Tag: Drake

  • Penampakan Makhluk Misterius di Antartika, Berani Lihat?

    Penampakan Makhluk Misterius di Antartika, Berani Lihat?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah penampakan aneh di Antartika kembali membuat warganet heboh. Sosok besar berwarna putih muncul dari balik gumpalan es dan disebut menyerupai manusia raksasa.

    Banyak yang mengaitkannya dengan legenda “Ningen” makhluk misterius yang dipercaya berkelana di perairan kutub selatan. Hingga kini, belum ada penjelasan ilmiah yang pasti tentang keberadaannya, namun kisahnya terus memicu rasa penasaran dan ketakutan bagi siapa pun yang berani menelusurinya.

    Kisah tentang Ningen pertama kali terdengar pada 1992. Saat itu, kapal nelayan Cile tengah melintas di Selat Drake, kawasan di ujung selatan Argentina yang berdekatan dengan Antartika.

    Seorang pelaut muda yang sedang merokok di sisi kapal melihat bayangan gelap di bawah air yang perlahan naik ke permukaan. Dalam hitungan detik, sosok itu mendekat dan memiliki kulit putih pucat, dua sirip besar, dan kepala menyerupai manusia. Ketakutan, pelaut itu berteriak menyebutnya sebagai monster laut, namun makhluk itu langsung menyelam kembali ke kedalaman samudra.

    Kru kapal lain menganggap pelaut itu berhalusinasi dan mengatakan kemungkinan besar ia hanya melihat paus pembunuh yang muncul untuk bernapas. Sepuluh tahun kemudian, pada 2002, kisah serupa muncul dari tim ekspedisi Jepang yang tengah meneliti wilayah es di Antartika.

    Foto: Ningen (Tangkapan Layar/Ist)
    Ningen (Tangkapan Layar/Ist)

    Ketika badai salju menerjang, para peneliti terpaksa bertahan di dalam kamp. Tiba-tiba, mereka merasakan getaran kuat dari bawah lapisan es, seolah sesuatu berukuran raksasa tengah bergerak mendekat.

    “Saya melihat sosok besar samar di antara kabut dan salju. Bentuknya mirip manusia, dengan tinggi lebih dari 30 meter,” ungkap salah satu anggota tim ekspedisi.

    Makhluk itu tampak tertarik pada cahaya dari kamp, lalu perlahan bergerak mengitarinya. Para peneliti panik dan segera mematikan semua sumber cahaya. Dalam gelap gulita, sosok humanoid itu terus berputar seakan mencari sesuatu, sebelum akhirnya menghilang setelah sepuluh menit.

    Setibanya di Jepang, tim menyerahkan foto dan video yang diduga merekam keberadaan makhluk aneh itu. Sebagian besar data disimpan sebagai dokumen rahasia, namun beberapa potongan gambar sempat bocor ke internet.

    Fenomena ini kemudian dilaporkan oleh majalah MU Jepang pada November 2007. Artikel tersebut membahas kemungkinan adanya makhluk tak dikenal hidup di Antartika.

    Beberapa orang bahkan mengklaim menemukan bentuk Ningen lewat citra satelit di Google Maps, meski sebagian ahli menyebutnya hanya ilusi optik dari formasi es atau lumba-lumba yang salah dikenali. Hingga kini, Ningen tetap menjadi salah satu misteri paling menakutkan dari benua es.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Penampakan Makhluk Mirip Manusia di Antartika Bikin Heboh

    Penampakan Makhluk Mirip Manusia di Antartika Bikin Heboh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa saat lalu, dunia dihebohkan dengan kemunculan sesuatu yang diduga sebagai makhluk misterius di Antartika. Wujudnya mirip dengan manusia, hanya saja berbalut serba putih.

    Banyak yang menduga makhluk itu merupakan Ningen yang menjadi legenda terkenal. Sejatinya, Ningen sudah beberapa kali dicurigai tertangkap kamera di wilayah Antartika.

    Padahal, selama ini diketahui Antartika adalah wilayah tak berpenghuni. Ningen dideskripsikan bertubuh raksasa, tingginya mencapai 30 meter, punya kulit yang halus dan berwarna putih mirip seperti makhluk legenda yang tinggal di daerah bersalju, Yeti.

    Makhluk ini disebut bisa berjalan dengan kedua kaki, memiliki lengan dan 5 jari pada tiap tangannya. Beberapa kali dilaporkan makhluk itu menampakkan dirinya.

    Salah satunya pada Februari 1992, saat sebuah kapal nelayan Cile tiba di perairan Selat Drake yang berada di ujung selatan Argentina dekat ujung utara benua Antartika.

    Seorang pelaut melihat penampakan Ningen saat merokok di sisi kiri kapal. Terlihat bayangan gelap di bawah air yang mendekat ke permukaan dan berenang dengan cepat ke arah kapal.

    Saat mendekat, Ningen terlihat dengan kulit yang putih dan memilih dua kaki depan atau sirip kuat. Sirip ini bergoyang dengan cepat. Obyek tersebut juga memiliki kepala dengan wajah seperti manusia.

    Pelaut langsung berteriak ketakutan dan menyebut ‘monster laut’. Makhluk itu langsung menyelam ke lautan.

    Namun kru kapal lain tidak percaya dengan cerita pelaut itu. Mereka menyebut kemungkinan yang dilihat adalah paus pembunuh Antartika yang keluar dari air untuk bernapas.

    Ningen kembali dilaporkan terlihat pada 2022. Cerita itu berasal dari tim ekspedisi Jepang yang terkepung salju dan tinggal di kamp untuk merekam data yang dikumpulkan.

    Saat di kamp, mereka merasakan ada getaran hebat di bagian lapisan es bawah kaki mereka. Saat mengintip melalui jendela terdapat sosok berukuran 30 meter.

    “Saya melihat sosok yang samar-samar dan besar di kedalaman es dan salju. Itu memiliki anggota badan seperti manusia dan tingginya lebih dari 30 meter,” kata seorang anggota tim ekspedisi.

    Makhluk itu bergerak cepat dan nampaknya tertarik dengan cahaya dari tempat perkemahan. Lalu tim peneliti mematikan seluruh sumber cahaya dan saat gelap makhluk itu berputar di perkemahan seperti mencari sesuatu dan 10 menit kemudian pergi.

    Saat kembali ke Jepang, para peneliti menyerahkan video dan foto makhluk yang diduga Ningen ke departemen terkait. Sejumlah gambar akhirnya bocor ke internet.

    Sementara pada November 2017 majalah MU Jepang juga sempat menyebut adanya makhluk misterius di Antartika. Beberapa orang juga berusaha mengambil video saat mengabadikan temuan Ningen lewat Google Maps, meski penampakannya seperti lumba-lumba.

    Namun, hingga kini belum bisa dipastikan benar apakah Ningen tersebut betulan nyata atau hanya distorsi visual. Bisa saja gundukan es membentuk sosok mirip manusia, tetapi sebenarnya tak nyata. Kita tunggu saja bukti-bukti lain di masa mendatang!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Streamer Prancis Tewas Tragis Saat Live 10 Hari, Keluarga Angkat Bicara

    Streamer Prancis Tewas Tragis Saat Live 10 Hari, Keluarga Angkat Bicara

    Jakarta

    Dunia streaming tengah berduka setelah streamer asal Prancis, Raphael Graven atau yang lebih dikenal dengan nama daring Jean Pormanove, dilaporkan meninggal dunia secara tragis saat melakukan siaran langsung di platform Kick.

    Pria berusia 46 tahun itu menghembuskan napas terakhir setelah menjalani maraton streaming selama 10 hari tanpa henti di rumahnya di Contes, dekat Nice.

    Kabar kematian Graven pertama kali mengejutkan publik pada Senin (18/8/2025). Kini, pihak keluarga akhirnya angkat bicara dan memecah kebisuan mengenai kondisi sang streamer sebelum meninggal.

    Pesan Terakhir untuk Keluarga

    Dalam wawancara dengan media lokal RTL, ibu Graven menggambarkan putranya sebagai sosok berhati besar yang menemukan “keluarga kedua” di komunitas streaming. Namun, di balik layar, ia menanggung penderitaan berat.

    “Saya bangga dengan apa yang dia capai, tapi dia tidak seharusnya meninggal seperti itu, mungkin karena kelelahan,” ungkap ibunya dikutip dari Boredpanda. Sang ibu juga membagikan pesan terakhir dari Graven yang penuh tekanan emosional: “Saya merasa disandera oleh konsep busuk mereka. Saya muak.”

    Saudara perempuannya menambahkan bahwa Raphaël terjebak dalam lingkaran eksploitasi, di mana dirinya terus-menerus dipaksa melakukan aksi ekstrem demi donasi penonton.

    Raphaël Graven Foto: x.com/JeanPormanove

    Disiksa Demi Hiburan Penonton

    Berbeda dengan streamer kebanyakan, Graven bukan fokus pada game atau ulasan teknologi, melainkan tren gelap streaming Prancis: konten merendahkan diri. Dalam siarannya, ia rela menjadi sasaran tamparan, dicekik, disiram cairan busuk, hingga ditembak paintball. Semua dia lakukan demi ‘hiburan’ bagi para penonton yang memberikan donasi.

    Semakin ekstrem aksinya, semakin banyak uang yang masuk. Bahkan, dalam siaran terakhirnya, Graven dilaporkan meraup lebih dari Rp 740 juta dari penonton.

    Sayangnya, penderitaan fisik dan mental yang dialami olehnya semakin parah. Dalam rekaman hari-hari terakhir, terlihat Graven semakin lemah, hingga akhirnya terbaring tak responsif pada hari ke-10.

    Kick Dikritik, Pemerintah Turun Tangan

    Graven beserta dua rekannya. Foto: Raphaël Graven

    Graven kolaborasi dengan dua streamer, Owen Cenazandotti (Naruto) dan Safine Hamadi (Safine), yang diduga mengorkestrasi “maraton hukuman” selama 10 hari. Dalam maraton ini, Graven mengalami kekerasan, penghinaan, dan kurang tidur ekstrem.

    Video menunjukkan ia dibangunkan dengan suara motor atau semprotan blower, bahkan disiram air. Pada hari ketujuh, penonton mulai menyadari Graven bergerak lebih lambat. Pada hari kesembilan, ia nyaris tak bisa duduk. Pada hari kesepuluh, ia terbaring tak bergerak di bawah selimut, sementara Naruto dan Safine terus merekam, bahkan melempar botol air plastik ke arahnya tanpa respons.

    Naruto kemudian mengumumkan kematian Graven di Instagram, menyebutnya “saudara dan sahabat karib” sambil meminta penggemar tidak menyebarkan cuplikan momen kematiannya.

    Tragedi ini memicu kecaman terhadap Kick, platform streaming yang dikenal lebih permisif dibanding Twitch. Menteri Muda Teknologi Digital Prancis, Clara Chappaz, menyebut insiden ini sebagai “kengerian mutlak” dan menuding Kick lalai membiarkan eksploitasi berlangsung.

    Kasus ini kini diselidiki regulator media Prancis, sementara polisi di Nice mengonfirmasi hasil autopsi awal menemukan memar di tubuh Graven, meski penyebab utama kematian masih menunggu hasil uji toksikologi.

    Streamer jeanpormanove diduga disiksa dan dipermalukan sebelum ditemukan meninggal dunia saat siaran langsung Foto: Instagram/jeanpormanove

    Jaksa menyatakan bahwa kematiannya kemungkinan disebabkan oleh masalah medis atau toksikologi, dan tidak terkait dengan campur tangan pihak ketiga. Graven diketahui memiliki riwayat masalah kardiovaskular dan sedang menjalani pengobatan untuk tiroid.

    Meski demikian, banyak pihak mempertanyakan mengapa tidak ada intervensi sebelumnya, terutama karena Naruto dan Safine pernah diselidiki pada Januari 2025 atas dugaan penganiayaan terhadap orang rentan, meskipun Graven saat itu menyangkal menjadi korban dan menyebut aksi-aksi tersebut sebagai “rekayasa untuk menciptakan kehebohan dan menghasilkan uang.”

    Sementara itu, dukungan datang dari berbagai pihak. Streamer AS Adin Ross dan rapper Drake bahkan menawarkan untuk menanggung biaya pemakaman Graven. Ross menyebut kasus ini sebagai sesuatu yang “mengerikan dan menjijikkan” serta menyerukan konsekuensi tegas bagi pihak yang terlibat.

    Kematian Raphaël Graven kini menjadi simbol peringatan keras mengenai bahaya eksploitasi dalam dunia streaming. Di balik popularitas dan keuntungan besar, ada harga mahal yang harus dibayar seorang kreator ketika sistem pengawasan platform longgar dan penonton menginginkan tontonan ekstrem tanpa memikirkan dampaknya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Top 5: Dari Kasus Balita Sukabumi sampai Reuni Peterpan!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Penampakan Makhluk Mirip Manusia di Antartika Bikin Heboh

    Makhluk Mirip Manusia Mendadak Muncul di Antartika, Begini Wujudnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penampakan makhluk misterius di Antartika membuat heboh beberapa saat lalu. Diduga kuat, makhluk itu merupakan perwujudan dari Ningen yang melegenda.

    Ningen sendiri sebenarnya sudah beberapa kali dicurigai tertangkap kamera di Antartika. Padahal, tak Antartika merupakan wilayah tak berpenghuni. 

    Ningen dideskripsikan bertubuh raksasa, tingginya mencapai 30 meter, punya kulit yang halus dan berwarna putih mirip seperti makhluk legenda yang tinggal di daerah bersalju, Yeti.

    Makhluk ini disebut bisa berjalan dengan kedua kaki, memiliki lengan dan 5 jari pada tiap tangannya. Beberapa kali dilaporkan makhluk itu menampakkan dirinya.

    Salah satunya pada Februari 1992, saat sebuah kapal nelayan Cile tiba di perairan Selat Drake yang berada di ujung selatan Argentina dekat ujung utara benua Antartika.

    Seorang pelaut melihat penampakan Ningen saat merokok di sisi kiri kapal. Terlihat bayangan gelap di bawah air yang mendekat ke permukaan dan berenang dengan cepat ke arah kapal.

    Saat mendekat, Ningen terlihat dengan kulit yang putih dan memilih dua kaki depan atau sirip kuat. Sirip ini bergoyang dengan cepat. Obyek tersebut juga memiliki kepala dengan wajah seperti manusia.

    Pelaut langsung berteriak ketakutan dan menyebut ‘monster laut’. Makhluk itu langsung menyelam ke lautan.

    Namun kru kapal lain tidak percaya dengan cerita pelaut itu. Mereka menyebut kemungkinan yang dilihat adalah paus pembunuh Antartika yang keluar dari air untuk bernapas.

    Ningen kembali dilaporkan terlihat pada 2022. Cerita itu berasal dari tim ekspedisi Jepang yang terkepung salju dan tinggal di kamp untuk merekam data yang dikumpulkan.

    Saat di kamp, mereka merasakan ada getaran hebat di bagian lapisan es bawah kaki mereka. Saat mengintip melalui jendela terdapat sosok berukuran 30 meter.

    “Saya melihat sosok yang samar-samar dan besar di kedalaman es dan salju. Itu memiliki anggota badan seperti manusia dan tingginya lebih dari 30 meter,” kata seorang anggota tim ekspedisi.

    Makhluk itu bergerak cepat dan nampaknya tertarik dengan cahaya dari tempat perkemahan. Lalu tim peneliti mematikan seluruh sumber cahaya dan saat gelap makhluk itu berputar di perkemahan seperti mencari sesuatu dan 10 menit kemudian pergi.

    Saat kembali ke Jepang, para peneliti menyerahkan video dan foto makhluk yang diduga Ningen ke departemen terkait. Sejumlah gambar akhirnya bocor ke internet.

    Sementara pada November 2017 majalah MU Jepang juga sempat menyebut adanya makhluk misterius di Antartika. Beberapa orang juga berusaha mengambil video saat mengabadikan temuan Ningen lewat Google Maps, meski penampakannya seperti lumba-lumba.

    Namun, hingga kini belum bisa dipastikan benar apakah Ningen tersebut betulan nyata atau hanya distorsi visual. Bisa saja gundukan es membentuk sosok mirip manusia, tetapi sebenarnya tak nyata. Kita tunggu saja bukti-bukti lain di masa depan!

    (fab/fab)

  • Tanda Kiamat Muncul di Antartika, Gunung Es Terbesar Segera Punah

    Tanda Kiamat Muncul di Antartika, Gunung Es Terbesar Segera Punah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Foto satelit memperlihatkan fakta mengerikan di Antartika. Gunung es terbesar di dunia, A23a, mulai hancur berkeping-keping dan membentuk ribuan pulau-pulau es kecil.

    Dikutip dari LiveScience, gunung es A23a membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk sepenuhnya menghilang alias punah, jika fenomena ini terus berlanjut.

    Gunung es A23a saat ini memiliki area permukaan seluas 3.100 kilometer persegi. Gunung es raksasa ini pertama kali terlepas dari Lapisan Es Filchner-Ronne pada tahun 1986, tetapi terperangkap saat bagian bawahnya tersangkut di dasar laut.

    A23a tetap terdampar hingga Januari 2023, saat akhirnya mulai menjauh dari daratan Antartika. Selama waktu ini, A23a berulang kali menyandang gelar “gunung es terbesar di dunia”.

    Sebagai informasi, gunung es yang lebih besar kerap datang dan pergi. Gelar A23a sebagai gunung es terbesar di dunia paling baru disandang kembali pada Juni 2023 silam.

    Pada awal 2024, gunung es raksasa itu terperangkap lagi setelah tertangkap dalam pusaran laut yang besar. Gunung es itu tetap berputar di tempatnya selama beberapa bulan sebelum akhirnya terlepas pada bulan Desember 2024.

    Gunung es A23a kemudian melanjutkan perjalanannya ke utara melalui Lintasan Drake yang juga dikenal sebagai “kuburan gunung es,” tempat gunung es Antartika yang besar tersapu hingga akhirnya hancur.

    Pada Januari 2025, menjadi jelas bahwa A23a sedang dalam jalur tabrakan dengan Georgia Selatan di Laut Scotia. Pada Maret 2025, gunung es raksasa itu berhenti saat menghantam dasar laut sekitar 100 kilometer dari pantai barat daya pulau di Samudra Atlantik tersebut.

    A23a kemudian terjebak untuk ketiga kalinya, dan mungkin terakhir kalinya, dalam rentang hidupnya yang panjang.

    Foto satelit terbaru dari satelit Aqua milik NASA memperlihatkan ujung-ujung A23a mulai terpisah, terutama di ujung bagian utara.

    “Ribuan puing-puing gunung es menyebar di permukaan samudra dekat dengan gunung utama, menciptakan pemandangan yang mengingatkan pada malam berbintang yang gelap,” tulis perwakilan NASA, dikutip dari LiveScience.

    Gunung-gunung es kecil itu terlihat berukuran jauh lebih mini dibandingkan A23a. NASA memberikan peringatan bahwa gunung-gunung es kecil itu bisa mengancam kapal-kapal yang melintas.

    Puing terbesar yang lepas dari A23a disebut A23c dan memiliki ukuran seluas 130 kilometer persegi. Saat ini, A23c menunju ke area selatan.

    Lepasnya puing-puing es dari A23a mengikis ukuran gunung es raksasa tersebut sebesar 520 kilometer persegi, sejak pertama kali terjebak pada Maret 2025 lalu, menurut NASA.

    Jika terus-terusan hancur, gunung es tersebut bisa menghilang dalam beberapa tahun ke depan.

    Per 16 Mei 2025, ukuran A23a sudah jauh menyusut, hanya beda 31 kilometer persegi dengan gunung es terbesar berikutnya yang dinamai D15A, menurut Pusat Es Nasional AS.

    Pengungsi Satwa Liar

    Sebagai informasi, wilayah Georgia Selatan tak dihuni oleh manusia. Hanya ada beberapa peneliti yang datang berkunjung sepanjang tahun.

    Namun, wilayah tersebut merupakan rumah bagi banyak satwa liar seperti anjing laut dan burung laut, termasuk 2 juta penguin, menurut BirdLife International.

    Memiliki gunung es besar yang tertambat di lepas pantai dapat menjadi masalah bagi spesies ini, terutama bagi penguin yang mungkin harus menempuh jarak beberapa ratus mil lebih jauh untuk mencapai mangsanya, tergantung di mana gunung es itu berada.

    Air lelehan yang berasal dari gunung es yang terperangkap juga dapat mengubah suhu dan kadar garam di sekitarnya.

    Saat ini, belum jelas bagaimana lelehan A23a akan berdampak pada kehidupan satwa liar di sekitarnya. Gunung es tersebut berada cukup jauh dari pantai, yang berarti tidak akan terlalu mengganggu seperti yang seharusnya.

    Beberapa peneliti mengklaim bahwa lempengan es yang mencair dapat bermanfaat bagi ekosistem laut dengan melepaskan nutrisi ke lautan.

    Ini bukan pertama kalinya Georgia Selatan dilanda dampak dari gunung es raksasa. Pada tahun 2020, salah satu gunung es terbesar di dunia sebelumnya, A68, terjebak lebih dekat ke pulau itu, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu dapat mengganggu koloni penguin.

    Namun, tidak seperti A23a, gunung es itu dengan cepat pecah menjadi puluhan bongkahan besar setelah arus laut merobeknya menjadi dua, menyebabkannya mencair dengan cepat dan mencegah bencana.

    Gara-gara perubahan iklim imbas aktivitas manusia, lapisan es di Antartika terus meleleh dan mencair. Di Antartika, akan lebih banyak lagi gunung es besar yang segera melewati Georgia Selatan dalam beberapa dekade mendatang, menurut prediksi para ilmuwan.

    (fab/fab)

  • Gempa M 7,5 Guncang Chile, Peringatan Dini Tsunami Dikeluarkan

    Gempa M 7,5 Guncang Chile, Peringatan Dini Tsunami Dikeluarkan

    Jakarta

    Gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,5 mengguncang wilayah selatan Chile. Peringatan tsunami dikeluarkan.

    Dilansir AFP, Jumat (2/5/2025), gempa M 7,5 itu melanda Drake Passage, perairan yang memisahkan Amerika Selatan dan Antartika.

    Pihak berwenang Chile mengeluarkan peringatan tsunami untuk wilayah paling selatan negara itu pada Jumat pagi, usai gempa terjadi.

    Presiden Chile Gabriel Boric menyerukan evakuasi warga yang berada di garis pantai wilayah Magallanes.

