Tag: Donald Trump

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.116: Trump Nasehati Ukraina, Jangan Memprovokasi yang Lebih dari Anda – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.116: Trump Nasehati Ukraina, Jangan Memprovokasi yang Lebih dari Anda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.116 pada Sabtu (15/3/2025).

    Ledakan terdengaar di Odessa pada Jumat (14/3/2025) tengah malam hingga Sabtu dini hari waktu setempat.

    Pertahanan udara beroperasi di dekat Cherkasy dan di Chernihiv, menurut laporan pada pukul 03.42 waktu setempat.

    “Saat ini tidak ada korban luka. Semua layanan penyelamatan bekerja di kota sedang dikerahkan,” kata kepala MBA Chernihiv, Dmytro Bryzhynsky.

    Sebelumnya, militer Ukraina melaporkan Rusia melancarkan serangan rudal terhadap Kryvyi Rih, melukai sedikitnya 12 orang, seperti diberitakan Suspilne.

    Tentara Rusia Serang Sumy dengan Drone secara Besar-besaran

    Tentara Rusia melancarkan serangan besar-besaran menggunakan UAV terhadap fasilitas infrastruktur penting di Kota Sumy.

    “Unit pertahanan udara dari Pasukan Keamanan dan Pertahanan, formasi sukarelawan mengambil semua tindakan untuk melawan serangan musuh,” kata postingan Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.

    Militer Ukraina meminta semua orang untuk tetap tenang dan berlindung.

    Setidaknya 11 ledakan terdengar di Sumy sejak pukul 09.40 malam waktu setempat.

    Karena pemadaman listrik, perlindungan diaktifkan di beberapa lokasi di Kota Sumy. 

    Trump Minta Rusia Tak Bunuh Tentara Ukraina yang Terkepung di Kursk

    Presiden AS Donald Trump meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyelamatkan pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk setelah pasukan Rusia melancarkan serangan balasan.

    “Sekarang ada banyak tentara Ukraina yang terkepung dan dalam bahaya serius, dan saya telah meminta mereka untuk tidak dibunuh. Kami tidak ingin mereka dibunuh. Sungguh memalukan melihat apa yang telah terjadi,” kata Trump.

    Trump Menasehati Ukraina: Jangan Memprovokasi Seseorang yang Lebih Besar dari Anda

    Presiden AS Donald Trump mengatakan Ukraina tidak perlu memprovokasi seseorang yang jauh lebih besar darinya, bahkan dengan dukungan keuangan dan militer yang serius dari luar negeri.

    “(Mantan Presiden AS Joe) Biden seharusnya tidak pernah mengizinkan perang ini. Pertama-tama, Anda tidak boleh menindas seseorang yang jauh lebih besar dari Anda. Bahkan dengan uang,” kata Trump dalam pidato di Departemen Kehakiman AS, Jumat.

    “Kami telah memberi mereka (Ukraina) banyak uang dan banyak peralatan. Kami memproduksi peralatan militer terbaik di dunia. Namun, bahkan dengan semua itu… Ini luar biasa,” kata Trump, seperti diberitakan TASS.

    Ia lalu mengatakan kini ada banyak pasukan Ukraina yang terkepung oleh pasukan Rusia di Kursk.

    AS Selaras dengan G7, Desak Rusia Terima Gencatan Senjata

    Amerika Serikat dan sekutu G7-nya mendukung integritas teritorial Ukraina.

    Negara anggota G7 juga memperingatkan Rusia untuk mengikuti langkah Ukraina dalam menerima gencatan senjata atau menghadapi kemungkinan sanksi lebih lanjut.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan AS merasa senang dengan pernyataan bersama tersebut dalam pertemuan di La Malbaie, Quebec, Kanada pada Jumat (14/3/2025).

    Sementara itu integritas teritorial Ukraina sebagian besar tidak pernah muncul dalam narasi AS sejak Donald Trump berkuasa pada 20 Januari lalu.

    AS di bawah Trump sejauh ini belum mengesampingkan kemungkinan bahwa Kyiv akan menyerahkan wilayahnya.

    Zelensky Yakin Bisa Akhiri Perang, Punya Bekingan Negara Eropa

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan ia melihat peluang bagus untuk mengakhiri perang dengan Rusia setelah Ukraina menerima proposal AS untuk gencatan senjata sementara selama 30 hari.

    Sementara itu, Rusia mengatakan pihaknya hanya akan setuju jika persyaratan tertentu dipenuhi.

    “Saat ini, kami memiliki peluang bagus untuk mengakhiri perang ini dengan cepat dan mengamankan perdamaian. Kami memiliki pemahaman keamanan yang kuat dengan mitra Eropa kami,” kata Zelenskiy di X, Jumat.

    “Kita sekarang hampir mencapai langkah pertama dalam mengakhiri perang apa pun – diam,” katanya, mengacu pada gencatan senjata, seperti diberitakan Reuters.

    Zelensky Minta AS dan Sekutu Semakin Desak Rusia

    Selain itu, Zelensky juga mendesak AS dan sekutu lainnya untuk memberikan tekanan pada Rusia.

    “Jika ada respons kuat dari Amerika Serikat, mereka tidak akan membiarkan mereka bermain-main. Dan jika ada langkah-langkah yang tidak ditakutkan Rusia, mereka akan menunda prosesnya,” kata Zelensky kepada wartawan.

    Ia mengatakan bahwa gencatan senjata di sepanjang garis depan sepanjang lebih dari 1.000 kilometer (600 mil) dapat dikendalikan dengan bantuan AS melalui satelit dan intelijen.

    Inggris-Prancis Bahas Dukungan untuk Ukraina

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara melalui telepon di mana mereka membahas pembicaraan damai di Ukraina.

    Mereka juga membahas langkah-langkah konkret sekutu untuk mendukung Ukraina.

    “Selama percakapan tersebut, para pemimpin pertama-tama membahas terobosan penting yang dicapai oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky minggu ini terkait rencana perdamaian,” kata laporan itu.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • AS Usir Duta Besar Afrika Selatan, Menlu Rubio: Dia Benci Trump!

    AS Usir Duta Besar Afrika Selatan, Menlu Rubio: Dia Benci Trump!

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) mengusir Duta Besar Afrika Selatan, Ebrahim Rasool, dari negara tersebut. Alasannya, Rasool dituding membenci AS dan membenci Presiden Donald Trump.

    Pengusiran Rasool dari AS ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/3/2025), diumumkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Marco Rubio dalam pernyataan via media sosial X pada Jumat (14/3) waktu setempat.

    “Duta Besar Afrika Selatan untuk Amerika Serikat tidak lagi diterima di negara kita yang hebat ini,” tegas Rubio dalam pernyataannya.

    Disebutkan oleh Rubio bahwa Rasool merupakan “politisi yang gemar menghasut tentang ras, yang membenci Amerika dan membenci @POTUS” — merujuk pada sebutan Trump sebagai Presiden AS.

    “Kami tidak memiliki hal untuk dibicarakan dengannya dan oleh karena itu, dia ditetapkan PERSONA NON GRATA,” ucap Rubio dalam pernyataan tersebut.

    Istilah “persona non grata” merupakan istilah bahasa Latin dalam dunia diplomasi yang berarti seseorang tidak diinginkan atau tidak diterima oleh suatu negara. Penetapan ini biasanya dilakukan saat menetapkan sanksi pengusiran terhadap pejabat atau diplomat asing.

    Pengusiran seorang duta besar tergolong langkah yang sangat langka oleh AS.

    Dalam pernyataannya, Rubio menyertakan artikel dari outlet berita konservatif Breitbart yang mengulas soal pernyataan Rassol dalam seminar kebijakan luar negeri pada Jumat (14/3), yang membuatnya dituduh membenci AS dan Trump.

    “Dia (Rasool-red) mengatakan bahwa supremasi kulit putih memotivasi ‘rasa tidak hormat’ Trump terhadap ‘tatanan hegemoni saat ini’ di dunia,” demikian bunyi artikel Breitbart.

    Disebutkan juga bahwa dalam seminar itu, Rasool menyebut gerakan Make America Great Again (MAGA) yang digagas Trump “merupakan respons supremasi kulit putih terhadap keberagaman demografi yang berkembang di Amerika Serikat”.

    Rasool merupakan aktivis anti-apartheid di masa mudanya dan pernah menyampaikan kemarahannya terhadap perang yang dipicu Israel di Jalur Gaza.

    Pengusiran Duta Besar Afrika Selatan ini menjadi perkembangan terbaru dalam meningkatnya ketegangan antara Washington dan Pretoria beberapa waktu terakhir. Pada Februari lalu, Trump membekukan bantuan AS untuk Afrika Selatan, dengan mengutip undang-undang di negara itu yang diklaim olehnya telah memungkinkan tanah dirampas dari para petani kulit putih.

    Pekan lalu, Trump semakin mengobarkan ketegangan dengan mengatakan bahwa para petani Afrika Selatan dipersilakan untuk menetap di AS, setelah mengulangi kembali tuduhannya soal pemerintah Pretoria “menyita” tanah dari orang-orang kulit putih.

    Dalam postingan media sosial Truth Social, Trump menyatakan bahwa “setiap petani (dengan keluarga!) dari Afrika Selatan, yang ingin melarikan diri dari negara itu demi alasan keamanan, akan diundang ke Amerika Serikat dengan jalur cepat menuju Kewarganegaraan”.

    Elon Musk, miliarder AS kelahiran Afrika Selatan dan kini menjadi sekutu dekat Trump, menuduh pemerintahan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memiliki “undang-undang kepemilikan tanah yang secara terang-terangan rasis”.

    Kepemilikan tanah menjadi isu kontroversial di Afrika Selatan, dengan sebagian besar lahan pertanian masih dimiliki oleh orang-orang kulit putih tiga dekade setelah berakhirnya apartheid dan pemerintah negara itu berada di bawah tekanan untuk melaksanakan reformasi.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Harga Minyak Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya – Page 3

    Harga Minyak Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah melonjak 1 persen pada Jumat, 14 Maret 2025. Harga minyak mengakhir pekan ini cenderung stagnan seiring investor mempertimbangkan prospek yang semakin menipis dan berakhirnya perang Ukraina yang dapat kembali membawa lebih banyak pasokan energi Rusia ke pasar Barat.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/3/2025), harga minyak Brent ditutup 70 sen atau 1 persen lebih tinggi menjadi USD 70,58 per barel. Harga minyak sempat turun 1,5 persen pada sesi sebelumnya. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 63 sen atau 1 persen ke posisi USD 67,18 per barel. Kenaikan harga minyak WTI terjadi setelah melemah 1,7 persen.

    Kedua patokan tersebut mengakhiri minggu ini dengan sedikit perubahan dari Jumat lalu, ketika Brent ditutup pada USD 70,36 dan WTI pada usd 67,04.

    “Minyak Brent telah bertahan di sekitar angka USD 70 selama dua minggu terakhir. Apakah akan tetap pada level ini dalam minggu mendatang tergantung pada situasi berita politik,” kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis, Moskow mendukung usulan AS untuk gencatan senjata di Ukraina pada prinsipnya, tetapi meminta sejumlah klarifikasi dan syarat yang tampaknya mengesampingkan kemungkinan berakhirnya pertempuran dengan cepat.

    “Jika prospek gencatan senjata terus berlanjut di masa mendatang, pasar akan memperkirakan minyak Rusia akan berada di bawah sanksi untuk jangka waktu yang lama,” kata Presiden Lipow Oil Associates yang berpusat di Houston, Andrew Lipow.

    Pada Jumat, Donald Trump kembali mendesak Rusia untuk menyetujui usulan gencatan senjata, dengan mengatakan di platform media sosial pribadinya ia akan mengeluarkan AS dari apa yang disebutnya “kekacauan nyata” dengan Rusia”.

    Pemerintahan Trump mengatakan lisensi yang mengizinkan transaksi energi dengan lembaga keuangan Rusia telah berakhir minggu ini. Perusahaan-perusahaan negara Tiongkok juga mengekang impor minyak Rusia karena risiko sanksi, kata sumber kepada Reuters.

    Di sisi lain, Northvolt, pembuat sel baterai Swedia untuk kendaraan listrik, mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah mengajukan kebangkrutan.

     

     

  • Mengapa Trump Minta Putin Tak Habisi Pasukan Ukraina di Kursk? Ini Analisis Eks Pejabat CIA – Halaman all

    Mengapa Trump Minta Putin Tak Habisi Pasukan Ukraina di Kursk? Ini Analisis Eks Pejabat CIA – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin agar menyelamatkan ribuan tentara Ukraina yang terkepung di Kursk, Rusia.

    Adanya permintaan itu disampaikan Trump di akun media sosial Truth Social hari Kamis, (14/3/2025).

    Trump mengatakan saat ini ada ribuan tentara Ukraina yang dikepung pasukan Rusia dan berada dalam situasi amat buruk.

    “Saya meminta Presiden Putin agar nyawa mereka diselamatkan. Ini bisa menjadi pembantaian mengerikan yang belum pernah dilihat orang sejak Perang Dunia Kedua. Tuhan memberkati mereka semua,” kata Trump.

    Di sisi lain, Putin juga sudah mengaku mendapat permintaan dari Trump perihal penyelamatan nyawa tentara Ukraina.

    “Kami sudah meninjau pernyataan dari Presiden Trump hari ini. Kami menekankan bahwa tentara Ukraina telah melakukan banyak kejahatan terhadap warga sipil di zona serbuan,” kata Putin di televisi, dikutip dari The Moscow Times.

    “Saya ingin menekankan bahwa jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, nyawa mereka dijamin selamat, dan mereka akan diperlakukan terhormat sesuai dengan hukum internasional dan hukum di Federasi Rusia.”

    Putin menegaskan pasukan Ukraina hanya punya dua pilihan, yakni menyerah atau tewas.

    RUSIA REBUT WILAYAH – Tangkapan layar dari YouTube DW News pada Rabu (12/3/2025) memperlihatkan wilayah yang kembali direbut Rusia dari pasukan Ukraina. (Tangkapan layar dari YouTube DW News)

    Kyiv Independent melaporkan permintaan Trump itu keluar setelah utusan Trump, Steve Witkoff, tiba di Moskow tanggal 13 Maret kemarin dan bertemu dengan Putin.

    Sementara itu, sehari sebelum Pangliman Tertinggi Ukraina Oleksandr Syrskyi mengakui bahwa situasi pasukan Ukraina di Kursk sangat buruk.

    Meski demikian, Syrskyi mengatakan pasukan Ukraina akan berusaha menjaga pertahanan di sana “sepanjang masuk akal dan memungkinkan”.

    Dia sempat pula mengklaim tidak ada pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk.

    Alasan di balik permintaan Trump

    Larry Johnson, seorang mantan analis badan intelijen AS (CIA), mengungkapkan pendapatnya mengenai alasan Trump meminta Putin agar menyelamatkan nyawa tentara Rusia.

    Awalnya dia menyebut serbuan tentara Ukraina sebagai serbuan yang gagal.

    “Invasi ke Kursk adalah operasi yang didukung dan diarahkan Barat. Saya pikir invasi itu direncanakan demi mencoba membuat semacam daya tawar bagi Barat untuk menekan Rusia agar menyerah. Dan invasi itu gagal,” kata Johnson dikutip dari Sputnik.

    “Invasi itu tak hanya gagal, tetapi gagal total karena melenyapkan satuan-satuan militer penting Ukraina dan peralatannya.”

    Menurut Johnson, alasan di balik permintaan Trump kepada Putin adalah Trump berupaya melakukan “penyelamatan dari situasi buruk” atau “bencana”.

    Johnson mengklaim saat ini masih banyak warga AS yang meyakini “Rusia sedang kalah”. Mereka merasa bahwa yang diperlukan saat ini adalah terus menekan Rusia.

    Dia menyebut harus ada kekalahan militer besar yang diderita Ukraina demi melawan keyakinan itu.

    “Diperlukan kekalahan militer yang melenyapkan pasukan Ukraina agar Barat sadar dan paham bahwa Rusia tidak berbohong.”

    KOTA SUDZHA DIBEBASKAN – Tangkapan layar video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram tanggal 13 Maret 2025 memperlihatkan situasi Kota Sudzha di Kursk, Rusia, setelah dibebaskan pasukan Rusia dari tentara Ukraina. (Kementerian Pertahanan Rusia)

    Pasukan Ukraina didesak menyerah agar tak hancur

    Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev meminta pasukan Ukraina di wilayah Kursk segera menyerah.

    Medvedev memperingatkan bahwa pasukan Ukraina bakal dihancurkan tanpa ampun jika menolak meletakkan senjata.

    “Ini pendekatan yang sangat manusiawi oleh negara kami, tetapi bagi Nazi Ukraina, ada sisi lainnya, jika mereka menolak meletakkan senjata, mereka akan dihancurkan secara sistematis dan tanpa ampun,” kata Medvedev yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Jumat, (14/3/2025), dikutip dari kantor berita TASS.

    Medvedev jam-jam berikutnya akan menjadi waktu krusial Ukraina. Ukraina harus mengambil keputusan untuk menyelamatkan tentara atau terpaksa meninggalkan mereka.

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyrz Zelensky sudah mengakui bahwa pasukannya di Kursk kini mendapat tekanan dari tentara Rusia.

    (*)

  • Harga Emas Antam Lebih Murah Rp 3.000 Hari Ini 15 Maret 2025, Cek Rinciannya – Page 3

    Harga Emas Antam Lebih Murah Rp 3.000 Hari Ini 15 Maret 2025, Cek Rinciannya – Page 3

    Sebelumnya, harga emas menembus USD 3.000 per ounce untuk pertama kali. Lonjakan harga emas terjadi seiring tarif dagang Presiden Amerika Serikat (AS) terhadap mitra dagang utama mengguncang pasar keuangan.

    Hal itu juga mendorong investor ke aset safe haven untuk melindungi dari inflasi tinggi dan kemungkinan resesi.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/3/2025), harga emas berjangka ditutup ke rekor baru di USD 3.001,1 per ounce setelah naik 13,6 persen sepanjang 2025. Pergerakan terbaru terjadi seiring pasar saham Amerika Serikat kehilangan USD 5 triliun dalam tiga minggu karena perang dagang Donald Trump menimbulkan kekacauan, kebingungan dan ketidakpastian.

    Sekitar 52 persen manajer dana global mengatakan kepada Bank of America dalam sebuah survei kalau mereka melihat emas sebagai lindung nilai terbaik dalam perang dagang besar-besaran.

    “Pemerintahan Trump yang mengeluarkan serangkaian ancaman tarif dan penyelarasan kembali hubungan internasional telah menambahkan lapisan baru ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik yang memberikan dorongan signifikan bagie mas,” ujar Senior Commodities Strategist BNP Paribas, David Wilson seperti dikutip dari CNBC.

     

  • Rupiah menguat dipengaruhi harapan pemotongan suku bunga

    Rupiah menguat dipengaruhi harapan pemotongan suku bunga

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah menguat dipengaruhi harapan pemotongan suku bunga
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 14 Maret 2025 – 16:24 WIB

    Elshinta.com – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi harapan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) semakin tinggi.

    Ekspektasi tersebut disebabkan capaian data Producer Price Index (PPI) Amerika Serikat (AS) pada bulan Februari 2025 mengalami penurunan menjadi 0,0 persen atau di bawah estimasi 0,3 persen, sedangkan PPI Inti memburuk jadi 0,1 persen.

    “Data ekonomi AS baru-baru ini mengungkapkan angka inflasi yang lebih rendah. Baik indeks harga konsumen (Consumer Price Index)) maupun Indeks Harga Produsen (PPI) menunjukkan tekanan inflasi yang lebih lemah dari yang diharapkan, yang memperkuat ekspektasi potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve akhir tahun ini,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

    Pada 18-19 Maret, The Fed dijadwalkan melakukan pertemuan untuk membahas kebijakan suku bunga. Konsensus saat ini mengantisipasi suku bunga tak berubah karena inflasi yang terus-menerus dan sengketa perdagangan sedang berlangsung.

    Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump memberikan ancaman pengenaan tarif sebesar 200 persen terhadap minuman beralkohol Eropa, termasuk anggur dan sampanye. Ancaman ini merupakan balasan atas keputusan Uni Eropa (UE) yang mengenakan tarif 50 persen pada wiski Amerika.

    “Keputusan UE yang akan mulai berlaku pada tanggal 1 April balasan terhadap tarif 25 persen yang baru diterapkan AS pada baja dan aluminium impor. Selain itu, Trump akan memberlakukan tarif timbal balik di seluruh dunia pada tanggal 2 April, yang dapat semakin memperburuk suasana hati investor,” ujar Ibrahim.

    Senada, Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menganggap penguatan kurs rupiah dipengaruhi data PPI AS yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga menaikkan harapan penurunan suku bunga The Fed.

    “Sementara dari domestik, masih diselimuti sentimen negatif defisit anggaran pemerintah,” ujar dia.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 78 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.350 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.452 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat ke level Rp16.392 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.280 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Jam-Jam Krusial, Eks Presiden Rusia: Pasukan Ukraina di Kursk Dihancurkan Total jika Tak Menyerah – Halaman all

    Jam-Jam Krusial, Eks Presiden Rusia: Pasukan Ukraina di Kursk Dihancurkan Total jika Tak Menyerah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev meminta pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, segera menyerah.

    Medvedev memperingatkan bahwa pasukan Ukraina bakal dihancurkan tanpa ampun jika menolak meletakkan senjata.

    Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin berkata kepada Dewan Keamanan Rusia bahwa tentara Ukraina yang menyerah di Kursk akan dijamin keberlangsungannya hidupnya dan diperlakukan baik.

    “Ini pendekatan yang sangat manusiawi oleh negara kami, tetapi bagi Nazi Ukraina, ada sisi lainnya, jika mereka menolak meletakkan senjata, mereka akan dihancurkan secara sistematis dan tanpa ampun,” kata Medvedev yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Jumat, (14/3/2025), dikutip dari kantor berita TASS.

    Medvedev jam-jam berikutnya akan menjadi waktu krusial Ukraina. Ukraina harus mengambil keputusan untuk menyelamatkan tentara atau terpaksa meninggalkan mereka.

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyrz Zelensky sudah mengakui bahwa pasukannya di Kursk kini mendapat tekanan dari tentara Rusia.

    AS minta Rusia selamatnya nyawa tentara Ukraina

    Sehari sebelumnya Putin berujar Rusia sudah mengontrol penuh situasi di Kursk. Tentara Ukraina di sana terkepung.

    Putin juga sempat mengunjungi salah satu pos komando tentara Rusia di Kursk.

    Jumat ini Putin mendapat permintaan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menyelamatnya nyawa ribuan tentara Ukraina.

    “Kami sudah meninjau pernyataan dari Presiden Trump hari ini. Kami menekankan bahwa tentara Ukraina telah melakukan banyak kejahatan terhadap warga sipil di zona serbuan,” kata Putin di televisi, dikutip dari The Moscow Times.

    “Saya ingin menekankan bahwa jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, nyawa mereka dijamin selamat, dan mereka akan diperlakukan terhormat sesuai dengan hukum internasional dan hukum di Federasi Rusia.”

    Adapun pernyataan Trump itu muncul setelah Ukraina menyepakati usul gencatan senjata 30 hari yang disodorkan AS.

    Di sisi lain, Rusia belum resmi menerima usul itu. Meski demikian, Putin sudah mengungkapkan dukungannya terhadap usul itu.

    Kursk diserbu pasukan Ukraina dalam serangan mendadak tujuh bulan lalu. Saat itu sebagian wilayah Kursk jatuh ke tangan Ukraina dan pasukan Rusia terpaksa mundur.

    Namun, kali ini situasi berbalik karena pasukan Ukrainalah yang harus mundur. Pertahanan Ukraina di Kota Sudzha yang berada di Kursk sudah jatuh.

    Media Russia Today mengungkapkan strategi Rusia menyerang balik tentara Ukraina di wilayah Kursk.

    Setelah serangan-serangan Ukraina berakhir pada bulan Oktober 2024, pasukannya beralih ke posisi bertahan.

    Pasukan Ukraina secara perlahan mulai kehilangan wilayah yang didudukinya di Kursk.

    Kendali Ukraina atas wilayah itu juga sudah terpecah-pecah dan tidak lagi menjadi ancaman yang harus segera ditangani Rusia.

    RUSIA REBUT WILAYAH – Tangkapan layar dari YouTube DW News pada Rabu (12/3/2025) memperlihatkan wilayah yang kembali direbut Rusia dari pasukan Ukraina. (Tangkapan layar dari YouTube DW News)

    Pada penghujung tahun 2024, Rusia memilih memfokuskan serangan di wilayah Donbass.

    Akan tetapi, pada awal tahun ini Rusia  mulai mengintensifkan serangan ke Sudzha. Ukraina berusaha menguatkan pertahanannya.

    Di sisi lain, Rusia menggunakan strategi yang sangat baik seperti yang digunakan di Donbass. Strategi itu adalah mengepung tentara Ukraina dari tiga penjuru, memutus jalur perbekalan, dan membuat tentara Ukraina tumbang dengan cara perang atrisi.

    Masa titik balik dimulai setelah pada pertengahan Februari kemarin pasukan Rusia berhasil membebaskan Kota Sverdlikovo dan menyeberangi Sungai Lokanya. Rusia berhasil mendapatkan akses ke jalur perbekalan utama pasukan Ukraina dari Sumy ke Kursk.

    Situasi menjadi sangat buruk bagi Ukraina. Laporan Ukraina juga menyebut tentara Rusia unggul jauh.

    “Karena pasukan Rusia kini beroperasi di wilayah Ukraina, perbatasan teritorial menjadi tidak relevan, kebutuhan militer mendikte pergerakan,” kata Russia Today.

    PUTIN – Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari Kepresidenan Rusia memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov (tidak terlihat dalam foto) di pos komando Rusia di Kursk pada Rabu (12/3/2025). (Kremlin)

    Serangan ke Sudzha

    Fase aktif serangan dimulai tanggal 7 Maret. Pasukan Rusia menyerang jalur perbekalan tentara Ukraina dan perlintasan penting sembari melancarkan serangan dari berbagai penjuru.

    Rusia bahkan menyerbu ke perbatasan di selatan untuk memutus jalur perbekalan sekunder ke Sudzha. Meski tentara Rusia kemudian mundur, serangannya sudah menyebabkan kekacauan parah dalam perbekalan Ukraina.

    Berbeda dengan perang panjang di Donbass, perang yang dilakukan Rusia di Sudzha mengutamakan faktor kecepatan, kejutan, dan penghancuran jaringan perbekalan Ukraina secara sistematis.

    Puncak operasi militer adalah “operasi pipa” tanggal 8 Maret. Dalam operasi itu ada 800 tentara Rusia yang merusak rantai perbekalan Ukraina. 

    Pada penghujung hari itu Rusia sudah berhasil menguasai area-area industri penting di utara dan timur Sudzha.

    Sementara itu, pasukan Ukraina berupaya mundur ke arah Sudzha demi menstabilkan garis pertahanan dan memperpanjang pertempuran.

    Akan tetapi, pada tanggal 10 Maret pertahanan Ukraina mulai tampak jatuh. Satuan-satuannya mundur. Beberapa lari ke perbatasan dan meninggalkan peralatan militer.

    Dua hari kemudian pasukan Rusia sudah menguasai zona industri, pinggiran, dan pusat pemerintahan di Sudzha.

    The Moscow Times melaporkan per tanggal 13 Maret, Rusia sudah sukses merebut kembali Sudzha yang diduduki pasukan Ukraina selama 7 bulan.

    “Satuan-satuan pasukan ‘Sever’ membebaskan pemukiman di Meloyov, Podil, dan Sudzha saat serangan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram.

    PERTEMPURAN DI KURSK – Pasukan Ukraina di Kursk, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina. (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    Pasukan Ukraina awalnya menduduki wilayah seluas 1.376 km persegi di Kursk setelah melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus tahun lalu.

    Ukraina berharap bisa memanfaatkan Kursk sebagai alat untuk menekan Rusia dalam perundingan perdamaian yang akan datang. Namun, harapan itu tidak terpenuhi.

    Adapun Sudzha adalah satu-satunya pemukiman besar di Kursk yang diduduki Ukraina setelah serangan pada bulan Agustus.

    Oleksander Syrsky, seorang panglima militer top Ukraina, pada hari Rabu mengatakan pertahanan Ukraina nyaris dihancurkan total oleh serangan udara Rusia.

    Dia mengatakan pasukan Ukraina akan berusaha mempertahankan pertahanannya di sisa-sisa wilayah Kursk yang masih diduduki “sepanjang itu cocok dan dibutuhkan”.

