Tag: Donald Trump

  • Hamas Desak Penerapan Gencatan Senjata Tahap 2

    Hamas Desak Penerapan Gencatan Senjata Tahap 2

    Jakarta

    Israel telah menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza hingga bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi pada pertengahan April. Hamas menolaknya dan mendesak segera dilakukannya perjanjian gencatan senjata tahap kedua menuju gencatan senjata permanen.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), Hamas mengatakan bahwa mereka bersikeras pada pelaksanaan fase gencatan senjata kedua setelah Israel menyetujui perpanjangan sementara fase awal.

    “Satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas di kawasan tersebut dan pemulangan para tahanan adalah dengan menyelesaikan pelaksanaan perjanjian… dimulai dengan pelaksanaan fase kedua,” kata pemimpin Hamas Mahmoud Mardawi dilansir AFP.

    Untuk diketahui, tahap pertama gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 19 Januari lalu berakhir pada Sabtu, 1 Maret. Israel setuju usulan AS agar perjanjian tahap pertama ini diperpanjang hingga pertengahan April.

    Tahap kedua dari kesepakatan itu seharusnya mengamankan pembebasan puluhan sandera yang masih berada di Gaza dan membuka jalan bagi berakhirnya perang secara permanen.

    Sebelumnya diberitakan, dalam pernyataan yang disampaikan kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, Israel telah menyetujui usulan AS untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza hingga bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi pada pertengahan April. Sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu mengatakan Israel menerima usulan dari utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    “Israel mengadopsi rencana utusan Presiden AS Steve Witkoff untuk gencatan senjata sementara selama Ramadan” yang akan berakhir pada akhir Maret “dan Pesach”, Paskah Yahudi selama delapan hari yang akan dirayakan pada pertengahan April, kata pernyataan tersebut, yang dirilis setelah tengah malam waktu Israel.

    (fca/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • PM Inggris Sambut Hangat Zelensky yang Diusir Trump, Beri Pinjaman Rp 47 T

    PM Inggris Sambut Hangat Zelensky yang Diusir Trump, Beri Pinjaman Rp 47 T

    London

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer memberi sambutan hangat kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Pertemuan itu dilakukan sehari setelah Zelensky terlibat cekcok heboh hingga diusir oleh Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), pertemuan itu dilakukan menjelang pertemuan puncak di London untuk membahas cara mendukung Ukraina memerangi pasukan Rusia. Starmer menegaskan kembali dukungannya untuk Kyiv.

    “Dalam kemitraan dengan sekutu kami, kami harus mengintensifkan persiapan kami untuk elemen jaminan keamanan Eropa di samping diskusi berkelanjutan dengan Amerika Serikat,” katanya dalam pernyataan yang disampaikan Sabtu (1/3) malam.

    “Sekarang saatnya bagi kita untuk bersatu guna menjamin hasil terbaik bagi Ukraina, melindungi keamanan Eropa, dan mengamankan masa depan kolektif kita,” tambahnya.

    Ukraina dan Inggris juga meneken perjanjian pinjaman sebesar GBP 2,26 miliar atau sekitar Rp 47,2 triliun. Uang itu dipinjamkan Inggris untuk mendukung kemampuan pertahanan Ukraina, yang akan dibayar kembali dengan keuntungan dari aset Rusia yang dilumpuhkan Ukraina.

    “Dana tersebut akan diarahkan untuk produksi senjata di Ukraina,” kata Zelensky lewat akun media sosialnya.

    “Ini adalah keadilan sejati, orang yang memulai perang harus menjadi orang yang membayar,” sambungnya.

    “Anda sangat, sangat diterima di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelensky.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda, rakyat Inggris, atas dukungan yang begitu besar sejak awal perang ini,” jawab Zelensky.

    Zelensky dan Starmer bertemu secara tertutup selama sekitar 75 menit dan berpelukan lagi saat akan berpisah. Zelensky juga dijadwalkan bertemu dengan Raja Charles III pada Minggu (2/3).

    Zelensky akan menghadiri pembicaraan darurat di London dengan para pendukung Kyiv dari Eropa. Pertemuan itu juga akan dihadiri oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

    Zelensky sebelumnya bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada Jumat (28/2). Namun, pertemuan itu berujung pada cekcok yang menggagalkan penandatanganan kesepakatan mineral langka hingga diusirnya Zelensky dari Gedung Putih.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pertemuan di Oval Office Berujung Panas, Trump Kesal pada Zelensky

    Pertemuan di Oval Office Berujung Panas, Trump Kesal pada Zelensky

    PIKIRAN RAKYAT – Pertemuan yang digelar di Oval Office pada 28 Februari 2025, antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Senator J.D. Vance, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky berakhir panas.

    Pertemuan tersebut awalnya dijadwalkan untuk membahas kesepakatan mineral langka antara AS dan Ukraina, serta upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Namun, pertemuan tersebut berubah menjadi debat panas yang berujung pada kegagalan kesepakatan.

    Poin Pertemuan

    Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari berbagai sumber, pertemuan dimulai dengan pembahasan mengenai kesepakatan mineral langka antara AS dan Ukraina. Diskusi juga mencakup upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Presiden Zelensky menyatakan ketidakpercayaannya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam hal diplomasi. Pernyataan ini memicu kekesalan dari Presiden Trump dan Senator Vance.

    Presiden Trump dan Senator Vance merasa bahwa Presiden Zelensky kurang menghargai bantuan yang telah diberikan oleh AS.

    Senator Vance menyindir Presiden Zelensky yang dinilai berani berdebat di depan media.
    Presiden Trump menegaskan bahwa Ukraina tidak akan mampu bertahan tanpa bantuan dari AS.

    Presiden Trump mendorong gencatan senjata segera, sementara Presiden Zelensky bersikeras meminta jaminan keamanan terlebih dahulu. Perbedaan visi ini menyebabkan suasana pertemuan semakin memanas.

    Ini kelewat gila sih ????… Mungkin banyak yang belum sadar bahwa kejadian seperti ini sangat lah langka, pemimpin negara berdaulat yang sedang dijajah, kena gaslight alias dipojokkan di depan umum, “berdebat” secara terbuka, dengan topik yang sangat sensitif, di OVAL OFFICE! https://t.co/Ip4SvF47O6— Random Warfare Worldwide (@RWWReborn) March 1, 2025

    Presiden Trump menuduh Presiden Zelensky “memainkan nyawa orang” dan meningkatkan risiko Perang Dunia III. Senator Vance menambahkan bahwa Ukraina kekurangan pasukan.

    Pertemuan berakhir tanpa kesepakatan. Presiden Trump meminta Presiden Zelensky untuk meninggalkan Gedung Putih. Presiden Trump kemudian mencuit di media sosial bahwa Presiden Zelensky “tidak siap untuk perdamaian”.

    Pertemuan ini mencerminkan ketegangan yang kompleks dalam hubungan internasional, terutama terkait konflik Rusia-Ukraina.

    Perbedaan visi antara AS dan Ukraina mengenai upaya perdamaian menunjukkan tantangan besar dalam mencapai solusi diplomatik.

    Reaksi global terhadap pertemuan ini menunjukkan polarisasi pendapat mengenai peran AS dalam konflik internasional.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 139 Menit Menegangkan Trump Vs Zelensky di Gedung Putih

    139 Menit Menegangkan Trump Vs Zelensky di Gedung Putih

    Washington DC

    Para koki Gedung Putih sedang bekerja di West Wing untuk menata piring berisi ayam rosemary, bubur akar seledri, dan sawi hijau yang rencananya disajikan dalam makan siang bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Namun, makanan itu tak pernah disajikan usai apa yang terjadi di Ruang Oval.

    Dilansir CNN, Minggu (2/3/2025), suasana mengejutkan terjadi di dalam Ruang Oval. Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance memarahi tamu mereka, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang dianggap menjadi kehancuran hubungan global yang belum pernah terlihat sebelumnya.

    Bagi para pendukung Ukraina, momen itu adalah bencana. Namun, hal itu bukanlah hasil yang tidak terduga.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempersiapkan Zelensky agar berhasil bertemu dengan Trump, yang terkenal mudah terbuai pujian dan sangat peka terhadap perlakuan yang diterimanya. Presiden Ukraina itu telah diperingatkan agar fokus sepenuhnya pada kesepakatan mineral dan menghindari terlibat dalam pertengkaran dengan Trump.

    “Saya katakan kepadanya pagi ini ‘Jangan terpancing. Jangan biarkan media atau siapa pun membuat Anda berdebat dengan Presiden Trump. Apa yang dilakukannya hari ini adalah memulihkan hubungan’,” kata Senator Lindsey Graham, yang termasuk dalam sekelompok senator Republik dan Demokrat yang bertemu Zelensky sebelum datang ke Gedung Putih.

    Para pemimpin Eropa lain yang lebih dulu datang ke AS telah memberikan arahan mereka kepada Zelensky, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berhasil mendekati Trump dengan menyeimbangkan pujian dan penolakan. Yang lain lagi, termasuk beberapa pejabat AS, telah mencoba mencegah Zelensky melakukan perjalanan ke Washington dengan keyakinan masih diperlukan upaya untuk memperkuat hubungan yang telah menjadi permusuhan.

    Namun saat Zelensky memasuki gerbang Gedung Putih pada hari Jumat (28/2), hanya sedikit yang dapat meramalkan betapa hebohnya 139 menit berikutnya. Meski demikian, beberapa pihak telah mendeteksi tanda-tanda awal adanya masalah.

    “Oh, Anda berpakaian rapi,” kata Trump dengan nada sarkasme saat dia menyapa Zelensky dan menjabat tangannya.

    Sebelum pertemuan di Ruang Oval berubah menjadi adu mulut, Zelensky ditanya oleh seorang reporter dari media yang dipilih langsung oleh Gedung Putih untuk berada di ruangan tersebut selama pembicaraan ‘mengapa tidak mengenakan jas di kantor tertinggi Amerika Serikat?’.

    “Saya akan mengenakan kostum setelah perang ini berakhir, ya,” kata Zelensky, menanggapi dalam bahasa Inggris.

    “Mungkin sesuatu seperti milik Anda, ya, mungkin sesuatu yang lebih baik. Saya tidak tahu, kita lihat saja nanti. Mungkin sesuatu yang lebih murah. Terima kasih,” sambung Zelensky.

    Zelensky sendiri tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa sabuk UFC yang dimenangkan oleh petinju Ukraina, Oleksandr Usyk, tahun lalu. Sabuk emas berwarna-warni itu diletakkan di salah satu meja saat kedua pria itu mulai berbicara.

    Selama 40 menit pertama pembicaraan mereka, Trump tidak menunjukkan kepahitan terhadap Zelensky, melainkan membahas kesepakatan mineral yang akan mereka tanda tangani. Bahkan, di lantai atas di Ruang Timur, sebuah meja kayu panjang telah disiapkan untuk upacara penandatanganan dengan empat kursi siap untuk para penandatangan.

    Namun, hal itu tidak pernah terjadi. Suasana mulai berubah menegangkan saat Wapres AS Vance bergabung dalam percakapan.

    “Tunggu sebentar. Hei, saya ingin menanggapi ini,” ujarnya untuk mendukung upaya Trump dalam mengakhiri konflik.

    “Jalan menuju perdamaian dan jalan menuju kemakmuran mungkin melibatkan diplomasi,” katanya, mengarahkan komentarnya kepada Zelensky.

    Saat itulah semuanya memburuk. Zelensky yang marah dan tidak terbiasa dengan teguran publik setelah 3 tahun dukungan kuat Barat terlihat dengan marah memaparkan gencatan senjata yang telah dilanggar Rusia di masa lalu.

    “Diplomasi macam apa, JD, yang sedang kamu bicarakan? Apa, apa yang kamu miliki, apa yang kamu, apa maksudmu?” tanya Zelensky dengan nada tidak percaya.

    “Saya berbicara tentang jenis diplomasi yang akan mengakhiri kehancuran negaramu,” ujar Vance menanggapi dari sofa di sebelah Trump.

    Suasana semakin berubah memanas. Dia kemudian memarahi Zelensky dengan menyebutnya tidak sopan.

    “Saya pikir tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval untuk mencoba mengajukan gugatan di depan media Amerika,” kata Vance dengan teguran tajam.

    “Anda seharusnya berterima kasih kepada presiden karena telah mencoba mengakhiri konflik ini,” sambung Vance.

    Zelensky mencoba bicara. Namun, Trump meledak dalam kemarahan.

    “Anda tidak memiliki kartu sekarang,” teriaknya terhadap Zelensky.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” ujarnya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Beberapa menit kemudian, Trump mengusir media dari ruangan.

    “Ini akan menjadi acara televisi yang hebat, saya akan mengatakan itu,” serunya saat wartawan keluar.

    Delegasi Ukraina yang bingung, termasuk duta besar Ukraina untuk Washington Oksana Markarova, yang berhenti mencatat selama pertemuan dan hanya meletakkan kepalanya di tangannya iktu meninggalkan Ruang Oval untuk berkumpul kembali di Ruang Roosevelt, di ujung lorong.

    Trump berkumpul dengan para penasihat utamanya untuk menilai situasi, termasuk Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Menteri Keuangan Scott Bessent. Dia merasa sangat marah dan mengatakan dirinya tidak dihormati dengan nada bicara Zelensky.

