak musim hujan, Dwikorita mengatakan curah hujan juga bisa semakin tinggi karena adanya fenomena La Nina lemah. Fenomena ini berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.

    “Musim hujan ini disertai dengan terjadinya La Nina lemah yang berdampak pada peningkatan curah hujan mencapai diprediksi 20 persen dari normalnya,” jelasnya.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Prediksi BMKG, Banten-Jabar Potensi Hujan Lebat Akhir Pekan Ini

    Prediksi BMKG, Banten-Jabar Potensi Hujan Lebat Akhir Pekan Ini

    Jakarta, CNN Indonesia

    Wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, hingga Lampung diprediksi akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat dalam periode tiga hari ke depan, mulai Jumat (6/12) hingga Minggu (8/12). Simak prediksinya.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan potensi cuaca tersebut akibat dinamika atmosfer yang terjadi di wilayah Indonesia. Salah satunya adalah dampak bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia sebelah barat daya Banten.

    “Khusus untuk dampak berupa ujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Bahkan diprediksi dapat mencapai sangat lebat disertai angin kencang ini diprediksi akan terjadi di wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat hampir merata dan di Jabodetabek,” kata Dwikorita dalam konferensi pers, Kamis (5/12).

    Merujuk laporan BMKG, bibit siklon tropis 91S terpantau berada di Samudera Hindia sebelah selatan Banten, tepatnya di sekitar 9,5 derajat Lintas Selatan dan 105,0 derajat Bujur Timur dengan kecepatan angin maksimum 15 knot (28 km/jam) dan tekanan udara minimum 1006 hPa.

    Kendati begitu, menurut BMKG secara umum potensi bibit siklon tropis 91S menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan cukup rendah. Begitu juga untuk periode 48 hingga 72 jam ke depan.

    Selain itu, fenomena itu juga bisa menimbulkan angin kencang disertai dengan kilat dan petir.

    “Serta dampak langsung berupa gelombang tinggi di wilayah Indonesia,” ucapnya.

    Dwikorita menyebut ketinggian gelombang laut hingga 1,25 hingga 2,5 meter yang berpotensi terjadi di Samudra Hindia Selatan Bali hingga NTT.

    Sebelumnya Dwikorita juga telah mengingatkan potensi banjir bandang seperti yang pernah terjadi di empat tahun lalu.

    Kondisi itu karena musim hujan saat ini turut disertai fenomena La Nina meningkatkan curah hujan hingga 20 persen dari normalnya yang akan terjadi akhir tahun hingga awal 2025.

    “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” kata Dwikorita kemarin.
    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” ucapnya kemudian.

    Faktor pemicu

    BMKG, dalam Prospek ‘Cuaca Mingguan Periode 3-9 Desember 2024’ memprediksi dalam beberapa hari ke depan, cuaca ekstrem diperkirakan akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia seiring dengan puncak musim hujan.

    BMKG melaporkan berbagai fenomena atmosfer yang aktif akan mempengaruhi pola cuaca, memicu potensi hujan dengan intensitas tinggi yang dapat menimbulkan dampak serius seperti banjir, tanah longsor, hingga banjir lahar di sekitar gunung berapi aktif.

    Salah satu faktor yang memicu kondisi ini adalah keberadaan sirkulasi siklonik di Laut Natuna dan Samudra Hindia barat daya Banten. Fenomena ini memperkuat pengangkatan massa udara, sehingga mempercepat pembentukan awan hujan dengan intensitas lebat di wilayah sekitarnya.

    Selain itu, kombinasi beberapa dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta Low Frequency juga turut memperbesar peluang curah hujan lebat di wilayah barat dan tengah Indonesia.

    “Kondisi ini berpotensi memicu hujan dengan durasi yang lebih panjang dan intensitas yang lebih tinggi,” tulis BMKG dalam keterangan resminya.

    Seiring dengan periode puncak musim hujan, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi memiliki risiko lebih besar terhadap curah hujan yang tinggi dan dapat menyebabkan banjir, genangan air, atau tanah longsor di daerah rawan.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah potensi hujan lebat yang terjadi pada daerah-daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang saat ini sedang aktif, karena potensi banjir lahar hujan yang dapat ditimbulkan.

    “BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem ini dan terus memantau informasi cuaca terkini,” ujar lembaga.

    (mnf/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berlangsung hingga Maret-April 2025, Curah Hujan Meningkat 20 Persen – Page 3

    BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berlangsung hingga Maret-April 2025, Curah Hujan Meningkat 20 Persen – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk memperbarui informasi prakiraan cuaca secara berkala selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Langkah ini penting untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu kelancaran perjalanan lintas moda transportasi.

    “Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Kami meminta masyarakat untuk terus memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG yang selalu diperbarui. Peringatan dini akan disampaikan sepekan, tiga hari, hingga tiga jam sebelum potensi cuaca ekstrem,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati kepada wartawan, Kamis (5/12/2024).

    BMKG memprediksi cuaca ekstrem akan berlangsung hingga Maret-April 2025, dipengaruhi oleh fenomena La Nina Lemah yang meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen. Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge dari Siberia diproyeksikan aktif selama libur Nataru. Kedua fenomena ini dapat memperkuat intensitas dan volume hujan di berbagai wilayah.

    “Kondisi ini rawan memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, atau longsor. Informasi cuaca berkala sangat penting untuk mendukung keselamatan selama perjalanan atau kunjungan ke destinasi wisata,” tambah Dwikorita.

    BMKG juga mengingatkan bahwa survei Kementerian Perhubungan memproyeksikan 110,67 juta orang akan melakukan perjalanan selama Nataru, mayoritas menggunakan kendaraan pribadi yang lebih rentan terhadap dampak cuaca buruk.

    Untuk mendukung masyarakat, BMKG menyediakan fitur Digital Weather for Traffic (DWT) dalam aplikasi InfoBMKG. Fitur ini memberikan informasi cuaca untuk jalur darat, laut, udara, serta pelabuhan dan penyeberangan.”Pengguna dapat mengecek peringatan dini, cuaca jalur mudik, hingga informasi gelombang dan penerbangan melalui aplikasi ini,” jelas Dwikorita.

     

  • Banjir Besar 2020 di Jakarta Bisa Terulang, BMKG Ungkap Tandanya

    Banjir Besar 2020 di Jakarta Bisa Terulang, BMKG Ungkap Tandanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi banjir 2020 bisa terulang kembali. Temuan ini berdasarkan fenomena yang terjadi di Indonesia selama akhir tahun 2024.

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan seruak dingin yang terjadi saat ini berasal dari dataran tinggi Siberia. Lembaga tersebut telah mendeteksi potensi masuknya sejak minggu lalu.

    Kemungkinan pergerakannya akan mencapai Indonesia pada pertengahan hingga akhir Desember mendatang. Seruak dingin sendiri menyebabkan adanya angin kencang, gelombang tinggi, hingga curah hujan yang meningkat.

    Terdapat dua skenario yang mungkin terjadi. Salah satunya, yang disebut Dwikorita terburuk adalah banjir 2020 di Jakarta

    “Skenario terburuk, meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem. Contoh yang sudah terjadi di tahun 2020 di bulan Januari kondisi terparah adalah Jabodetabek banjir saat itu. Itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi,” jelas Dwikorita dalam Raker dengan Komisi V DPR RI, Rabu (4/12/2024).

    Sementara itu skenario teringan adalah mengganggu aktivitas pelayaran. Dwikorita mencontohkan hal serupa pernah terjadi pada 2022 lalu.

    Saat itu kapal yang tengah berlabuh di Merak sempat oleng karena adanya seruak angin. Kendaraan yang berada di sana akhirnya masuk ke laut.

    “Skenario teringan yang terjadi dua tahun lalu saat penyeberangan di Merak Bakaheuni, tiba-tiba kapal yang sedang parkir oleng. Karena seruak angin itu kapalnya oleng sementara ada yang menyebrang, waktu itu satu truk masuk ke laut kemudian satu mobil masuk ke laut,” jelasnya.

    Dwikorita memastikan pihaknya terus memonitor fenomena yang terjadi.

    “Doanya semoga tidak terjadi. Tapi secara deteksi ada peluang terjadi,” ucapnya.

    (dem/dem)