    (*)

  • Diminta Rusia untuk Menyerah, Ukraina Malah Ngotot Bertahan di Kursk, Bantah Terkepung – Halaman all

    Diminta Rusia untuk Menyerah, Ukraina Malah Ngotot Bertahan di Kursk, Bantah Terkepung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Meski sudah terkepung oleh Rusia dan diminta untuk menyerah, Ukraina malah ngotot ingin bertahan di Kursk.

    Staf Umum tentara Ukraina bahkan membantah klaim bahwa pasukan Kyiv telah dikepung di Kursk di tengah serangan Rusia yang sedang berlangsung.

    Staf Umum itu mengatakan Rusia telah melaporkan dugaan pengepungan pasukan Ukraina di Kursk untuk tujuan politik dan memberi tekanan kepada Kyiv.

    Laporan pengepungan ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengampuni pasukan Ukraina yang ada di Kursk.

    “Pada saat ini, ribuan tentara Ukraina dikepung sepenuhnya oleh militer Rusia, dan berada dalam posisi yang sangat buruk dan rentan,” kata Trump, dikutip dari Kyiv Independent.

    Saat berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia, Putin mengklaim pada Jumat (14/3/2025) bahwa beberapa pasukan Ukraina berhasil diblokir di wilayah Rusia.

    Menyusul pernyataan Trump, Putin mengatakan bahwa tentara Ukraina harus menyerah di Kursk.

    “Unit-unit telah berkumpul kembali, bergerak ke garis pertahanan yang lebih menguntungkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan di Kursk,” kata Staf Umum Ukraina.

    “Tidak ada ancaman pengepungan terhadap unit-unit kami. Tentara kami memukul mundur serangan musuh dan menimbulkan kerusakan akibat tembakan yang efektif dari semua jenis senjata,” lanjutnya.

    Pada hari yang sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada wartawan bahwa operasi Kursk “telah menyelesaikan tugasnya”.

    Ia mengatakan bahwa Ukraina juga mampu menstabilkan situasi di dekat Pokrovsk.

    Di sisi lain, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev meminta Ukraina untuk segera menyerah dari Kursk.

    Karena, lanjut Medvedev, jika mereka menolak untuk meletakkan senjata, tentara Rusia akan menghancurkan Ukraina di Kursk.

    “Ini adalah pendekatan yang sangat manusiawi dari negara kami, tetapi bagi Nazi Ukraina, ada juga sisi buruknya—jika mereka menolak meletakkan senjata, mereka semua akan dilenyapkan secara sistematis dan tanpa ampun,” katanya, dikutip dari TASS.

    Ia mencatat bahwa beberapa jam mendatang akan menunjukkan apakah rezim Kyiv akan menggunakan kesempatan itu untuk menyelamatkan tentaranya.

    Pada tanggal 13 Maret, Putin mengatakan bahwa Rusia memegang kendali penuh atas situasi di Wilayah Kursk, dan sekelompok tentara Ukraina berada dalam isolasi total.

    Kemudian pada tanggal 12 Maret, ia mengunjungi salah satu pos komando kelompok Kursk milik tentara Rusia.

    Serangan besar-besaran oleh tentara Ukraina di Wilayah Kursk dimulai pada bulan Agustus 2024.

    Menurut Staf Umum tentara Rusia, lebih dari 86 persen wilayah yang diduduki oleh tentara Ukraina telah dibebaskan.

    Penduduk dievakuasi dari Sudzha yang telah dibebaskan.

    Di beberapa bagian perbatasan, tentara Rusia memasuki Wilayah Sumy.

    Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, sejak dimulainya perang di wilayah Kursk, musuh telah kehilangan lebih dari 67.000 tentara.

    (*)

  • Trump: Saya Minta Putin Selamatkan Nyawa Tentara Ukraina yang Terkepung di Kursk – Halaman all

    Trump: Saya Minta Putin Selamatkan Nyawa Tentara Ukraina yang Terkepung di Kursk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyelamatkan nyawa pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk, Rusia barat.

    Mereka terkepung setelah pasukan Rusia melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali wilayahnya yang diduduki Ukraina sejak mereka memasuki Rusia pada Agustus tahun lalu.

    Menurut Institut Studi Perang (ISW), Rusia telah merebut kembali 655 km persegi wilayah Kursk, lebih dari separuh wilayah yang diduduki Ukraina.

    Trump, yang sebelumnya bertekad menengahi perdamaian Rusia-Ukraina, mengatakan ia meminta Putin untuk melindungi pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk.

    Presiden AS mengatakan militer Rusia telah mengepung sepenuhnya ribuan tentara Ukraina di Kursk yang berada dalam posisi yang sangat buruk dan rentan.

    “Saya mendesak Presiden Putin untuk menyelamatkan nyawa mereka,” kata Trump pada Jumat (14/3/2025).

    “Jika tidak, ini akan menjadi pembantaian yang belum pernah disaksikan dunia sejak Perang Dunia II. Tuhan memberkati mereka semua!” lanjutnya.

    Sebelumnya, Trump mengunggah unggahan di media sosial setelah utusannya, Steve Witkoff, yang bertemu dengan Putin di Moskow pada hari Kamis (13/3/2025) malam.

    Trump menggambarkan pertemuan itu sebagai pertemuan yang sangat bagus dan produktif.

    “Ada kemungkinan besar bahwa perang yang mengerikan dan berdarah ini akhirnya akan berakhir,” kata Trump, seperti diberitakan Reuters.

    Presiden AS juga mengisyaratkan usulan gencatan senjata AS yang diterima Ukraina minggu ini sedang dipertimbangkan oleh Rusia.

    Putin: Pasukan Ukraina Sebaiknya Menyerah

    Untuk menanggapi permintaan Trump, Putin mengatakan pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk akan dijamin keamanannya jika mereka menyerahkan diri.

    “Pada saat yang sama, kami memahami seruan Presiden Trump untuk berpedoman pada pertimbangan kemanusiaan terkait para prajurit ini,” kata Putin dalam pidatonya, Jumat.

    “Jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, pasukan Ukraina di wilayah Kursk akan dijamin kehidupan dan perlakuan yang layak,” tambahnya.

    Wakil ketua dewan keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengunggah di media sosial dan mengatakan jika pasukan Ukraina menolak meletakkan senjata, mereka semua akan dihancurkan secara sistematis dan tanpa ampun.

    Namun, militer Ukraina mengatakan tidak ada ancaman pengepungan, dan pasukannya mundur ke posisi yang lebih baik.

    Sehari sebelumnya pada Kamis (13/3/2025), Putin mempertanyakan usulan AS yang menyarankan Rusia dan Ukraina melakukan gencatan senjata selama 30 hari.

    Putin menyoroti pelaksanaan teknis usulan tersebut, termasuk apakah pasukan Ukraina yang berada di Kursk harus dibebaskan setelah mereka melakukan kejahatan terhadap warga sipil.

    “Haruskah kita membebaskan mereka setelah mereka melakukan kejahatan serius terhadap warga sipil?” kata Putin setelah sebelumnya mengatakan tentara musuh yang ditangkap di Kursk akan dianggap teroris, seperti diberitakan RBC.

    Selain itu, Putin juga menolak upaya apapun untuk menempatkan pasukan perjaga perdamaian dari Eropa di Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Sentuh Posisi USD 3.000 – Page 3

    Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Sentuh Posisi USD 3.000 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga emas menembus USD 3.000 per ounce untuk pertama kali pada Jumat, 15 Maret 2025. Lonjakan harga emas terjadi seiring tarif dagang Presiden Amerika Serikat (AS) terhadap mitra dagang utama mengguncang pasar keuangan.

    Hal itu juga mendorong investor ke aset safe haven untuk melindungi dari inflasi tinggi dan kemungkinan resesi.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/3/2025), harga emas berjangka ditutup ke rekor baru di USD 3.001,1 per ounce setelah naik 13,6 persen sepanjang 2025. Pergerakan terbaru terjadi seiring pasar saham Amerika Serikat kehilangan USD 5 triliun dalam tiga minggu karena perang dagang Donald Trump menimbulkan kekacauan, kebingungan dan ketidakpastian.

    Sekitar 52 persen manajer dana global mengatakan kepada Bank of America dalam sebuah survei kalau mereka melihat emas sebagai lindung nilai terbaik dalam perang dagang besar-besaran.

    “Pemerintahan Trump yang mengeluarkan serangkaian ancaman tarif dan penyelarasan kembali hubungan internasional telah menambahkan lapisan baru ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik yang memberikan dorongan signifikan bagie mas,” ujar Senior Commodities Strategist BNP Paribas, David Wilson seperti dikutip dari CNBC.

    Sementara itu, Senior Commodity Strategist TD Securities, Daniel Ghali menuturkan, kenaikan harga emas di atas USD 3.000 merupakan pasar bull market ketiga yang paling signifikan bagi logam mulia dalam sejarah modern.

    “Makroekonomi telah menjadi katalis utama di balik kenaikan harga emas baru-baru ini,” ujar Ghali.

    Bank-bank sentral global juga telah membantu mendorong kenaikan harga emas, menambah cadangan logam mulia sebagai alternatif dolar Amerika Serikat (AS) dan treasury sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Adapun pemerintah masih khawatir AS dapat memakai dolar AS, mata uang cadangan dunia, sebagai senjata setelah aset Rusia dibekukan sebagai tanggapan atas invasi tersebut.

    Di sisi lain, berdasarkan laporan World Gold Council, bank-bank sentral membeli 18 metrik ton emas pada Januari dengan Bank Sentral China melaporkan pembelian bersih dalam tiga bulan berturut-turut. Bank sentral menambambahkan 1.045 metrik ton ke cadangan emas global tahun lalu, menurut laporan dewan yang merupakan tahun ketiga berturut-turut pembeliannya melampaui 1.000 ton.