    “Zelensky memainkannya dengan sangat salah. Dia datang ke Oval dengan bertingkah seperti orang tangguh. Itu tidak berjalan dengan baik. Semua orang di ruangan itu merasa terhina,” kata seorang pejabat AS.

    Trump akhirnya memutuskan Zelensky ‘tidak dalam posisi untuk bernegosiasi’. Dia mengarahkan Rubio dan penasihat keamanan nasional Mike Waltz untuk menyampaikan pesan kepada Ukraina yang menunggu, yakni ‘Sudah waktunya bagi Zelensky untuk pergi’.

    “Waktu tidak berpihak pada Anda di sini,” kata Waltz kepada Fox News pada hari Sabtu, menceritakan percakapannya dengan Zelensky.

    “Waktu tidak berpihak pada Anda di medan perang. Waktu tidak berpihak kepada Anda dalam hal situasi dunia dan yang terpenting bantuan AS dan toleransi para pembayar pajak tidaklah tak terbatas,” sambungnya.

    Ukraina memprotes dengan mengatakan mereka ingin melanjutkan perundingan. Namun, pejabat Gedung Putih menyebut permintaan itu ditolak.

    Piring berisi salad, ayam, dan crème brûlée untuk makan siang telah diletakkan di gerobak di lorong kantor sekretaris pers. Saat itulah Ukraina diperintahkan untuk pergi.

    Diplomasi yang gagal itu berlangsung dalam rentang waktu kurang dari tiga jam. Iring-iringan mobil Zelensky tampak meninggalkan gerbang Gedung Putih pada pukul 13.42 waktu setempat tanpa kemeriahan atau pelepasan.

    Dia diantar ke hotel tempatnya dan para penasihatnya menginap. Kurang dari satu jam kemudian, dia mengirim pesan di media sosial yang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada AS.

    “Terima kasih Amerika, terima kasih atas dukungan Anda, terima kasih atas kunjungan ini. Ukraina membutuhkan perdamaian yang adil dan abadi dan kami bekerja keras untuk itu,” ujarnya.

    Sementara itu, tempat yang telah disiapkan untuk konferensi pers Trump dan Zelensky dibongkar. Meja besar tempat kedua pemimpin menandatangani perjanjian, dengan latar belakang tiga bendera Ukraina dan tiga bendera Amerika, juga dipindahkan.

    Selama beberapa jam berikutnya, Trump bekerja di dalam West Wing bersama stafnya. Dia terlihat di Ruang Oval bersama Susie Wiles, kepala stafnya, dan penasihat lainnya sebelum dia keluar meninggalkan Gedung Putih untuk akhir pekan.

    Marine One sudah menunggu, tetapi Trump berhenti untuk berbicara sekali lagi dan memberi kesan pada rangkaian peristiwa luar biasa hari itu.

    “Dia ingin terus berjuang, berjuang, dan berjuang. Kami ingin mengakhiri kematian,” kata Trump kepada wartawan di South Lawn.

    Trump juga sempat ditanya apakah ia ingin Zelensky mundur. Namun, Trump menolak menjawab secara langsung.

    “Saya ingin seseorang yang akan berdamai,” ujarnya.

    Tak lama setelah Trump lepas landas, Zelensky tampil di Fox News, untuk wawancara yang ditonton Trump di pesawat kepresidenan. Zelensky mengatakan bahwa dia tidak yakin bahwa dia berutang permintaan maaf kepada Trump atas ledakan kemarahan di Ruang Oval. Tapi, dia menyatakan penyesalannya bahwa semua itu terungkap di televisi agar dapat disaksikan oleh seluruh dunia.

    “Menurut saya itu tidak baik. Menurut saya itu tidak baik. Rakyat Anda telah membantu menyelamatkan rakyat kami. Kami sangat, sangat berterima kasih,” ujarnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Investor Respons Adu Mulut Trump dan Zelensky, Pasar Global Terguncang

    Investor Respons Adu Mulut Trump dan Zelensky, Pasar Global Terguncang

    Bisnis.com, JAKARTA – Investor dibuat terkejut setelah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih berakhir dengan saling adu mulut.

    Ketegangan ini menambah ketidakpastian di pasar keuangan yang sudah rapuh akibat pelemahan ekonomi dan kebijakan perdagangan AS yang terus berubah.

    Melansir Reuters, Minggu (2/3/2025), adu argumen terbuka kedua pemimpin tersebut memicu reaksi pasar dengan meningkatnya permintaan terhadap obligasi AS sebagai aset safe haven. Ketegangan ini memperburuk prospek tercapainya kesepakatan damai Ukraina-Rusia yang semakin menambah ketidakpastian geopolitik.

    Manajer portofolio Brandywine Global Jack McIntyre mengatakan ketegangan Zelensky dan Trump tersebut sangat mengkhawatirkan dan mengancam kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.

    “Tadinya terlihat ada kemajuan menuju kesepakatan damai atau gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, tetapi kini hal itu bisa tertunda. Ketidakpastian ini tentu harus diperhitungkan,” jelasnya, seperti dikutip Reuters, Minggu (2/3/2025).

    Kunjungan Zelensky ke AS bertujuan memperkuat hubungan dengan Washington dan mencegah AS semakin mendekat ke Moskow.

    Namun, pertemuan dengan Trump dan Wakil Presiden JD Vance justru berujung pada ketegangan yang menegaskan tantangan Kyiv dalam mempertahankan dukungan AS. Trump bahkan menuduh Zelensky tidak menghormati AS.

    Reaksi pasar langsung terasa. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun ke 4,23% dari sebelumnya 4,27% pada Jumat pagi.

    Di Eropa, indeks saham melemah, dengan kontrak berjangka DAX dan CAC40 turun 0,6%, sementara Eurostoxx 50 sempat anjlok 1,4% sebelum berakhir melemah 0,6%.

    Wall Street sendiri bergerak fluktuatif, dengan indeks S&P 500 naik 1,58%. Sementara itu, mata uang euro sempat melemah 0,37% ke level terendah dua minggu di US$1,036 sebelum sedikit pulih ke US$1,0366.

    Ketegangan ini muncul di tengah kekhawatiran pasar atas kebijakan perdagangan Trump yang semakin agresif. Pada Kamis, Trump mengumumkan tarif 25% untuk produk dari Meksiko dan Kanada yang akan mulai berlaku 4 Maret, ditambah bea masuk tambahan 10% untuk barang impor dari China. Langkah ini memicu kekhawatiran inflasi yang lebih tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

    Mitra di Cherry Lane Investments Rick Meckler mengatakan di mata investor, konfrontasi ini semakin menegaskan betapa tidak terduganya kebijakan pemerintahan Trump.

    “Ada begitu banyak kebijakan besar yang muncul dalam waktu bersamaan—semuanya cenderung radikal—dan insiden ini hanya menambah faktor ketidakpastian dalam pendekatan diplomasi Trump,” tambahnya.

    Sebelumnya, investor sudah dibuat gelisah oleh data ekonomi yang mengecewakan. Laporan yang diawasi ketat oleh Federal Reserve menunjukkan perlambatan belanja konsumen pada bulan lalu.

    Ditambah dengan melemahnya kepercayaan konsumen, sektor manufaktur yang lesu, serta penurunan penjualan ritel dan properti, sentimen pasar semakin negatif dalam beberapa pekan terakhir.

    Namun, sebagian investor masih optimistis bahwa situasi ini bisa dikendalikan.

  • Microsoft Desak Donald Trump Longgarkan Aturan Ekspor Chip AI, Apa Alasannya? – Page 3

    Microsoft Desak Donald Trump Longgarkan Aturan Ekspor Chip AI, Apa Alasannya? – Page 3

    Di sisi lain, Microsoft telah resmi menggandeng empat universitas yakni Binus University, Telkom University, Universitas Brawijaya, serta Universitas Gadjah Mada untuk bergabung dalam ekosistem mitra elevAIte Indonesia.

    Menurut Microsoft, inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan sekaligus menyiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi era AI.

    Untuk diketahui, elevAIte Indonesia merupakan inisiatif pelatihan AI hasil kerja sama antara Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) dan Microsoft. Inisiatif ini diluncurkan pada Desember 2024.

    Program elevAIte ini bertujuan membekali satu juta talenta Indonesia dengan keterampilan AI yang relevan dalam berbagai sektor industri.

    Bergabungnya empat universitas dalam program ini memungkinkan lebih dari 400.000 tenaga pendidik dan mahasiswa mengakses program pelatihan AI.

    Beberapa program pelatihan itu di antaranya adalah Training of trainers, Ujian sertifikasi Microsoft, AI Hackhaton, serta Inkubasi program pemenang AI Hackathon.

     

  • Israel Setuju Gencatan Senjata di Gaza Selama Ramadan dan Paskah

    Israel Setuju Gencatan Senjata di Gaza Selama Ramadan dan Paskah

    Jakarta

    Israel telah menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza hingga bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi pada pertengahan April. Pernyataan itu disampaikan kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu mengatakan Israel menerima usulan dari utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    “Israel mengadopsi rencana utusan Presiden AS Steve Witkoff untuk gencatan senjata sementara selama Ramadan” yang akan berakhir pada akhir Maret “dan Pesach”, Paskah Yahudi selama delapan hari yang akan dirayakan pada pertengahan April, kata pernyataan tersebut, yang dirilis setelah tengah malam waktu Israel.

    Tahap pertama gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari berakhir pada Sabtu (1/3).

    Tahap kedua dari kesepakatan itu seharusnya mengamankan pembebasan puluhan sandera yang masih berada di Gaza dan membuka jalan bagi berakhirnya perang secara permanen.

    Menurut kantor Netanyahu, Witkoff mengajukan perpanjangan sementara ini sebagai solusi sementara setelah menyimpulkan bahwa Israel dan Hamas berada dalam kebuntuan negosiasi dan tidak dapat segera menyetujui persyaratan gencatan senjata permanen.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas Tegaskan Siap Sepakati Gencatan Senjata Permanen di Gaza

    Hamas Tegaskan Siap Sepakati Gencatan Senjata Permanen di Gaza

    Jakarta

    Hamas menegaskan kembali kesiapannya untuk melanjutkan tahap-tahap yang tersisa dari perjanjian gencatan senjata di Gaza. Tahap pertama gencatan senjata hampir berakhir dengan ketidakpastian atas langkah-langkah selanjutnya.

    “Kami menegaskan keinginan kami untuk menyelesaikan tahap-tahap yang tersisa dari perjanjian gencatan senjata, yang mengarah pada gencatan senjata yang komprehensif dan permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan dari Jalur Gaza, rekonstruksi dan pencabutan pengepungan,” kata Hamas mengacu pada ketentuan-ketentuan kesepakatan yang sebelumnya diuraikan oleh para mediator, dilansir AFP, Minggu (2/3/2025).

    Hamas menyampaikan komentar mereka dalam sebuah surat kepada pertemuan puncak Liga Arab tentang Gaza yang akan diadakan pada Selasa (4/3).

    Tahap pertama gencatan senjata Israel-Hamas akan berakhir pada Sabtu (1/3), tetapi negosiasi pada tahap berikutnya, yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata permanen, sejauh ini belum meyakinkan.

    Gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari setelah lebih dari 15 bulan perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, yang paling mematikan dalam sejarah negara itu.

    Afif memaparkan sebanyak 24 daerah akan melaksanakan PSU lalu dua daerah yang harus melakukan perbaikan berita acara rekapitulasi. Dia mengatakan KPU akan melaksanakan semua putusan MK dengan penuh tanggung jawab.

    “Untuk perbaikan di daerah-daerah yang ada PSU (berjumlah) 24 dan 2 tempat yang perbaikan berita acara dan juga rekapitulasi yang bebannya diberikan di KPU RI. Semuanya kita harus laksanakan dengan penuh tanggung jawab,” ujarnya.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengirim delegasi ke Kairo, dan mediator Mesir mengatakan “pembicaraan intensif” pada tahap kedua telah dimulai dengan kehadiran delegasi dari Israel serta sesama mediator Qatar dan Amerika Serikat.

    Namun hingga Sabtu (1/3), tidak ada tanda-tanda konsensus, dan juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kelompok itu menolak “perpanjangan tahap pertama dalam formulasi yang diusulkan oleh pendudukan (Israel)”.

    Ia meminta para mediator “untuk mewajibkan pendudukan untuk mematuhi perjanjian dalam berbagai tahapannya”.

    Mengacu pada Gaza pascaperang, Hamas mengatakan pihaknya “sepenuhnya siap untuk menghadapi opsi apa pun yang disetujui oleh Palestina” tetapi mengatakan pihaknya “dengan tegas” menolak “upaya untuk memaksakan proyek atau bentuk administrasi non-Palestina atau kehadiran pasukan asing di wilayah mana pun di Jalur Gaza”.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah melontarkan gagasan bagi Amerika Serikat untuk “mengambil alih” Gaza dan agar warga Palestina dimukimkan kembali di tempat lain, sebuah gagasan yang ditolak oleh Palestina sendiri serta negara tetangga Mesir dan Yordania.

  • PM Inggris Sambut Hangat Zelensky yang Diusir Trump, Beri Pinjaman Rp 47 T

    Zelensky Diterima PM Inggris Usai Cekcok dengan Trump

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer memberi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sambutan hangat di kantornya di Downing Street. Pertemuan sehari setelah pemimpin Ukraina itu cekcok dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), para pendukung bersorak saat konvoi Zelensky memasuki Downing Street, di mana ia dipeluk oleh Starmer dan berpose untuk difoto sebelum menuju ke dalam rumah pemimpin Inggris itu.

    “Anda sangat, sangat diterima di sini di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelensky.

    “Dan seperti yang Anda dengar dari sorak sorai di luar, Anda mendapat dukungan penuh di seluruh Inggris Raya, dan kami mendukung Anda dengan Ukraina selama mungkin.”

    Starmer mengatakan kedua pemimpin ingin mencapai “perdamaian abadi bagi Ukraina, berdasarkan kedaulatan dan keamanan bagi Ukraina–sangat penting bagi Eropa dan sangat penting bagi Inggris Raya”.

    Zelensky menanggapi bahwa ia telah melihat ratusan pendukung berkumpul di luar Downing Street.

    “Saya sangat senang bahwa Yang Mulia Raja menerima pertemuan saya besok dan kami di Ukraina sangat senang karena kami memiliki mitra yang strategis,” katanya.

    “Kami mengandalkan dukungan Anda.”

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Duduk Perkara Adu Mulut Trump-Zelensky

    Duduk Perkara Adu Mulut Trump-Zelensky

    Washington DC

    Debat panas antara dua pemimpin negara terjadi di momen tidak terduga. Dua orang yang berdebat adalah Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Begini duduk perkaranya.

    Dilansir AFP, Sabtu (1/3), ‘ring tinju’ Trump versus Zelensky ada di Ruang Oval, Gedung Putih. Trump memang sedang menjadi sahibulbait lawatan Zelensky.

    Hebohnya lagi, adu mulut ini terjadi saat kamera media massa sedang menyala. Seluruh dunia heboh oleh adu mulut Trump-Zelensky. Adapun Zelensky sendiri adalah pemimpin negara yang sedang dizalimi Rusia. Ukraina sedang diinvasi oleh negaranya Vladimir Putin.

    Trump adalah Presiden AS yang belum lama menggantikan Joe Biden. Biden dulu lebih pro ke Zelensky dan cenderung bersedia membantu Zelensky. Namun Trump berbeda. Politikus dari Partai Republik itu cenderung mengutamakan kepentingan dalam negeri dan emoh berboros-boros untuk mengurusi konflik luar negeri. Trump juga punya hubungan yang ‘agak lumayan’ dengan Putin, seteru Zelensky.

    Kira-kira begitulah duduk perkaranya. Ada perubahan sikap politik di AS setelah Trump menjadi Presiden lagi. Perubahan itu, meski tidak sampai menjadi terang-terangan pro-Putin dan anti-Zelensky, tapi setidaknya Trump punya sikap lebih bersahabat dengan Putin ketimbang Biden. Toh Trump juga masih mau menerima Zelensky di Gedung Putih.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Dilansir BBC, pertemuan panas antara Trump dan Zelensky terjadi pada Jumat (28/02), semula baik-baik saja dan sopan seperti biasa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disambut oleh Presiden AS Donald Trump di pintu Sayap Barat dengan barisan kehormatan.

    Zelensky memberikan Trump sabuk juara petinju Ukraina, Oleksandr Usyk. Trump lalu memuji pakaian Zelensky. Namun beberapa menit kemudian, terjadi peristiwa yang sungguh belum pernah terjadi sebelumnya.

    Halaman selanjutnya, adu mulut!:

    Adu Mulut!

    Zelensky dan Trump. (AFP/SAUL LOEB)

    BBC melaporkan bahwa tiba-tiba saja nada bicara yang ramah berubah menjadi suara-suara meninggi, mata melotot, dan lontaran cercaan. Semua itu terjadi di depan kamera TV dunia. Wartawan sebenarnya juga kaget menyaksikan peristiwa itu.

    Presiden dan wakil presiden AS mencaci maki Zelensky, menuduhnya tidak tahu berterima kasih atas dukungan AS kepada Ukraina.

    Ketegangan meningkat ketika Wakil Presiden AS, JD Vance, memberi tahu Zelensky bahwa perang harus diakhiri melalui diplomasi.

    “Diplomasi macam apa?” tanya Zelensky.

    Vance kemudian berujar kepada bahwa Zelensky “kurang ajar” datang ke Ruang Oval dan menyampaikan pendapatnya di depan media Amerika.

    “Anda sudah cukup bicara. Anda tidak akan menang,” kata Trump kepada Zelensky. “Anda harus bersyukur. Anda tidak punya kartu.”

    “Saya tidak bermain kartu,” jawab Zelensky. “Saya sangat serius, Tuan Presiden. Saya presiden dalam keadaan perang.”

    “Anda bertaruh dengan Perang Dunia Ketiga,” jawab Trump. “Dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara, negara ini, yang telah mendukung Anda jauh lebih banyak daripada yang seharusnya.”

    JD Vance membalas: “Apakah Anda pernah mengucapkan ‘terima kasih’ selama pertemuan ini? Tidak.”

    Zelensky tidak terima saat Trump menyatakan sedang membuat kesepakatan dengan Rusia. Zelensky merasa seperti didikte AS untuk melakukan keputusan politik berkaitan dengan konflik melawan Rusia. Zelensky tidak mau berkompromi dengan Putin yang disebutnya sebagai “pembunuh di wilayah kami” serta “orang Rusia gila”.

    Duta Besar Ukraina untuk AS menyaksikan rangkaian adegan itu sambil memegangi kepalanya sendiri. Sedianya, ada prosesi penandatanganan soal sumber daya mineral antara Trump dan Zelensky. Tapi Zelensky cabut duluan usai ribut dengan Trump. Penandatanganan mungkin bakal dilakukan lain kali.

    Zelensky, ketika diwawancarai wartawan usai ribut-ribut itu, sebenarnya berharap Trump lebih menunjukkan keberpihakannya yang jelas untuk Ukraina. Ukraina dan Amerika “harus berada pada pihak yang sama” dalam melawan Rusia.

    Trump merasa Zelensky belum siap untuk perdamaian, sedangkan Trump mengaku ingin Ukraina dan Rusia damai saja. Sebagai catatan, Ukraina adalah negara berdaulat yang telah kehilangan sebagian wilayahnya karena aneksasi alias dicaplok oleh Rusia.

    Jadi sebenarnya Trump ini mau membantu Zelensky atau lebih cinta ke Putin? Simak halaman selanjutnya untuk tahu opini dari politikus AS seteru Trump:

    Trump Dituding Memihak Putin

    Putin dan Trump di masa lalu. (BBC World)

    Para politisi Partai Demokrat menuduh Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance memihak Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah mereka terlibat adu mulut dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Gedung Putih.

    Pemimpin minoritas Senat AS, Chuck Schumer, dari Partai Demokrat, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3), menuduh Trump dan Vance melakukan “pekerjaan kotor” Putin setelah keduanya mencaci-maki Zelensky di depan banyak wartawan.

    “Trump dan Vance melakukan pekerjaan kotor Putin. Senat Demokrat tidak akan pernah berhenti memperjuangkan kebebasan dan demokrasi,” ucap Schumer dalam pernyataan via media sosial.

    Senator Maryland Chris Ven Holen dari Partai Demokrat dalam pernyataannya menyebut cekcok antara Trump dan Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih “sungguh memalukan”.

    “Apa yang kita lihat di Ruang Oval hari ini sungguh memalukan. Trump dan Vance mencaci-maki Zelensky — dengan menunjukkan kebohongan dan informasi keliru yang akan membuat Putin tersipu — adalah hal yang memalukan bagi Amerika dan pengkhianatan terhadap sekutu-sekutu kita,” kecamnya.

    “Mereka membuka botol sampanye di Kremlin,” ucap Hollen, merujuk pada reaksi senang Rusia atas cekcok tersebut.

    Kecaman serupa disampaikan pemimpin minoritas DPR AS, Hakeem Jeffries, dari Partai Demokrat. “Presiden Trump dan pemerintahannya terus mempermalukan Amerika di panggung dunia,” sebutnya.

    “Pertemuan di Gedung Putih hari ini dengan Presiden Ukraina sangat mengerikan, dan hanya akan semakin menguatkan Vladimir Putin, seorang diktator brutal,” ucap Jeffries.

    Pujian dilontarkan para politisi Partai Republik kepada Trump yang terlibat cekcok dengan Zelensky. Partai Republik menilai Trump sudah benar jika menuduh Zelensky kurang berterima kasih terhadap dukungan AS selama perang berkecamuk melawan Rusia.

    “Terima kasih kepada Presiden Trump — hari-hari di mana Amerika dimanfaatkan dan tidak dihormati telah BERAKHIR… Apa yang kita saksikan di Ruang Oval hari ini adalah Presiden Amerika yang mengutamakan Amerika,” sebut Ketua DPR AS Mike Johnson dari Partai Republik.

    Halaman 2 dari 3

    (dnu/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu