Tag: Donald Trump

  • Indonesia agresif perluas pasar ke Kanada, Uni Eropa, hingga Peru

    Indonesia agresif perluas pasar ke Kanada, Uni Eropa, hingga Peru

    Kelima negara tujuan tersebut memainkan peran vital untuk memperluas akses pasar baru bagi Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menyampaikan bahwa Indonesia secara agresif melakukan diversifikasi pasar atau memperluas jangkauan ekspornya ke Kanada, Uni Eropa, Iran, Jepang, dan Peru.

    “Kelima negara tujuan tersebut memainkan peran vital untuk memperluas akses pasar baru bagi Indonesia,” ucap Dyah dalam “Public Forum: Regional Response to Trump 2.0” yang digelar oleh CSIS Indonesia, dipantau dari Jakarta, Kamis.

    Agresivitas tersebut ditandai oleh finalisasi kesepakatan perdagangan bebas oleh Indonesia, yakni Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA); Indonesia-Peru CEPA; Indonesia-EU CEPA; Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA); dan Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (II-PTA).

    Perluasan pasar ke Kanada dilatarbelakangi oleh meningkatnya permintaan terhadap produk yang bersertifikat halal, makanan hasil laut, agrikultur, hingga tekstil.

    Terkait kerja sama perdagangan dengan Peru, Indonesia melihatnya sebagai pintu masuk untuk mengakses pasar Amerika Latin. Di kawasan tersebut, kata Dyah, Indonesia bisa memperluas ekspor di sektor kelapa sawit, karet, farmasi, makanan olahan, tekstil, dan lain-lainnya.

    “Tak kalah penting, juga ada Indonesia-EU CEPA. Ini kerja sama perdagangan yang paling ambisius,” kata Dyah.

    Dengan proyeksi PDB sebesar 18,6 triliun dolar AS, Uni Eropa merupakan salah satu pasar konsumen paling maju di dunia. Melalui kerja sama tersebut, Indonesia ingin memperluas ekspor furnitur, tekstil, teknologi energi terbarukan, dan produk ekonomi hijau.

    Untuk perdagangan di kawasan Asia Pasifik, Indonesia menjalin kemitraan ekonomi dengan Jepang. Ekonomi Jepang, tuturnya, masih bergantung dengan impor bahan baku dan barang setengah jadi.

    “Ini menjadi peluang yang ingin kami eksplor lebih jauh,” ucapnya.

    Kemudian, ihwal kerja sama dengan Iran, Dyah menyampaikan negara tersebut menunjukkan permintaan yang kuat terhadap produk halal asal Indonesia, terlepas dari sanksi yang sedang berlangsung.

    Menurut Dyah, melalui kerja sama dengan Iran, pemerintah ingin memastikan adanya pengurangan hambatan tarif yang menciptakan kemudahan berbisnis di kawasan Timur Tengah.

    “Indonesia-Iran PTA menawarkan akses ke pasar yang kompleks namun menjanjikan,” ucap Dyah.

    Dyah menjelaskan bahwa perluasan pasar tersebut telah lama menjadi strategi Indonesia, bahkan sebelum Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia.

    Diversifikasi pasar tersebut, tutur Dyah, merupakan strategi Indonesia untuk memperluas akses pasar, meningkatkan ketahanan perdagangan, dan menjadi stimulasi untuk penciptaan lapangan kerja.

    “Jadi, bukan merespons tarif dari AS, melainkan sudah direncanakan jauh sebelum isu itu bergulir,” kata Dyah.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

  • Donald Trump: TikTok di AS akan Tetap Dijual – Page 3

    Donald Trump: TikTok di AS akan Tetap Dijual – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Donald Trump memastikan kalau bisnis TikTok di Amerika Serikat tetap akan dijual, beberapa hari setelah mengalami penundaan.

    Menurutnya, kesepakatan untuk memisahkan aset TikTok di AS masih terjadwal.

    Sebelumnya, sehari sebelum larangan TikTok berlaku, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif. Perintah ini memperpanjang tenggat waktu bagi TikTok untuk menemukan pembeli di AS selama 75 hari atau pada 19 Juni mendatang.

    TikTok seharusnya telah dilarang pada 5 April lalu, kecuali kalau platform ini mematuhi perintah pengadilan yang mengharuskan bisnis TikTok di AS didivestasi dari induknya, ByteDance.

    Sejumlah senator AS mengkritik kesepakatan yang diusulkan, namun Presiden Trump melakukan pembelaan terkait hal ini.

    Terbaru sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (10/4/2025), Donald Trump menyebut, pihaknya punya kesepakatan dengan sejumlah pihak banyak uang yang bakal meneruskan kesepakatan jual/beli TikTok di AS.

    “Kami memiliki kesepakatan dengan sejumlah orang baik, sejumlah perusahaan kaya yang akan melakukan pekerjaan hebat dengan kesepakatan itu, tapi kami harus menunggu dan melihat apa yang akan terjadi dengan Tiongkok,” kata Trump.

    Menurutnya, penjualan TikTok sangat mungkin dilakukan. “Sudah ada di atas meja, sangat mungkin (dilaksanakan),” tutur Trump.

  • Bikin Beijing Ngamuk, Trump Masih Yakin China Mau Jual TikTok

    Bikin Beijing Ngamuk, Trump Masih Yakin China Mau Jual TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim potensi kesepakatan penjualan aset TikTok di AS masih terbuka di tengah perang dagang yang makin panas dengan China.

    Platform video pendek TikTok adalah anak usaha ByteDance, perusahaan asal China. Pada awal 2024, Kongres AS didukung oleh Joe Biden menerbitkan undang-undang yang mengharuskan ByteDance menjual kepemilikan mayoritas di TikTok. Jika UU tersebut dilanggar, TikTok akan diblokir di AS. 

    Setelah Trump menjabat presiden menggantikan Biden, ia memperpanjang tenggat penjualan TikTok yang seharusnya jatuh pada akhir Januari.

    Trump juga menyebut beberapa proposal penjualan TikTok ke entitas milik warga AS. Namun, beberapa anggota Kongres AS mengkritik kesepakatan yang disuarakan Trump.

    “Kami sudah punya kesepakatan dengan orang-orang baik, beberapa perusahaan kaya raya bisa melakukannya. Namun, kita masih harus tunggu dan lihat, apa yang terjadi di China,” kata Trump di Gedung Putih. “Masih terbuka, masih sangat mungkin.”

    Tenggat penjualan TikTok diperpanjang untuk kedua kalinya oleh Trump pada Jumat pekan lalu. Jika TikTok belum dijual pada 19 Juni 2025, platform yang punya 170 pengguna di AS tersebut akan diblokir.

    Kesepakatan yang digaungkan Trump adalah mengalihkan TikTok ke perusahaan baru yang berbasis di AS dan dimiliki oleh investor AS. Setelah investor AS masuk, porsi kepemilikan entitas China di TikTok akan menyusut. 

    Mark Warner dan Ed Market, dua senator asal Partai Demokrat yang merupakan oposisi Trump, menyatakan bahwa Trump tak punya dasar hukum untuk memperpanjang tenggat penjualan. Mereka juga menuding kesepakatan yang diusulkan Trump, ilegal.

    Tom Cotton, senator lainnya, memperingatkan bahwa para investor AS yang ingin memiliki TikTok harus memutus segala hubungan mereka dengan China.

    Di sisi lain, pemerintah China diperkirakan tak akan menyetujui kesepakatan penjualan TikTok. Narasumber Reuters yang dekat dengan investor ByteDance, menyatakan Gedung Putih dan Beijing harus menyelesaikan sengketa tarif dulu.

    (dem/dem)

  • Rupiah menguat seiring meredanya ekspektasi resesi AS

    Rupiah menguat seiring meredanya ekspektasi resesi AS

    Pasar mengurangi beberapa ekspektasi untuk resesi AS.

    Jakarta (ANTARA) – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi ekspektasi resesi Amerika Serikat (AS) mereda.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Kamis ini di Jakarta, menguat sebesar 50 poin atau 0,29 persen menjadi Rp16.823 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.873 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat ke level Rp16.779 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.943 per dolar AS.

    “Pasar mengurangi beberapa ekspektasi untuk resesi AS. Namun, prospek ekonomi jangka pendek tetap tidak pasti, dengan risalah rapat Federal Reserve bulan Maret menunjukkan para pembuat kebijakan gelisah atas inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

    Kekhawatiran terhadap resesi AS yang mereda dipengaruhi pengumuman Presiden AS Donald Trump terkait 75 negara lain akan diberikan penangguhan pemberlakuan kebijakan tarif selama 90 hari dari tenggat waktu Rabu (9/4). Sebelumnya, mereka dijadwalkan akan dikenakan tarif lebih tinggi dari batas dasar 10 persen–bahkan dalam beberapa kasus, tarifnya bisa jauh lebih tinggi.

    Trump mengatakan penangguhan itu diberikan, karena negara-negara tersebut telah menghubungi mitra mereka di AS untuk mencari solusi terkait isu-isu perdagangan, hambatan dagang, tarif, manipulasi mata uang, dan tarif non-moneter.

    Presiden AS juga menambahkan bahwa negara-negara tersebut tidak melakukan tindakan balasan terhadap AS “dalam bentuk apa pun.”

    “Sementara kekhawatiran akan resesi mereda setelah Trump mengumumkan perpanjangan 90 hari untuk memberlakukan putaran tarif timbal balik terbarunya, pasar masih tetap waspada terhadap agenda kebijakannya, terutama mengingat perubahan sikapnya baru-baru ini terkait tarif. Perang dagang yang meningkat dengan Tiongkok, juga menghadirkan hambatan ekonomi yang berkelanjutan bagi AS, mengingat negara tersebut masih menjadi mitra dagang utama,” ujar Ibrahim.

    Perang dagang memanas pasca Trump menaikkan tarif impor terhadap produk-produk asal Negeri Tirai Bambu menjadi 125 persen, seiring China mengenakan tarif sebesar 84 persen terhadap barang-barang dari AS.

    “Baik Washington maupun Beijing tidak menunjukkan niat untuk meredakan ketegangan, dengan pejabat Tiongkok bersumpah untuk berjuang sampai akhir,” kata dia.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Trump Tunda Kebijakan Tarif untuk Indonesia dan Puluhan Negara

    Trump Tunda Kebijakan Tarif untuk Indonesia dan Puluhan Negara

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menangguhkan kenaikan tarif resiprokal selama 90 hari untuk puluhan negara, termasuk Indonesia. Penundaan ini tidak berlaku untuk China yang mereka anggap menantang kebijakan AS.

    Merujuk data yang dikeluarkan Gedung Putih, Rabu (09/04), persentase tarif timbal balik untuk seluruh negara diturunkan ke angka 10%, terhitung per 5 April lalu.

    Bersamaan dengan pemberlakuan persentase terbaru ini selama 90 hari ke depan, AS akan bernegosiasi dengan berbagai negara.

    Penundaan dan penurunan tarif sementara ke angka 10% ini tak berlaku untuk China. Trump justru menaikkan tarif resiprokal untuk China dari 34% ke 125%.

    Alasannya, klaim otoritas Gedung Putih, adalah sikap “tidak hormat” pemerintah China yang membalas kebijakan Trump dengan menaikkan tarif hingga 84% pada komoditas AS yang masuk ke Tiongkok.

    Penurunan tarif ke angka 10% juga tidak berlaku untuk negara-negara yang dianggap Trump sebagai “penentang terburuk”. Trump menuduh negara-negara ini menjalankan praktik perdagangan yang tidak adil dengan AS.

    Negara yang masuk kategori itu antara lain 27 negara anggota Uni Eropa, Vietnam, dan Afrika Selatan. Tarif resiprokal yang diterapkan Trump kepada negara kategori ini berkisar antara 11% hingga lebih dari 100%.

    Merujuk penangguhan kebijakan tarif resiprokal, seorang narasumber berkata kepada BBC bahwa “sikap tenang dapat membuahkan hasil”.

    BBC

    BBC News Indonesia .

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Saat mengumumkan rencana terbarunya di platform media sosial Truth Social, Trump menyebut penangguhan tarif selama 90 hari hanya berlaku bagi negara-negara yang tidak membalas kebijakannya.

    Di sisi lain, kata Trump, tarif tambahan untuk China akan segera dia terapkan.

    “Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari di mana mereka mengelabui AS dan negara-negara lain tidak dapat lagi dilakukan atau diterima begitu saja,” tulis Trump.

    Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, membuat klaim bahwa perubahan kebijakan tarif tidak dipengaruhi oleh kejatuhan pasar global. Namun politikus senior Partai Demokrat, Chuck Schumer, menyebut penangguhan tarif baru memperlihatkan posisi Trump yang “terhuyung-huyung”.

    Baca juga:

    Gejolak pasar saham terjadi pekan lalu tak lama setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal baliknya.

    Aksi jual saham yang masif memicu kerugian triliunan dolar di seluruh dunia. Di AS, muncul pula kekhawatiran tentang kenaikan harga berbagai komoditas dan potensi terjadinya resesi.

    Rabu kemarin, sebelum Gedung Putih mempublikasikan keputusan menunda kebijakan tarif resiprokal, suku bunga utang AS melonjak menjadi 4,5%, yang tertinggi sejak Februari 2025.

    Ketika penangguhan diumumkan, berbagai saham di AS meroket. S&P 500 melonjak 7% dalam perdagangan Rabu sore sebelum naik ke 9,5% ketika perdagangan ditutup. Sementara itu Dow Jones juga melonjak ke angka 7,8%.

    Potret Presiden AS Donald Trump saat mengumumkan penundaan kenaikan tarif resiprokal, Rabu (09/04). (AFP)

    Berbicara di luar Gedung Putih, Rabu kemarin, Trump berkata bahwa dia harus mengubah kebijakan tarif resiprokal karena “banyak orang menjadi bergairah”.

    “Saya melakukan jeda 90 hari untuk orang-orang yang tidak membalas karena saya memberi tahu mereka ‘jika Anda membalas, kami akan menggandakannya’,” kata Trump.

    “Dan itulah yang saya lakukan terhadap China,” ujarnya.

    Trump berkata, “semuanya akan berjalan dengan luar biasa.”

    Presiden China Xi Jinping, menurut Trump, pada suatu titik “ingin mencapai kesepakatan dengan AS”.

    Kebuntuan diplomasi kini terjadi antara China dan AS, dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Situasi itu muncul ketika Trump mengumumkan tarif resiprokal baru pekan lalu.

    Pada awal kebijakan Trump itu, komoditas China yang masuk ke AS bakal dikenai tarif sebesar 34%. Angka itu lebih besar dari pungutan yang telah ditetapkan Trump pada awal 2025, yakni 20%.

    Ketika dikenai tarif 34%, Presiden Xi Jinping membalas dengan menetapkan tarif sebesar 34% atas terhadap komoditas AS yang masuk ke China.

    Trump lalu mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% kepada China, jika balasan itu tidak dibatalkan.

    Namun China tidak bergeming dan menyatakan akan “berjuang sampai akhir” jika AS “bersikeras memprovokasi perang tarif atau perang dagang”.

    Sebuah grafiti di London, Inggris, pada 9 April lalu. (Getty Images)

    Hanya beberapa jam setelah tarif 104% diberlakukan Trump, China juga menaikkan tarif resiprokal terhadap AS, dari 34% menjadi 84%, terhitung per 10 April ini.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa AS “terus mengenakan tarif pada negaranya dengan cara yang kasar”.

    Lin berkata, China menentang “praktik intimidasi” itu dan meminta AS menunjukkan “sikap yang setara, saling menghormati, dan timbal balik” jika berharap dapat menyelesaikan masalah melalui negosiasi.

    Hubungan yang memburuk antara kedua negara itu dapat menyebabkan perdagangan barang di antara mereka turun hingga 80% atau setara dengan Rp7.815 triliun, menurut perkiraan Organisasi Perdagangan Dunia.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kisah Apple Produksi Mac di Amerika, Gagalnya Karena Sekrup

    Kisah Apple Produksi Mac di Amerika, Gagalnya Karena Sekrup

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menginginkan Apple memproduksi iPhone di negara asalnya itu, namun banyak yang memperkirakan hal itu tak mungkin terjadi.

    Sebenarnya sudah ada contoh kasus yang menunjukkan kalau memindahkan proses produksi dari negara di Asia, seperti China dan Vietnam, adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Yaitu pada tahun 2012, saat Apple mulai memproduksi Mac Pro dengan bentuk ikonik mirip tong sampah.

    Mac Pro itu adalah produk Apple pertama yang diproduksi di Amerika Serikat. Rencananya ambisius, namun pada praktiknya, proses produksinya tak mulus dan bahkan sempat tertunda cukup lama karena masalah yang sederhana, yaitu rantai pasokan komponen yang tak lancar.

    Produksi Mac Pro itu terganjal pasokan sekrup yang tak bisa memenuhi kebutuhan. Dilansir New York Times, produksi Mac Pro itu terganjal pada pasokan sekrup dari perusahaan kecil yang hanya bisa memasok 1000 sekrup setiap harinya.

    Ya, ini adalah perusahaan yang benar-benar kecil dengan jumlah pegawai hanya 20 orang. Mac Pro butuh sekrup khusus karena memang desainnya yang tak lazim. Apple kesulitan mencari perusahaan di Amerika yang bisa memasok sekrup dengan jumlah sesuai kebutuhan mereka.

    Akhirnya Apple memesan sekrup itu dari China sembari tetap mencari pemasok baru di Amerika. Akhirnya mereka menemukan perusahaan bernama Caldwell Manufacturing of Lockhart yang bisa memasok 28 ribu sekrup setiap hari.

    Prosesnya pun tak mudah. Caldwell, yang sebelumnya sudah mampu memproduksi sekrup dengan kapasitas besar, tetap harus mengganti mesin cetak baru yang lebih presisi. Padahal sekrup yang dibeli dari China punya kualitas yang sama (atau malah lebih baik) dengan harga lebih murah.

    “Sangat sulit untuk berinvestasi di tingkat (Apple) itu di Amerika, karena hal seperti itu bisa dibeli dengan sangat murah dari luar negeri,” kata Stephen Melo, pemilik dan presiden Caldwell.

    Sekalipun sudah mengganti mesin dengan versi yang paling baru, sekrup yang diproduksi Caldwell itu tak sepenuhnya sesuai dengan yang diinginkan Apple. Bahkan Caldwell pun kelimpungan dalam mengirimkan pasokan sekrup itu, sampai-sampai Melo pun harus turun tangan ikut mengirimkan sekrup itu menggunakan sedan Lexus-nya.

    Salah seorang mantan manajer di Apple menyebut tim yang bekerja di Flextronic — mitra Apple untuk merakit Mac Pro — itu sangat kecil, jauh lebih kecil dibanding tim yang menggarap produk Apple di China.

    Tim yang terlalu kecil itu kemudian kelimpungan untuk mengerjakan tugas-tugas yang terlalu banyak. Diasumsikan tim ini terpaksa berukuran kecil karena gaji pekerja di Amerika yang jauh lebih tinggi dibanding gaji pekerja di China.

    Masalah lainnya adalah produksi di Amerika itu tak bisa dilakukan sepanjang hari atau 24 jam penuh. Ini berbeda dengan di China, di mana para buruh pabriknya bisa tersedia setiap saat, termasuk saat perlu lembur untuk memenuhi target produksi.

    (asj/asj)

  • Pertemuan Prabowo dan Megawati Diduga Hasilkan Kesepakatan Politik yang Signifikan

    Pertemuan Prabowo dan Megawati Diduga Hasilkan Kesepakatan Politik yang Signifikan

    Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri menghasilkan suatu kesepakatan alias dealpolitik yang signifikan.

    Meski demian, Hensa, sapaan akrabnya, melihat pertemuan yang berlangsung selama 1,5 jam di kediaman Megawati, Teuku Umar, Jakarta Pusat itu merupakan langkah positif bagi pemerintahan ke depan. 

    “Deal. Pasti deal. Dealnya apa? Kita tidak usah tahu kok, tidak usah kita pikirin. Tapi yang jelas, ini bagus buat pemerintahan,” tuturnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Kamis (10/4/2025).

    Adapun, secara pribadi Hensa beranggapan salah satu hasil dari pertemuan tersebut adalah kemungkinan masuknya kader PDIP dalam kabinet Prabowo dan juga kehadiran Prabowo dalam Kongres PDIP mendatang.

    Dia menduga kesepakatan antara Prabowo dan Megawati tersebut memerlukan waktu yang lama dan matang, karena salah satu isu krusialnya adalah dinamika hubungan antara Megawati dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

    “Kelihatannya deal-nya agak lama dipikirkan, terutama soal hubungan Ibu Mega dan Pak Jokowi. Mungkin Ibu Mega bilang, ‘Pak Prabowo, urusan saya dengan Pak Jokowi itu urusan saya,’ dan Pak Prabowo setuju. Soal berapa menteri PDIP yang masuk kabinet atau jabatan lain, kita lihat nanti,” duganya.

    Maka demikan, Direktur Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) ini memprediksi akan ada pertemuan lanjutan, termasuk keterlibatan Jokowi dalam dinamika ini.

    “Saya yakin Pak Jokowi sudah tahu. Buktinya, dia mengomentari bahwa ini bagus. Selamat buat Prabowo, Mega, dan semoga selamat juga buat Pak Jokowi, dan tentu saja selamat buat Dasco yang berhasil menginisiasi pertemuan ini. Apakah baik? Menurut saya baik. Apakah perlu dikritisi? Tetap harus dikritisi,” tegasnya.

    Isi Obrolan Prabowo dan Megawati

    Sementara itu, Sekretaris Jenderal atau Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menuturkan Megawati banyak berbicara tentang pengalamannya saat menjadi Presiden RI ke-5, terutama ketika menghadapi situasi yang tak mudah dalam pemulihan ekonomi nasional.

    “Karena Pak Prabowo juga bicara tentang berbagai macam problem dan tantangan global yang sekarang ini mengemuka, utamanya akibat dari kebijakan Presiden Donald Trump berkaitan dengan pengenaan tarif yang digunakan untuk produk-produk Indonesia terhadap ekspor di Amerika dan banyak negara-negara yang juga terkena,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2025).

    Sebab itu, kata Muzani, Megawati menyampaikan pengalamannya dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional yang pada saat masanya juga tidak mudah. Prabowo, imbuhnya, sangat memperhatikan berbagai pandangan dan pengalaman yang pernah dilakukan oleh Megawati dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional.

    “Itulah beberapa hal yang dibicarakan oleh kedua pemimpin di dalam pertemuan hampir satu setengah jam yang saya dapatkan dari penjelasan Pak Prabowo,” tukasnya.

  • Trump Pastikan Proses Divestasi TikTok Masih Terus Berjalan

    Trump Pastikan Proses Divestasi TikTok Masih Terus Berjalan

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa kesepakatan potensial untuk memisahkan operasi TikTok di Amerika Serikat dari perusahaan induknya Bytedance masih berproses.

    Melansir dari Reuters, Jumat (10/4/2025) Trump mengatakan bahwa negosiasi masih berlangsung meskipun batas waktu divestasi semakin dekat dan keterlibatan pihak-pihak berkepentingan dari AS terus berjalan.

    “Kami memiliki kesepakatan dengan beberapa orang yang sangat baik, beberapa perusahaan yang sangat kaya yang akan melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi kami harus menunggu dan melihat apa yang akan terjadi dengan China,” kata Trump.

    Pernyataan ini muncul setelah Trump memperpanjang tenggat waktu bagi ByteDance untuk menjual aset TikTok di AS hingga 19 Juni 2025.

    Jika tidak ada kesepakatan tercapai hingga tanggal tersebut, aplikasi video pendek yang digunakan oleh sekitar 170 juta orang Amerika itu menghadapi kemungkinan larangan total.

    Kesepakatan yang sedang dinegosiasikan dikabarkan akan memisahkan operasional TikTok di AS ke dalam entitas baru yang berbasis di Amerika dan dimiliki mayoritas oleh investor AS. 

    Namun, rincian kesepakatan dan struktur kepemilikannya masih menjadi topik sensitif, terutama terkait dengan keterlibatan China.

    Sejumlah Senator AS, termasuk dari Partai Demokrat, menyuarakan keprihatinan. Senator Mark Warner dan Ed Markey mempertanyakan dasar hukum bagi Trump untuk memperpanjang tenggat waktu.

    Sementara, Ketua Komite Intelijen Senat Tom Cotton memperingatkan calon investor AS untuk benar-benar memutuskan hubungan dengan China. 

    “Bagi warga Amerika mana pun yang ingin berinvestasi dalam kesepakatan TikTok yang setengah-setengah, Kongres tidak akan pernah melindungi Anda dari berbisnis dengan China Komunis,” ujar Cotton.

    Sementara itu, TikTok belum memberikan komentar resmi mengenai perkembangan terbaru ini.

    Sumber yang dekat dengan para investor AS dalam ByteDance menyebutkan bahwa diskusi mengenai kesepakatan terus berlangsung, namun masih tergantung pada penyelesaian sengketa tarif antara AS dan China.

    Menurut undang-undang yang berlaku, TikTok harus menghentikan operasinya di AS paling lambat 19 Januari, kecuali ByteDance menyelesaikan divestasi. 

    Namun, pada bulan Januari, Departemen Kehakiman AS telah menginformasikan kepada Apple dan Google bahwa mereka tidak akan menegakkan larangan tersebut, memungkinkan TikTok kembali tersedia untuk diunduh.

  • China Buka Pintu Negosiasi Tarif Bareng AS, Ini Syaratnya – Page 3

    China Buka Pintu Negosiasi Tarif Bareng AS, Ini Syaratnya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – China melalui Kantor Informasi Dewan Negara merilis sebuah buku putih yang berjudul ‘Posisi China tentang beberapa isu yang berkaitan dengan hubungan ekonomi dan perdagangan China-Amerika Serikat (AS)’.

    Dilihat Liputan6.com, buku putih ini dirilis pada Rabu, 9 April 2025. Dalam buku putih ini disebut bahwa China dan AS telah menjalin hubungan diplomatik selama 46 tahun.

    Hubungan perdagangan dan ekonomi bilateral antara China-AS selama ini disebut telah berkembang dengan stabil.

    “Volume perdagangan antara kedua negara melonjak kurang dari US$2,5 miliar pada 1979 menjadi hampir US$688,3 miliar pada 2024,” demikian informasi dalam buku putih tersebut, dikutip Kamis (10/4/2025). 

    Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, China menilai unilateralisme dan proteksionisme di AS meningkat secara signifikan. Hal ini telah menghambat jalannya kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara. 

    “Sejak dimulainya gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS pada 2018, pihak AS telah mengenakan tarif pada ekspor China senilai lebih dari US$500 miliar,” katanya. 

    Menanggapi perang tarif yang terjadi dengan AS belakangan ini, China dalam buku putih ini juga menyampaikan posisinya. China mengaku selalu konsisten dengan keterbukaan untuk berunding terkait tarif dengan AS, namun dengan syarat, dialog mesti dilakukan dengan saling menghormati satu sama salin. 

    “Sepanjang sengketa perdagangan ini, posisi China tetap konsisten, perselisihan harus diselesaikan melalui dialog berdasarkan kesetaraan dan manfaat bersama,” demikian keterangan dalam buku putih. 

    Dalam buku putih itu China menilai, langkah AS yang terus-menerus menaikkan tarif terhadap barang-barang China sebagai upaya menekan bisnis China. Oleh sebab itu, China mendesak AS untuk memperbaiki sikapnya dan membatalkan semua tarif unilateralis serta menghentikan pemaksaan ekonomi. 

     

    China kembali bersumpah untuk “berjuang sampai akhir” melawan tarif Donald Trump pada hari Rabu, dengan alasan bahwa perdagangan antara kedua negara dalam keadaan seimbang karena pajak 104% atas ekspor negara itu ke AS mulai berlaku.

  • Kian Panas, China Keluarkan Travel Warning ke AS

    Kian Panas, China Keluarkan Travel Warning ke AS

    Jakarta

    Pemerintah China mengeluarkan travel warning atau peringatan perjalanan baru untuk Amerika Serikat pada hari Rabu (9/4) waktu setempat. Ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara yang dipicu oleh tarif global yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.

    Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China menyebut adanya “kemerosotan hubungan ekonomi dan perdagangan dan situasi keamanan” dengan AS dalam peringatan risikonya, yang dikeluarkan pada hari yang sama ketika Washington dan Beijing saling mengenakan tarif balasan.

    “Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menghimbau wisatawan China untuk menilai sepenuhnya risiko bepergian ke Amerika Serikat, dan bepergian dengan hati-hati,” demikian bunyi pemberitahuan di situs web kementerian tersebut, dilansir Politico, Kamis (10/4/2025).

    Trump secara mendadak menangguhkan tarifnya kepada sebagian besar negara dalam rentang 90 hari. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Cina, yang justru ditambah Trump menjadi 125%. Hal itu merespons Beijing yang membalas menaikkan tarif impor AS menjadi 84%.

    Sementara, Uni Eropa telah menyetujui untuk melanjutkan tarif balasan terhadap AS, sebagai respons atas pungutan impor baja dan aluminium. Hanya saja, Brussels belum menanggapi pengumuman Trump terbaru soal pemberlakuan tarif 20% untuk semua impor dari Uni Eropa.

    “Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari menipu AS, dan negara-negara lain, tidak lagi berkelanjutan atau dapat diterima,” tulis Trump di media sosial miliknya, Truth Social pada Rabu (9/4).

    Dilansir DW, Kamis (10/4/2025), pemerintah China mengajukan keluhan baru secara resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organisation (WTO) pada Rabu (9/4).

    “Situasi ini telah meningkat secara berbahaya… Sebagai salah satu anggota yang terkena dampak, China menyatakan keprihatinan besar dan menentang tegas langkah yang sembrono ini,” kata perwakilan China untuk WTO dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

    Beijing menuduh AS telah melanggar aturan WTO dan mengatakan bahwa hal itu merusak sistem perdagangan multilateral. China meminta WTO untuk mempelajari dampak tarif terhadap perdagangan global dan melaporkan temuannya kepada negara anggota.

    “Tarif resiprokal bukanlah, dan tidak akan pernah menjadi obat untuk ketidakseimbangan perdagangan. Justru, mereka akan jadi bumerang, merugikan AS sendiri,” demikian isi peringatan Beijing.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini