Tag: Donald Trump

  • Perang Dagang dan Prospek Industri Perhotelan Indonesia

    Perang Dagang dan Prospek Industri Perhotelan Indonesia

    loading…

    Ari Respati, Dirut Injourney Tourism Development Corporation. Foto/Dok.Pribadi

    Ari Respati
    Dirut Injourney Tourism Development Corporation

    KEBIJAKAN perang dagang Presiden Donald Trump memberikan dampak signifikan terhadap industri perjalanan wisata global, termasuk sektor pariwisata Indonesia. Pengenaan tarif impor yang tinggi terhadap sejumlah produk dari berbagai negara memicu ketegangan perdagangan internasional dan berdampak pada perlambatan ekonomi global.

    Akibatnya, daya beli masyarakat di beberapa negara mitra dagang utama Amerika Serikat menurun, yang turut mempengaruhi alokasi pengeluaran untuk aktivitas konsumtif, termasuk perjalanan wisata.

    Negara-negara dengan ketergantungan tinggi terhadap ekspor juga mengalami tekanan ekonomi, yang berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan mancanegara ke destinasi seperti Indonesia.

    Di tengah tantangan ini, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyatakan bahwa sektor pariwisata tetap menjadi motor ekonomi karena merupakan bentuk ekspor jasa yang tidak terdampak tarif perdagangan. Namun, kendati optimisme ini penting, sektor perhotelan nasional tetap menghadapi berbagai tantangan tambahan.

    Bahkan harus diakui, kendala yang dihadapi tak hanya datang dari kebijakan Presiden Trump. Sebelumnya, Industri pariwisata Indonesia menghadapi tantangan signifikan berupa kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%, yang meningkatkan biaya operasional hotel dan berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.

    Selain itu, pemotongan anggaran belanja pemerintah yang berdampak pada pengurangan anggaran perjalanan dinas pemerintah sebesar 50% menyebabkan berkurangnya pemesanan kamar hotel dari sektor pemerintahan, yang sebelumnya merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi banyak hotel.

    Penurunan daya beli masyarakat juga berkontribusi pada rendahnya tingkat okupansi hotel selama periode libur. Pada libur Lebaran 2025, misalnya, rata-rata okupansi hotel menurun hingga 15%

    Untungnya, di tengah kekhawatiran, sektor pariwisata Indonesia tetap menunjukkan potensi pertumbuhan. Daya tarik destinasi lokal diduga masih bisa menggenjot kunjungan wisatawan mancanegara hingga 15% pada 2025. Bahkan, pelemahan rupiah justru membuat Indonesia lebih menarik bagi wisatawan dengan mata uang kuat.

    Kalau industri pariwisata masih bisa bernafas, maka industri perhotelan Indonesia juga masih memiliki peluang untuk menyala di masa gelap. Ada sejumlah langkah strategis yang dapat dilakukan. Syaratnya, perlu langkah besar kolaborasi antara seluruh pelaku pariwisata dengan pemerintah daerah.

  • Kementerian ESDM serahkan kontrak impor LPG ke badan usaha

    Kementerian ESDM serahkan kontrak impor LPG ke badan usaha

    Urusan komersialnya nanti kan ada di badan usaha. Kami selalu menghormati, baik sebagai badan usaha maupun sebagai negara

    Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyerahkan persoalan kontrak impor LPG ke badan usaha, terkait rencana peningkatan volume impor LPG dari Amerika Serikat.

    “Urusan komersialnya nanti kan ada di badan usaha. Kami selalu menghormati, baik sebagai badan usaha maupun sebagai negara,” ucap Dadan ketika ditemui setelah penutupan Posko Nasional Lebaran 2025 di BPH Migas Jakarta, Jumat.

    Dadan menyampaikan bahwa saat ini Indonesia sedang menjajaki rencana tersebut dengan Amerika Serikat. Hal tersebut meliputi pembahasan kontrak antara badan usaha untuk LPG.

    Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan tidak ada penambahan kuota impor secara keseluruhan. Yang ada, lanjut dia, adalah alih impor dari negara lain ke Amerika Serikat.

    “Tidak nambah yang kuota ke masyarakatnya,” kata Dadan.

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pemerintah sedang menghitung kemungkinan meningkatkan impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat.

    Rencana untuk menggenjot impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat bertujuan untuk menyetarakan neraca perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

    Bahlil menyampaikan bahwa Neraca Perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat surplus 14–15 miliar dolar AS atau sekitar Rp237,06 triliun–Rp253,99 triliun (kurs Rp16.933 per dolar AS).

    Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, maka Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Bahlil untuk melihat potensi apa saja yang bisa dibeli dari Amerika Serikat.

    Langkah ini merupakan salah satu bentuk negosiasi yang akan ditawarkan ke Amerika Serikat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia sebesar 32 persen.

    Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025 mengumumkan kebijakan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia.

    Indonesia terkena tarif resiprokal 32 persen, sementara negara-negara ASEAN lainnya, Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Malaysia 24 persen, Kamboja 49 persen, Thailand 36 persen dan Vietnam 46 persen.

    Akan tetapi, pada Rabu (9/4/2025) sore waktu AS, Trump telah mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk kepada China sebesar 125 persen.

    Negara yang rencananya dikenakan tarif resiprokal lebih tinggi hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen, yang mana untuk baja, aluminium dan mobil akan sama.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • China Serang Balik dengan Terapkan Tarif 125 Persen terhadap Barang-Barang AS, Berlaku 12 April – Halaman all

    China Serang Balik dengan Terapkan Tarif 125 Persen terhadap Barang-Barang AS, Berlaku 12 April – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – China membalas kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, dengan menaikkan bea masuk terhadap barang-barang asal AS, dari sebelumnya 84 persen menjadi 125 persen.

    “Bahkan jika AS terus menaikkan tarif, hal tersebut tidak lagi masuk akal secara ekonomi dan akan menjadi lelucon dalam sejarah ekonomi dunia,” ujar Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China dalam sebuah pernyataan, Jumat (11/4/2025) dikutip CNBC.com.

    “Dengan tarif setinggi ini, tidak ada lagi pasar bagi barang-barang AS di China.”

    “Jika pemerintah AS terus meningkatkan tarif terhadap China, Beijing akan mengabaikannya,” lanjut pernyataan tersebut.

    Tarif 125 persen ini akan berlaku mulai 12 April 2025.

    Sebelumnya, pada Kamis, Pemerintahan Trump mengonfirmasi bahwa tarif bea masuk atas impor dari China kini secara efektif 145 persen.

    “Disayangkan bahwa China menolak untuk datang dan bernegosiasi, karena mereka adalah pelanggar terburuk dalam sistem perdagangan internasional,” kata Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, kepada Fox Business, Rabu lalu, setelah China menaikkan tarifnya menjadi 84%.

    “Mereka memiliki ekonomi paling tidak seimbang dalam sejarah dunia modern, dan saya bisa katakan bahwa eskalasi ini justru merugikan mereka,” ujar Bessent.

    Meski ekspor China ke AS hanya menyumbang sekitar 3 persen total PDB China, dampaknya terhadap lapangan kerja tetap signifikan, menurut analisis dari perusahaan perbankan investasi, Goldman Sachs.

    Diperkirakan, sekitar 10 hingga 20 juta pekerja di China terlibat dalam industri ekspor ke AS.

    Apa Itu Tarif dan Siapa yang Menanggungnya?

    Tarif adalah pajak atau bea masuk yang dikenakan terhadap barang impor. 

    Tarif dibayarkan oleh perusahaan dalam negeri yang mengimpor barang dari luar negeri (importir), bukan oleh negara asal barang tersebut.

    Salah satu tujuan dari penerapan tarif adalah untuk menaikkan harga barang impor, sehingga konsumen terdorong untuk memilih produk dalam negeri.

    Dengan demikian, jika AS mengenakan tarif 145% terhadap barang-barang dari China, maka perusahaan-perusahaan AS yang mengimpor produk-produk tersebutlah yang harus membayar tarif kepada Departemen Keuangan AS.

    Sebaliknya, jika China memberlakukan tarif 125% atas barang-barang dari AS, maka perusahaan-perusahaan China-lah yang akan menanggung bea tersebut saat mengimpor barang dari Amerika.

    Namun, tarif tersebut sering kali dibebankan kepada konsumen, karena importir biasanya akan menaikkan harga barang untuk menutupi biaya tarif tersebut.

    Barang Apa Saja yang Diimpor China dari AS?

    Mengutip CBS News, impor utama China dari Amerika Serikat pada 2023 meliputi biji minyak dan biji-bijian, diikuti oleh minyak dan gas alam.

    Biji-bijian yang dimaksud mencakup kedelai, gandum, dan jagung.

    Ekspor AS untuk kategori biji minyak dan biji-bijian menurun sebesar $7 miliar dari tahun 2022 ke 2023, dan angka ini diperkirakan akan terus turun seiring dengan meningkatnya ketegangan tarif antara kedua negara.

    “Setiap kenaikan tarif baru yang dikenakan AS terhadap produk dari China, seperti yang tengah diusulkan banyak anggota parlemen dan pemimpin politik, berpotensi memicu aksi balasan yang merugikan sektor pertanian Amerika,” menurut laporan Dewan Bisnis AS-China tahun 2024.

    Pengiriman minyak dan gas ke China sebagian besar berasal dari negara bagian Texas dan Louisiana, yang juga menyumbang sekitar 96% ekspor AS di sektor ini.

    Selain itu, China juga mengimpor produk farmasi, semikonduktor dan komponennya, produk kedirgantaraan, bahan kimia, serta kendaraan bermotor dari Amerika Serikat.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Inflasi AS Turun, Rupiah Menguat ke Rp16.796 per Dolar AS

    Inflasi AS Turun, Rupiah Menguat ke Rp16.796 per Dolar AS

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat seiring dengan pelemahan data inflasi Amerika Serikat serta meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.

    Pada akhir perdagangan Jumat (11/4/2025), kurs rupiah di pasar spot menguat 28 poin atau 0,16 persen menjadi Rp16.796 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.823. Namun, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru mencatat pelemahan ke level Rp16.805 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.779.

    Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan, pelemahan inflasi AS menjadi pendorong utama penguatan rupiah. Inflasi bulanan Negeri Paman Sam tercatat menurun dari 0,2 persen menjadi minus 0,1 persen (month to month/mtm). Secara tahunan, inflasi juga turun dari 2,8 persen menjadi 2,4 persen (year on year/yoy).

    “(Ini) mendorong (ekspektasi) Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih cepat, terutama di tengah meningkatnya tekanan ekonomi dari perang dagang,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta.

    Hasil polling CME FedWatch menunjukkan lebih dari 50 persen pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 hingga 100 basis poin.

    Di sisi lain, dolar AS melemah karena kekhawatiran meningkatnya risiko resesi, menyusul aksi saling balas tarif antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini menaikkan tarif impor terhadap produk dari China menjadi 145 persen, dari sebelumnya 125 persen.

  • Industri Otomotif Kanada Dibayangi Badai PHK Akibat Penetapan Tarif Impor Tinggi Donald Trump – Halaman all

    Industri Otomotif Kanada Dibayangi Badai PHK Akibat Penetapan Tarif Impor Tinggi Donald Trump – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM – Penetapan tarif impor sebesar 25 persen untuk produk otomotif buatan Kanada yang diekspor ke Amerika Serikat, Meksiko dan China. diprediksi akan memukul industri otomotif Kanada. 

    Badai PHK diperkirakan akan terjadi pada sektor ini di Negeri Daun Maple tersebut.

    Meski penangguhan tarif Trump lakukan selama 90 hari, Serikat Pekerja Sektor Swasta terbesar di Kanada yang disebut Unifor, memperingatkan tentang dampak jangka panjang pada rantai pasokan.

    Tidak berselang lama ketika Trump menetapkan tarif impor baru, sekitar 6.000 anggota Unifor diberi pemberitahuan PHK jangka pendek, melansir Carscoops.

    Sebagian besar dari pemberitahuan ini berasal dari fasilitas Stellantis di Windsor, Ontario. Produsen mobil itu segera mengumumkan penutupan selama dua minggu setelah tarif diumumkan, yang memberinya waktu yang berharga untuk menilai langkah selanjutnya.

    Presiden Unifor Lana Payne menjelaskan industri otomotif Kanada tidak akan mampu bertahan di bawah tarif yang ditetapkan.

    “Semakin lama ini berlangsung, semakin besar dampak yang akan kita lihat. Kekhawatiran saya adalah kita melihat PHK sementara, berubah menjadi PHK yang jauh lebih lama.”

    “Kami telah mendengar sinyal awal dari perusahaan mobil kepada karyawan mereka bahwa tergantung pada berapa lama ini berlangsung, kita mungkin menghadapi PHK yang lebih luas di seluruh sektor suku cadang,” ucap Payne dikutip dari Carscoops, Jumat (11/4/2025).

    Meski Kanada juga menerapkan tarif “balas dendam” untuk produk otomotif buatan Amerika sebesar 25 persen, Payne menilai pemasok asal negaranya tetap akan terdampak.

    “Tidak semua pemasok ini berada dalam situasi ekonomi yang sama, beberapa lebih rapuh daripada yang lain. Tetapi ada begitu banyak bagian dari sektor ini di mana jika pemasok harus membayar bahkan sebagian dari tarif ini, mereka tidak akan dapat beroperasi,” ungkap Payne.

    Efek berantai dapat meluas jauh melampaui satu fasilitas, mengancam stabilitas jaringan pemasok komponen Amerika Utara yang terjalin erat yang sudah berada di bawah tekanan sebelum putaran ketegangan perdagangan terakhir.

     

  • Rupiah menguat dipengaruhi inflasi AS yang melemah

    Rupiah menguat dipengaruhi inflasi AS yang melemah

    Jakarta (ANTARA) – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi data inflasi bulanan Amerika Serikat (AS) yang menurun.

    Tercatat, inflasi bulanan AS melemah dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi minus 0,1 persen (mtm). Begitu pula dengan inflasi tahunan yang turun dari sebelumnya 2,8 persen year on year (yoy) menjadi 2.4 persen (yoy).

    “(Ini) mendorong (ekspektasi) Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih cepat, terutama di tengah meningkatnya tekanan ekonomi dari perang dagang,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

    Berdasarkan polling CME FedWatch, lebih dari 50 persen menduga The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 75-100 basis points (bps).

    Di samping itu, dolar AS terpukul sentimen kekhawatiran atas resesi AS karena AS dan China saling memberlakukan tarif sangat besar.

    Presiden AS Donald Trump telah menegaskan tarif impor AS terhadap China menjadi 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

    Pada awalnya, Trump menaikkan tarif impor ke China menjadi sebesar 104 persen, yang dibalas oleh Presiden China Xi Jinping dengan total penetapan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk AS.

    Kemudian, pada Rabu (10/4/2025), AS kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi sebesar 125 persen di tengah penundaan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.

    Memasuki Kamis (11/4/2025), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Adanya perang tarif meningkatkan kekhawatiran resesi di AS dengan perkiraan 65 persen dari Goldman Sachs dan JP Morgan 60 persen.

    Menurut Ibrahim, para investor khawatir atas dampak dari perang tarif mengingat Negeri Paman Sam masih mengimpor beberapa bahan yang sulit digantikan dari China.

    “Meskipun Trump menunda rencana tarif perdagangan timbal balik terhadap negara lain selama 90 hari, perang dagang dengan Tiongkok masih berpotensi menimbulkan implikasi yang mengerikan bagi importir dan eksportir Amerika,” ungkap dia.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 28 poin atau 0,16 persen menjadi Rp16.796 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.823 per dolar AS.

    Adapun kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini justru melemah ke level Rp16.805 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.779 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Tarif Trump Ditangguhkan, Tapi China Tetap Dikenai 145%

    Tarif Trump Ditangguhkan, Tapi China Tetap Dikenai 145%

    Jakarta – Apa yang Trump umumkan?

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (09/4) tiba-tiba menunda tarif impor selama 90 hari untuk puluhan negara, kecuali Cina, seminggu setelah mengumumkan sanksi besar terhadap sebagian besar dunia karena praktik perdagangan yang dia anggap tidak adil atau tarif resiprokal.

    Trump justru memperkuat sikapnya terhadap Cina, menaikkan tarif terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia itu menjadi 125%, dengan alasan “kurangnya rasa hormat” dari Beijing.

    Namun, pada Kamis (10/4), Gedung Putih mengklarifikasi bahwa produsen Cina akan dikenai total 145% tarif atas impor ke AS karena adanya tarif 20% yang telah dikenakan lebih awal tahun ini.

    “Suatu saat nanti, semoga dalam waktu dekat, Cina akan menyadari bahwa masa-masa mereka menipu AS dan negara-negara lain tidak lagi dapat diterima atau berkelanjutan,” tulis Trump di platform Truth Social.

    Namun, Trump kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa ia “tidak bisa membayangkan” akan menaikkan tarif Cina lebih lanjut.

    Penundaan tarif diumumkan hanya 13 jam setelah tarif tersebut mulai berlaku, tetapi Trump membantah bahwa ia mundur dari keputusannya, dengan mengatakan kepada wartawan bahwa “Anda harus fleksibel.”

    Setelah penundaan itu, S&P 500 melonjak 9,5%, sementara indeks NASDAQ yang didominasi teknologi naik 12,2%, keduanya mencatat salah satu hari terbaik dalam sejarah. Pasar saham Eropa dan Asia juga mengalami reli saat dibuka pada Kamis (10/4).

    “Kami ingin memberi kesempatan pada negosiasi,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam pernyataannya di platform X pada Kamis (10/4).

    Mengapa ada penundaan, sementara Cina tidak?

    Trump berada di bawah tekanan besar dari berbagai pihak untuk menunda tarif setelah beberapa hari gejolak di pasar saham global akibat kekhawatiran dampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi.

    Tarif juga memicu reaksi negatif di pasar obligasi, tempat pemerintah dan perusahaan AS meminjam uang. Investor menjual obligasi atau menuntut bunga yang lebih tinggi karena kepercayaan terhadap AS menurun. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun sempat menyentuh 4,362%.

    Pengumuman mengejutkan pekan lalu itu telah banyak dikritik oleh para anggota parlemen, pembuat kebijakan, dan pemimpin bisnis di AS dan luar negeri karena terlalu keras dan menciptakan ketidakpastian bagi rantai pasok global, perusahaan, dan konsumen.

    Reaksi negatif ini diyakini berperan penting dalam mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut, mengingat potensi krisis keuangan.

    Namun, pemerintahan Trump menyebut penundaan itu sebagai langkah strategis untuk membawa negara-negara lain ke meja perundingan.

    Gedung Putih menyatakan bahwa sekitar 75 negara telah menghubungi AS sejak tarif baru diumumkan minggu lalu untuk membahas kesepakatan dagang baru.

    Beberapa analis mengatakan bahwa dengan mengecualikan Cina dari penundaan tarif dan justru menaikkan tarif impor Cina, Trump berusaha mengisolasi Beijing yang dianggap sebagai musuh utama dalam perdagangan.

    Negara mana saja yang menghadapi penundaan tarif?

    Trump menunda tarif yang dia sebut sebagai tarif “resiprokal” terhadap 60 mitra dagang AS dan UE, yang minggu lalu berkisar dari 46% untuk Kamboja, 32% untuk Indonesia, dan 20% untuk negara anggota UE.

    Namun, para kritikus berpendapat bahwa tarif tersebut tidak dihitung berdasarkan tarif yang dikenakan negara lain terhadap AS.

    Tarif ditetapkan berdasarkan perhitungan surplus perdagangan negara tersebut dengan AS oleh pemerintahan Trump.

    Meski ada penundaan, tarif dasar sebesar 10% tetap berlaku untuk semua impor dari negara mana pun.

    Penundaan ini tidak mempengaruhi tarif yang sudah lebih dulu diberlakukan oleh Trump, termasuk untuk baja, aluminium, mobil, dan suku cadang kendaraan.

    Produk energi dan mineral tertentu yang tidak tersedia secara domestik juga tidak termasuk dalam penundaan ini.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Bagaimana reaksi Cina?

    Cina pada awalnya menunjukkan sikap menantang terhadap kenaikan tarif hingga total 145%, dengan juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning menulis, “Kami tidak akan mundur,” di platform media sosial X.

    Mao membagikan video pidato menantang dari pemimpin Cina terdahulu Mao Zedong tahun 1953 saat perang dengan Amerika Serikat di Semenanjung Korea.

    Namun, Kementerian Perdagangan Cina bersikap lebih tenang, menyerukan agar Trump bertemu Beijing “di tengah jalan.”

    Juru bicara kementerian, He Yongqian, mengatakan Cina ingin bernegosiasi “berdasarkan prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan konsultasi.”

    Kantor berita Bloomberg melaporkan bahwa pimpinan tertinggi Cina mengadakan pertemuan pada Kamis (10/04) untuk merumuskan rencana stimulus tambahan guna mendongkrak perekonomian, yang memang sudah lesu sebelum perang dagang dimulai.

    Apa yang mungkin terjadi selanjutnya?

    Penundaan selama 90 hari ini akan berakhir pada awal Juli, memberi waktu yang sangat terbatas bagi AS dan mitra dagangnya untuk merundingkan kebijakan perdagangan yang lebih sesuai dengan kepentingan Washington.

    Trump sebelumnya dua kali menunda tarif terhadap Kanada dan Meksiko, dan secara teori bisa saja memperpanjang kembali penundaan untuk negara lain.

    Mengenai tarif besar yang kini dihadapi eksportir Cina, Trump mengatakan resolusi dengan Beijing tetap mungkin terjadi.

    “Kesepakatan akan dibuat dengan Cina. Kesepakatan akan dibuat dengan setiap negara lainnya,” katanya, meskipun ia menambahkan bahwa para pemimpin China “tidak tahu bagaimana cara menanganinya.”

    Namun, pejabat AS mengatakan mereka akan memprioritaskan pembicaraan dengan negara seperti Vietnam, Jepang, Korea Selatan, dan negara lain yang menginginkan kesepakatan.

    “Ini akan tercatat dalam sejarah Amerika sebagai hari negosiasi perdagangan terbesar yang pernah kami miliki,” kata penasihat perdagangan senior Trump, Peter Navarro, Rabu malam.

    “Kami berada dalam posisi yang sangat baik untuk 90 hari ke depan,” ujarnya kepada ABC News.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Prada Akuisisi Versace dengan Kesepakatan Senilai Rp23,1 Triliun – Halaman all

    Prada Akuisisi Versace dengan Kesepakatan Senilai Rp23,1 Triliun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dua rumah mode ternama asal Italia, Prada dan Versace, kini akan berada di bawah satu atap.

    Prada setuju untuk membeli Versace dari pemiliknya, Capri Holdings, dengan nilai sebesar $13,75 miliar atau sekitar Rp23,1 triliun, menurut laporan The Hollywood Reporter.

    Kesepakatan ini diharapkan rampung pada paruh kedua tahun ini, sambil menunggu persetujuan dari regulator.

    Capri menyatakan akan menggunakan dana dari penjualan tersebut untuk berinvestasi pada merek-merek lainnya, seperti Jimmy Choo dan Michael Kors.

    Prada sendiri juga memiliki sejumlah merek ternama seperti Miu Miu, Church’s, dan Marchesi 1824.

    Baik Prada maupun Versace telah menjadi bagian penting dalam dunia mode Hollywood.

    Keduanya kerap dipakai oleh para selebriti di karpet merah dan memperkenalkan koleksi terbarunya dalam peragaan busana bergengsi.

    “Versace adalah rumah mode mewah ikonik asal Italia yang didirikan 46 tahun lalu oleh Gianni Versace, dan terus dikembangkan melalui visi kreatif Donatella Versace,” ujar CEO Capri, John D. Idol, dalam pernyataan usai akuisisi tersebut.

    “Selama enam tahun terakhir, kami telah membuat kemajuan signifikan dalam memposisikan ulang merek ini, dengan lebih menekankan warisan kemewahan dan keahlian luar biasa yang dimilikinya.”

    “Melalui peningkatan pada produk, pemasaran, dan jaringan toko, merek ini kini berada dalam posisi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.”

    “Kami yakin Prada Group adalah mitra yang tepat untuk membawa Versace memasuki era pertumbuhan dan kesuksesan berikutnya.”

    Sementara itu, pimpinan Prada Group, Patrizio Bertelli, menyatakan:

    “Kami sangat antusias menyambut Versace ke dalam Prada Group dan memulai babak baru bagi merek yang memiliki komitmen kuat terhadap kreativitas, keterampilan, dan warisan.”

    “Kami bermaksud melanjutkan warisan Versace dengan merayakan serta menafsirkan ulang estetikanya yang berani dan abadi.”

    “Di saat yang sama, kami akan menyediakan platform yang kokoh, diperkuat oleh investasi berkelanjutan selama bertahun-tahun, dan berakar pada hubungan jangka panjang yang telah kami bangun.”

    “Organisasi kami siap dan berada dalam posisi yang tepat untuk menulis bab baru dalam sejarah Versace, sambil tetap mengacu pada nilai-nilai inti grup dan menjalankannya dengan penuh keyakinan serta fokus yang tajam.”

    Dari Gosip Menjadi Fakta

    Menurut EurasiaBusinessNews.com, ketertarikan Prada Group untuk mengakuisisi pesaingnya di pasar barang mewah mulai terendus sejak Januari lalu.

    Pada saat yang sama, dilaporkan bahwa Capri Holdings telah menyewa konsultan untuk mengevaluasi opsi tersebut dan mulai menghubungi beberapa calon pembeli potensial.

    Sebelumnya, pada 2023, Capri Holdings sempat menyepakati merger dengan perusahaan induk lain yang bergerak di sektor barang mewah, yaitu Tapestry.

    Namun, pada Oktober tahun lalu, pengadilan AS memblokir kesepakatan itu dengan alasan dapat merugikan konsumen dan karyawan.

    Sejak itu, Capri menyatakan terbuka untuk kemungkinan menjual merek-merek individual yang dimilikinya.

    Untuk membiayai transaksi ini, Prada Group berencana menerbitkan utang sebesar €1,5 miliar.

    Ketentuan transaksi ini telah mendapatkan persetujuan dari dewan direksi Prada dan Capri Holdings.

    Setelah regulator menyetujui kesepakatan ini, maka proses akuisisi diharapkan selesai pada paruh kedua tahun ini.

    Langkah ini dinilai dapat memperkuat posisi kompetitif Prada terhadap para raksasa mode dunia seperti LVMH dan Kering SA.

    Bagi Versace, ini menjadi kesempatan untuk bangkit dan memasuki tahap pengembangan baru di bawah kepemimpinan grup mode asal Italia tersebut.

    Terkait Tarif Trump?

    Masih mengutip EurasiaBusinessNews.com, sejumlah analis menilai bahwa kesepakatan antara Prada dan Versace terjadi di tengah ketidakpastian pasar global yang dipicu oleh kebijakan tarif Donald Trump.

    Mereka khawatir bahwa perlambatan ekonomi global dan melemahnya daya beli konsumen dapat menghambat pemulihan industri barang mewah, yang baru mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Ekonom ingatkan RI agar tidak tawarkan tarif 0 “sensitive list” ke AS

    Ekonom ingatkan RI agar tidak tawarkan tarif 0 “sensitive list” ke AS

    Yang perlu dicatat, ketika kita negosiasi tarif, itu ada produk namanya sensitive list. Kalau sensitive list jangan dinolkan

    Jakarta (ANTARA) – Research Associate CORE Indonesia Sahara mengingatkan Pemerintah Indonesia agar tidak menawarkan tarif impor nol persen dalam negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) khusus untuk produk-produk yang masuk dalam kategori sensitive list.

    “Yang perlu dicatat, ketika kita negosiasi tarif, itu ada produk namanya sensitive list. Kalau sensitive list jangan dinolkan,” kata Sahara saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Ia mencontohkan produk dalam sensitive list di antaranya beras, minuman beralkohol, senjata dan seterusnya. Apabila tarif impor nol persen berlaku untuk komoditas beras, misalnya, maka dikhawatirkan dapat mengancam ketahanan pangan nasional dan tidak memberi perlindungan bagi petani Indonesia.

    “Jadi, ada produk yang kita tawarkan tetap jadi sensitive list buat Indonesia, tetapi ada produk yang bisa kita negosiasi,” ujar Sahara.

    Terkait dengan tantangan non-tariff measures (NTMs), sebelumnya Presiden AS Donald Trump menganggap ada perlakuan yang tidak adil di dalam NTMs.

    Dalam hal ini, ujar Sahara, Indonesia harus memetakan setiap komoditas dan memetakan regulasi apa saja yang dianggap AS menghambat ketika produk mereka akan masuk ke Indonesia.

    “Regulasi tersebut perlu diharmonisasi untuk masing-masing komoditas. Dan ini tidak mudah untuk masing-masing komoditas yang kita impor. Akan beda-beda kebijakannya, regulasinya, itu harus dilihat,” kata Sahara.

    Selanjutnya, dalam berbagai kesempatan, Trump juga sering menyebutkan bahwa AS telah mengalami defisit perdagangan barang.

    Merespons hal ini, Sahara meminta pemerintah Indonesia untuk memeriksa kembali data perdagangan jasa antara Indonesia dan AS, sehingga negosiasi yang dilakukan tidak hanya mencakup perhitungan perdagangan barang saja.

    Ia mencontohkan berbagai perdagangan jasa AS yang selama ini sudah masuk ke Indonesia, terutama dalam konteks digital seperti Adobe, Google termasuk Cloud, hingga berbagai layanan hiburan dan game digital, serta jasa logistik dari AS.

    Oleh sebab itu, ia mendorong agar tim Indonesia yang akan melakukan negosiasi tarif dengan AS harus bisa menggali data perdagangan sektor jasa antara Indonesia dengan AS sehingga mengetahui posisi Indonesia apakah surplus atau defisit.

    “Saya tidak tahu datanya seperti apa, Indonesia harus punya data perdagangan jasa antara Indonesia dengan Amerika. Jangan-jangan, kalau digabungkan perdagangan barang dengan jasa, jangan-jangan Indonesia itu defisit. Cuma memang tidak ada datanya saya sudah berusaha untuk mencari,” kata Sahara.

    Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Indonesia mempersiapkan sejumlah paket negosiasi yang akan dibawa ke perundingan untuk menghadapi kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal AS di Washington D.C.

    Beberapa di antaranya termasuk revitalisasi revitalisasi Indonesia-US Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), deregulasi NTMs melalui relaksasi TKDN sektor informasi dan komunikasi dari AS, menyeimbangkan neraca perdagangan barang, serta insentif fiskal dan nonfiskal untuk mendorong impor produk AS dan menjaga daya saing produk ekspor Indonesia ke AS.

    Pemerintah Indonesia juga mengajak negara-negara ASEAN dalam ASEAN Economic Ministers (AEM) Special Meeting pada 10 April 2025 untuk melakukan negosiasi bersama guna menghadapi tarif resiprokal AS.

    Pada 2 April lalu, Trump mengumumkan kenaikan tarif ke banyak negara. Indonesia berada di urutan kedelapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.

    Pada Rabu (9/4) waktu setempat, Trump mengumumkan penundaan kebijakan tarif impor hingga 90 hari ke berbagai mitra dagang, kecuali untuk China sebesar 125 persen.

    Negara yang rencananya akan dikenakan tarif resiprokal lebih tinggi hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen, yang mana untuk baja, aluminium dan mobil akan sama.

    Namun memasuki Kamis (10/4) waktu setempat, Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Indonesia Perlu Siapkan Strategi Jangka Pendek Antisipasi Kebijakan Proteksionis Donald Trump – Halaman all

    Indonesia Perlu Siapkan Strategi Jangka Pendek Antisipasi Kebijakan Proteksionis Donald Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI, Muhammad Kholid, menekankan pentingnya Indonesia menyiapkan strategi jangka pendek dan menengah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. 

    Hal tersebut untuk mengantisipasi kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap perekonomian global dan Indonesia.

    Kholid menggarisbawahi perlunya strategi keep buying untuk menjaga daya beli masyarakat yang menyumbang lebih dari separuh PDB Indonesia.

    “GDP kita 60 persen ditopang konsumsi. Maka strategi menjaga daya beli masyarakat adalah segalanya. Kalau konsumsi jalan, produksi dalam negeri ikut hidup. Karena kita nggak bisa terlalu mengandalkan ekspor sekarang, semua negara sedang proteksionis,” ujarnya di Jakarta, Jumat (11/4/2025).

    Kholid menegaskan bahwa meskipun rasio ekspor Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih tergolong rendah, sektor-sektor padat karya tetap berisiko terdampak serius.

    “Rasio ekspor kita hanya 20-25 persen terhadap GDP, itu rendah. Sehingga, jika ada masalah perdagangan, yang terdampak hanya sektor-sektor tertentu, seperti tekstil, furniture, dan elektronik. Tapi seluruh ekonomi tidak langsung terdampak,” ujar Kholid.

    Namun demikian, menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia tetap membutuhkan perhatian serius, terutama pada sektor keuangan dan konsumsi domestik. Sebelum ada perang dagang dengan Trump, lanjut dia, sektor keuangan dalam negeri sudah mengalami tekanan.

    “Rupiah melemah, IHSG sempat disuspensi, penerimaan pajak menurun. Ini warning. Jangan sampai ada tekanan besar di sektor keuangan kita,” ucap Kholid.

    Kholid juga menyoroti urgensi penguatan iklim investasi melalui tata kelola keuangan yang baik. Ia menyebut sovereign wealth fund seperti Danantara harus dikelola secara profesional dan transparan untuk meningkatkan kepercayaan investor.

    “Kalau governance-nya bagus, kredibilitasnya oke, investasi akan tumbuh. Tapi kalau tidak, country risk kita akan naik, dan itu bisa mengurangi minat investor,” tegasnya.

    Pemerintah diminta berhati-hati dalam pengelolaan fiskal dan moneter, serta memprioritaskan kebijakan yang memperkuat sektor manufaktur padat karya, yang sangat rentan terdampak dari kebijakan tarif global.

    “Jangan sampai manufaktur padat karya yang sudah tertekan makin melemah. Pemerintah harus beri insentif—fiskal, moneter, industri—untuk bantu mereka bertahan. Ini tugas penting untuk memitigasi dampak tarif Trump,” tuturnya.

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunda implementasi tarif resiprokal atau tarif timbal balik terhadap hampir semua mitra dagangnya. Namun, dia justru memutuskan untuk menambah tarif bagi Cina menjadi 125 persen.

    Trump berujar penangguhan implementasi tarif impor akan berlangsung selama 90 hari. Kebijakan penundaan tersebut diberikan kepada lebih dari 75 negara, termasuk Indonesia. Tetapi tarif timbal balik tetap akan diturunkan menjadi minimal sebesar 10 persen.