Tag: Donald Trump

  • Respons Ancaman Tarif 34% dari Trump, China Bikin Harga Mobil Mewah AS Ini Naik 200%

    Respons Ancaman Tarif 34% dari Trump, China Bikin Harga Mobil Mewah AS Ini Naik 200%

    Jakarta

    Pemerintah China mengumumkan akan mengenakan pajak impor tambahan sebesar 34% buat semua barang impor Amerika, termasuk kendaraan. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap kebijakan tarif baru ini yang digagas pemerintahan Donald Trump.

    Diketahui, pekan lalu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif resiprokal ke 180 negara, termasuk China. China mendapatkan tarif tambahan sebesar 34% dari pemerintahan Donald Trump. Pemerintah China di bawah Xi Jinping langsung bereaksi dengan memberlakukan impor tambahan sebesar 34% untuk produk-produk AS.

    Dikutip dari Carnewschina, tindakan balasan ini akan mulai berlaku pada tanggal 10 April dan akan meningkatkan harga mobil sport buatan Amerika seperti Corvette C8 dan Mustang 5.0 secara signifikan.

    Tarif pajak komprehensif untuk Corvette C8 Z06 diperkirakan akan mencapai 200%, sehingga harganya di China menjadi lebih dari 220.000 USD (Rp 3,7 miliar), yang bahkan belum termasuk keuntungan dealer.

    Pajak tersebut sebelumnya telah dinaikkan pada bulan Februari, ketika pemerintah China mengenakan tarif tambahan sebesar 10% untuk semua kendaraan buatan Amerika, dengan mesin lebih dari 2,5 liter. Pajak tambahan tersebut juga berlaku buat model-model mewah Jerman yang diproduksi di AS, termasuk BMW X6, X7, dan Mercedes-Benz GLS Class, di mana model-model itu mencatatkan penjualan terbaik di pasar SUV mewah China.

    Mobil buatan Amerika lainnya yang bakal kena tarif tambahan tersebut adalah Ford F-150. Dipastikan mobil ini akan semakin sulit menemukan peminat di China, sebab mobil ini sudah mengalami tren penurunan penjualan sejak 2023 lalu.

    Di samping karena perang tarif, produk-produk mobil mewah asal AS juga mendapat saingan kuat dari model-model mobil mewah buatan dalam negeri China, seperti model Yangwang U8 dari BYD dan Shanhai Pao dari GWM (juga dikenal sebagai GWM Cannon Alpha di pasar global), yang semakin populer di kalangan konsumen domestik.

    Pajak impor baru sebesar 34% juga akan berdampak signifikan pada bisnis dealer impor mobil di Pelabuhan Tianjin, pusat perdagangan kendaraan mewah impor terbesar di China. Pada 2019, volume kendaraan impor tahunan melalui Tianjin mencapai 150.000 unit. Namun, dengan munculnya merek mewah domestik seperti Yangwang, penjualan menurun tajam, turun menjadi sekitar 39.300 unit pada 2023. Tarif impor baru tidak diragukan lagi akan memberikan pukulan berat lagi bagi pasar mobil mewah impor.

    (lua/rgr)

  • Prabowo Mau Impor LPG dan LNG dari AS Ditambah, Bagaimana Pasokan di RI?

    Prabowo Mau Impor LPG dan LNG dari AS Ditambah, Bagaimana Pasokan di RI?

    Jakarta

    Pemerintah berencana meningkatkan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) dari Amerika Serikat (AS). Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto sebagai respons terhadap tarif AS 32%.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengatakan, pihaknya masih mengupayakan untuk tidak impor LPG dan LNG pada April hingga Mei. Pasalnya, kebutuhan LPG dan LNG periode tersebut telah terpenuhi dari Blok Tangguh, Bontang, dan Donggi Senoro.

    “Saat ini belum. Kita kan belum pernah impor kan. Kita upayakan untuk April-Mei, Alhamdulillah sudah bisa dipenuhi di dalam negeri,” kata Djoko kepada wartawan di Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2025).

    Ia mengatakan, kebutuhan dua komoditas tersebut berasal dari realokasi ekspor. Djoko mengatakan, LPG dan LNG dari ekspor dialihkan ke PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

    Namun begitu, ia tak menampik harga yang cenderung tinggi, yakni 17,5% SCP. Djoko menilai, hal tersebut mau tidak mau mesti diterima mengingat ekspor yang dialihkan untuk bulan Juni 2025.

    “Untuk bulan Juni kita kurangi Gas yang dari Sumatera yang ke Singapura. Nah Singapura kurang, kita maksimalkan gas yang dari Natuna, untuk Juni ya. Teriwulan ke-2 insyaallah aman. Nanti kita lihat teriwulan ke-3, teriwulan ke-4 apakah kita perlu impor atau tidak,” tutupnya.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah Indonesia bakal meningkatkan impor LPG dan LNG dari AS. Airlangga mengatakan langkah ini merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto sebagai respons kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan tarif 32% terhadap Indonesia.

    “Dengan pembicaraan Menteri ESDM juga arahan Pak Presiden kita juga disiapkan untuk membeli LPG dan LNG peningkatan dari Amerika,” kata Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta Selatan, Selasa (8/4).

    Airlangga menambah peningkatan jumlah impor LPG dan LNG dari AS tidak bakal menambah volume impor, hanya mengalihkan impor LPG dan LNG dari negara lain ke AS.

    “Tetapi ini tidak menambah, tetapi realokasi pembelian, switch jadi tidak mengganggu APBN,” katanya.

    (ara/ara)

  • Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    PIKIRAN RAKYAT – Sebanyak 500 orang terkaya di dunia kehilangan sebagian besar kekayaannya dalam waktu singkat akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kembali mengobarkan perang dagang global.

    Donald Trump secara resmi mengumumkan penerapan tarif impor minimal 10 persen terhadap banyak negara, termasuk Indonesia. Dampaknya, nilai pasar berbagai perusahaan besar merosot tajam, dan kekayaan para miliarder dunia menyusut drastis.

    Total Kekayaan Hilang Setara Rp3.463 Triliun

    Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index per 5 April 2025, total kekayaan yang lenyap dalam sehari mencapai 208 miliar dolar AS, yang jika dikonversi dengan kurs Rp16.652 per dolar AS, setara dengan Rp3.463 triliun. Sebagian besar miliarder yang terdampak adalah warga negara Amerika Serikat.

    Elon Musk Paling Terpukul

    Orang paling terdampak dalam daftar ini adalah Elon Musk, pendiri dan CEO Tesla yang saat ini juga menjabat sebagai penasihat dalam pemerintahan Trump. Dalam sehari, Musk kehilangan kekayaan sebesar 19,9 miliar dolar AS (sekitar Rp331,35 triliun).

    Secara total, penurunan kekayaannya sejak awal tahun (year to date/YTD) mencapai 130 miliar dolar AS, sehingga kini kekayaan bersihnya berada di angka USD 302 miliar (sekitar Rp5.028 triliun).

    Daftar Miliarder yang Kehilangan Harta

    Selain Elon Musk, sejumlah nama besar lainnya juga merugi triliunan rupiah:

    Jeff Bezos – Pendiri Amazon kehilangan 7,59 miliar dolar AS (sekitar Rp126,38 triliun), dengan total kekayaan kini 193 miliar dolar AS (Rp3.213 triliun). Mark Zuckerberg – CEO Meta kehilangan 9,44 miliar dolar AS (Rp157,18 triliun), kekayaannya kini 179 miliar dolar AS (Rp2.978 triliun). Bernard Arnault – Konglomerat asal Prancis yang menaungi Louis Vuitton dan Christian Dior kehilangan 5,23 miliar dolar AS (Rp87 triliun), total kekayaannya tersisa 158 miliar dolar AS (Rp2.630 triliun). Bill Gates – Pendiri Microsoft kehilangan 6,45 miliar dolar AS (Rp107,44 triliun), kini memiliki kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2.580 triliun). Warren Buffett – Bos Berkshire Hathaway kehilangan 10,7 miliar dolar AS (Rp178,18 triliun). Namun, tetap mencatat kenaikan YTD sebesar 12,7 miliar dolar AS (Rp214 miliar), dengan total kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2,6 triliun). Larry Ellison – Mantan CEO Oracle kehilangan 10,1 miliar dolar AS (Rp168,18 triliun), kini memiliki kekayaan 150 miliar dolar AS (Rp2.497 triliun). Larry Page – Pendiri Google kehilangan 4,65 miliar dolar AS (Rp77,41 triliun), dengan total kekayaan 134 miliar dolar AS (Rp2.232 triliun). Steve Ballmer – Mantan CEO Microsoft kehilangan 4,36 miliar dolar AS (Rp72,60 triliun), kekayaannya kini 127 miliar dolar AS (Rp2.113 triliun). Sergey Brin – Pendiri Google lainnya kehilangan 4,38 miliar dolar AS (Rp72,93 triliun), dengan total kekayaan 126 miliar dolar AS (Rp2.096 triliun). Wall Street Terguncang, Pasar Saham Anjlok

    Kebijakan Trump memicu kejatuhan besar di pasar saham AS. Dalam dua hari terakhir, ketiga indeks utama mengalami penurunan tajam:

    Dow Jones turun 9,3% S&P 500 turun 10,5% Nasdaq Composite anjlok 11,4% dan resmi memasuki wilayah bear market — tanda penurunan signifikan dan berkelanjutan di pasar saham.

    Penurunan ini menjadi yang terburuk sejak masa puncak kepanikan pandemi COVID-19 dan menjadi salah satu penurunan kekayaan miliarder terbesar dalam 13 tahun terakhir.

    Tarif Resiprokal dan Dampaknya pada Global

    Pemerintahan Trump memberlakukan tarif resiprokal yang tinggi terhadap banyak negara mitra dagang. Indonesia, misalnya, dikenai tarif impor sebesar 32%, sementara Vietnam mencapai 46% dan Thailand 37%.

    Tarif resiprokal adalah kebijakan di mana tarif impor suatu negara disesuaikan dengan tarif yang diberlakukan negara mitranya. Tujuannya, menurut Trump, adalah untuk menciptakan perdagangan yang lebih adil dan menurunkan defisit perdagangan Amerika.

    Akan tetapi, kebijakan ini justru memicu kekhawatiran resesi global dan menciptakan guncangan besar di pasar modal, terutama karena perusahaan-perusahaan besar AS bergantung pada rantai pasok global dan pasar internasional.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Perang Dagang China-AS Kian Panas, Begini Dampaknya ke Dunia

    Perang Dagang China-AS Kian Panas, Begini Dampaknya ke Dunia

    Jakarta

    Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kian memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif impor 104% ke China.

    Melansir dari BBC News, Rabu (9/4/2025), International Monetary Fund (IMF) mencatat AS dan China sama-sama berkontribusi besar dalam ekonomi global, sekitar 43% pada tahun ini.

    Kondisi ketegangan ini disebut bisa memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi masing-masing. Bahkan paling buruk bisa membuat perekonomian ke jurang resesi.

    Hal ini akan merugikan ekonomi negara lain sehingga pertumbuhan ekonomi global jadi melambat.

    Di sisi lain, investasi global kemungkinan besar juga akan mengalami tekanan. Selain itu, ada dampak potensial lainnya, yakni peralihan perdagangan atau trade diversion.

    China merupakan negara manufaktur terbesar di dunia dan memproduksi jauh lebih banyak daripada penggunaan dalam negeri. Negeri Tirai Bambu tersebut sudah mengalami surplus perdagangan hampir US$ 1 triliun. Hal ini berarti negara ini mengekspor lebih banyak daripada mengimpor

    Adapun risikonya apabila barang-barang tidak dapat masuk ke AS, perusahaan-perusahaan China dapat mengalihkan pasarnya ke negara lain. Hal ini dapat merugikan produsen di negara-negara yang menjadi sasarannya bahkan dapat memicu pemutusan hubungan kerja (PHK).

    Dampak limpahan perang dagang habis-habisan antara China dan AS akan terasa secara global. Sebagian besar ekonom menilai bahwa dampaknya akan sangat negatif. Asosiasi Pengusaha Baja asal Inggris, UK Steel telah memperingatkan bahaya kelebihan baja yang berpotensi dialihkan ke pasar Inggris.


    Lihat juga Video: China Sebut Tak Akan Ada Pemenang di Perang Tarif Trump

    (rea/kil)

  • Tarif Trump Bikin Apple Bakal Impor Lebih Banyak iPhone dari India

    Tarif Trump Bikin Apple Bakal Impor Lebih Banyak iPhone dari India

    Jakarta

    Untuk mengurangi dampak dari tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump pada bulan ini, Apple akan mengimpor lebih banyak iPhone ke Amerika Serikat dari India, lapor The Wall Street Journal.

    Tarif 26% untuk barang-barang yang diimpor dari India tidak akan terlalu berdampak pada laba Apple dibandingkan dengan tarif 54% untuk barang-barang dari China, tarif 46% di Vietnam, atau tarif 36% di Thailand.

    Apple tidak berencana untuk membuat perubahan besar pada rantai pasokannya karena situasi tarif yang tidak pasti. Memasok lebih banyak iPhone AS dari India akan mengimbangi biaya tarif di China, dan Apple melihat hal itu sebagai solusi jangka pendek sementara mereka berusaha membujuk Trump untuk memberikan pengecualian pada perangkatnya.