    “Kami menyerukan evakuasi garis pantai di seluruh wilayah Magallanes,” tulis Presiden Gabriel Boric di X setelah peringatan dari layanan darurat SENAPRED, ia juga memerintahkan evakuasi di wilayah Antartika di dekatnya.

    Lihat juga Video: Rekaman CCTV saat Gempa M 5,2 Guncang California AS

    (eva/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Drake Passage, Jalur Laut Terseram Dunia dengan Ombak 25 Meter

    Drake Passage, Jalur Laut Terseram Dunia dengan Ombak 25 Meter

    Jakarta

    Drake Passage atau Selat Drake, adalah perairan terkenal antara Cape Horn di Amerika Selatan dan Kepulauan Shetland Selatan di Antartika. Arusnya yang deras, air yang membekukan, angin kencang, dan ombak yang sangat besar membuat jalur ini terkenal sebagai salah satu jalur paling berbahaya dan mengerikan di dunia.

    Apa itu Drake Passage?

    Berukuran lebar sekitar 800 kilometer dan panjang 1.000 kilometer, Drake Passage atau Jalur Drake adalah jarak terpendek dari benua Antartika ke daratan lainnya. Perairannya yang sangat keras adalah salah satu alasan mengapa manusia baru menginjakkan kaki di Antartika pada abad ke-19.

    Nama jalur ini diambil dari nama penjelajah Inggris abad ke-16 Sir Francis Drake, yang dikenal karena mengelilingi dunia antara tahun 1577 dan 1580.

    Untuk mencapai prestasi ini, seperti dikutip dari IFL Science, ia dan armadanya melewati Selat Magellan, sebuah jalur melintasi pulau-pulau terjal dan gunung es di ujung Amerika Selatan.

    Meskipun Drake sendiri tidak pernah mengarungi jalur tersebut, ekspedisinya mengajarkan kepada Inggris bahwa terdapat perairan terbuka di selatan Amerika Selatan, sehingga pelayaran keliling dunia dapat dilakukan dengan perahu.

    Namun dalam bahasa Spanyol, jalur ini dikenal sebagai Mar de Hoces, diambil dari nama navigator Spanyol Francisco de Hoces, yang menemukan perairan tersebut pada tahun 1525 saat berlayar melalui Selat Magellan.

    Baru pada tahun 1616, Willem Schouten dari Dutch East India Company memimpin kru pertama berlayar mengelilingi Cape Horn dan melewati Selat Drake.

    Mengapa Drake Passage berbahaya?

    Beberapa arus laut terkuat di dunia mengalir melalui Selat Drake karena tidak menemui hambatan dari daratan mana pun, sehingga memungkinkan aliran air ‘melepaskan’ dan menghasilkan kekuatan yang sangat besar.

    Demikian pula, angin kencang dibiarkan mengalir bebas sejauh ribuan kilometer tanpa menghantam daratan pada garis lintang ini, sehingga menimbulkan badai hebat dan gelombang besar.

    Beberapa laporan saat melewati Drake Passage melaporkan gelombang mencapai 25 meter, kira-kira setinggi gedung delapan lantai.

    Bagaimana rasanya berlayar melintasi Drake Passage?

    Hari Natal 2019, enam kru penjelajah gagah berani jadi orang pertama yang mendayung melintasi jalur ini dalam pertempuran 13 hari melawan cuaca. “Itu cukup mengerikan. Pada akhirnya, berat badan kami turun cukup banyak dan mengigau karena kurang tidur,” kata Colin O’Brady, salah satu dari enam pria di kapal tersebut, setelah menyelesaikan perjalanan.

    Saat ini, banyak sekali orang yang melakukan perjalanan penuh petualangan melintasi Jalur Drake, terutama saat bepergian ke Antartika. Kapal-kapal besar dan modern membuat perjalanan jauh lebih lancar dibandingkan berabad-abad yang lalu.

    “Menyeberangi Jalur Drake adalah harga masuk untuk pergi ke Antartika. Kedamaian dan ketenangan Antartika diimbangi dengan turbulensi dan drama Drake. Keduanya adalah dua sisi dari mata uang yang sama: Anda tidak akan mendapatkan yang satu tanpa yang lainnya. Kondisi Drake berada di antara buruk dan menakutkan, tergantung pada dewa cuaca, tetapi setiap momennya berharga,” kata Lyndon File, manajer perusahaan tur G Adventures yang menawarkan perjalanan ke Antartika.

    “Saya merasa seperti pakaian kotor di mesin cuci dengan siklus putaran 36 jam. Saya belum pernah jatuh sakit karena mabuk perjalanan. Namun perjalanan ini menjadi ujian sesungguhnya,” tambah manajer divisi media G Adventures Kyle Jordan.

    (rns/fyk)

  • Artis Black Widow Scarlett Johansson Minta Deepfake Diatur setelah Video AI-nya Viral – Page 3

    Artis Black Widow Scarlett Johansson Minta Deepfake Diatur setelah Video AI-nya Viral – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Artis pemeran Black Widow, Scarlett Johansson, meminta pemerintah Amerika Serikat melolosnya aturan hukum yang membatasi penggunaan AI. Hal ini ia lakukan setelah sebuah videonya hasil garapan deepfake AI viral di internet.

    Dalam pernyataannya ke People, Scarlett Johansson menyebut, “Sangat menakutkan bahwa pemerintah AS lumpuh ketika harus meloloskan undang-undang yang melindungi semua warganya dari bahaya AI yang mengancam.”

    Dikutip dari The Verge, Minggu (16/2/2025), video deepfake yang dimaksud memperlihatkan Scarlett Johansson bersama selebritas termasuk Jerry Seinfeld, Mila Kunis, Jack Black, Drake, Jake Gyllenhaal, Adam Sandler, dan lain-lain mengenakan kaus bertuliskan “Kanye” beserta gambar jari tengah dengan bintang David di tengahnya.

    Ye, alias Kanye West sebelumnya diketahui kembali menggunakan X alias Twitter pada lalu untuk mengunggah komentar antisemit.

    Rapper tersebut juga mulai menjual kaus bergambar logo swastika di situs webnya. Kini, gambar yang dimaksud kini sudah dihapus.

    Scarlett Johansson lebih lanjut menyebutkan, meski ia seorang Yahudi, namun ia tidak memiliki toleransi terhadap antisemitisme dan ujaran kebencian dalam bentuk apa pun.

    Scarlett Johansson tampil nyentrik saat menghadiri pemutaran perdana film Marriage Story di Venice Film Festival 2019. Ia mengenakan gaun merah berkilau sambil memamerkan tato di punggungnnya.

  • Melihat Dunia Hari Ini dalam Versi Modern Sampul Album “Sgt. Pepper’s”

    Melihat Dunia Hari Ini dalam Versi Modern Sampul Album “Sgt. Pepper’s”

    JAKARTA – Sampul album “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band” adalah sebuah karya paling ikonik dalam sejarah industri musik. The Beatles menampilkan puluhan selebritas dan tokoh dunia abad 19 dalam sampul album tersebut. Kini, versi modern album itu diperbarui untuk abad ke-21.

    Pembaruan itu dibuat oleh seniman Jerman, TrippieSteff. Dalam versi baru ilustrasi “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band”, TrippieSteff menempatkan Taylor Swift, Kanye West, Drake, serta Lil Nax X untuk menggantikan posisi John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr.

    Selain keempatnya, TrippieSteff juga memberi tempat bagi selebritas, tokoh dunia, serta ikon kultur pop modern lainnya. Sebut saja aktivis lingkungan Swedia Greta Thunberg, bos Space X Elon Musk, mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama, hingga sosok No Face, hantu ikonik dari film Spirited Away.

    Dalam sampul album asli “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band”, The Beatles menghadirkan 71 pemikir dunia. Mereka terdiri dari selebritas, tokoh dunia, hingga ikon pop kultur abad ke-19. Di antara sosok-sosok tersebut, kita dapat melihat musisi folk yang juga sahabat The Beatles, Bob Dylan.

    Selain itu, ada juga Richard Lindner, Oliver Hardy, Marilyn Monroe, bintang The Godfather Marlon Brando, penulis Oscar Wilde, hingga pembetot bass untuk The Beatles sebelum Paul, Stuart Sutcliffe. Tokoh lainnya, sang genius Albert Einstein hingga tokoh komunis Karl Marx juga terlihat dalam sampul.

    “Sampul asli (album) adalah bergabungnya tokoh-tokoh besar yang menggambarkan pola pikir dominan di akhir 60-an,” tutur TrippieSteff dikutip NME, Minggu 17 November.

    “Itu (tokoh dalam sampul) juga sekelompok tokoh berpengaruh yang merupakan ‘pahlawan’ bagi The Beatles. Dengan keinginan untuk mempertahankan tema yang sama, saya memilih untuk menampilkan tokoh paling ikonik dan berpengaruh dalam dekade terakhir,” tambah TrippieSteff.

    Versi orisinil Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band (thebeatles.com)

    Pembaruan versi album “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band” ini adalah bagian dari proyek pembuatan ulang sampul album klasik yang tengah dilakukan TrippieSteff. Selain “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band”, TrippieSteff juga membuat ulang sampul album Blondie, “Parallel Lines” dan Nirvana, “Nevermind”.

    Berikut daftar lengkap selebritas, tokoh dunia, dan ikon pop kultur dalam versi modern “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band”:

    1. Kanye West

    2. Drake

    3. Taylor Swift

    4. Lil Nas X

    5. Greta Thunberg

    6. Kylie Jenner

    7. Ghost from Chihiro

    8. Jamie Oliver

    9. Slavoj Zizek

    10. Björk

    11. Jannis Varoufakis

    12. Marina Abramovic

    13. Avicii

    14. Miley Cyrus

    15. AOC

    16. Kendrick Lamar

    17. Donna Haraway

    18 XXXTentacion

    19. Lil Peep

    20. Ru Paul

    21. Judith Butler

    22. Millie Bobby Brown

    23. Martha Nussbaum

    24. Bernie Sanders

    25. M.I.A.

    26. Bell Hooks

    27. Ai Weiwei

    28. Elon Musk

    29. Margaret Atwood

    30. Bojack Horseman

    31. Beyonce Knowles

    32. Barack Obama

    Ilustrasi modern Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band (Instagram/@trippiesteff)

  • Penampakan Makhluk Mirip Manusia di Antartika Bikin Heboh

    Muncul Makhluk Mirip Manusia di Antartika, Begini Penampakannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penampakan tak terduga muncul di Antartika. Diduga kuat ada makhluk yang menyerupai manusia di wilayah tak berpenghuni tersebut.

    Sosok misterius itu sudah lama menjadi legenda dan diistilahkan sebagai Ningen. Sudah beberapa kali kemunculannya terdeteksi.

    Ningen dideskripsikan bertubuh raksasa, tingginya mencapai 30 meter, punya kulit yang halus dan berwarna putih mirip seperti makhluk legenda yang tinggal di daerah bersalju, Yeti.

    Makhluk ini disebut bisa berjalan dengan kedua kaki, memiliki lengan dan 5 jari pada tiap tangannya. Beberapa kali dilaporkan makhluk itu menampakan dirinya.

    Salah satunya pada Februari 1992, saat sebuah kapal nelayan Cile tiba di perairan Selat Drake yang berada di ujung selatan Argentina dekat ujung utara benua Antartika.

    Seorang pelaut melihat penampakan Ningen saat merokok di sisi kiri kapal. Terlihat bayangan gelap di bawah air yang mendekat ke permukaan dan berenang dengan cepat ke arah kapal.

    Saat mendekat, Ningen terlihat dengan kulit yang putih dan memilih dua kaki depan atau sirip kuat. Sirip ini bergoyang dengan cepat. Obyek tersebut juga memiliki kepala dengan wajah seperti manusia.

    Pelaut langsung berteriak ketakutan dan menyebut ‘monster laut’. Makhluk itu langsung menyelam ke lautan.

    Namun kru kapal lain tidak percaya dengan cerita pelaut itu. Mereka menyebut kemungkinan yang dilihat adalah paus pembunuh Antartika yang keluar dari air untuk bernapas.

    Ningen kembali dilaporkan terlihat pada 2022. Cerita itu berasal dari tim ekspedisi Jepang yang terkepung salju dan tinggal di kamp untuk merekam data yang dikumpulkan.

    Saat di kamp, mereka merasakan ada getaran hebat di bagian lapisan es bawah kaki mereka. Saat mengintip melalui jendela terdapat sosok berukuran 30 meter.

    “Saya melihat sosok yang samar-samar dan besar di kedalaman es dan salju. Itu memiliki anggota badan seperti manusia dan tingginya lebih dari 30 meter,” kata seorang anggota tim ekspedisi.

    Makhluk itu bergerak cepat dan nampaknya tertarik dengan cahaya dari tempat perkemahan. Lalu tim peneliti mematikan seluruh sumber cahaya dan saat gelap makhluk itu berputar di perkemahan seperti mencari sesuatu dan 10 menit kemudian pergi.

    Saat kembali ke Jepang, para peneliti menyerahkan video dan foto makhluk yang diduga Ningen ke departemen terkait. Sejumlah gambar akhirnya bocor ke internet.

    Sementara pada November 2017 majalah MU Jepang juga sempat menyebut adanya makhluk misterius di Antartika. Beberapa orang juga berusaha mengambil video saat mengabadikan temuan Ningen lewat Google Maps, meski penampakannya seperti lumba-lumba.

    Namun, penampakan Ningen ini bak alien yang menjadi kontroversi dan sorotan publik tanpa bisa dikonfirmasi secara pasti. 

    (fab/fab)