    CEO Apple Tim Cook berhasil membuat perangkat Apple dibebaskan dari tarif selama masa jabatan pertama Trump, tetapi dia kurang beruntung sejauh ini sebagaimana dilansir detikINET dari MacRumors, Rabu (9/4/2025).

    Apple telah bekerja untuk meningkatkan produksi di India selama beberapa tahun terakhir, dan akan membuat 25 juta iPhone di India tahun ini. Dengan mengalihkan iPhone buatan India ke pasar AS, Apple dapat memenuhi sekitar 50% permintaan iPhone AS pada tahun 2025.

    Sementara Trump telah menetapkan tarif pada barang-barang China sebesar 54%, ia mengatakan bahwa ia akan meningkatkannya jika China tidak menghapus tarif resiprokal 34% yang diumumkannya pada hari Jumat lalu.

    Selama akhir pekan, sebuah laporan dari The Wall Street Journal menunjukkan bahwa tarif saat ini untuk barang-barang dari China dapat meningkatkan biaya komponen Apple untuk iPhone secara signifikan. Sebagai contoh, sebuah iPhone 16 Pro yang sekarang berharga USD 580 dari Apple, bisa menjadi seharga USD 850 dengan adanya tarif Trump.

    Trump mendorong perusahaan-perusahaan seperti Apple untuk membuat perangkat mereka di Amerika Serikat, namun hal ini tidak memungkinkan karena akan lebih terjangkau bagi Apple untuk membayar tarif daripada mencoba memindahkan produksi ke negara yang tidak memiliki jumlah pekerja terampil yang tersedia untuk jenis fabrikasi tingkat lanjut yang dibutuhkan Apple.

    Apple pada awal tahun ini mengumumkan rencana untuk membelanjakan USD 500 miliar untuk manufaktur di AS, dengan tujuan untuk membuat server Apple Intelligence dan produk serupa lainnya yang memiliki permintaan lebih rendah.

    Apple dapat menggunakan strategi lain untuk menghadapi tarif tersebut, termasuk menekan pemasok untuk mendapatkan harga yang lebih rendah dan menyerap sebagian biaya, tetapi sangat mungkin Apple akan menaikkan harganya dalam waktu dekat.

    Rencana tarif Trump telah menyebabkan saham-saham turun secara signifikan selama tiga hari terakhir, dengan saham Apple turun hampir 20% sejak Rabu lalu.

    (jsn/fay)

  • Panas Perang Tarif, AS-China Tiba-Tiba ‘Kelahi’ Hebat Lagi soal Ini

    Panas Perang Tarif, AS-China Tiba-Tiba ‘Kelahi’ Hebat Lagi soal Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan masih terus meliputi Amerika Serikat (AS) dan China. Setelah keduanya terlibat perang dagang pascalangkah Presiden AS Donald Trump yang menjatuhkan tarif besar pada Beijing, saat ini keduanya berkonflik terkait Terusan Panama.

    Ketegangan terkait Panama ini awalnya terjadi dari pernyataan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth yang mengatakan pada Selasa (8/4/2025) bahwa Terusan Panama menghadapi ancaman berkelanjutan dari China. Meski begitu, AS dan Panama bersama-sama akan menjaganya tetap aman.

    “Untuk tujuan ini, AS dan Panama telah berbuat lebih banyak dalam beberapa minggu terakhir untuk memperkuat kerja sama pertahanan dan keamanan kita daripada yang telah kita lakukan dalam beberapa dekade,” katanya dalam sebuah kunjungan ke Panama.

    Hegseth menyinggung pelabuhan di kedua ujung kanal yang dikendalikan oleh konsorsium Hong Kong, yang sedang dalam proses menjual saham pengendalinya ke konsorsium lain termasuk BlackRock Inc..

    “Perusahaan-perusahaan yang berbasis di China terus mengendalikan infrastruktur penting di area kanal,” tutur Hegseth.

    “Itu memberi China potensi untuk melakukan kegiatan pengawasan di seluruh Panama. Ini membuat Panama dan ASkurang aman, kurang makmur, dan kurang berdaulat. Dan seperti yang telah ditunjukkan oleh Presiden Donald Trump, situasi itu tidak dapat diterima.”

    Kunjungan tersebut dilakukan di tengah ketegangan atas pernyataan berulang Donald Trump bahwa AS dikenai biaya berlebihan untuk menggunakan Terusan Panama dan bahwa China memiliki pengaruh atas operasinya. Namun tuduhan ini telah secara konsisten dibantah Panama.

    Tak lama setelah pertemuan tersebut, Kedutaan Besar China di Panama mengecam pemerintah AS dalam sebuah pernyataan di X. Mereka mengatakan bahwa AS telah menggunakan pemerasan untuk memajukan kepentingannya sendiri dan bahwa dengan siapa Panama berbisnis merupakan keputusan kedaulatan Panama dan sesuatu yang tidak berhak diintervensi AS.

    “AS telah melakukan kampanye sensasional tentang ‘ancaman teoretis China’ dalam upaya menyabotase kerja sama China-Panama, yang semuanya berakar pada kepentingan geopolitik AS sendiri,” tulis kedutaan tersebut.

    Ketegangan terbaru ini terjadi saat hubungan Washington dan Beijing memanas. Pekan lalu, Presiden Trump menjatuhkan tarif impor resiprokal ke semua negara, dengan China terkena tarif yang tertinggi hingga 54%.

    China pun membalas dengan menjatuhkan tarif 34% atas barang AS. Namun, bukannya bergeming, AS justru kembali menjatuhkan tarif dua kali lipat terhadap China, hingga 104%.

    (tps/tps)

  • IHSG Hari Ini Rabu 9 April 2025 Dibuka Kembali Melemah Dihantam Krisis Eksternal

    IHSG Hari Ini Rabu 9 April 2025 Dibuka Kembali Melemah Dihantam Krisis Eksternal

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu pagi 9 April 2025, menandakan tekanan di pasar modal Indonesia masih belum mereda pasca kejutannya kemarin.

    Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka melemah 17,70 poin atau 0,30 persen ke posisi 5.978,44. Sementara itu, indeks LQ45—yang mencerminkan performa 45 saham unggulan—juga turun tipis 1,00 poin atau 0,15 persen ke posisi 666,77.

    Melanjutkan Tren Pelemahan Sehari Sebelumnya

    Pada penutupan perdagangan Selasa 8 April 2025, IHSG mengalami penurunan tajam sebesar 514 poin atau 7,9 persen ke level 5.996. Saat itu, sebanyak 710 saham melemah, hanya 33 saham yang naik, dan 215 stagnan.

    Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh kurangnya respons konkret pemerintah terhadap kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    “Di dalam negeri, IHSG ditutup melemah cukup dalam. Tanggapan pemerintah terkait pengenaan tarif oleh AS belum memenuhi ekspektasi pasar,” ucap tim analis Pilarmas dalam risetnya.

    Sektor saham yang mengalami penurunan paling tajam adalah bahan baku sebesar 10,55 persen, diikuti oleh sektor finansial dan sektor energi. Saham-saham seperti INCO, MAPI, SMGR, MDKA, dan MBMA mendominasi daftar penurunan LQ45.

    Volume transaksi cukup tinggi, yakni 22,38 miliar lembar saham diperdagangkan dalam 1,42 juta kali transaksi, dengan nilai total Rp20,94 triliun. Meski demikian, kapitalisasi pasar menyusut menjadi Rp10,28 triliun.

    Dinamika Eksternal Masih Bayangi Pasar

    Gejolak pasar saham Indonesia masih dipicu oleh kebijakan tarif tinggi dari pemerintah AS. Pada pekan ini, Trump mengumumkan rencana tarif 50 persen terhadap produk impor Tiongkok dan Indonesia, jika negara-negara tersebut tidak mencabut bea masuk terhadap barang-barang AS.

    “Tiongkok dengan tegas menolak ultimatum Trump yang disebutnya sebagai ‘pemerasan’. Tiongkok menegaskan akan membela kepentingan nasionalnya,” ujar Pilarmas Investindo dalam analisanya.

    Ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia ini memperburuk sentimen global, yang turut menyeret indeks saham di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Pilihan Jalur Negosiasi, Pasar Internasional Menilai Positif

    Pengamat pasar sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menyatakan bahwa langkah pemerintah Indonesia yang memilih jalur negosiasi ketimbang retaliasi dalam menghadapi kebijakan tarif AS menjadi sinyal positif bagi pasar.

    “Rencana pemerintah untuk memilih jalur negosiasi, bukan retaliasi, dinilai positif pasar internasional karena menunjukkan Indonesia tetap terbuka terhadap investasi dan menjaga stabilitas jangka panjang,” ujar Hendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu 9 April 2025.

    Menurutnya, beberapa strategi negosiasi telah disiapkan pemerintah Indonesia, antara lain:

    Relaksasi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi (ICT), Evaluasi larangan terbatas (lartas) untuk barang ekspor/impor AS, Peningkatan impor produk agrikultur dan energi dari AS, termasuk minyak dan gas (migas), Insentif fiskal dan non-fiskal, seperti pengurangan bea masuk, PPh impor, dan PPN impor.

    “Relaksasi aturan TKDN untuk sektor ICT, evaluasi larangan terbatas (lartas), hingga rencana peningkatan impor produk agrikultur dari AS adalah bagian dari strategi negosiasi yang disiapkan pemerintah,” tutur Hendra.

    Diplomasi Jadi Kunci Stabilitas Pasar

    Sementara itu, menurut informasi dari Kementerian Perdagangan, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan paket diplomasi dalam bentuk proposal konkret untuk dibahas bersama U.S. Trade Representative (USTR) di Washington D.C. Salah satu usulannya adalah revitalisasi Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) antara Indonesia dan AS.

    “Saat ini, diplomat Indonesia telah menjalin komunikasi dengan USTR, yang tengah menunggu proposal konkret dari Indonesia,” ujar Hendra.

    Langkah ini dianggap sebagai upaya penting untuk memulihkan kepercayaan investor dan mengembalikan stabilitas pasar saham dalam negeri yang sempat terpuruk dalam dua hari terakhir.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Usaha Rayu Trump, Korsel hingga RI Kompak Beli Gas Alam dari AS

    Usaha Rayu Trump, Korsel hingga RI Kompak Beli Gas Alam dari AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Negara-negara Asia dari Korea Selatan hingga Indonesia bergegas mendaftar untuk membeli gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dari AS.

    Langkah itu diharapkan dapat mengurangi surplus perdagangan dengan Negeri Paman Sam dan mengamankan sedikit keringanan dari tarif “timbal balik” Presiden Donald Trump yang luas.

    Melansir Bloomberg pada Rabu (9/4/2025) Presiden Indonesia Prabowo Subianto, berjanji untuk membeli lebih banyak barang dari Amerika. Dia mengatakan, pembelian yang ditingkatkan itu akan mencakup LNG.

    Sementara itu, Thailand juga mengatakan sedang mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak. Trump sendiri mengatakan dia telah membahas pembelian “skala besar” LNG AS dengan pemimpin sementara Korea Selatan Han Duck-soo.

    Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan semuanya mengatakan mereka sedang mempertimbangkan investasi dalam proyek ekspor LNG senilai $44 miliar yang telah lama tertunda di Alaska yang didukung oleh Trump.

    Serangkaian tarif global yang diberlakukan minggu lalu membuat ekonomi Asia terhuyung-huyung akibat pungutan terburuk. Karena pemerintah berupaya meringankan beban, LNG menjadi pilihan yang wajar, sebagai salah satu dari segelintir ekspor AS yang dapat dengan mudah ditingkatkan oleh negara-negara Asia. AS adalah pemasok pembangkit listrik dan bahan bakar pemanas terbesar di dunia, dengan ekspor yang dijadwalkan akan berlipat ganda pada akhir dekade ini.

    Sementara itu, Asia menjadi rumah bagi pembeli teratas dan permintaan dari negara-negara berkembang dijadwalkan akan tumbuh karena ekonomi berkembang, produksi dalam negeri mandek, dan banyak yang mulai beralih dari batu bara.

    LNG juga biasanya dibeli melalui kontrak jangka panjang yang berlangsung selama beberapa dekade dan dapat bernilai miliaran dolar — angka utama yang cukup besar untuk menarik perhatian Gedung Putih.

    “Ada pembicaraan tentang kesepakatan energi besar di Alaska di mana Jepang, dan mungkin Korea, mungkin Taiwan, akan mengambil banyak keuntungan dan menyediakan pembiayaan untuk kesepakatan tersebut,” kata Menteri Keuangan Scott Bessent.

    Bessent melanjutkan, hal “itu tidak hanya akan menyediakan banyak lapangan pekerjaan bagi Amerika, tetapi juga akan mempersempit defisit perdagangan.

    Menurut orang-orang yang mengetahui masalah ini, importir LNG India telah melobi pemerintah untuk menghapuskan bea masuk sebesar 2,5% atas pengiriman gas AS. Namun, harga tetap menjadi perhatian di sana.

    Gail India Ltd, yang memiliki kontrak jangka panjang untuk mengangkat 5,8 juta ton LNG AS per tahun, saat ini menjual kembali sebagian besar volume ke luar negeri berdasarkan kesepakatan swap karena terlalu mahal untuk dibawa pulang.

    Satu-satunya pengecualian dari pesta pembelian ini adalah China, importir terbesar bahan bakar super dingin tersebut. Beijing telah mengenakan pungutan balasan atas bahan bakar Amerika dan importir China telah menjual kembali pengiriman LNG AS yang dikontrak ke Eropa dan tempat lain di Asia.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, Presiden Prabowo memastikan untuk memilih pendekatan negosiasi dibanding dengan tindakan pembalasan untuk menghadapi kebijakan tarif terbaru AS.

    Oleh karena itu, pemerintah akan meningkatkan impor LPG dan LNG dari Negeri Paman Sam. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan impor dan investasi dari AS ke Indonesia. Dengan begitu, defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia dapat berkurang sehingga diharapkan kebijakan Trump bisa melunak.

    “Dengan pembicaraan dengan menteri ESDM, juga kita arahan presiden, kita bisa membeli LPG dan LNG dari AS,” kata Airlangga.

  • Warga AS Gigit Jari Gara-Gara Tarif Trump, Harga iPhone Terancam Meroket 3 Kali Lipat Sampai Rp59 Juta

    Warga AS Gigit Jari Gara-Gara Tarif Trump, Harga iPhone Terancam Meroket 3 Kali Lipat Sampai Rp59 Juta

    PIKIRAN RAKYAT – Warga Amerika Serikat kini menghadapi kenyataan pahit: harga iPhone bisa meroket hingga tiga kali lipat akibat kebijakan tarif baru dari mantan Presiden Donald Trump.

    Analis memperingatkan, iPhone 16 Pro Max yang sebelumnya dijual seharga 1.599 dolar AS (sekitar Rp25,5 juta) bisa melonjak menjadi 2.300 dolar AS (sekitar Rp36,7 juta), bahkan ada yang memperkirakan bisa mencapai 3.500 dolar AS (sekitar Rp59 juta) jika kenaikan diteruskan sepenuhnya ke konsumen.

    Tarif Trump, Apple, dan Ledakan Harga iPhone

    Kebijakan Tarif Baru: Trump kembali menerapkan tarif besar terhadap impor dari Tiongkok, Vietnam, dan India. Produk dari China — tempat mayoritas iPhone diproduksi — dikenai tarif sebesar 54%, Vietnam 46%, dan India 26%.

    Dampak Langsung ke Harga iPhone:

    iPhone 16 biasa: dari 799 dolar AS (Rp12,7 juta) bisa naik menjadi 1.142 dolar AS (Rp18,2 juta). iPhone 16e: dari 599 dolar AS (Rp9,5 juta) menjadi 856 dolar AS (Rp13,7 juta). iPhone 16 Pro Max 1TB: dari 1.599 dolar AS (Rp25,5 juta) bisa mencapai 2.300 dolar AS (Rp36,7 juta), bahkan diprediksi 3.500 dolar AS (Rp59 juta).

    “Seluruh masalah tarif China ini benar-benar bertentangan dengan ekspektasi kami bahwa ikon Amerika seperti Apple akan mendapatkan perlakuan khusus, seperti sebelumnya,” ujar Barton Crockett, analis dari Rosenblatt Securities.

    Dilema Apple: Serap Biaya atau Bebankan ke Konsumen?

    Apple bisa memilih menyerap sebagian biaya atau membebankannya penuh ke pelanggan. Jika dibebankan sepenuhnya, harga iPhone harus naik 30-43%, menurut Neil Shah dari Counterpoint Research.

    “Matematika cepat kami menunjukkan ini bisa ‘meledakkan’ Apple, berpotensi merugikan hingga 40 miliar dolar AS (Rp674 miliar),” kata Crockett.

    Pelanggan Mulai Berpaling

    Banyak pengguna media sosial mulai menyerukan boikot iPhone. Komentar seperti “Selamat tinggal iPhone, halo Samsung” mulai ramai bermunculan.

    Beberapa menyebut iPhone kini hanya jadi “kemewahan yang tak dibutuhkan.”

    “Pengguna Apple akan mengetahui seperti apa inflasi yang sebenarnya,” tulis seorang pengguna X (dulu Twitter).

    Kondisi Pasar dan Respons Apple Saham Apple anjlok 9,3% pekan lalu, kehilangan 311 miliar dolar AS (Rp5,2 triliun) dalam nilai pasar — hari terburuk sejak Maret 2020. Apple belum memberikan komentar resmi atas kenaikan harga yang diperkirakan ini. Beberapa produksi telah dialihkan ke Vietnam dan India, namun dua negara tersebut juga terdampak tarif.

    “Bahkan jika produksi dipindahkan ke AS, biaya bisa naik 10 kali lipat,” ucap analis TechInsights, Wayne Lam.

    Tarif yang Menyulut Krisis Global Tarif Trump tak hanya menghantam Apple, tapi juga memicu gejolak pasar global. Indeks saham di Eropa dan Asia turun tajam — FTSE 100 Inggris, DAX Jerman, dan CAC 40 Prancis kompak merosot lebih dari 5%.

    Kebijakan tarif “Hari Pembebasan” Donald Trump membawa dampak besar ke Apple dan konsumen. Jika Apple meneruskan biaya tambahan ke pembeli, harga iPhone bisa mencapai rekor tertinggi. Di sisi lain, permintaan yang stagnan dan kritik dari pengguna berpotensi memperburuk posisi raksasa teknologi ini di pasar global.

    “Sulit membayangkan Trump merusak ikon Amerika seperti Apple… Tapi ini terlihat cukup nyata,” ucap Barton Crockett, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Picu Perang Siber, Balasan Negara Terdampak

    Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Picu Perang Siber, Balasan Negara Terdampak

    Bisnis.com, JAKARTA — Tenable, perusahaan keamanan siber asal Kolombia, mengingatkan ancaman serangan siber ke Amerika Serikat (AS) sebagai balasan penerapan tarif timbal balik atau resiprokal yang diterapkan AS kepada sejumlah negara. 

    Co-CEO dan CFO Tenable Steve Vintz mengatakan kebijakan yang diberlakukan Presiden Donald Trump dapat secara tidak sengaja meningkatkan risiko serangan siber karena para musuh berupaya membalas tekanan ekonomi yang meningkat. 

    Steve mengamati bahwa ada korelasi kuat antara sanksi ekonomi, hambatan perdagangan, dan peningkatan ancaman siber, terutama yang menargetkan infrastruktur penting.

    “Di Tenable, kami telah lama mengamati pola yang jelas – ketika terjadi gangguan di pasar keuangan atau ketidakpastian ekonomi, pelaku kejahatan berkembang biak,” kata Steve dikutip, Rabu (9/4/2025)

    Amerika Serikat merupakan salah satu negara dengan serangan siber terbesar di dunia. Pada 2023, Pusat Pengaduan Kejahatan Internet FBI menerima lebih dari 880.418 pengaduan, dengan potensi kerugian lebih dari US$12,5 miliar. Serangan siber yang dulunya dianggap terisolasi, kini menjadi ancaman besar yang mengganggu layanan penting, membahayakan data sensitif, dan mengancam stabilitas sektor-sektor utama, termasuk perawatan kesehatan dan energi di AS. 

    Steve menambahkan operator domestik sistem penting seperti rumah sakit, jaringan transportasi, dan jaringan listrik sering kali mengandalkan pemasok perangkat keras luar negeri. 

    Dengan adanya tarif, mereka mungkin terpaksa beralih ke alternatif lokal, yang secara signifikan meningkatkan biaya operasional. 

    “Gangguan ini dapat menciptakan kerentanan baru, terutama karena pemilik infrastruktur menghadapi proses pengadaan yang tidak lazim dan potensi keterbatasan rantai pasokan,” kata Steve. 

    “Penerapan tarif yang luas baru-baru ini dapat menjadi katalisator bagi perubahan dramatis dalam kebijakan global, yang dapat mengganggu operasi bisnis, meningkatkan ancaman, dan membuat organisasi lebih rentan dan mudah dieksploitasi.

    Efek ke Iklim

    Tidak hanya dunia siber, kebijakan tarif AS juga berpotensi menghambat pendanaan iklim. 

    Menteri Lingkungan Hidup Brasil Marina Silva menyatakan bahwa tarif dagang yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap seluruh mitra dagangnya dapat menghambat upaya pemerintahnya dalam mengamankan pembiayaan untuk mengatasi perubahan iklim.

    “Perang tarif tidak baik untuk siapa pun,” kata Silva dalam konferensi pers pada Kamis (3/4/2025), dikutip dari Bloomberg.

    Silva mengemukakan tarif dagang yang diterapkan Trump membuat negara-negara mulai mengalihkan sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk pendanaan iklim ke tempat lain.

    Brasil akan menjadi tuan rumah Konferensi Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) COP30 tahun ini di kota Belem yang berada di wilayah utara negara tersebut. Brasil dan negara berkembang lainnya turut menargetkan mobilisasi dana sebesar US$1,3 triliun per tahun untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada COP tahun ini.

    Pada konferensi COP29 tahun lalu di Baku, Azerbaijan, negara-negara maju telah sepakat untuk menyediakan setidaknya US$300 miliar.

    “Kami punya kewajiban untuk mendapatkan US$1,3 triliun,” ujar Silva.